BAB I, II Hipertensi

24
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VII) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah. Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih. Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg) Normal < 120 < 80 Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89 1

description

bjjvjv

Transcript of BAB I, II Hipertensi

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA1.1. DefinisiThe Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VII) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.Klasifikasi Tekanan DarahTDS (mmHg)TDD (mmHg)

Normal< 120< 80

Pre hipertensi120 13980 89

Stage 1 Hipertensi140 15990 99

Stage 2 Hipertensi> 160> 100

1.2. EpidemiologiHipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.1.3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.1) Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 50 tahun.2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain lain.1.4. Faktor Risiko HipertensiSampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :a. Keturunan

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki laki dibawah 55 tahun.

b. Usia

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia. c. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.

d. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan

penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.

e. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing-masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120/80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.

f. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.g. Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan aktivitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

h. Asupan

1) Asupan Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler, konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi.

Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus. Mekanisme penngaturan keseimbangan volume pertama tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah. Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.

2) Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari Na. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistensi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium, tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

3) Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.4) Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000-2000mg per hari.

1.5. Patogenesis

Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (kontrol jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap awal hipertensi primer, curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.1.6. Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat, dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.1.7. Penatalaksanaan Hipertensia. Penatalaksanaan non farmakologis Mengubah perilaku hidup sehat oleh semua pasien merupakan hal yang penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian daripada manajemen pasien dengan tekanan darah tinggi. Perubahan gaya hidup yang signifikan menunjukan penurunan tekanan darah, termasuk pengurangan berat badan pada pasien dengan berat badan lebih atau obese. Adopsi pola makan menurut DASH (dietary approach to stop hypertension ) berupa diet yang kaya dengan kalium dan kalsium, pengurangan diet natrium, aktivitas fisik dan konsumsi alkohol yang rendah. Modifikasi gaya hidup mengurangi tekanan darah, meningkatkan efektivitas obat antihipertensi dan mengurangi resiko kardiovaskular. Sebagai contoh efek pengurangan intake natrium 1600gram menurut DASH mempunyai efek yang sama dengan dosis terapi obat tunggal. Kombinasi dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan memberikan hasil yang lebih bagus.b. Penatalaksanaan farmakologisTerdapat data yang kuat hasil dari penelitian klinis yang membuktikan penurunan tekanan darah dengan menggunakan beberapa golongan dari obat antihipertensi termasuk Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEIs), angiotensin receptor blocker (ARBs), beta bloker (BBs), calcium channel blockers (CCBs) dan diuretik tipe thiazide dapat mengurangi komplikasi daripada hipertensi. Diuretik tipe thiazide merupakan obat utama dalam terapi antihipertensi berdasarkan hasil dari kebanyakan penelitian. Diuretik meningkatkan efektivitas obat pada penggunaan multiregimen, dapat menurunkan tekanan darah hingga terkontrol dan lebih terjangkau dibandingkan obat antihipertensi lainnya. Meskipun dengan penemuan ini penggunaan diuretik masih tetap sedikit. Tipe diutretik thiazide harus digunakan sebagai terapi inisial pada kebanyakan pasien hipertensi samata secara tunggal ataupun secara kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya (ACEIs, ARBs, BBs, CCBs ) memberikan hasil yang menguntungkan pada penelitian terkontrol secara random.

Gambar 1. Algoritma pengobatan hipertensi.

1.8. PreventifResiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :

Memeriksa tekanan darah secara teratur

Menjaga berat badan dalam rentang normal

Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam.

Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

Berolahraga secara teratur

Hidup secara teratur

Mengurangi stress dan emosi

Mengurangi makanan berlemakDAFTAR PUSTAKA1. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7).2. Naomi DL, Fisher, Gordon H. Hypertensive Vascular Disease. In: Dennis, Eugene, editors. Harrisons Principle of Internal Medicine 16th ed. New York: Mc-Graw Hill, 2005. p. 1463-80. 3. Mirzani H. Internoid. Jogjakarta: Tosca Enterprise, 2005. hal IV.1-11.

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur: Y / Perempuan / 59 tahun b. Pekerjaan/pendidikan: Ibu rumah tangga / SMA c. Alamat

: Jl. Alai Timur No. 182. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan

: Menikah

b. Jumlah Anak

: 4 orang

c. Status Ekonomi Keluarga: Tipe kelas menengah, penghasilan suami Rp 2.500.000/buland. KB

: Tidak adae. Kondisi Rumah

:

Rumah permanen, perkarangan sempit, luas bangunan + 50m2 Listrik ada

Sumber air : PDAM, sumber air minum : galon isi ulang. Jamban ada 2 buah, di dalam rumah Sampah di dibuang di TPA setempat Jumlah penghuni 6 orang, pasien, suami, dan 4 orang anak

Kesan : higine dan sanitasi baikf. Kondisi Lingkungan Keluarga

Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk3. Aspek Psikologis di keluarga

Pasien tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya Hubungan dengan keluarga baik Faktor stress dalam keluarga (-)4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga Riwayat DM, dislipidemia, PJK, penyakit ginjal tidak ada. Riwayat hipertensi pada keluarga ada.

Riwayat DM, dislipidemia, PJK, penyakit ginjal pada keluarga tidak ada.5. Keluhan Utama

Rasa berat di tengkuk sejak 1 hari yang lalu.6. Riwayat Penyakit Sekarang

Rasa berat di tengkuk sejak 1 hari yang lalu, Sakit kepala dan pusing berputar tidak ada

Mual muntah tidak ada

Nyeri dada tidak ada

Sesak napas setelah bekerja berat tidak ada Mata kabur tidak ada BAK dan BAB biasa

Riwayat makan makanan yang mengandung banyak garam dan lemak ada.

Kebiasaan olahraga ada, tidak teratur, frekuensi 1x dalam sebulan. Riwayat merokok tidak ada

Pasien tidak pernah didiagnosa dengan hipertensi sebelumnya.7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum

: Sedang

Kesadaran

: CMC

Nadi

: 84x/ menit

Nafas

: 22x/menit

TD

: 150/90 mmHgSuhu

: afebrisBB

: 65 KgTB

: 160 cmBMI : 25,39 kg/m2 (overweight)Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit

: Turgor kulit baikLeher: JVP 5 2 cmH20, pembesaran kelenjar tiroid (-), bising arteri karotis (-)Dada

Paru

Inspeksi

: Simetris kiri = kananPalpasi

: Fremitus kiri = kanan

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: Vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi

: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

:

Kiri: 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan: LSD

Atas: RIC II

Auskultasi

: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi

: Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi

: BU (+) N, Bruit (-)Anggota gerak: Reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/- 8. Laboratorium Anjuran : Urinalisis Profil lipid Glukosa darah Elektrokardiografi9. Diagnosis Kerja: Hipertensi Grade I ec suspek Essensial tanpa komplikasi10. Diagnosis Banding : Hipertensi Grade I ec sekunder

11. Manajemen

a. Preventif:

Menghindari makan makanan yang banyak mengandung garam dan lemak. Olahraga teratur minimal 3 kali seminggu selama 30 menit. Hindari stress. Istirahat yang cukup. Mencapai berat badan ideal. b. Promotif:

Memberi edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi, seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Memberikan edukasi mengenai modifikasi gaya hidup berupa mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak, mencapai berat badan dan lingkar pinggang ideal, olahraga teratus, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat dan berobat teratur.c. Kuratif:

Amlodipin 1 x tab Vit. B komplek 3 x 1 tabd. Rehabilitatif :

Kontrol teratur ke Puskesmas untuk memeriksa tekanan darah dan efek pengobatan antihipertensi serta untuk memastikan tekanan darah dalam batas terkontrol.

BAB III

DISKUSITelah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 59 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan diagnosa Hipertensi grade I ec suspek Essensial tanpa komplikasi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan utama rasa berat di tengkuk sejak 1 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat memakan makanan yang mengandung banyak garam dan lemak, pasien tidak rutin olahraga dan frekuensi olahraga hanya 1 bulan sekali, serta aktivitas sedikit. Riwayat hipertensi pada keluarga ada. Pasien sebelumnya tidak pernah didiagnosa hipertensi sebelumnya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg. Pada saat auskultasi tidak terdengar adanya bunyi tambahan. Diketahui BMI pasien 25,39 dengan interpretasi overweight. Pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lengkap ke RS berupa urinalisa, profil lipid, glukosa darah dan elektrokardiografi.

Pengobatan yang diberikan adalah Amlodipin 1 x 5 mg, Vitamin B kompleks 3x1. Pengobatan ini berdasarkan pengukurann tekanan darah sekarang yaitu 150/90 mmHg. Pasien memiliki beberapa faktor risiko yang menyebabkan sulitnya tekanan darah dikontrol yaitu berat badan yang obesitas, pola makan yang tidak baik, dan aktivitas yang sedikit dan tidak diimbangi dengan olahraga teratur. Oleh karena itu edukasi kepada pasien dan keluarganya harus sangat ditekankan, terutama tentang penyakit dan komplikasinya, pencegahannya berupa pola makan dan kebiasaan beraktifitas.Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Alai

Dokter: Fitri dan Helvi

Tanggal : 19 Mei 2015

R/ AMlodipin tab 10 mgNo. V

S1 dd tab 1/2

R/ Vitamin B komplek tabNo. XV

S3 dd tab 1

Pro : Ny. Y

Umur : 59 tahun

Alamat : Alai

16