BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep teori hipertensi

17
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep teori hipertensi 2.1.1 Pengertian hipertensi Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut (Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke jantung (Anies, 2006). Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih Sumber: (Triyanto,2014) 2.1.2 Etiologi Hipertensi Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompookan menjadi dua yaitu:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep teori hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan
peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut (Triyanto,2014) Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua
fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah
yang kembali ke jantung (Anies, 2006).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber: (Triyanto,2014)
menjadi dua yaitu:
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
dan penyakit jantung.
2.1.3 Faktor-faktor resiko hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak dapat
dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :
a. Faktor yang dapat dikontrol :
Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan
dengan gaya hidup dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Kegemukan (obesitas)
mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30
tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan
dengan wanita langsing pada usia yang sama. Curah jantung dan
sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun
belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas,
namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita
hipertensi dengan berat badan normal.
7
darah bisa dipompadengan baik keseluruh tubuh.
3. Konsumsi garam berlebihan
merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi.
Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui
peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.
Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekresi (pengeluaran)
kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem
hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer
(esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada
faktor lain yang berpengaruh.
mengonsumsi garam, tetapi masih menderita hipertensi. Ternyata
setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam
adalah garam meja atau garam yang ditambahkan dalam makanan
saja. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir disemua
makanan mengandung garam natrium termasuk didalam bahan-
bahan pengawet makanan yang digunakan.
b.) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsetrasi natrium
didalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi.
8
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan
selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,
nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.
Mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena
dapat meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin memicu
naik tekanan darah.
ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat
meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks
maka tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka
terjadi respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran
atau pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi
diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika
beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Stres berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Hal tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang
percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi
hipertensi.
1. Keturunan (Genetika)
kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot
(berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur
yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat
genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau
pengobata maka ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan
hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan
mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai
komplikasinya.
9
wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman, terhadap
pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita akan
mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah masa menopause.
3. Umur
menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan
penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko
terhadap timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang
erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor penyebab
hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi pada pria terjadi di atas
usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.
2.1.4 Patofisiologi
rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena
perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
10
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika
tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga
bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam
mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada
ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan
arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).
pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya),
mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer
(Prima,2015).
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi
mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung, perut mual,
masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan,
cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara
11
berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing. Sedangkan menurut
(Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala,
mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya
pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
2.1.6 Komplikasi hipertensi
sebaga berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
12
jumpai pada hipertensi kronik.
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila
tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal
karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung,
dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke
kebutaan
jantung)
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
hipertensi antara lain:
keluarga penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksan laboratorium, pemeriksaan
13
mencegah komplikasi yang ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang
mengendalikan tensi atau tekanan darah agar tetap normal.
b. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam yaitu:
1. Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera
setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.
2. Panel hidup sehat dengan hipertensi : untuk memantau keberhasilan
terapi.
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan
darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat
seperti :
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
5. Mengurangi/ tidak merokok
selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang
utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,
antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan
jumlah cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada
dinding pembuluh darah.
3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah
sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah.
pembuluh darah.
obat hipertensi sebai berikut :
dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki
bau yang khas, identik dengan sayur sub. Bentung batangnya bersegi,
bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna putih,
kecil, menyerupai payung, dan majemuk. Buahnya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut. Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai. Tangkai daun yang berair dapat
dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai
penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar,
rebus seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air
rebusannya sehari dua kali setelah makan.
Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan
tekanan darah (hipotensis atau anti hipertensi). Sebuah cobaan perfusi
pembuluh darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek sebagai
15
Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan
dengan integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).
2.2 Pola makan
2.2.1 Pola makan
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
Sedangkan menurut (Hidayat,2007) Pola makan adalah perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis
makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan. Dan menurut
seorang ahlimengatakan bahwa pola makan di definisikan sebagai karateristik dari
kegiatan yang berulang kali makan individu atau setiap orang makan dalam
memenuhi kebutuhan makanan. (Sulistyoningsih, 2011).
2.2.2 Pola makan mencegah penyakit Hipertensi
Menurut (Pudiastuti,2011) Salah satu penyebab faktor utama terjadinya
hipertensi adalah asteroklerosis. Kondisi ini disebabkan konsumsi lemak berlebih.
Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi
lemak yang berlebihan selain pemberian obat-obatan bila mana diperlukan.
Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi
muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan
hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun
pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengonsumsi lemak karena mendekati
menopouse.
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi seimbanga,
dimana mengonsumsi beragam makanan yang seimbang yaitu :
a. Sumber karbohidrat: biji-bijian.
b. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu
rendah/ rendah lemak.
olahannya.
badan ideal, sehingga di anjurkan untuk menyeimbangi asupan kalori dengan
kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung
kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi.
Disamping itu agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai
kebugaran jasmani yang baik.
Menurut (Gunawan,2015) diet disesuaikan dengan kebuthan kalori sehari,
dimana komponen bahan makanan sumber zat gizi yang disarankan sebagai
diantaranya adalah :
a. Konsumsi padi, biji-bijan (grain) sebanyak 6-8 perhari, seperti roti
gandum (ukuran satu porsi sekitar 1 lembar roti), nasi (nasi coklat/merah
jauh baik dari pada nasi putih), pasta cereal (sejitar 1 cup dalam kondisi
matang).
b. Sayuran sekitar 4-5 porsi/hari, seperti toamt, wortel, brokoli, ubi, sayuran
hijau yang kaya akan serat, vitamin, kalium, dan magnesium. Ukuran 1
porsi sekitar 100 gram dalam kondisi mentah.
c. Buah sekitar 4-5 porsi/hari yang dapat diberikan dalam bentuk snack
ataupun komponen makanan besar. Ukuran 1 porsi buah sekitar 80-100
gram dalam kondisi segar.
d. Gula atau makan yang manis sekitar kurang dari 5 porsi/minggu seperti
gula pasir atau selai, ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok makan peres.
e. Kacang, biji, legumes sebanyak 4-5 porsi/minggu seperti almond, biji
bunga matahari, kacang-kacangan, produk kedelai (tahu, tempe) dimana
ukuran 1 porsi kecil kacang sekitar 2 sendok makan.
f. Pilih produk susu rendah lemak atau skim (seperti susu, yoghurt, keju)
sebanyak 2-3 porsi/hari yang digunakn sebagai sumber protein, vitamin D,
serta kalsium. 1 prosi susu sekitar 200 ml.
17
g. Daging tanpa lemak, unggas dan ikan sebanyak kurang dari 6 porsi/hari
sebagai sumber protein, vitamin B, zat besi, dan zinc.
h. Lemak dan minyak sebanyak 2-3 orsi/hari atau sekitar 25-27% dari
kebutuhan kalori sehari. Adapun ukuran 1 porsi sekitar 1 sendok teh.
Pembagian penggunaan jenis lemak yang diperbolehkan diantaranya
adalah :
1. Minyak jenuh dan lemak trans dibatasi sekitar 6-7% dari kalori total
karena jenis lemak/minyak ini akan meningkatkan kolesterol darah,
sehingga meningkatkan risiko penyakit koroner. Maka dari itu, batasi
konsumsi minyak jenuh yang terdapat pada daging merah, kuning
telur, butter, keju, susu full cream, krim dalammakanan/minuma,
minyak kelapa sawit/goreng ataupun minyak kelapa. Sama halnya juga
dengan lemak trans yang banyak terdapat pada makanan yang
digoreng, dipanggang, atau dirposes seperti krekers, dan sebagainya.
2. Lemak/minyak tak jenuh (omega 3,6,9) dianjurkan sebagai pengganti
leamk jenuh/trans, dianjurkan untuk omega 3 dan 6 sebanyak kurang
dari 10% demikian juga untuk omega 9 sebanyak kurang dari 10%
total kalori. Minyak omega 3 banyak ditemukan pada minyak canola,
zaitun, flaxseed, ikan laut dalam. Minyak omega 6 banyak terdapat
pada biji bunga matahari dan kacang-kacangan, sedangkan omega 9
terdapat pada alpukat, dark coklat, zaitun, dan sebagainya.
3. Atasi penggunaan natrium/sodium sebanyak 23.. mg/hari atau setara
dengan 5 gram/hari aatu 1 sendok teh peres garam/hari. Garam banyak
ditemukan pada makanan yang diawetkan atau makanan kaleng, serta
MSG.
darah meskipun hanya sesaat.
dapat cepat tercapai. Sedangkan menurut triyanto (2011) pola makan yang
baik bagi penderita hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat
18
menanggulagi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah
yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol, lemak terbatas serta tinggi
serat, dan rendah kalori bila kelebian berat badan. Diet rendah garam
diberikan kepada pasien edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diet
rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk
mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantug). Adapun yang
disebut rendah garam bukan hanya membatasi garam dapur tetapi
mengonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu,
sangat penting untuk diperhatikan dan melakukan diet rendah garam
adalah makanan yang harus mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori,
protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium. Berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol secara
berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan stroke.
Wanita sebaiknya membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 14 unit per
minggu dan laki-laki tidak melebihi 21 unit per minggu. Menghindari
konsumsi alkohol bisa menurunkan 2-4 mmHg.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan
Menurut (Budi,2007) ada beberapa yang mempegaruhi pola makan
seperti:
disebabkan oleh kurangnya peran serta dalam menyediakan menu
makanan. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai pola makan
yang berbeda untuk mengendalikan tekanan darah.
b. Pendidikan yang rendah mengakibakan kurangnya pengetahuan akan
pentingnya pola makan sehat. Pola makan yang kurang sehat dapat
memicu terjadinya penyakit hipertensi.
Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkan.
d. Pekerjaan dapat berpengaruh pada pola makan seseorang, hal ini
dikarenakan jika seseorang tidak bekerja maka semakin kurang informasi
kesehatan yang didapat sehingga mengurangi perhatian dalam bidang
kesehatan. Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut
dipengaruhi oleh status sosial dan ekonomi, salah satunya pekerjaan.
Pekerjaan disini memang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi,
tetapi pekerjaan ini dihubungkan dengan pendapatan dalam keluarga yang
pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan gaya hidup, dalam hal ini
terutama perubahan pada komsumsi yang menentukan status gizi.
e. Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.
2.2.5 Bahaya gorengan bagi penderita hipertensi
menurut (Admin2,2017) Gorengan adalah makanan cemilan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat indonesia yang sangat mudah untuk kita jumpai. Ada
banyak jenis gorengan yang dijual di indonesia mulai dari tempe goreng, pisang
goreng, lumpia goreng, ubi goreng, cireng dan lainnya. Makanan yang sering
dijadikan pengganjal perut atau sebagai hidangan sebelum makan ternyata
memiliki efek yang buruk untuk kesehatan bila dikonsumsi secara terus-menerus.
Sering kali penjual gorengan di pinggir jalan jarang mengganti minyaknya, ini
bisa membentuk lemak trans yang berbahaya, sebab bisa meningkatkan kolesterol
dan kadar kolesterol yang tinggi bisa memicu penyakit jantung, tekanan darah
tinggi bahkan diabetes. Dalam gorengan banyak mengandung lemak dan itu bisa
berdampak buruk bagi jantung serta pembuluh darah. Makanan yang memiliki
kadar lemak yang tinggi bahkan yang berkelesterol tinggi bisa membuat tekanan
darah menjadi meningka. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi bisa
menjadi pemicu hipertensi. Karena jika makanan berlemak dikonsumsi secara
terus-menerus maka akan terjadi endapan lemak didalam darah. Lemak dalam
darah akan menggumpal dan menyumbat pembuluh darah.
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam
20
darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak
yang disebabkan oleh koleste rol akan menempel pada pembuluh darah yang
lama - kelaman akan terbentuk plaque. Terbentuknya plaque dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah
yang terkena aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke
seluruh tubuh akan terganggu serta dapat memicu meningkatnya volume darah
dan tekanan darah. Meningkatnya tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya hipertensi (Rita,2013)
Ktidakpatuhan adalah kegagalan atau penolakan untik mengurangi dan
menyesuaikan tindakan seseorang untuk aturan atau keharusan. Ketidakpatuhan
adalah tidak menaati perintah atau suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh profesi kesehatan (Nurbidadari 2015).
Ketidakpatuhan adalah perilaku individu atau pemberi asuhan yang tidak sesuai
dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang ditetapkan oleh individu
atau keluarga atau kelompok serta profesional pelayanan kesehatan. Perilaku
pemberi asuhan atau individu yang tidak mematuhi ketepatan, rencana promosi
kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan atau sebagai dapat menyebabkan
hasil akhir yang tidak efektif atau sebagian tidak efektif secara klinis (Nanda,
2015).
Faktor-faktor yang berhubungan antara ketidak patuhan dikelompokan
menjadi 4 bagian yaitu : pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi antara
profesional kesehatan dan pasien. Isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan,
sikap dan kepribadian. Kepatuhan akan meningkat secara umum bila instruksi
pengobatan jelas, hubugan obat terhadap penyakit jelas, pengobatan yang teratur
serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih dengan meningkatkan diet,
21
dengan pasien (Lailatushifah, 2012).
2.3.3 Cara mengurangi ketidakpatuhan
patuhan pasien antara lain:
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari penderita
yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk memenuhi nasihat-nasihat
pada awalnya. Pemicu ketidak patuhan dikarenakan jangka waktu yang
cukup lama serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek
negatif pada penderita sehingga awal mula penderita mempunyai sikap
patuh bisa berubah menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan
dari diri penderita.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku,
tetapi juga mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri
dan penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran
diri. Modifikasi perilaku harus dilakukan antara pasien dengan pemberi
pelayanan kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.
c. Dukunngan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat
dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting
dalam kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana, tidak memiliki
pengasuh, transportasi tidak ada, anggota keluarga sakit, dapat megurangi
intensitas kepatuhan. Keluarga dapat menghilangkan godaan ketidak taatan
pola makan dan menjadi pendukung untuk mencapai kepatuhan.