BAB I Depresi

download BAB I Depresi

of 25

description

referat

Transcript of BAB I Depresi

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangDepresi merupakan gangguan mental sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, maka seseorang bias jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bias hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bias berakhir bunuh diri.1Gangguan depresi berat, paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%. Perempuan dua kali lebih besar terkena gangguan depresi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini diduga karena adanya perbedaan hormone, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan., dan model perilaku yang dipelajari entang ketidakberdayaan.2Insidensi usia rata-rata sekitar 40 ahun-an. Hampir 50% awitan diantara usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukan gangguan depresi berat diusia kurang dari 20 tahun, mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna alcohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.2Depresi juga paling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan interpersonal yang eratatau pada mereka yang bercerai. Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untukmenderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun hal ini berbanding terbalik dengan laki-laki.2Tingkat kejadian depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif berhubungan dengan gangguan depresi mayor yang berarti tidak banyak orang menunjukan gejala emosional. Satu dari tujuh orang akan menderita gangguan psikososial dari gangguan depresi mayor, beberapa tidak terdiagnosis kecualidengan kunjungan ke dokter yang berulang. Dan tidak hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi kesehatan mental juga harus dapat mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari gangguan depresi mayor dengan penyakit medis lainnya menunjukan bahwa profesionalisme seorang dokter atau internis, onkologis, neurologis dan atau spesialis lainnya juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana klinis pada pasien.3Mekanisme terjadinya depresi belum sepenuhnya diketahui. Penyebabnya multifaktorial. Terdapat perbedaan respons terapi, derajat kesembuhan, dan prognosis jangka panjang di antara pasien. Perbedaan ini disebabkan oleh tidak samanya patofisiologi, subtipe psikopatologi, kontribusi neurobiologi, serta komorbiditas dengan penyakit fisik dan psikitarik lainnya. Akibatnya, luaran hasil terapi, misalnya durasi respons dan remisi, sangat bervariasi.4Dari beberapa data yang disebutkan diatas penulis tertarik untuk mengetahui tentang depresi dan penangananya. Oleh karena itu, penulis memilih judul referat tentang depresi. Dan semoga referat ini dapat memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai depresi dan penanganannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Teori2.1 Definisi Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.5

2.2 Epidemiologi1) Insiden dan prevalensi Gangguan depresi berat paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%. Perempuan dapat mencapai 25 %. Sekitar 10% di perawatan primer dan 15% dirawat dirumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5% dari komuitas memiliki gangguan depresif berat.22) Jenis kelamin Perempuan dua kali lebih besar terkena gangguan depresi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini diduga karena adanya perbedaan hormone, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan., dan model perilaku yang dipelajari entang ketidakberdayaan.2

3) Usia Usia rata-rata sekitar 40 ahun-an. Hampir 50% awitan diantara usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukan gangguan depresi berat diusia kurang dari 20 tahun, mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna alcohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.24) Status perkawinanPaling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan interpersonal yang eratatau pada mereka yang bercerai. Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untukmenderita depresi dibandingkan dengan yang menikah namun hal ini berbanding terbalik dengan laki-laki.25) Factor sosioekonomi dan budayaTidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi didaerah pedesaan dibandingkan di daerah perkotaan.2

2.3 EtiologiKaplan & Saddock pada tahun 1997 menyatakan bahwa sebab depresi dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain: aspek biologi, aspek genetik, aspek psikologi dan aspek lingkungan sosial.1

1) Aspek biologiPenyebabnya adalah gangguan neurotransmiter di otak dan gangguan hormonal. Neurotransmiter antara lain dopamin, histamin, dan noradrenalin.1a) Dopamin dan norepinefrinKeduanya berasal dari asam amino tirosin yang terdapat pada sirkulasi darah. Pada neuron dopaminergik, tirosin diubah menjadi dopamin melalui 2 tahap: perubahan tirosin menjadi DOPA oleh tirosin hidroksilase (Tyr-OH). DOPA tersebut akan diubah lagi menjadi dopamin (DA) oleh enzim dopamin beta hidroksilase (DBH-OH). Pada jaringan interseluler, DA yang bebas yang tidak disimpan pada vesikel akan dioksidasi oleh enzim MAO menjadi DOPAC. Sedangkan pada jaringan ekstraseluler (pada celah sinap) DA akan menjadi HVA dengan enzim MAO dan COMT.1b) SerotoninSerotonin yang terdapat pada susunan saraf pusat berasal dari asam amino triptofan, proses sintesis serotonin sama dengan katekolamin, yaitu masuknya triptofan ke neuron dari sirkulasi darah, dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase akan membentuk 5-hidroksitriptofan dan dengan dekarboksilase akan membentuk 5-hidroksitriptamin (5-HT).1

2) Aspek genetikPola genetik penting dalam perkembangan gangguan mood, akan tetapi pola pewarisan genetik melalui mekanisme yang sangat kompleks, didukung dengan penelitian-penelitian sebagai berikut:a) Penelitian keluargaDari penelitian keluarga secara berulang ditemukan bahwa sanak keluarga turunan pertama dari penderita gangguan bipoler I berkemungkinan 8-18 kali lebih besar dari sanak keluarga turunan pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan bipoler I dan 2-10 kali lebih mungkin untuk menderita gangguan depresi berat. Sanak keluarga turunan pertama dari seorang penderita berat berkemungkinan 1,5-2,5 kali lebih besar daripada sanak keluarga turunan pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan bipoler I dan 2-3 kali lebih mungkin menderita depresi berat.1b) Penelitian adopsiPenelitian ini telah mengungkapkan adanya hubungan faktor genetik dengan gangguan depresi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa anak biologis dari orang tua yang menderita depresi tetap beresiko menderita gangguan mood, bahkan jika mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan.1c) Penelitian kembarPenelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipoler I pada anak kembar monozigotik 33-90 persen; untuk gangguan depresi berat angka kesesuaiannya 50 persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah kira-kira 5-25 persen untuk gangguan bipoler I dan 10-25 persen untuk gangguan depresi berat.13) Aspek psikologiSampai saat ini tak ada sifat atau kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua manusia dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan tertentu. Tetapi tipe kepribadian dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal, mungkin berada dalam resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian antisosial, paranoid, dan lainnya dengan menggunakan proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan yang lainnya. Tidak ada bukti hubungan gangguan kepribadian tertentu dengan gangguan bipoler I pada kemudian hari. Tetapi gangguan distimik dan gangguan siklotimik berhubungan dengan perkembangan gangguan bipoler I di kemudian harinya.14) Aspek lingkungan sosialBerdasarkan penelitian, depresi dapat membaik jika klinisi mengisi pada pasien yang terkena depresi suatu rasa pengendalian dan penguasaan lingkungan 1

2.4 Gejala Klinis1) Gejala utamaa. Afek depresifb. Kehilangan minat dan kegembiraanc. Berkurangnya energy yang menuju meingkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.62) Gejala lainnyaa) Konsentrasi dan perhatian berkurangb) Harga diri dan kepercayaan diri berkurangc) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistise) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirif) Tidur terganggug) Nafsu makan berkurang.6Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan, di perlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.6

2.5 Pedoman Diagnostik 1) Episode depresif ringan (F32.0)a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas. b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya.c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu.e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukannya.Karakter kelima :F32.00 = tanpa gejala somaticF32.01 = dengan gejala somatic6

2) Episode depresif sedang (F32.1)a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utma seperti pada episode depresi ringan.b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.c. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan rumah tangga.Karakter kelima :F32.10 =Tanpa gejala somaticF32.11 = Dengan gejala somatic.6

3) Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2)a. Semua 3 gejala utama depresi harus ada.b. Ditambah sekurang-sekurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.c. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien tiak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.Dalam hal demikian, penilaian secra menyeluruh terhadap episode depresif berat maih dapat dibenarkan.d. Episode depresif biasanya hars berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.e. Sangat tidak mungkin pasien akan mampumeneruskan kegiatan social, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat rerbatas.6

4) Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)a. Episode depresi berat yang memenuhi criteria F32.2 tersebut diatas.b. Disertai waham, halusinasi tau stupor depreif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien meraa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.Jika diperlukan, waham atau ilusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek.6

5) Gangguan depresif berulang (F33)a. Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : Episode depresi ringan Episode depresi sedang Episode depresi beratSetiap episode masing-masing lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dengan gangguan bipolar.6b. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan afeksitas yang memenuhi criteria mania. Namun kategori ii tetap harus digunakan jika ternyata da episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi criteria hipomania, segera setelah suatu episode depresif .6c. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil pasien mendapat mungkin depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut.6d. Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan seringkalai dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain.6

6) Gangguan depresif berulang, episode kini ringan (F33.0)a. Criteria gangguan depresif berulang harus terpenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi criteria untuk episode depresif ringan.b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing masing selama minimal dua minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.Karakter kelima :F33.00 = tanpa gejala somaticF33.01 = dengan gejala somatic.6

7) Gangguan depresif berulang, episode kini sedang (F33.1)a. kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi criteria untuk depresif seang.b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.Karakter kelima :F33.10 = tanpa gejala somatikF33.11 = dengan gejala somatik.6

8) Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik (F33.2)a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi criteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik.b. Sekurang-kurangnya dan episode telah berlangsung masing-masing minimal selama 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.6

9) Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik (F33.3)a. Criteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi, dan episode sekarang harus memenuhi criteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.6b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing minimal selama 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.6

10) Gangguan depresi berulang, kini dalam remisi (F33.4)a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus penah dipenuhidimasa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi criteria untuk episode depresif dengan deraja, keparahan apapun atau gangguan lain apapun dalam F30-F39.6b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.6

2.6 Terapi1) Terapi Fisik dan Terapi Perubahan Perilaku a. ELECTRO CONVULSIVE THERAPY ( ECT ) ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi semacam ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT menjadi sangat penting karena ECT akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan ECT lama rawat di rumah sakitmenjadi lebih pendek.7Pada keadaan tertentu tidak dianjurkan ECT, bahkan pada beberapa kondisi tindakan ECT merupakan kontra indikasi. ECT tidak dianjurkan pada keadaan Usia yang masih terlalu muda ( kurang dari 15 tahun ) Masih sekolah atau kuliah Mempunyai riwayat kejang Psikosis kronik Kondisi fisik kurang baik Wanita hamil dan menyusui Selain itu, ECT dikontraindikasikan pada : penderita yang menderita epilepsi, TBC milier, tekanan tinggi intra kracial dan kelainan infark jantung.7

Depresif berisiko kambuh manakala penderita tidak patuh, ketidaktahuan, pengaruh tradisi yang tidak percaya dokter, dan tidak nyaman dengan efek samping obat. Terapi ECT dapat menjadi pilihan yang paling efektif dan efek samping kecil. Terapi perubahan perilaku meliputi penghapusan perilaku yang mendorong terjadinya depresi dan pembiasaan perilaku baru yang lebih sehat. Berbagai metode dapat dilakukan seperti CBT (Cognitive Behaviour Therapy) yang biasanya dilakukan oleh konselor, psikolog dan psikiater.7

2) Psikoterapi Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional antara terapis dengan penderita. Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan gangguan psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimisme. Dalam pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi oleh penilaian dari dokter atau penderitanya.7

3) FarmakoterapiFarmakoterapi atau terapi obat merupakan komponen penting dalam pengobatan gangguan depresif. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya target simptom, kerja obat, farmakokinetik, cara pemberian, efek samping, interaksi obat, sampai pada harga obat.7a. Tiga Fase Pengobatan Gangguan Depresif Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif : Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala Fase kelanjutan untuk mencegah relaps Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren Di pelayanan kesehatan primer, obat anti depresan yang tersedia biasanya golongan trisiklik. Meskipun antidepresan trisiklik sampai saat ini merupakan obat antidepresan yang paling banyak digunakan, tetapi penggunaannya masih belum optimal karena kemampuan diagnostik dari pelayanan kesehatan primer belum ditingkatkan juga belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil penelitian ternyata dosis yang digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya, efek terapi yang ingin dihasilkan tidak tercapai.7Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam mengobati depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada malam hari, dan melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping yang mengganggu sedikit banyak akan dapat diatasi.7

b. Kriteria pemilihan obat Pertimbangan untuk pemilihan obat ada di tangan dokter yang akan membicarakannya pada penderita. Konseling diperkuat oleh apoteker. Pertimbangan tersebut meliputi : Efek samping dan respon tubuh terhadap obat Penyakit dan terapi lain yang dialami penderita Kerja obat dalam tubuh ketika dibarengi obat lain. Penderita perlu mengatakan pada dokter bahwa ia sedang menelan obat tertentu. Dokter akan memperhatikan interaksi obat yang diketahuinya. Lanjut usia, dimana fungsi absorbsi obat melambat. Efektivitas obat atas penderita. Seringkali pengobatan awal memberi hasil baik. Jika ini tak terjadi beritahu dokter agar dipikirkan obat lain atau kombinasi. Obat harus dipertahankan selama 7-15 bulan atau lebih panjang untuk menghadang episode gangguan depresif berikutnya.7

Beberapa orang memerlukan terapi rumatan antidepresan, terutama mereka yang seringkali mengalami pengulangan gejala episode gangguan depresif atau gangguan depresif mayor. Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu, sebelum ia mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan depresif meski hasilnya dirasakan sudah membuat perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu. Selama masa ini efek samping akan terasa. Banyak efek samping bersifat sementara dan akan menghilang ketika obat diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti mulut kering, konstipasi dan efek seksual. Orang berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih cermat.7

c. Penggolongan Antidepresan Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik) Mekanisme kerja : Obatobat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf.7Efek sampingEfek jantung ; dapat menimbulkan gangguan penerusan impuls jantung dengan perubahan ECG, pada overdosis dapat terjadi aritmia berbahaya. Efek anti kolinergik ; akibat blokade reseptor muskarin dengan menimbulkan antara lain mulut kering, obstipasi, retensi urin, tachycardia, serta gangguan potensi dan akomodasi, keringat berlebihan. Sedasi .Hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh merupakan akibat efek antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia, mengakibatkan gangguan fungsi seksual. Efek antiserotonin; akibat blokade reseptor 5HT postsinaptis dengan bertambahnya nafsu makan dan berat badan. Kelainan darah; seperti agranulactose dan leucopenia, gangguan kulit Gejala penarikan; pada penghentian terapi dengan mendadak dapat timbul antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur, serta nyeri kepala dan otot.7Obat-obat yang termasuk antidepresan klasik : ImipraminDosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum 250-300 mg sehari. Kontra Indikasi : Infark miokard akut Interaksi Obat : anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, obat penekan SSP Perhatian :kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular, hipotensi, gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.7 KlomipraminDosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg sehari. Kontra Indikasi: Infark miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal jantung, kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit. Interaksi Obat : dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat neuroadrenergik, dapat meningkatkan efek kardiovaskular dari noradrenalin atau adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat penekan SSP, alkohol. Perhatian : terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi kronik, kombinasi dengan beberapa obat antihipertensi, simpatomimetik, penekan SSP, anti kolinergik, penghambat reseptor serotonin selektif, antikoagulan, simetidin. Monitoring hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk mengemudi.7 AmitriptilinDosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum 150-300 mg sehari. Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO. Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk gangguan depresif saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi. Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun, glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi.7 Lithium karbonatDosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur malam. Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung. Interaksi Obat : diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam, metildopa, tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin, indometasin. Perhatian : Monitor asupan diet dan cairan, penyakit infeksi, demam, influenza, gastroentritis.7 Antidepresan Generasi ke-2 Mekanisme kerja : SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) : Obat-obat ini menghambat resorpsi dari serotonin. NaSA (Noradrenalin and Serotonin Antidepressants): Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI.7Efek samping : Efek seretogenik; berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri kepala, gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat. Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan, lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu. Gejala ini dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol). Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang atau sama sekali tidak ada.7

Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2 : a. Fluoxetin Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi. Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat, penggunaan bersama MAO. Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, antidepresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma. Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin.7b. Sertralin Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin. Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik. Perhatian: pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui, mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin.7c. Citalopram Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari. Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini. Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin. Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri. 7

d. Fluvoxamine Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari, maksimum dosis 300 mg. Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium. Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO, insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan laktasi. 7e. Mianserin Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/ hari Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati. Interaksi Obat : mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan dengan atau dalam 2 minggu penghentian terapi. Perhatian : dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi, diabetes, insufiensi hati, ginjal, jantung. 7f. Mirtazapin Dosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin. Interaksi Obat : dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol, memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO. Perhatian : pada epilepsi sindroma otak organic, insufiensi hati, ginjal, jantung, tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau gangguan psikotik lain, penghentian terapi secara mendadak, lansia, hamil, laktasi, mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin.7g. Venlafaxine Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-250 mg 1x/hari. Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18 tahun. Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain. Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat dosis harian > 200 mg.7

2.7 Prognosis1) Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung merupakan gangguan yang kronis dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif memiliki kemungkinan 50 % untuk pulih di dalam tahun pertama.12) Rekurensi episode depresi berat juga sering, kira-kira 30 sampai 50 % dalam dua tahun pertama dan kira-kira 50 sampai 70 % dalam 5 tahun. Insidensi relaps adalah jauh lebih rendah dari pada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresi.115