BAB I Referat Gang. Depresi

32
BAB I PENDAHULUAN Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood menurut buku Synopsis of Psychiatry. Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri. 4 Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menggangu kehidupan dan diderita tanpa memandang usia, status social, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan ini dapat terjadi tanpa disadaro sehingga terkadang terlambat ditangani sehingga dapat menimbulkan penderita yang berat seperti bunuh diri. Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidupnya sekitar 15 persen, penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar 10 persen perawatan primer dan 15 persen perawatan di rumah sakit. 2 Melihat dari tingginya angka penderita dan akibat gangguan depresif maka gangguan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, termasuk apoteker dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk 1

description

mjv

Transcript of BAB I Referat Gang. Depresi

Page 1: BAB I Referat Gang. Depresi

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood menurut

buku Synopsis of Psychiatry. Depresi merupakan gangguan mental yang sering

terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka

seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap

bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan

baik bisa berakhir dengan bunuh diri.4

Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menggangu kehidupan

dan diderita tanpa memandang usia, status social, latar belakang maupun jenis

kelamin. Gangguan ini dapat terjadi tanpa disadaro sehingga terkadang terlambat

ditangani sehingga dapat menimbulkan penderita yang berat seperti bunuh diri.

Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidupnya

sekitar 15 persen, penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar 10

persen perawatan primer dan 15 persen perawatan di rumah sakit.2

Melihat dari tingginya angka penderita dan akibat gangguan depresif maka

gangguan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, termasuk apoteker

dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk mengidentifikasi

gejala ganggaun depresif, memberikan konsuling tentang terapi yang dipakai, obat

yang dikonsumsi, monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita.1,2

1

Page 2: BAB I Referat Gang. Depresi

BAB II

GANGGUAN DEPRESI BERAT

2.2 Definisi Gangguang Depresid Berat

Gangguan depresi berat (Major Depresi Disorder / MDD) adalah

merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah

gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau

tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam

motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif.1

Dalam pembahasan emosi tercakup beberapa hal yaitu afek, mood, emosi

yang lain, dan gangguan psikologi yang berhubungan dengan mood. Oleh karena

bagian ini membahas tentang gangguan depresi, maka terlebih dahulu dibahas

secara terbatas pada emosi dan mood. Emosi merupakan kompleksitas perasaan

yang meliputi psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan

mood. Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat

diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain.3

Tanda dan gejala lain termasuk perubahan aktivitas, kemampuan kognitif,

bicara dan fungsi vegetative (tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik).

Gangguan ini hamper selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan

fungsi pekerjaan. Klasifikasi ganggaun depresi dalam DSM-IV-TR berada

dibawah gangguan mood.1,3

Gangguan mood adalah perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya

kearag depresi atau kea rah elasi. Perubahan ini biasanya di sertai dengan suatu

perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya

adalah sekunder terhadap perubahan itu , atau mudah dipahami hubungan dengan

perubahan tersebut.4

2.2 Epidemiologi

2

Page 3: BAB I Referat Gang. Depresi

Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan

prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15%, 25% pada wanita. Insiden

gangguan depresi berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan

primer, yang mendekati 10 persen, dan pada pasien medis rawat inap, yang

mendekati 15 persen (saddock).

Gangguan depresi berat sangat berhubungan tinggi dengan angka kematian,

lebih dari 15% orang dengan gangguan depresi berat terjadi kematian akibat

bunuh diri (APA, 2000). Angka kematian juga meningkat empat kali lipat pada

orang yang menderita gangguan depresi berat dengan umur diatas 55 tahun. Pada

penampilannya orang yang mempunyai gangguan depresi berat dapat

berhubungan erat dengan hubungan penyakit lain yang dideritanya, sejauh ini

didapatkan seperti penurunan hubungan sosial, psikis dan fungsi saat melakukan

pekerjaan.(APA)

Menurut jenis kelamin, terdapat prevalensi gangguan depresif berat yaitu

wanita dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Menurut usia,

onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari

semua pasien mempunyai onset antara usia 20-50 tahun. Menurut status

perkawinan, biasanya orang yang mudah menderita depresif berat orang yang

tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau

berpisah.

2.3 Etiologi

Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, genetik dan

psikososial. Perbedaan variasi tersebut adalah buatan karena kemungkinan bahwa

ketiga bidang tersebut berinteraksi di antara mereka sendiri. Sebagai contoh,

faktor psikososial dan faktor genetika dapat mempengaruhi faktor biologis

(konsentrasi neurotransmitter tertentu). Saddock

Faktor biologis, psikologis, dan sosial memang berkaitan dengan MDD,

tetapi penemuan terbaru menyatakan genetik, gambaran neurologis, dan biologi

molekuler sudah menjelaskan beberapa hubungan dengan tekanan yang besar ini,

terutama pada modulasi dari kehidupan pada proses genetic dan neurobiologi.

a. Faktor Biologis

3

Page 4: BAB I Referat Gang. Depresi

Amino biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua

neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan

mood. Pengaruh dari norepinefrin antara lain penurun regulasi reseptor

beta adrenergik dan respons klinis anti depresi mungkin merupakan peran

langsung sistem noradrenergik pada depresi. Reseptor b2-presipnatik juga

terletak pada neuron serotonergic dan mengatur jumlah pelepasan

serotonin. Selain itu, dopamin dan serotonin juga dapat berperan dengan

depresi bila terjadi perubahan. Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada

depresi. Dua teori baru tentang hubungan dopamine dan depresi yaitu,

jalur dopamine mesolimbic mungkin mengalami disfungsi pada depresi

dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi. Aktivitas

serotonin berkurang pada kejadian depresi, fungsi dari serotonin itu sendiri

antara lain untuk control regulasi afek, agregasi, tidur dan nafsu makan.

Jumlah serotonin yang berkurang di celah sinaps bertanggung jawab atas

kejadiannya depresi.

b. Faktor Genetik

Faktor genetic sanagat berperan dalam perubahan gangguan mood.

Penelitian dalam keluarga seseorang yang mempunyai keturunan depresi

dari generasi pertama lebih sering mengalami depresi berat dan penelitian

mengatakan bahwa anak yang mempunyai keturunan depresi dapat

berisiko untuk terkena gangguan depresi meski di asuh/ di adopsi di

keluarga yang berbeda. Studi juga membandingkan anak kembar dengan

anak normal, anak kembar monzigotik atau digozigotik dapat mewarisi

gangguan mood sekiranya 37 persen.

c. Faktor psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan dapat mempengaruhi

perubahan biologi otak yang bertahan lama, sehinggan terdapat

kemungkinan perubahan perilaku yang mengarah kearah depresi ringan

hingga depresi berat. Ciri kepribadian apapun dapat timbul depresi bila

mengalami peristiwa stress yang berat menurut dirinya, didukung oleh

kepercayaan diri yang kurang dapat menimbulkan depresi.

4

Page 5: BAB I Referat Gang. Depresi

2.4 Klasifikasi Depresi

Depresi mayor termasuk di dalam Gangguan mood yang menurut ICD 10 di

dalam PPDGJ III, Termasuk dalam bagian F30-F39, yaitu:

01. F32 Episode depresif

F32.0 Episode ddepresif ringan

.00 Tanpa gejala somatik

.01 Dengan gejala somatik

F32.1 Episode depresif sedang

.10 Tanpa gejala somatik

.11 Dengan gejala somatic

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

F32.8 Episode depresif lainnya

F32.9 Episode depresif YTT

02. F33 Gangguan depresif berulang

F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan

.00 Tanpa gejala somatik

.01 Dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang

.10 Tanpa gejala somatik

.11 Dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala

psikotik

F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala

psikotik

F33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisi

F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya

F33.9 Gangguan depresif berulang YTT

03. F34 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap

F34.0 Siklotimia

F34.1 Distimia

F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap lainnya

5

Page 6: BAB I Referat Gang. Depresi

F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap YTT

04. F38 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya

F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya

.00 Episode afektif campuran

F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang lainnya

.10 Gangguan depresif singkat berulang

F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya

YDT

05. F39 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT

2.5 Patofisiologi

Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter

aminergik. Neurotransmiter yang berperan adalah dopamine dan serotonin,

namun paling banyak diteliti  ialah serotonin.

Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau

kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas

pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat. Serotonin

yang terdapat pada susunan saraf pusat berasal dari asam amino triptofan, proses

sintesis serotonin sama dengan katekolamin, yaitu masuknya triptofan ke neuron

dari sirkulasi darah, dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase akan membentuk

5-hidroksitriptofan dan dengan dekarboksilase akan membentuk 5-

hidroksitriptamin (5-HT).11,2

6

Page 7: BAB I Referat Gang. Depresi

Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu

reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam

mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti

depresan.11

2.5 Kriteria Diagnosa Depresi

Kriteria depresi menurut PPDGJ III terdapat 2 gejala yang menentukan

tingkat keparahan dari episode depresif, diperlukan masa sekurang-kurangnya 2

minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat

dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat, antara lain:

F32 Episode depresif

Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):

a. Mood / Afek depresif

Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood

yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda

secara kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas

7

Page 8: BAB I Referat Gang. Depresi

normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya.

Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin

menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk hamper

setiap hari. Sadock

b. Kehilangan Minat dan kegembiraan

Menurunnya minat dan kesenangan hampir pada semua kegiatan hampir

sepanjang waktu. Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial

yang biasanya ada merupakan salah satu tanda penting pada depresi.

Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi,

dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau

konflik rumah tangga. ui

c. Berkurangnya Tenaga

Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti

sulit untuk memulai suatu pekerjaan. Kehilangan energi sepanjang waktu

yang mengarah ke keluhan yang mudah lelah.

Gejala Lain :

Konsentrasi

Konsentrasi dan mengambil keputusan yang sulit adalah hal yang sering

dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan

permasalahan pada perhatian dan bisa mempengaruhi fungsi kognitif terhadap

dirinya sendiri. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis

sebagai demensia onset dini.

Rasa bersalah / berkurangnya kepercayaan diri

Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum

dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi hampir sepanjang waktu yang

dapat mengakibatkan kepercayaan diri berkurang.

Gangguan Tidur

Gangguan tidur sering dikeluhkan pada pasien depresi. Hal yang klasik

adalah terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal

insomnia), tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah

malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam

hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai.

8

Page 9: BAB I Referat Gang. Depresi

Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang

umum terjadi pada pasien depresi.1,2

Nafsu makan/berat badan

Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan

kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa

dirinya sendiri untuk makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas dan olahraga akan

menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom metabolik. Perubahan berat

badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.2.3

Membahayakan diri

Beberapa ide untuk membahayakan diri, yang paling sering bunuh diri,

dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan semuanya akan

selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang

dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien

depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri.

Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15%

pasien yang dirawat inap adalah pasien yang matinya karena bunuh diri.2,3

Kecemasan

Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum

pada depresi. Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam

kemarahan dan kesedihan, dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil

adalah yang sering terlihat. Pandangan masa depan yang suran dan pesimistis juga

terlihat dalam gambaran orang dengan gangguan depresif. Depresi sering

menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran

bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan keputusasaan.2,3

Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.2) hanya digunakan untuk

episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus

diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33-)

F32.0 Episode depresif ringan

Pedoman diagnostik

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti

disebut di atas

9

Page 10: BAB I Referat Gang. Depresi

- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya sampai dengan (g)

- Tidak boleh ada gejala berat diantaranya

- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu

- Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasa dilakukannya

Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik

F 32.01 = dengan gejala somatik

F32.1 episode depresif sedang

Pedoman diagnostik

- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada

depresi ringan

- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;

- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2

minggu

- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan

dan urusan rumah tangga

F 32.2 episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Pedoman diagnostik

- Semua 3 gejala utama depresi harus ada

- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di

antaranya harus berintensitas berat

- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang

mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk

melaporkan banyak gejalanya secara rinci

Dalam hal demikian, penilaian scara menyeluruh terhadap episode deprsif berat

masih dapat dibenarkan

- Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka

10

Page 11: BAB I Referat Gang. Depresi

masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang

dari 2 minggu.

- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.

F 32.3 episode depresif berat dengan gejala psikotik

- Episode depresi berta yang memenuhi kriteria menurut F 32.2 tersebut di

atas;

- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi

auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau

menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor

yang berat dapat menunjukkan stupor.

Jika diperlikan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan afek (mood-congruent)

F 32.8 episode depresif lainnya

F32.9 episode depresif YTT

Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik

F 32.01 = dengan gejala somatik

2.6 Episode Depresi berdasarkan ICD-1010

1. Kriteria Umum

a. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu

b. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria

untuk episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan

individu

c. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental

organik

2. Gejala Utama

11

Page 12: BAB I Referat Gang. Depresi

a. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir

untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak

responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu

b. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya

menyenangkan

c. Penurunan energi atau kelelahan meningkat

3. Gejala Lainnya

a. Kehilangan percaya diri atau harga diri

b. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan

tidak tepat

c. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri

d. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau

berkonsentrasi, seperti keraguan atau kebimbangan

e. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

f. Gangguan tidur

g. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan

berat badan yang sesuai

2.6 Diagnosa Banding

Menurut DSM-V diagnosis banding dari gangguan depresi berat , yang

terdapat manifestasi klinis yang sama, yaitu :

a. Episode manik dengan mood irritable atau episode campuran

Episode depresi berat dengan mood irritable yang menonjol mungkin sulit

dibedakan dengan episode manik dengan mood irritable atau episode

campuran. Maka perlu hati-hati untuk membedakan evaluasi klinik dengan

adanya gejala manik

b. Gangguan mood karena kondisi medik lainnya

Diagnosis episode depresi berat ditegakan bila tidak terdapat gangguan

mood, berdasarkan riwayat individu, pemeriksaan fisik dan temuan lab,

untuk mengetahui perjalanan kondisi penyakit spesifik yang dialami.

c. Zat/ Pengobatan yang menimbulkan depresi atau gangguan bipolar

12

Page 13: BAB I Referat Gang. Depresi

Pada Gangguan ini yang membedakan dengan gangguan depresi berat

yaitu penyebabnya zat yang membuat modd menjadi terganggu.

Contohnya, mood depresi yang terjadi akibat pemberhetian cocain ini bisa

didiagnosa menjadi cocaine-induced depressive disorder.

2.7 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksaan pada pasien gangguan mood, adalah :

1. Keselamatan pasien harus terjamin

2. Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilakukan

3. Rencana terapi bukan hanya untuk gejala, namun kesehatan jiwa harus

diperhatikan.

Selain itu, beberapa pasien depresi bisa diindikasikan untuk rawat inap. Indikasi

rawat inap selain indikasi tetap, yang paling sering ditemukan pada pasien

gangguan depresi berat adalah risiko bunuh diri, melakukan pembunuhan dan

berkurangnya kemampuan pasien secara menyelurruh untuk asupan makan,

minum obat, riwayat berulang dan hilangnya system dukungan terhadap pasien .

Penanganan pasien gangguan depresi berat paling efektif dan spesifik

yaitu obat anti-depresan golongan trisiklik, SSRI, tetrasiklik, MAOI-reversible.

Anti-Depresan

Kelompok obat heterogen dengan efek utama dan terpenting adalah

mengendalikan gejala depresi. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom

depresi. Diagnostik sindrom depresi ini memenuhi Gejala Utama dan Gejala lain.5

Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine

Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.

Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN

OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide

Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,

Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.

Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.

Jenis-jenis dari obat antidepresan dibedakan dengan mekanisme kerja

masing-masing. Kebanyakan dari obat antidepresan yang efektif bekerja dengan

13

Page 14: BAB I Referat Gang. Depresi

meningkatkan sinyal dari serotonin dan norepinefrin adalah dengan cara

menghambat proses reuptake pada celah-celah sinaps. Monoamine Oxidase

Inhibitors (MAOIs) bekerja dengan menghambat degradasi monoamine oleh

Monoamine oxidase A atau B. Sementara obat-obat antidepresan yang lain

mengantagonis kerja autoreseptor α2-adrenergik yang mengakibatkan

meningkatnya pelepasan norepinefrin, mengantagonis reseptor 5-

hydroxytryptamine2A, atau keduanya.

a. SSRIs (Selective Serotonine Reuptake inhibitor)

Pada percobaan klinis, didapatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan

beberapa macam SSRIs bila dibandingkan dengan dengan beberapa jenis

antidepressan lain adalah kurang bermakna, namun beberapa perbedaan

yang spesifik perlu diperhatikan. Metabolit aktif fluoxetine memiliki

waktu paruh yang lebih panjang daripada SSRI lainnya, yang

menyebabkan fluoxetine hanya diperbolehkan untuk dimakan satu dosis

per hari dan dengan demikian mengurangi efek dari diskontinuasi

pengobatan SSRI. Namun Fluoxetine perlu digunakan secara berhati-hati

pada pasien dengan sindroma bipolar atau pasien dengan riwayat keluarga

sindroma bipolar, karena metabolit aktif yang terdapat dalam darah selama

beberapa minggu dapat memperburuk episode manik pada saat perubahan

episode dari depresi ke episode manik. SSRI juga dapat digunakan pada

pasien yang tidak berespons dengan pengobatan trisiklik antidepresan,

serta pada pasien yang memiliki daya toleransi yang rendah pada kasus

diskontinuasi obat SSRI dan efek kardiovaskular. Meskipun obat trisiklik

antidepresan mungkin memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi

daripada SSRI pada kasus-kasus depresi mayor yang parah atau pada

depresi dengan fitur melankolis, trisiklik antidepresan kurang efektif pada

pengobatan kasus bipolar karena trisiklik antidepresan dapat memacu

episode mania atau episode hipomania. SSRI tidak begitu efektif bila

dibandingkan jenis lainnya dalam kasus depresi yang berhubungan dengan

penyakit-penyakit fisik, ataupun pada kasus dimana terdapat nyeri yang

14

Page 15: BAB I Referat Gang. Depresi

mencolok. SSRI yang paling menunjukan efektivitas pada anak-anak dan

dewasa muda (18-24 tahun) adalah Fluoxetine. 1,4,5

b. NRIs (Norepinephrine Reuptake Inhibitor)

Nortriptyline, maprotiline, dan desipramine adalah NRI trisiklik dengan

efek antikolinergik, sementara reboxetine adalah NRI selektif fengan

efektivitas yang mirip dengan trisiklik antidepresan dan SSRI.

c. Antidepresan kerja ganda

Serotonin–norepinephrine reuptake inhibitors seperti venlafaxine,

duloxetine, dan milnacipran memblok transporter monoamine lebih efektif

daripada trisiklik antidepresan, dengan efek samping jantung minimal. Kerja

ganda dari antidepresan seperti venlafaxine menunjukan efektivitas yang

lebih tinggi dan nilai remisi yang lebih tinggi pada depresi yang parah bila

dibandingan dengan fluoxetine atau trisiklik antidepresan. Efektivitas

duloxetine mirip dengan paroxetine golongan SSRI, sementara venlafaxine

dan duloxetine juga efektif untuk meredakan sakit yang kronis dan diabteik

neuropathy.1

d.MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitor)

MAOI generasi lama yang secara ireversibel dan nonselektif memblok

isoenzim MAO A dan B memiliki efektivitas yang mirip dengan trisiklik

antidepresan. Namun MAOI bukanlah obat pilihan pertama dikarenakan

pasien yang memilih pengobatan dengan MAOI diharuskan untuk

mengikuti diet dengan tyramine rendah untuk mencegah munculnya krisis

hipertensi, serta karena MAOI juga memiliki resiko interaksi obat yang

tinggi dengan pengobatan lainnya. MAOI biasanya dipakai pada pasien

yang tidak berespons pada pengobatan trisiklik antidepresan.4,5

e. Antidepresan lainnya

Mirtazapine dapat meningkatkan pelepasan norepinefrin dengan

menghambat autoreseptor a2-adrenergic dan reseptor serotonin 5-HT2A,

reseptor serotonin 5-HT3, serta reseptor hitsamin H-1. Nefazodone,

menghambat reseptor serotonin 5-HT2A dan reuptake serotonin – dengan

begitu memiliki efektivitas yang mirip dengan SSRI namun dengan efek

samping minimal. Nefazodone juga sering dipakai pada depresi pasca

15

Page 16: BAB I Referat Gang. Depresi

melahirkan, depresi kronis dan depresi major dengan gangguan cemas yang

resisten terhadap pengobatan lainnya.4,5

ECT ( Electro Convulsif Therapy)

ECT adalah suatu pengobatan alternatif yang biasa digunakan jika pasien

tidak berespon terhdap farmakoterapi dengan dosis yang sudah adekuat atau tidak

dapat mentolerandi farmakoterapi atau pada tampilan klinis yang sangat berat dan

memperlihatan perubahan yang sangat tepat.4

16

Page 17: BAB I Referat Gang. Depresi

Prinsip pengobatan anti depresan selalu dimulai dari dosis rendah,

ditingkatkan secara bertahap untuk respon yang adekuat/ dosis terapeutik. Efek

terapi baru akan tampak pada minggu ke 2-3 , biasanya pada pemakaian awal

harus diberikan benzodizepin yang memiliki efek cepat dalam memberikan rasa

nyaman sambil menunggu efek terapi tercapai, maka setelah itu dilajutkan teraoi

pemeliharaan untuk mencapai remisi dan mencegah relaps selama minimal 6

bulan dan bahkan 3-5 tahun.

2.7 Prognosis

Prognosis dilihat dari perjalanan penyakitnya, termasuk penyakit yang

kambuh / kronis atau tidak. Prinsipnya semakin sering pasien mengalami episode

depresi, maka keadaanya akan semakin buruk.

Prognosis baik : episode ringan, tidak ada gejala psikotik, waktu rawat

inap singkat, indikator psikososial meliputi teman akrab selama masa remaja,

fungsi keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit fungsi sosial baik, tidak lebih dari

sekali rawat inap akibat depresi dan tidak ada penyakit psikiatri lain.

Prognosis Buruk : depresi berat bersamaan dengan distimik (depresif

kronik sepanjang waktu dan menetap), penyalahgunaan alkohol dan zat lain,

ditemukan gejala cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode depresi

sebelumnya.

2.8 Ilustrasi Kasus

Jessica, wanita, sudah menikah umur 28 tahun. Dia adalah tipe orang yang

senang menuntut, Pekerjaan dengan tingkat stressnya tinggi yaitu dokter residen

di salah satu rumah sakit besar. Jessica selalu mendapatkan prestasi yang tinggi. Ia

lulus dengan gemilang di perguruan tingginya dan baik di sekolah kedokteran. Dia

hanya memiliki standar yang tinggi bagi diriny dan dapat menjadi sangat self-

critical ketika ia gagal mencapai standarnya. Akhir-akhir ini , dia telah berjuang

keras dengan perasaanya yang merasa tidak berharga dan merasa malu karena

ketidakmampuan untuk melakukan hal seperti yang ia lakukan sebelumnya dan

hal yang ia selalu punya di masa lalu .

Seminggu terakhir ini jessica merasa letih yang luar biasa dan semakin sulit

17

Page 18: BAB I Referat Gang. Depresi

untuk berkonsentrasi di tempat kerja. Rekan kerja dia menyadari kalau dia sering

marah dan menyendiri, yang sangat berbeda dengan dia yang ramah dan mudah

bergaul. Dia sering izin sakit dibeberapa kesempatan, yang benar-benar tidak

seperti dia. Pada waktu yang sama ternyata dia hanya di tempat tidur sepanjang

hari , menonton tv atau tidur dirumah, suami Jessica tekah menyadari bahwa

Jessica benar-benar berubah. Dia memperlihatkan terlihat lebih tertarik terhadap

seks dan sulit tidur dimalam hari. Gangguan tidurnya itu telah membuat ia

terbangun dan sekiranya satu sampai dua jam baru mereka pergi tidur. Suaminya

sering kali mendengar Jessica menangis di telfon dengan teman dekatnya, yang

membuat ia khawatir. Ketika dia mencoba menanyakan apa yang membuat Jessica

terganggu, Jessica berusaha menjauh dari suaminya dan berkata semua baik-baik

saja. Meskipun Jessica tidak ada niat untuk bunuh diri, namun dia sering kali

tidak puas atau kecewa dengan hidupnya. Jessica sering kali mengeluh ingin mati

saja. Dia menjadi frustasi dengan dirinya karena merasa punya banyak alasan

untuk dia bahagia, namun nampaknya tidak bisa merubah rasa kecewa dan

murungnya yang membuat semakin hari sudah terlambat

Pembahasan Kasus :

Pada kasus diatas, Jessica , wanita 28 tahun memiliki ciri-ciri gejala utama

dari episode depresif, yaitu :

1. afek depresif berat : sering marah, murung dan merasa kecewa

2. Kehilangan minat dan kegembiraan : sering izin sakit pada beberapa acara

dan menyendiri

3. Mudah lelah : merasa letih yang luar biasa.

Apabila gejala utama dipenuhi semua maka kita bisa mensuspek kearah

depresi berat. Namun, dilihat lagi dari gejala lain, yang minimal harus ditandai

dengan adanya 4 gejala. pada Jessica ini ditemukan beberapa kriteria gejala lain,

yaitu :

1. Jessica merasa sulit berkonsentrasi dengan pekerjaannya untuk seminggu

terakhir ini.

2. Jessica merasa malu dan tidak berharga dengan dirinya, karena gagal mecapai

standarnya yang biasanya iya lakukan.

18

Page 19: BAB I Referat Gang. Depresi

3. Iya juga merasa tidak percaya diri, karena sekarang ini merasa tidak mampu

untuk melakukan pekerjaanya ini.

4. Pandangan masa depannya juga mulai suram, dengan mengakui bahwa semua

sudah terlambat dan ia berkata ingin mati saja.

5. Suami Jessica menyatakan, bahwa Jessica sekarang sulit untuk tidur.

Dari pernyataan diatas bahwa menandakan jessica terdapat gejala gangguan

depresif berat. Sering kali juga Jessica ditemui sedang menangis oleh suaminya,

tanda-tanda depresif ini sudah mencakupi keluhan-keluhan yang ada di episode

depresi berat.

19

Page 20: BAB I Referat Gang. Depresi

BAB III

KESIMPULAN

Saat seseorang mengalami gangguan mood/afek atau lebih khususnya

mengalami gangguan depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi

emosional, fungsi motorik, kogintif serta motivasinya dan jika tidak segera diberi

penanganan maka akan memicu timbulnya gangguan depresi berat satu episode

dan depresi depresi barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih

susah untuk ditangani dan akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada

perempuan dan berdasarkan usia rata-rata pada usia 28 tahun.

Penyebab - penyebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi biologis

karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya neurotransmitter, dari

sisi psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap

timbulnya depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan-lingkungan sekitar

yang tidak mendukung berlangsungnya kehidupan yang baik dan dari sisi spiritual

adalah kurangnya keimanan dan ketakwaan yang menimbulkan tekanan biasa

dikenal dengan stressor.

20

Page 21: BAB I Referat Gang. Depresi

DAFTAR PUSTAKA

1. Collura, TF 2012, Major Depressive Disorder.. Diakses [15 agustus 2015]:

Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm.

2. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.

Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.

3. Elvira, SD, Hadisukanto, G. 2014. Buku Ajar Psikiatri Edisi ke 2. Fakultas

Kedokteran Universitas Inonesia.

4. Maslim, R. 2001, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta- Fakultas Kedokteran Atmajaya.

5. Maslim, R. 2014. Penggunaan Klinis Obat Psikotropika (psychotropic

medication). Jakarta : Fakultas Kedokteran Atmajaya.

6. Belmaker, RH & Agam, G. 2008. ’Major Depressive Disorder’. New

England Journal of Medicine ; 358 :55-68.

7. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and

experience in psychiatry. 2002. p. 8-12.

8. Peveler R, Carson A, Rodin G. 2003. Depression in medical patients, in

Mayou R, Sharpe M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ

Publishing group. p. 10-3.

9. American Psychiatric Association. Highlights of Change from DSM-IV TR

to DSM-V. United States : American Psychiatric, 2013.

21

Page 22: BAB I Referat Gang. Depresi

10. World Helath Organization. 1993. The ICD – 10 Classification of Mental

and Behavioural Disorders. Diagnostic Criteria for Research. Geneva :

WHO

11. Kessler, RC, Berglund, P, Demler, O, Jin, R, Koretz, D, Merikangas, MR,

Rush, AJ, Walters, EE, Wang, PS 2003. ‘The Epidemiology of Major

Depressive Disorder’ The Journal of the American Medical Association.

22