BAB I Referat Gang. Depresi
-
Upload
deny-rahmat-pamungkas -
Category
Documents
-
view
27 -
download
2
description
Transcript of BAB I Referat Gang. Depresi
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood menurut
buku Synopsis of Psychiatry. Depresi merupakan gangguan mental yang sering
terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka
seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap
bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan
baik bisa berakhir dengan bunuh diri.4
Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menggangu kehidupan
dan diderita tanpa memandang usia, status social, latar belakang maupun jenis
kelamin. Gangguan ini dapat terjadi tanpa disadaro sehingga terkadang terlambat
ditangani sehingga dapat menimbulkan penderita yang berat seperti bunuh diri.
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidupnya
sekitar 15 persen, penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar 10
persen perawatan primer dan 15 persen perawatan di rumah sakit.2
Melihat dari tingginya angka penderita dan akibat gangguan depresif maka
gangguan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, termasuk apoteker
dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk mengidentifikasi
gejala ganggaun depresif, memberikan konsuling tentang terapi yang dipakai, obat
yang dikonsumsi, monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita.1,2
1
BAB II
GANGGUAN DEPRESI BERAT
2.2 Definisi Gangguang Depresid Berat
Gangguan depresi berat (Major Depresi Disorder / MDD) adalah
merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri adalah
gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau
tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam
motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif.1
Dalam pembahasan emosi tercakup beberapa hal yaitu afek, mood, emosi
yang lain, dan gangguan psikologi yang berhubungan dengan mood. Oleh karena
bagian ini membahas tentang gangguan depresi, maka terlebih dahulu dibahas
secara terbatas pada emosi dan mood. Emosi merupakan kompleksitas perasaan
yang meliputi psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan
mood. Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami dan dapat
diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain.3
Tanda dan gejala lain termasuk perubahan aktivitas, kemampuan kognitif,
bicara dan fungsi vegetative (tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik).
Gangguan ini hamper selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan
fungsi pekerjaan. Klasifikasi ganggaun depresi dalam DSM-IV-TR berada
dibawah gangguan mood.1,3
Gangguan mood adalah perubahan suasana perasaan atau afek, biasanya
kearag depresi atau kea rah elasi. Perubahan ini biasanya di sertai dengan suatu
perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya
adalah sekunder terhadap perubahan itu , atau mudah dipahami hubungan dengan
perubahan tersebut.4
2.2 Epidemiologi
2
Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan
prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15%, 25% pada wanita. Insiden
gangguan depresi berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan
primer, yang mendekati 10 persen, dan pada pasien medis rawat inap, yang
mendekati 15 persen (saddock).
Gangguan depresi berat sangat berhubungan tinggi dengan angka kematian,
lebih dari 15% orang dengan gangguan depresi berat terjadi kematian akibat
bunuh diri (APA, 2000). Angka kematian juga meningkat empat kali lipat pada
orang yang menderita gangguan depresi berat dengan umur diatas 55 tahun. Pada
penampilannya orang yang mempunyai gangguan depresi berat dapat
berhubungan erat dengan hubungan penyakit lain yang dideritanya, sejauh ini
didapatkan seperti penurunan hubungan sosial, psikis dan fungsi saat melakukan
pekerjaan.(APA)
Menurut jenis kelamin, terdapat prevalensi gangguan depresif berat yaitu
wanita dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Menurut usia,
onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun; 50 persen dari
semua pasien mempunyai onset antara usia 20-50 tahun. Menurut status
perkawinan, biasanya orang yang mudah menderita depresif berat orang yang
tidak mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau
berpisah.
2.3 Etiologi
Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, genetik dan
psikososial. Perbedaan variasi tersebut adalah buatan karena kemungkinan bahwa
ketiga bidang tersebut berinteraksi di antara mereka sendiri. Sebagai contoh,
faktor psikososial dan faktor genetika dapat mempengaruhi faktor biologis
(konsentrasi neurotransmitter tertentu). Saddock
Faktor biologis, psikologis, dan sosial memang berkaitan dengan MDD,
tetapi penemuan terbaru menyatakan genetik, gambaran neurologis, dan biologi
molekuler sudah menjelaskan beberapa hubungan dengan tekanan yang besar ini,
terutama pada modulasi dari kehidupan pada proses genetic dan neurobiologi.
a. Faktor Biologis
3
Amino biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
mood. Pengaruh dari norepinefrin antara lain penurun regulasi reseptor
beta adrenergik dan respons klinis anti depresi mungkin merupakan peran
langsung sistem noradrenergik pada depresi. Reseptor b2-presipnatik juga
terletak pada neuron serotonergic dan mengatur jumlah pelepasan
serotonin. Selain itu, dopamin dan serotonin juga dapat berperan dengan
depresi bila terjadi perubahan. Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada
depresi. Dua teori baru tentang hubungan dopamine dan depresi yaitu,
jalur dopamine mesolimbic mungkin mengalami disfungsi pada depresi
dan reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi. Aktivitas
serotonin berkurang pada kejadian depresi, fungsi dari serotonin itu sendiri
antara lain untuk control regulasi afek, agregasi, tidur dan nafsu makan.
Jumlah serotonin yang berkurang di celah sinaps bertanggung jawab atas
kejadiannya depresi.
b. Faktor Genetik
Faktor genetic sanagat berperan dalam perubahan gangguan mood.
Penelitian dalam keluarga seseorang yang mempunyai keturunan depresi
dari generasi pertama lebih sering mengalami depresi berat dan penelitian
mengatakan bahwa anak yang mempunyai keturunan depresi dapat
berisiko untuk terkena gangguan depresi meski di asuh/ di adopsi di
keluarga yang berbeda. Studi juga membandingkan anak kembar dengan
anak normal, anak kembar monzigotik atau digozigotik dapat mewarisi
gangguan mood sekiranya 37 persen.
c. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan dapat mempengaruhi
perubahan biologi otak yang bertahan lama, sehinggan terdapat
kemungkinan perubahan perilaku yang mengarah kearah depresi ringan
hingga depresi berat. Ciri kepribadian apapun dapat timbul depresi bila
mengalami peristiwa stress yang berat menurut dirinya, didukung oleh
kepercayaan diri yang kurang dapat menimbulkan depresi.
4
2.4 Klasifikasi Depresi
Depresi mayor termasuk di dalam Gangguan mood yang menurut ICD 10 di
dalam PPDGJ III, Termasuk dalam bagian F30-F39, yaitu:
01. F32 Episode depresif
F32.0 Episode ddepresif ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatic
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lainnya
F32.9 Episode depresif YTT
02. F33 Gangguan depresif berulang
F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 Tanpa gejala somatik
.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
.10 Tanpa gejala somatik
.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala
psikotik
F33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisi
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
03. F34 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap lainnya
5
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap YTT
04. F38 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya
F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya
.00 Episode afektif campuran
F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang lainnya
.10 Gangguan depresif singkat berulang
F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya
YDT
05. F39 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT
2.5 Patofisiologi
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter
aminergik. Neurotransmiter yang berperan adalah dopamine dan serotonin,
namun paling banyak diteliti ialah serotonin.
Konduksi impuls dapat terganggu apabila terjadi kelebihan atau
kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau adanya gangguan sensitivitas
pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem saraf pusat. Serotonin
yang terdapat pada susunan saraf pusat berasal dari asam amino triptofan, proses
sintesis serotonin sama dengan katekolamin, yaitu masuknya triptofan ke neuron
dari sirkulasi darah, dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase akan membentuk
5-hidroksitriptofan dan dengan dekarboksilase akan membentuk 5-
hidroksitriptamin (5-HT).11,2
6
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu
reseptor 5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam
mekanisme biokimiawi depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti
depresan.11
2.5 Kriteria Diagnosa Depresi
Kriteria depresi menurut PPDGJ III terdapat 2 gejala yang menentukan
tingkat keparahan dari episode depresif, diperlukan masa sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat, antara lain:
F32 Episode depresif
Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):
a. Mood / Afek depresif
Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood
yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda
secara kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas
7
normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya.
Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin
menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk hamper
setiap hari. Sadock
b. Kehilangan Minat dan kegembiraan
Menurunnya minat dan kesenangan hampir pada semua kegiatan hampir
sepanjang waktu. Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial
yang biasanya ada merupakan salah satu tanda penting pada depresi.
Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi,
dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau
konflik rumah tangga. ui
c. Berkurangnya Tenaga
Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti
sulit untuk memulai suatu pekerjaan. Kehilangan energi sepanjang waktu
yang mengarah ke keluhan yang mudah lelah.
Gejala Lain :
Konsentrasi
Konsentrasi dan mengambil keputusan yang sulit adalah hal yang sering
dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan
permasalahan pada perhatian dan bisa mempengaruhi fungsi kognitif terhadap
dirinya sendiri. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis
sebagai demensia onset dini.
Rasa bersalah / berkurangnya kepercayaan diri
Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum
dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi hampir sepanjang waktu yang
dapat mengakibatkan kepercayaan diri berkurang.
Gangguan Tidur
Gangguan tidur sering dikeluhkan pada pasien depresi. Hal yang klasik
adalah terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal
insomnia), tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah
malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam
hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai.
8
Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang
umum terjadi pada pasien depresi.1,2
Nafsu makan/berat badan
Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan
kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa
dirinya sendiri untuk makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas dan olahraga akan
menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom metabolik. Perubahan berat
badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.2.3
Membahayakan diri
Beberapa ide untuk membahayakan diri, yang paling sering bunuh diri,
dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan semuanya akan
selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang
dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien
depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri.
Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15%
pasien yang dirawat inap adalah pasien yang matinya karena bunuh diri.2,3
Kecemasan
Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum
pada depresi. Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam
kemarahan dan kesedihan, dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil
adalah yang sering terlihat. Pandangan masa depan yang suran dan pesimistis juga
terlihat dalam gambaran orang dengan gangguan depresif. Depresi sering
menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran
bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan keputusasaan.2,3
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.2) hanya digunakan untuk
episode depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus
diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33-)
F32.0 Episode depresif ringan
Pedoman diagnostik
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
disebut di atas
9
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya sampai dengan (g)
- Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
- Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya
Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik
F 32.01 = dengan gejala somatik
F32.1 episode depresif sedang
Pedoman diagnostik
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada
depresi ringan
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga
F 32.2 episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Pedoman diagnostik
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
Dalam hal demikian, penilaian scara menyeluruh terhadap episode deprsif berat
masih dapat dibenarkan
- Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
10
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.
F 32.3 episode depresif berat dengan gejala psikotik
- Episode depresi berta yang memenuhi kriteria menurut F 32.2 tersebut di
atas;
- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor
yang berat dapat menunjukkan stupor.
Jika diperlikan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood-congruent)
F 32.8 episode depresif lainnya
F32.9 episode depresif YTT
Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik
F 32.01 = dengan gejala somatik
2.6 Episode Depresi berdasarkan ICD-1010
1. Kriteria Umum
a. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
b. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria
untuk episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan
individu
c. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik
2. Gejala Utama
11
a. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir
untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak
responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu
b. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya
menyenangkan
c. Penurunan energi atau kelelahan meningkat
3. Gejala Lainnya
a. Kehilangan percaya diri atau harga diri
b. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan
tidak tepat
c. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri
d. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau
berkonsentrasi, seperti keraguan atau kebimbangan
e. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
f. Gangguan tidur
g. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan
berat badan yang sesuai
2.6 Diagnosa Banding
Menurut DSM-V diagnosis banding dari gangguan depresi berat , yang
terdapat manifestasi klinis yang sama, yaitu :
a. Episode manik dengan mood irritable atau episode campuran
Episode depresi berat dengan mood irritable yang menonjol mungkin sulit
dibedakan dengan episode manik dengan mood irritable atau episode
campuran. Maka perlu hati-hati untuk membedakan evaluasi klinik dengan
adanya gejala manik
b. Gangguan mood karena kondisi medik lainnya
Diagnosis episode depresi berat ditegakan bila tidak terdapat gangguan
mood, berdasarkan riwayat individu, pemeriksaan fisik dan temuan lab,
untuk mengetahui perjalanan kondisi penyakit spesifik yang dialami.
c. Zat/ Pengobatan yang menimbulkan depresi atau gangguan bipolar
12
Pada Gangguan ini yang membedakan dengan gangguan depresi berat
yaitu penyebabnya zat yang membuat modd menjadi terganggu.
Contohnya, mood depresi yang terjadi akibat pemberhetian cocain ini bisa
didiagnosa menjadi cocaine-induced depressive disorder.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan pada pasien gangguan mood, adalah :
1. Keselamatan pasien harus terjamin
2. Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilakukan
3. Rencana terapi bukan hanya untuk gejala, namun kesehatan jiwa harus
diperhatikan.
Selain itu, beberapa pasien depresi bisa diindikasikan untuk rawat inap. Indikasi
rawat inap selain indikasi tetap, yang paling sering ditemukan pada pasien
gangguan depresi berat adalah risiko bunuh diri, melakukan pembunuhan dan
berkurangnya kemampuan pasien secara menyelurruh untuk asupan makan,
minum obat, riwayat berulang dan hilangnya system dukungan terhadap pasien .
Penanganan pasien gangguan depresi berat paling efektif dan spesifik
yaitu obat anti-depresan golongan trisiklik, SSRI, tetrasiklik, MAOI-reversible.
Anti-Depresan
Kelompok obat heterogen dengan efek utama dan terpenting adalah
mengendalikan gejala depresi. Indikasi penggunaan obat ini adalah sindrom
depresi. Diagnostik sindrom depresi ini memenuhi Gejala Utama dan Gejala lain.5
Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine
Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.
Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN
OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide
Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,
Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram.
Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.
Jenis-jenis dari obat antidepresan dibedakan dengan mekanisme kerja
masing-masing. Kebanyakan dari obat antidepresan yang efektif bekerja dengan
13
meningkatkan sinyal dari serotonin dan norepinefrin adalah dengan cara
menghambat proses reuptake pada celah-celah sinaps. Monoamine Oxidase
Inhibitors (MAOIs) bekerja dengan menghambat degradasi monoamine oleh
Monoamine oxidase A atau B. Sementara obat-obat antidepresan yang lain
mengantagonis kerja autoreseptor α2-adrenergik yang mengakibatkan
meningkatnya pelepasan norepinefrin, mengantagonis reseptor 5-
hydroxytryptamine2A, atau keduanya.
a. SSRIs (Selective Serotonine Reuptake inhibitor)
Pada percobaan klinis, didapatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan
beberapa macam SSRIs bila dibandingkan dengan dengan beberapa jenis
antidepressan lain adalah kurang bermakna, namun beberapa perbedaan
yang spesifik perlu diperhatikan. Metabolit aktif fluoxetine memiliki
waktu paruh yang lebih panjang daripada SSRI lainnya, yang
menyebabkan fluoxetine hanya diperbolehkan untuk dimakan satu dosis
per hari dan dengan demikian mengurangi efek dari diskontinuasi
pengobatan SSRI. Namun Fluoxetine perlu digunakan secara berhati-hati
pada pasien dengan sindroma bipolar atau pasien dengan riwayat keluarga
sindroma bipolar, karena metabolit aktif yang terdapat dalam darah selama
beberapa minggu dapat memperburuk episode manik pada saat perubahan
episode dari depresi ke episode manik. SSRI juga dapat digunakan pada
pasien yang tidak berespons dengan pengobatan trisiklik antidepresan,
serta pada pasien yang memiliki daya toleransi yang rendah pada kasus
diskontinuasi obat SSRI dan efek kardiovaskular. Meskipun obat trisiklik
antidepresan mungkin memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi
daripada SSRI pada kasus-kasus depresi mayor yang parah atau pada
depresi dengan fitur melankolis, trisiklik antidepresan kurang efektif pada
pengobatan kasus bipolar karena trisiklik antidepresan dapat memacu
episode mania atau episode hipomania. SSRI tidak begitu efektif bila
dibandingkan jenis lainnya dalam kasus depresi yang berhubungan dengan
penyakit-penyakit fisik, ataupun pada kasus dimana terdapat nyeri yang
14
mencolok. SSRI yang paling menunjukan efektivitas pada anak-anak dan
dewasa muda (18-24 tahun) adalah Fluoxetine. 1,4,5
b. NRIs (Norepinephrine Reuptake Inhibitor)
Nortriptyline, maprotiline, dan desipramine adalah NRI trisiklik dengan
efek antikolinergik, sementara reboxetine adalah NRI selektif fengan
efektivitas yang mirip dengan trisiklik antidepresan dan SSRI.
c. Antidepresan kerja ganda
Serotonin–norepinephrine reuptake inhibitors seperti venlafaxine,
duloxetine, dan milnacipran memblok transporter monoamine lebih efektif
daripada trisiklik antidepresan, dengan efek samping jantung minimal. Kerja
ganda dari antidepresan seperti venlafaxine menunjukan efektivitas yang
lebih tinggi dan nilai remisi yang lebih tinggi pada depresi yang parah bila
dibandingan dengan fluoxetine atau trisiklik antidepresan. Efektivitas
duloxetine mirip dengan paroxetine golongan SSRI, sementara venlafaxine
dan duloxetine juga efektif untuk meredakan sakit yang kronis dan diabteik
neuropathy.1
d.MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitor)
MAOI generasi lama yang secara ireversibel dan nonselektif memblok
isoenzim MAO A dan B memiliki efektivitas yang mirip dengan trisiklik
antidepresan. Namun MAOI bukanlah obat pilihan pertama dikarenakan
pasien yang memilih pengobatan dengan MAOI diharuskan untuk
mengikuti diet dengan tyramine rendah untuk mencegah munculnya krisis
hipertensi, serta karena MAOI juga memiliki resiko interaksi obat yang
tinggi dengan pengobatan lainnya. MAOI biasanya dipakai pada pasien
yang tidak berespons pada pengobatan trisiklik antidepresan.4,5
e. Antidepresan lainnya
Mirtazapine dapat meningkatkan pelepasan norepinefrin dengan
menghambat autoreseptor a2-adrenergic dan reseptor serotonin 5-HT2A,
reseptor serotonin 5-HT3, serta reseptor hitsamin H-1. Nefazodone,
menghambat reseptor serotonin 5-HT2A dan reuptake serotonin – dengan
begitu memiliki efektivitas yang mirip dengan SSRI namun dengan efek
samping minimal. Nefazodone juga sering dipakai pada depresi pasca
15
melahirkan, depresi kronis dan depresi major dengan gangguan cemas yang
resisten terhadap pengobatan lainnya.4,5
ECT ( Electro Convulsif Therapy)
ECT adalah suatu pengobatan alternatif yang biasa digunakan jika pasien
tidak berespon terhdap farmakoterapi dengan dosis yang sudah adekuat atau tidak
dapat mentolerandi farmakoterapi atau pada tampilan klinis yang sangat berat dan
memperlihatan perubahan yang sangat tepat.4
16
Prinsip pengobatan anti depresan selalu dimulai dari dosis rendah,
ditingkatkan secara bertahap untuk respon yang adekuat/ dosis terapeutik. Efek
terapi baru akan tampak pada minggu ke 2-3 , biasanya pada pemakaian awal
harus diberikan benzodizepin yang memiliki efek cepat dalam memberikan rasa
nyaman sambil menunggu efek terapi tercapai, maka setelah itu dilajutkan teraoi
pemeliharaan untuk mencapai remisi dan mencegah relaps selama minimal 6
bulan dan bahkan 3-5 tahun.
2.7 Prognosis
Prognosis dilihat dari perjalanan penyakitnya, termasuk penyakit yang
kambuh / kronis atau tidak. Prinsipnya semakin sering pasien mengalami episode
depresi, maka keadaanya akan semakin buruk.
Prognosis baik : episode ringan, tidak ada gejala psikotik, waktu rawat
inap singkat, indikator psikososial meliputi teman akrab selama masa remaja,
fungsi keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit fungsi sosial baik, tidak lebih dari
sekali rawat inap akibat depresi dan tidak ada penyakit psikiatri lain.
Prognosis Buruk : depresi berat bersamaan dengan distimik (depresif
kronik sepanjang waktu dan menetap), penyalahgunaan alkohol dan zat lain,
ditemukan gejala cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode depresi
sebelumnya.
2.8 Ilustrasi Kasus
Jessica, wanita, sudah menikah umur 28 tahun. Dia adalah tipe orang yang
senang menuntut, Pekerjaan dengan tingkat stressnya tinggi yaitu dokter residen
di salah satu rumah sakit besar. Jessica selalu mendapatkan prestasi yang tinggi. Ia
lulus dengan gemilang di perguruan tingginya dan baik di sekolah kedokteran. Dia
hanya memiliki standar yang tinggi bagi diriny dan dapat menjadi sangat self-
critical ketika ia gagal mencapai standarnya. Akhir-akhir ini , dia telah berjuang
keras dengan perasaanya yang merasa tidak berharga dan merasa malu karena
ketidakmampuan untuk melakukan hal seperti yang ia lakukan sebelumnya dan
hal yang ia selalu punya di masa lalu .
Seminggu terakhir ini jessica merasa letih yang luar biasa dan semakin sulit
17
untuk berkonsentrasi di tempat kerja. Rekan kerja dia menyadari kalau dia sering
marah dan menyendiri, yang sangat berbeda dengan dia yang ramah dan mudah
bergaul. Dia sering izin sakit dibeberapa kesempatan, yang benar-benar tidak
seperti dia. Pada waktu yang sama ternyata dia hanya di tempat tidur sepanjang
hari , menonton tv atau tidur dirumah, suami Jessica tekah menyadari bahwa
Jessica benar-benar berubah. Dia memperlihatkan terlihat lebih tertarik terhadap
seks dan sulit tidur dimalam hari. Gangguan tidurnya itu telah membuat ia
terbangun dan sekiranya satu sampai dua jam baru mereka pergi tidur. Suaminya
sering kali mendengar Jessica menangis di telfon dengan teman dekatnya, yang
membuat ia khawatir. Ketika dia mencoba menanyakan apa yang membuat Jessica
terganggu, Jessica berusaha menjauh dari suaminya dan berkata semua baik-baik
saja. Meskipun Jessica tidak ada niat untuk bunuh diri, namun dia sering kali
tidak puas atau kecewa dengan hidupnya. Jessica sering kali mengeluh ingin mati
saja. Dia menjadi frustasi dengan dirinya karena merasa punya banyak alasan
untuk dia bahagia, namun nampaknya tidak bisa merubah rasa kecewa dan
murungnya yang membuat semakin hari sudah terlambat
Pembahasan Kasus :
Pada kasus diatas, Jessica , wanita 28 tahun memiliki ciri-ciri gejala utama
dari episode depresif, yaitu :
1. afek depresif berat : sering marah, murung dan merasa kecewa
2. Kehilangan minat dan kegembiraan : sering izin sakit pada beberapa acara
dan menyendiri
3. Mudah lelah : merasa letih yang luar biasa.
Apabila gejala utama dipenuhi semua maka kita bisa mensuspek kearah
depresi berat. Namun, dilihat lagi dari gejala lain, yang minimal harus ditandai
dengan adanya 4 gejala. pada Jessica ini ditemukan beberapa kriteria gejala lain,
yaitu :
1. Jessica merasa sulit berkonsentrasi dengan pekerjaannya untuk seminggu
terakhir ini.
2. Jessica merasa malu dan tidak berharga dengan dirinya, karena gagal mecapai
standarnya yang biasanya iya lakukan.
18
3. Iya juga merasa tidak percaya diri, karena sekarang ini merasa tidak mampu
untuk melakukan pekerjaanya ini.
4. Pandangan masa depannya juga mulai suram, dengan mengakui bahwa semua
sudah terlambat dan ia berkata ingin mati saja.
5. Suami Jessica menyatakan, bahwa Jessica sekarang sulit untuk tidur.
Dari pernyataan diatas bahwa menandakan jessica terdapat gejala gangguan
depresif berat. Sering kali juga Jessica ditemui sedang menangis oleh suaminya,
tanda-tanda depresif ini sudah mencakupi keluhan-keluhan yang ada di episode
depresi berat.
19
BAB III
KESIMPULAN
Saat seseorang mengalami gangguan mood/afek atau lebih khususnya
mengalami gangguan depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi
emosional, fungsi motorik, kogintif serta motivasinya dan jika tidak segera diberi
penanganan maka akan memicu timbulnya gangguan depresi berat satu episode
dan depresi depresi barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih
susah untuk ditangani dan akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada
perempuan dan berdasarkan usia rata-rata pada usia 28 tahun.
Penyebab - penyebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi biologis
karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya neurotransmitter, dari
sisi psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap
timbulnya depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan-lingkungan sekitar
yang tidak mendukung berlangsungnya kehidupan yang baik dan dari sisi spiritual
adalah kurangnya keimanan dan ketakwaan yang menimbulkan tekanan biasa
dikenal dengan stressor.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Collura, TF 2012, Major Depressive Disorder.. Diakses [15 agustus 2015]:
Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm.
2. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
3. Elvira, SD, Hadisukanto, G. 2014. Buku Ajar Psikiatri Edisi ke 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Inonesia.
4. Maslim, R. 2001, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta- Fakultas Kedokteran Atmajaya.
5. Maslim, R. 2014. Penggunaan Klinis Obat Psikotropika (psychotropic
medication). Jakarta : Fakultas Kedokteran Atmajaya.
6. Belmaker, RH & Agam, G. 2008. ’Major Depressive Disorder’. New
England Journal of Medicine ; 358 :55-68.
7. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and
experience in psychiatry. 2002. p. 8-12.
8. Peveler R, Carson A, Rodin G. 2003. Depression in medical patients, in
Mayou R, Sharpe M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ
Publishing group. p. 10-3.
9. American Psychiatric Association. Highlights of Change from DSM-IV TR
to DSM-V. United States : American Psychiatric, 2013.
21
10. World Helath Organization. 1993. The ICD – 10 Classification of Mental
and Behavioural Disorders. Diagnostic Criteria for Research. Geneva :
WHO
11. Kessler, RC, Berglund, P, Demler, O, Jin, R, Koretz, D, Merikangas, MR,
Rush, AJ, Walters, EE, Wang, PS 2003. ‘The Epidemiology of Major
Depressive Disorder’ The Journal of the American Medical Association.
22