BAB I baru

download BAB I baru

of 64

Transcript of BAB I baru

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Kota Padang Sidempuan adalah sebuah kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Kota ini pernah menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan, sebagai pusat pemerintahan yang berstatus Kota Administratif di bawah tanggungjawab Bupati Tapanuli Selatan. Sejak tanggal 21 Juni 2001 kota ini berdiri sendiri (otonom). Padangsidempuan terkenal dengan sebutan kota salak karena banyaknya kebun salak di sana. Kebun salak sangat mudah ditemui di kaki Gunung Lubukraya. Nama kota ini berasal dari padang na dimpu yang berarti hamparan rumput yang luas. pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari sibolga -padang sidimpuan-penyabungan, padang bolak (paluta)- padang sidimpuan-sibolga. seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai benteng pada 1821 oleh pasukan Paderi. Benteng ini membentang dari Batang Ayumi sampai Aek Sibontar. Sisa- sisa benteng saat ini masih ditemukan, tetapi sudah tidak terawat dengan baik.

B. Topik Bahasan Topik bahasan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana wajah klasik Kota Padang Sidempuan tempo dulu dan bagaimana arah perkembangan Kota Padang Sidempuan sehingga menjadi seperti Kota Padang Sidempuan yang sekarang.

C. Tujuan Tujuan dari bahasan ini adalah agar kita lebih mengetahui bagaimana wajah klasik Kota Padang Sidempuan tempo dulu, dan bagaimana alur perkembangan Kota Padang Sidempuan.

BAB II SEJARAH DAN WAJAH KLASIK HINGGA PERKEMBANGAN KOTA

A. Sejarah Umum Pada masa pendudukan Belanda, wilayah Tapanuli Bagian Selatan disebut Afdeeling Padang Sidempuan dikepalai oleh seorang Residen yang berkedudukan di Padang Sidempuan. Afdeeling Padang Sidempuan pada akhirnya dibagi atas tiga onder afdeeling. Setiap onder afdeeling dikepalai oleh seorang Contreleur yang dibantu oleh seorang Demang. Tiga onder afdeeling tersebut, yaitu: a. Onder Afdeeling Angkola-Sipirok ibukota di Padang Sidempuan. b. Onder Afdeeling Padang Lawas ibukota di Sibuhuan. c. Onder Afdeeling Mandailing-Natal ibukota di Kotanopan. Sebelumnya Onder Afdeeling Mandailing dan Natal terdiri dari dua onder afdeeling yakni onder afdeeling yang meliputi Mandailing Godang, Mandailing Julu, Ulu dan Pakantan, dan onder afdeeling yang meliputi Natal dan Batang Natal. Sekitar tahun 1700 Kota Padangsidimpuan yang sekarang adalah lokasi dusun kecil yang disebut " Padang Na Dimpu " oleh para pedagang sebagai tempat peristirahatan, yang artinya suatu daratan di ketinggian yang ditumbuhi ilalang yang berlokasi di Kampung Bukit Kelurahan Wek II, dipinggiran Sungai Sangkumpal Bonang. Pada tahun 1825 oleh Tuanku Lelo, salah seorang pengiriman pasukan kaum Paderi, membangun benteng Padangsidimpuan yang lokasinya ditentukan oleh Tuanku Tambusai, yang dipilih karena cukup strategis ditinjau dari sisi pertahanan karena dikelilingi oleh sungai yang berjurang. Sejalan dengan perkembangan benteng Padangsidimpuan, maka aktivitas

perdagangan berkembang di Sitamiang yang sekarang, termasuk perdagangan budak yang disebut Hatoban. Untuk setiap transaksi perdagangan Tuanku Lelo mengutip bea 10 persen dari nilai harga barang.

Melalui Traktat Hamdan tanggal 17 Maret 1824, kekuasaan Inggris di Sumatera diserahkan kepada Belanda, termasuk RECIDENCY TAPPANOOLI yang dibentuk Inggris tahun 1771. Setelah menumpas gerakan kaum Paderi tahun 1830, Belanda membentuk District (setingkat kewedanaan) Mandailing, District Angkola dan District Teluk Tapanuli di bawah kekuasaan GOVERNMENT SUMATRAS WEST KUST berkedudukan di Padang. Dan tahun 1838 dibentuk dan Asisten Residennya berkedudukan di Padangsidimpuan. Setelah terbentuknya Residentie Tapanuli melalui Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Desember 1842. Antara tahun 1885 sampai dengan 1906, Padangsidimpuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli. Pada masa awal kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan adalah merupakan Pusat Pemerintahan, dari lembah besar Tapanuli Selatan dan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola Sipirok sampai bergabung kembali Kabupaten Mandailing Natal.

B. Pembentukan Kota Padang Sidempuan

Pada Tgl 17 Oktober 2001 oleh Mendagri atas nama Presiden RI, Padang Sidempuan diresmikan menjadi kota sesuai dengan UU No. 4 Tahun 2001. Ini berarti, Kota Administratif Padang Sidempuan ditingkatkan statusnya menjadi kota yang otonom. Kecamatan Padang Sidempuan Barat berubah nama menjadi Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Padang Sidempuan Timur berubah nama menjadi Kecamatan Angkola Timur menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Kota Padang Sidempuan pada akhirnya terdiri dari enam kecamatan yaitu:

a. Kecamatan Padang Sidempuan Utara b. Kecamatan Padang Sidempuan Selatan c. Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua d. Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru e. Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara f. Kecamatan Padang Sidempuan Angkola Julu

Pada tahun 2002 sesuai dengan Perda No. 4 Tahun 2002 dibentuk sejumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kecamatan-kecamatan yang dibentuk tersebut adalah Kecamatan Sayur Matinggi, Marancar, Aek Bilah, Ulu Barumun, Lubuk Barumun, Portibi, Huta Raja Tinggi, Batang Lubu Sutam, Simangambat dan Kecamatan Huristak. Kecamatankecamatan yang dibentuk sebagaimana di dalam perda tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukota Sayurmatinggi berasal dari sebagian Kecamatan Batang Angkola. b. Kecamatan Marancar dengan ibukota Marancar berasal dari sebagian Kecamatan Batang Toru. c. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukota Biru berasal dari sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukota Pasar Paringgonan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun. d. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukota Pasar Latong berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.Kecamatan Portibi dengan ibukota Portibi berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak. e. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukota Huta Raja Tinggi berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.Kecamatan Batang Lubu Sutam dengan ibukota Pinarik berasal dari sebagian Kecamatan Sosa. f. Kecamatan Simangambat dengan ibukota Langkimat berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.Kecamatan Huristak dengan ibukota Huristak berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

C. Peta Cikal Bakal Kota Padangsidimpuan dan Fasilitas Kota Yang Diyakini Dibangun Awal Berikut ini gambar awal pusat Kota Padangsidimpuan

Berdasarkan peta di atas kota Padangsidimpuan yang dahulunya dijadikan sebagai tempat peristirahatan pedagang dari berbagai daerah, pedagang ikan dan garam dari Sibolga Padangsidimpuan - Panyabungan, Padang Bolak (Paluta)- Padangsidimpuan-Sibolga Dimana lama kelamaan daerah tersebut akhirnya semakin berkembang dan semakin banyak orang yang berdatangan ke daerah tersebut. Seiring dengan berkembangnya zaman, Padang Na Dimpu (Padangsidimpuan saat ini) semakin berkembang menjadi sebuah kota kecamatan. Berbagai sarana dan fasilitas pun mulai dibangun. Penduduk di tempat tersebut mulai memperbaharui pemukimannya, dan transportasi pun semakin diperlancar. Sarana pendidikan juga mulai dibangun, demikian juga dengan pasar, perkantoran maupun sarana kesehatan mulai dilengkapi. Melihat perkembangan yang semakin pesat, dan dengan berkembangnya otonomi daerah, Kota Padangsidimpuan berubah menjadi sebuah kota kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun, Pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan beberapa tahun lalu memang memberi perubahan yang sangat besar bagi Kota Padangsidimpuan yang berperan sebagai ibu kota kabupaten saat itu. Dan dari pemekaran ini juga Pemerintahan Kota Padangsidimpuan dibentuk. Pembangunan jalan dan gedung perkantoran sepertinya menjadi motor penggerak perekonomian. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa gambar di bawah ini.

D. Wajah Klasik Kota Padang Sidempuan

Gambar II-1 Kampung Bukit Pada Zaman Dahulu

Gambar II-2 Pusat Kota dan Pasar Padangsidimpuan Pada Zaman Dahulu

E. Perkembangan Kota Padang Sidempuan

Gambar II-1 selamat datang (batunadua)

Gambar II-2 Plaza anugerah

Gambar II-3 Pajak batu

Gambar II-4 Sidimpuan City walk

Gambar II-5 di jolo alun alun

Gambar II-6 Tugu siborang (Bayo kokong i)

Gambar II-7 Makam Pahlawan

Gambar II-8 Masjid al-Abror (mesjid raya)

Gambar II-9 stadion naposo

Gambar II-10 Kantor Walikota

Gambar II-11 Halaman Bolak (alun-alun)

BAB III ANALISIS DATA DAN KAITANNYA DENGAN TEORI

A. Letak Geografis Kota Padangsidimpuan Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 0100807 010281 Lintang Utara dan 9901353- 9902131 Bujur Timur. Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak Provinsi Sumatera Utara dan berada pada posisi sebelah selatan Kota Sibolga. Jarak dari Kota Padangsidimpuan ke Kota Sibolga adalah 88 Km dan dapat ditempuh dengan waktu 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota Padangsidimpuan dengan Kota Medan Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah 389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 10 jam melalui jalan darat. Kota Padangsidimpuan terletak antara 260-1100 meter di atas permukaan laut (DPL). Untuk lebih jelasnya mengenai orientasi wilayah Kota Padangsidimpuan terhadap Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat di bawah ini:

Gambar III-1 Peta Kota Padangsidimpuan

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 kecamatan, 37 kelurahan, dan 42 desa. Batasbatas wilayah kota Padangsidimpuan, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur Selatan. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebelumnya Padangsidimpuan merupakan Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian sejak tanggal 21 Juni 2001, berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kabupaten Tapanuli

B. Analisis Data Pada pembahasan ini akan dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan tata ruang Kota Padangsidimpuan yaitu: 1. Aspek Kependudukan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguan untuk memprediksi jumlah penduduk yan akan dating, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, termasuk kebutuhan dalam bidang sosial dan ekonomi.

Suatu perencanaan sangat erat kaitannya dengan jumlah dan perkembangan penduduk, dimana perencanaan dilakukan berorientasi pada kebutuhan penduduk. Penduduk dengan jumlah yang terus bertambah dan kegiatannya yang kompleks sementara lahan yang tersedia terbatas maka perencanaan sangat berperan untuk mengatur penduduk dan kebutuhan terhadap segala kegiatannya yang kompleks. Pertumbuhan penduduk rata-rata Kota Padangsidimpuan selama periode 20042009 adalah sebesar 1.98%. Pertumbuhan penduduk baik ditiap kecamatan relative sama dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan yakni berkisar antara 1.7-2%. Utuk lebih jelasnya, data pertumbuhan penduduk di Kota Padangsidimpuan dapat di lihat tabel di bawah

Tabel III-2 Pertumbuhan Penduduk Kota Padangsidimpuan Dirinci Per Kecamatan Tahun 2004-2009 No 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Selatan Padangsidimpuan Batunadua Padangsidimpuan Utara Padangsidimpuan Hutaimbaru Padangsidimpuan Angkola Julu Jumlah Pertumbuhan Penduduk (%) 2008-2009 1.82 1.83 1.81 1.78 1.81 1.87 1.81

Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penduduk sebagai salah satu komponen pembanguna memiliki dua sisi yang sangat , di satu sisi sebagai subyek pembangunan dan disisi lain sebagai obyek pembangunan. Begitu juga dengan jumlah penduduk yang besar merupakan sumber dari ketersediaan tenaga kerja, namun dengan penyebaran dan kualitas yang rendah justru dapat menimbulkan permasalahan tenaga kerja sendiri. Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada Tahun 2009 mencapai 191,912 jiwa. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Kecamatan Padangsidimpuan Utara memiliki jumlah penduduk yang relatif besar dibanding dengan kecamatan lainnya

yakni masing-masing mencapai 61,855 jiwa dan 59,535 jiwa. Sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu memiliki jumlah penduduk paling sedikit jika dibandingkan dengan Kecamatan lainnya yakni 7,612 jiwa. Kondisi ini dipengaruhi oleh sifat perkotaan yang mencirikan masing-masing kecamatan dimana Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Padangsidimpuan Utara lebih bersifat urban sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu lebih bersifat rural. Kepadatan penduduk bruto Kota Padangsidimpuan adalh 17 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk tertinggi dijumpai di desa Timbangan yakni sebesar 303 jiwa/Ha,disusul dengan kelurahan Wek III sebesar 290 jiwa/Ha, sedangkan kepadatan penduduk terendah dijumpai di Desa Aek Najaji. Bargot Opong dan Simirik yang masing-masing memiliki kepadatan penduduk 1 jiwa/Ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel III-2

Tabel III-3 Pertumbuhan Penduduk Kota Padangsidimpuan Dirinci Per Kecamatan Tahun 20042009 N o 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Selatan Padangsidimpuan Batunadua Padangsidimpuan Utara Padangsidimpuan Hutaimbaru Padangsidimpuan Angkola Julu Jumlah Luas Wilayah (Ha) 2769 1581 3874 1409 2234 2818 1146 Jumlah Penduduk (Jiwa) 29283 61855 17278 59535 16439 7612 191912 Kepadatan Penduduk (Ha) 11 39 4 42 7 3 17

2.

Aspek Pendidikan Jenis sarana pendidikan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan sudah cukup lengkap

baik pendidikan bidang agama maupun pendidikan umum mulai dari tingkat Taman KanakKanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT) baik negeri maupun swasta. Secara keseluruhan jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan adalah sebanyak 212 unit. Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan memiliki sarana pendidikan yang relatif lebih banyak disbanding dengan kecamatan lainnya. Untuk lebih jelas lihat Peta 7.4 (Lampiran) dan Tabel III-3 berikut:

Tabel III-4 Jumlah Sarana Pendidikan Tiap Kecamatan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008 No Kecamatan 1 Padangsidimpuan Tenggara 2 Padangsidimpuan Selatan 3 Padangsidimpuan Batunadua 4 Padangsidimpuan Utara 5 Padangsidimpuan Hutaimbaru 6 Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan 3. Aspek Kesehatan Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan secara keseluruhan 226 unit yang terdiri dari Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Pustu, BPU, Pos Pelayanan Terpadu, Apotik dan Toko Obat sebagaimana diuraikan pada Peta 7.5 (Lampiran) dan Tabel III-4 berikut: Tabel III-5 Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sarana Kesehatan Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Kusta Puskesmas Puskesmas Pembantu BPU/Rumah Bersalin Swasta Pondok Bersalin Desa Pos Pelayanan Terpadu Apotik Toko Obat 2008 3 9 30 6 136 16 23 TK 2 10 SD 15 28 11 27 10 1 95 4 MI 1 SLTP 2 9 2 9 2 1 25 12 MTS 3 4 SLTA 1 8 1 7 MA 2 1 1 4 SMK PT 3 2

5

2 1

9 1 1 23

4 1

10

6

1 18 8

1 16 11

Jumlah fasilitas kesehatan terbanyak dijumpai pada Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yakni sebanyak 51 unit yang terdiri dari Puskesmas, Pustu, BPU, dan Posyandu. Sedangkan fasilitas kesehatan dengan jumlah paling sedikit dijumpai di Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu yakni 13 unit sebagaimana diuraikan pada Tabel III-5 berikut: Tabel III-6 Banyaknya Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Menurut Kecamatan Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Selatan Padangsidimpuan Batunadua Padangsidimpuan Utara Padangsidimpuan Hutaimbaru Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan RS 2 1 3 Puskesmas 2 2 1 1 1 2 9 Puskesmas Pembantu 5 8 4 10 3 0 30 0 0 0 6 BPU 2 4 Posyandu Jumlah 22 37 20 30 16 11 136 31 51 25 41 20 13 181

4. Aspek Ketenagakerjaan Perencanaan bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu bagian utama

Pembangunan Nasional. Pembangunan ketenagakerjaan pada saat ini dititikberatkan pada tiga masalah pokok, yakni perluasan dan pembangunan lapangan kerja, peningkatan kualitas dan kemampuan tenaga kerja serta perlindungan tenaga kerja. Oleh karena itu masalah tenaga kerja sampai saat ini masih merupakan permasalahan dan isu yang komplek serta terus berkembang maka masalah tenaga kerja tidak hanya menjadi masalah daerah namun merupakan masalah regional bahkan nasional dan internasional. Di Kota Padangsidimpuan sektor pekerjaan tidak hanya bertumpu pada bidang pertanian, akan tetapi sudah berkembang ke sektor perdagangan dan jasa bahkan sebagian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan, hal ini menggambarkan ciri perkotaan yang menonjol dari wilayah Kota Padangsidimpuan. Diantara 63.69% angkatan kerja yang terdapat di Kota Padangsidimpuan , 55.66% diantaranya merupakan penduduk yang bekerja, sementara 8.03% lainnya merupakan pengangguran utama. Dengan demikian untuk masa yang akan datang, penyediaan lapangan usaha masih perlu ditingkatkan untuk mengurangi angka pengangguran. Untuk lebih jelasnya mengenai data persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel III-7 Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kota Padangsidimpuan Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Eratnian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Industri, Pengolahan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel Jasa Kemasyarakatan Lainnya Kota Padangsidimpuan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 20.05 3.98 27.56 20.55 27.86 100 26.52 3.02 38.37 28.21 3.88 100 Laki-laki + Perempuan 22.86 3.56 32.24 23.87 17.46 100

5. Aspek Ekonomi Perekonomian merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan dalam bidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai dari sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan yang terjadi. Dalam aspek ini tentang perekonomian Kota Padangsidimpuan dianggap merata di setiap kecamatan Kota Padangsidimpuan. Sektor-sektor yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel III-8 Sektor Perekonomian Kota Padangsidimpuan Sektor Ekonomi (1) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan air bersih 5. Bangunan 6. Perdagan, hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan komunikasi 8. Keuangan, persewaan,dan jasa 9. Jasa-jasa Pertumbuhan Ekonomi (2) 4,42 4,71 2,57 3,05 6,25 4,30 5,25 8,92 3,94 Struktur Ekonomi (3) 16,11 0,36 13,09 0.91 4,38 24,57 12,59 10,04 18,05

Produk Domestic Rational Bruto

4,71

100,00

Berdasarkan besarnya peranan maka dapat diketahui kalau sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan leading sector dalam perekonomian di Padangsdimpuan.sebesar 24,57 % selain itu sector yang lain hanya menunjukkan lebih dari 10 % saja pada perekonomian Kota Padangsidimpuan.

6. Aspek Tata Ruang Sistem Prasarana Utama Pembentuk Ruang dan Sistem Prasarana Lainnya Sistem Prasarana Utama a. Sistem Jaringan Transportasi Darat Kota Padangsidimpuan memilki akses darat yang memadai yang cukup strategis, karena berada pada jalur utama yang merupakan penghubung antara berbagai pusat pertumbuhan yaitu: 1. Barat: menuju Ibukota Provinsi (Medan), terdaat dua jalur utama yaitu melalui Sibolga dan Sipirok 2. Timur/Selatan: menuju Ibukota Mandailing Natal (Panyabungan), dan ke Provinsi Sumatera Barat berlanjut ke Ibukota Negara (Jakarta) 3. Timur/Utara: menuju Langga Payung yang terhubung dengan Trans Sumatera Highway jalur Timur/Utara yang dapat menghubungkan semua Ibukota Provinsi di Pulau Sumatera dan ke Pulau Jawa Untuk mendukung akses darat, Kota Padangsidimpuan didukung oleh jaringan jalan yang sudah memadai. Data panjang jalan Kota Padangsidimpuan tahun 2008 adalah sepanjang 422,721 km. Jika ditinjau dari segi jenis permukaan, maka 279,650 km diantaranya atau 66,15% dari panjang total merupakan jalan aspal 36,221 km atau setara dengan 8,5% merupakan jalan kerikil, 8,4% masih merupakan jalan tanah sedangkan 16,80% lainnya tidak dirinci. Ditinjau dari kondisi jalan, maka 26,01% dari panjang jalan total di Kota Padangsidimpuan sudah berada dalam kondisi baik, 28,52% berada dalam kondisi sedang dan 28,68% dalam kondisi rusak. Data mengenai panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel III-8 berikut:

Tabel III-9 Panjang Jalan Kota Padangsidimpuan Menurut Kondisi Tahun 2008 Kondisi Jalan N o Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Tidak Dirinci 18 10 9 12 18 4 79.767 71.214 65.498 121.331 48.485 36.426 Jumlah

1 Padangsidimpuan Tenggara 2 Padangsidimpuan Selatan 3 Padangsidimpuan Batunadua 4 Padangsidimpuan Utara 5 Padangsidimpuan Hutaimbaru 6 Padangsidimpuan Angkola Julu Jumlah

8.995 11.692 3.96 62.323 10.99 12.011

34.157 14.902 13.783 24.428 13.265 20.015

18.655 34.62 38.755 22.58 6.23 0.4

109.931

120.55

121.24

71

422.721

Jaringan jalan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan ditinjau dari fungsinya terdiri dari jalan arteri primer, jalan lokal dan jalan lingkungan. Sedangkan jika ditinjau dari statusnya terbagi dalam 3 bagian yakni jalan negara, jalan kota dan jalan lainnya. Keberadaan jaringan jalan yang sudah memadai di Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu pendukung dalam pengembangan wilayah. Ketersedian jaringan jalan ini secara langsung menciptakan tingkat aksesibilitas yang tinggi baik secara internal maupun secara eksternal. Kota Padangsidimpuan memliki letak strategis, selain berada pada jalur lintas Tengah Sumatera Utara, ia terletak di pertigaan jalur jalan raya. Jalur pertama menghubungkannya dengan kota Medan di bagian utara. Jalur kedua menghubungkan kota ini dengan Pekanbaru, Provinsi Riau, di bagian tenggara. Jalur terakhir menghubungkannya dengan Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat, di selatan. Karena posisinya itu, kota ini juga sering disebut sebagi kota transit. Posisi yang menguntungkan itu membuat transportasi darat dari dan ke kota ini mudah. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan jalan ditinjau dari fungsi dan statusnya dan dapat dilihat pada Peta 7.2 dan Peta 7.3 (Lampiran)

Perbaikan atau peningkatan kualitas jalan merupakan salah satu aspek pertama yang tepenting dalam pengembangan jaringan jalan di suatu wilayah tertentu. Peningkatan kualitas jalan baik untuk perbaikan struktur jalan atau pelebaran jalan sesuai ketentuan pada standar pelayanan jalan merupakan salah satu cara untuk menurunkan biaya transportasi. Biaya transportasi atau generalized cost of transportation merupakan fungsi dari lebar jalan, kondisi struktur jalan dan waktu tempuh serta jarak antar zona. Semakin baik jaringan prasarana yang menghubungkan suatu ruang/zona dengan ruang/zona yang lain maka biaya transportasinya semakin reendah karena waktu tempuh akan berkurang dan kecepatan layanan akan bertambah sehingga nilai biaya operasi kendaraan akan berkurang. Kedua fungsi tersebut akan dapat ditingkatkan efisiensinya apabila kondisi jaringan prasarana diperbaiki baik dari sisi structural maupun kapasitasnya. Untuk meningkatkan aspek mobilitas dan aksesibilitas suatu wilayah atau zona maka penambahan jaringan jalan akan memberikan suatu solusi lain dalam menurunkan biaya transportasi. Penambahan jaringan jalan atau peningkatan kuantitas jaringan jalan akan meningkatkan nilai aksesibilitas dari suatu zona atau wilayah sehingga biaya transportasinya akan menurun. Indikator penambahan ruas jalan dengan kriteria pelayanan yang baik seperti lebar jalan yang memadaidan kondisi struktur jalan yang baik akan memberikan layanan waktu tempuh dan kecepatan layanan yang semakin baik. Apalagi bila selama ini hubungan antar zona tersebut hanya dilayani oleh satu jaringan sehingga terputusnya jaringan tersebut akan memutuskan hubungan antar kedua zona. Pada saat ini belum terjadi kemacetan yang signifikan pada pusat Kota Padangsidimpuan, akan tetapi kemacetan di masa yang akan dating perlu diantisipasi sejak dini. Upaya yang bisa dilakukan adalah pengembangan jaringan jaln lingkar kota perlu dilanjutkan pengembangannya. Jaringan jalan lingkar tersebut difungsikan khususnya untuk kendaraan jarak jauh yang melewati Kota padangsidimpuan. Saat ini kendaraan jarak jauh masih melewati pusat kota seperti pada ruas Jalan Sudirman dan Jalan SM Raja. Pada masa yang akan dating diharapkan kendaraan jarak jauh tidak lagi melewati kota tetapi melalui jalan lingkar kota.

b. Sistem Jaringan Transportasi Udara Kota Padangsidimpuan tidak dilengkapi dengan sarana transportasi udara berupa Bandar udara sebagai sarana penerbangan, akan tetapi Kota Padangsidimpuan

tetap dapat diakses dengan mudah dikarenakan jarak Kota Padangsidimpuan yang tidak terlalu jauh dengan Bandar Udara Aek Godang Kota Tapanuli Selatan yang dapat ditempuh dengan perjalanan darat 1 jam dari Kota Padangsidimpuan. Alternatif lain dalam bidang transportasi udara adalah via Pinang SOri Kota Tapanuli Tengah Lokasi Bandar F.L Tobing Kota Pinang Sori juga dapat ditempuh hanya 2 jam dari Kota Padangsidimpuan. Dengan demikian aksesibilitas transportasi udara sudah relative tinggi karena didukung oleh kedua bandar udara tersebut. c. Sistem Jaringan Prasarana Listrik Secara umum kondisi jaringan listrik Kota Padangsidimpuan sudah sangat baik dan hampir seluruh wilayah kota sudah terjangkau jaringan listrik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dapat diketahui bahwa 93% rumah tangga sudah terlayani sarana penerangan listrik Negara. Di samping rumah tangga, sektor industri, komersial dan social juga sudah terlayani oleh sarana penerangan listrik Negara sebagai mana diuraikan pada Tabel III-9 berikut: Tabel III-10 Jumlah Pelanggan Listrik PLN Tahun 2007-2008 Daftar Pelanggan Tahun 2007 Sosial Rumah Tangga Komersial Industri Umum Jumlah 1244 50964 1912 13 229 54362 Jumlah dan Persentase % 2.29 93.75 3.52 0.02 0.42 100.00 Tahun 2008 1306 52459 1983 13 280 56041 % 2.33 93.61 3.54 0.02 0.5 100.00

d. Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi Jaringan prasarana telekomunikasi di Kota Padangsidimpuan sudah sangat memadai, hal ini tidak hanya ditandai dengan jaringan inline saja akan tetapi seiring perkembangan zaman, penggunaan telepon nirkabel juga terus mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Sebagian besar wilayah Kota Padangsidimpuan sudah terjangkau teleon nirkabel seperti Telkomsel, Indosat,

Satelindo, dan XL. Hampir seluruh lapisan masyarakat di Kota Padangsidimpuan menggunakan jaringan telepon nirkabel sebagai kebutuhan telekomunikasi selain kebutuhan terhadap telepon kabel atau telepon rumah. Khusus untuk jaringan inline/kabel, Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu belum terjangkau.

Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air a. Jaringan Irigasi Untuk mengairi daerah persawahan di Kota Padangsidimpuan yang secara total memiliki luas 3,774.37 Ha atau sekitar 25.71% dari luas wilayah Kota Padangsidimpuan, maka diperlukan irigasi ini sangat berperan dalam meningkatkan produksi pertanian pada wilayah Kota Padangsidimpuan tersebar di enam kecamatan seperti diuraikan pada Tabel III-10 berikut:

Tabel III.11 Data Luasa Daerah Irigasi pada Tiap Ibukota Kecamatan di Kota Padangsidimpuan Tingkat Jaringan Semi Teknis Sederhana Teknis (Ha) (Ha) (Ha) 180 34 12 41 134 23 83 20 45 20 48 5 37

Kecamatan

Nama Daerah Irigasi (DI) D.I Goti D.I Labuhan Labo D.I Sihitang D.I Pijorkoling D.I Manunggang Julu D.I manunggang Jae D.I Salambue D.I Tarutung Baru D.I Labuhan Rasoki D.I Huta Lombang D.I Huta Padang D.I Pal IV Pijor Koling D.I Sidakkal

Sumber Air Aek Pinagar Aek Batang Bahal Aek Sibulu Tolang Aek Salambue Aek Salambue Aek Sialang, Aek Salambue Aek Salambue Aek Tangsi/ Mata Air Aek Sialang Aek Salambue Aek Salambue Mata Air Aek Ongosan

Jumlah 180 34 12 42 134 23 83 20 45 20 48 5 37

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan

D.I Hanopan D.I Silandit D.I Batu Lubang D.I Sihorig Koring D.I Batunadua D.I Ujung Gurap D.I Padang SibioBio D.I Simirik D.I Aek Tuhul D.I Aek Najaji D.I Bargot Topong D.I Batang Bahal D.IAek Sipogas D.I Panyanggar D.I Losung Batu D.I Batang Ayumi D.I Komplek Sadabuan D.I Sabungan Komplek D.I Huta Padang D.I Pal IV Maria D.IPartihaman Saroha D.I Hutaimbaru

Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

Aek Mangkur, Mata Air Mata Air Aek Batang Ayumi Aek Bata Ayumi, Aek Ratta Aek Batang Aayumi Aek Batang Ayumi Aek Batang Kumal Aek Balakka Gading Aek Tuhul Aek Najaji Aek Batang Kumal Aek Batang Bahal Aek Sipogas Aek Rukkare Aek Tolping,Aek Sirumambe Aek Batang Ayumi Aek Sibontar Aek Sipogas, Aek Sibontar Aek Sipogas, Aek Sibontar Aek Rukkare Aek Rukkare Aek Saruppak, Aek Bukkra Aek Tolping Aek Sitotrot Aek Sipogas Aek Sibontar Aek Sitotrot Aek Sibontar, Aek Tolping Aek Sibontar Aek Batang Ayumi Aek Batang Arundi

16 43 51.37 144 59 439 168 12 10 17 25 36 38 78 80 6 19 288 75 55 60 183 15 28 32 39 30 25 244 41 23

16 43 51.37 144 59 439 168 12 10 17 25 36 38 78 80 6 19 288 75 55 60 183 15 28 32 39 30 25 244 41 23

Kecamatan Padangsidimpuan Utara

Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru

D.I Singali D.I Simatorkis Pondata D.I Lembah Lubuk Manik D.I Tinjoman D.I Lubuk Raya D.I Sabungan Jae D.I Sabungan Julu D.I Simangomop Simolang D.I Batu Lanja

Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

D.I Joring Lombang D.I Joring Natobang D.I Pintu Langit Jae D.I Simasom D.I Rimba Soping D.I Simatohir D.I Mompang D.I Batu Bola D.I Batu Layan D.I Batu Gajah

Aek Ratta, Aek Motei Aek Ungaran Aek Sisoma Aek Simasom Aek Ratta Aek Batang Ayumi Aek Ratta Aek Batu Bola Aek Ratta,Aek Siharsik-Arsik Batang Ayumi

77 76 116 79 113 51 65 15 56 66

77 76 116 79 113 51 65 15 56 66

Dari 54 daerah irigasi sebagaimana diuraikan di atas, terdapat 116 unit bending, dimana sebanyak 13 unit merupakan bending permanen, 41 unit bending semi permanen dan 62 unit bending sederhana. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada daerah irigasi Pemerintah Kota Padangsidimpuan antara lain: Banyak daerah irigasi yang hanya memiliki bending sederhana Banyak bending dan Jaringan irigasi semi teknis dan sederhana Banyaknya jaringan irigasi sederhana/desa Kurangnya sarana/bangunan pelengkap pada daerah irigasi Minimnya peruntukan dana untuk operasional dan pemeliharaan irigasi Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu diupayakan: Pemabngunan bendung baru pada daerah irigasi sederhana Pembangunan jaringan irigasi baru, pada jaringan irigasi sederhana Rehabilitasi/pemeliharaan bending dan jaringan irigasi Pembangunan/rehabilitasi bangunan pelengkap

b. Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih Sungai yang melintasi Kota Padangsidimpuan terbagi atas tiga bagian yaitu: sungai kecil dengan lebar kurang dari 20 meter, sungai sedang dengan lebar antara 20-100 meter dan sungai besar dengan lebar di atas 100 meter. Berdasarkan letak geografis Kota Padangsidimpuan, ketiga jenis sungai tersebut mempunyai elevasi yang curam dan dengan debit sungai yang fluktuatif akibat kondisi alam yang gundul di hulu sungai yang dapat menyebabkan bahaya longsor pada tebing sungai dan pada akhirnya dapat menimbulkan pendangkalan.

Sumber daya air di wilayah Kota Padangsidimpuan yang potensial terdiri dari 30 sungai dan 2 mata air. Sumber air ini perlu dikelola dan dielihara dengan baik guna menjaga kelestarian lingkungan dan memenuhi kepentingan masyarakat. Air sungai dan mata air tersebut merupakan sumber air baku yang potensial untuk pengembangan sistem pengelolaan air minum/air bersih, yang diperkirakan untuk jangka waktu 10 tahun ke depan masih mencukupi. Adapun sumber air yang merupakan aliran sungai, anak sungai dan mata air adalah sebagai berikut: 1. Aek Sipogas 2. Aek Rukkare 3. Aek Tolping 4. Aek Tolping 5. Aek Sibontar 6. Aek Ratta 7. Aek Batang Kumal 8. Aek Balakka Gading 9. Aek Tuhul 10. Aek Najaji 11. Aek Batang Bahal 12. Aek Pinagar 13. Aek Sibulu Tolang 14. Aek Salambue 15. Aek Sialang 16. Aek Tangsi 17. Aek Ongosan 18. Aek Mungkur 19. Aek Batang Alundi 20. Aek Ungaran 21. Aek Sisoma 22. Aek Pote 23. Aek Batu Bola 24. Aek Simasom 25. Aek Siarsik-Arsik 26. Aek Sarupak

27. Aek Sisere 28. Aek Satottot 29. Mata Air Bayo Suti 30. Mata Air Paraek

c. Jaringan Air Bersih Pemenuhan kebutuhan akan air bersih/air minum penduduk di wilayah Kota Padangsidimpuan ditangani oleh dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu PDAM Tirtanadi dan PDAM Tirta Ayumi. Cakupan pelayanan air minum pada daerah perkotaan di Kota Padangsidimpuan baru mencapai 32,83% yang meliputi sistem perpipaan sebanyak 18,81% dan sistem non perpipaan yang terlindung sebanyak 14,02%. Kecamatan yang sudah terlayani jaringan air bersih dari PDAM sebagian besar adalah Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan, sedangkan Kecamatan lainnya belum terlayani oleh PDAM secara maksimal. Sumber air bersih penduduk di wilayah-wilayah yang belum terlayani oleh PDAM adalah sumur gali, sungai, dan air dari pegunungan yang dialirkan ke pemukiman dengan sistem perpipaan. Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu sama sekali belum terlayani jaringan air bersih PDAM sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua khususnya Kelurahan Batunadua Jae sudah dilayani oleh PDAM Tirta Ayumi Desa Baruas, Batang Bahal, dan Simirik sudah mendapat program air bersih dari Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara. Beberapa desa di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara juga sudah mendapat pelayanan air bersih Tirta Ayumi yakni Desa Labuhan Rasoki, Desa Perkebunan, Perumnas Pijor Koling Pal IV. Data mengenai jumlah air bersih yang disalurkan menurut kelompok konsumen pada Tahun 2008 diuraikan pada Tabel III-11 berikut:

No

Tabel III.12 Jumlah Air Bersih yang Disalurkan di Kota Padangsidimpuan Menurut Kelompok Konsumen Pada Tahun 2008 Kecamatan Jumlah Air Bersih yang Disalurkan Jumlah Sosial Non Niaga Niaga Industri

1 2 3 4 5 6

Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Selatan Padangsidimpuan Batunadua Padangsidimpuan Utara Padangsidimpuan Hutaimbaru Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan 243672 2088324 314322 5892 2652710 187812 1217124 202118 4092 1611146 55860 871200 112704 1800 1041564

Upaya peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam penyelenggaran sistem penyediaan air minum/air bersih di Kota Padangsidimpuan dilakukan melalui kegiatan: Pengelolaan air minum oleh PDAM Tirtanadi pada Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Padangsidimpuan Selatan Pengelolaan air minum oleh PDAM Tirta Ayumi pada Kecamatan

Padangsidimpuan Angkola Julu, Hutaimbaru, Batunadua, dan Padangsidimpuan Tenggara Sistem air minum pedesaan/gravitasi oleh Dinas Pekerjaaan Umum

Padangsidimpuan yang dikelola oleh kelompok masyarakat. Saat ini sudah terdapat 42 kelompok masyarakat yang mengelola pelayanan air minum pedesaan yang merupakan hasil pengembangan oleh pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sampai tahun 2007, daerah yang terlayani air bersih baru mencapai 32,83% dan pada tahun 2015 ditargetkan tingkat pelayanan tersebut meningkat menjadi 85%.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh penyediaan air bersih/air minum di wilayah Kota Padangsidimpuan antara lain: Cacthmant Area (daerah tangkaan air) dari 30 sungai dan 2 mata air sudah mulai kritis akibat perkembangan pemukiman dan perkebunan serta aktivitas lainnya. Jauhnya sumber air minum/air bersih ke perumahan penduduk Distribusi air minum/air bersih di Kota Padangsidimpuan belum merata Perilaku masyarakat yang kurang dapat menjaga fasilitas airminum/air bersih yang sudah tersedia Pada beberapa lokasi, dijumpai kualitas air yang kurang baik untuk dikonsumsi sebagai air minum Upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan, maka pemerintah Kota Padangsidimpuan dan lembaga lainnya melakukan koordinasi untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pembangunan jaringan air minum/air bersih pada desa-desa yang belum memiliki fasilitas air minum/air bersih Perlu pengembangan kelompok-kelompok masyarakat di bidang pelayanan air minum/air bersih Perlu pengelolaan air minum/air bersih untuk mencapai kualitas air yang sehat untuk dikonsumsi masyarakat Perlu adanya koordinasi antara Pemerintah Kota Padangsidimpuan dan pihak PDAM Tirtanadi dan PDAM Tirta Ayumi dalam rangka menyusun program pengembangan air minum Sistem Drainase Kota Permasalahanpermasalahan yang ada pada sistem drainase perkotaan

Padangsidimpuan antara lain meliputi: Terjadinya sedimentasi pada saluran yang terdiri dari endapan tanah, pasir dan sampah Kapasitas saluran yang kurang memadai Banyaknya saluran tertutup dengan plat beton (ilegal) mengakibatkan tersumbatnya saluran oleh sampah dan kesulitan dalam pembersihan saluran Terjadinya penyumbatan aliran sungai dan drainase, akibat dari pembuangan sampah yang tidak benar (yang menjadikan saluran drainase dan sungai sebagai tempat

pembuangan sampah) sehingga terjadi penumpukan pada aliran di bagian Down Stream Masih adanya bangunan liar yang dibangun di atas saluran Terjadinya pergeseran penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, baik yang terjadi secara alamiah sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan penduduk maupun sebagai akibat dari pengaruh kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang terjadi Daerah-daerah cekungan atau resapan air yang telah beralih fungsi menjadi lahan terbangun yang berdampak pada volume air limpasan (run off) yang terjadi pada musim penghujan lebih tinggi yang mengakibatkan sebagian kawasan tertentu menjadi daerah genangan Sistem drainase antara satu kawasan kegiatan tertentu dengan kawasan lainnya yang kurang terintegrasi, sehingga terjadi perbedaan dimensi saluran yang tidak sesuai dengan volume air yang harus dialirkan

Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian yaitu: Sistem Drainase Mayor Sistem drainase mayor yaitu system saluran/badan air yang menamung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major sistem) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal, sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengakuan topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu system saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jala, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umunya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 sampai 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai system drainase mikro.

Sistem Pengolahan Air Limbah Pengolahan air limbah di Kota Padangsidimpuan umumnya dilakukan oleh masyarakat secara individual. Belum semua rumah tangga memiliki kamar mandi, sehingga sebagian masyarakat pada beberapa wilayah terutama pada wilayah pedesaan masih menggunakan sungai sebagai sarana MCK. Limbah cair maupun limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan ini secara otomatis dibuang di sungai. Kondisi lainnya adalah pada sebagian wilayah masih tercampur antara limbah cair dan limbah padat yang dibuang langsung secara bersamaan pada drainase ataupun sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Sistem Persampahan Kota a. Kondisi Umum Persampahan Kota Padangsidimpuan Penanganan sampah kota terutama di pusat kota ditangani oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pencegahan Kebakaran Kota Padangsidimpuan.

Pengangkutan sampah di lingkungan perumahan, jaringan jalan utama, dan daerah dilakukan setiap hari. Pengangkutan sampah pada lokasi perumahan dan jaringan jalan utama dilakukan pada pagi hari sedangkan pengangkutan sampah pada lokasi pasar dilakukan pada malam hari setelah aktivitas pasar selesai. Untuk memudahkan pengumpulan sampah, Dinas terkait telah menempatkan tong sampah dan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) di beberapa titik. Dari tong sampah dan TPS, samah-sampah tersebut kemudian diangkut dan dibawa ke lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berlokasi di Desa Simatohir dengan luas 4 Ha. Pada kawasan perumahan yang jauh dari pusat kota dengan sifat pedesaan yang masih menonjol, penanganan sampahnya dilakukan oleh masyarakat secara individual. Sampah biasanya dibakar atau ditimbun pada lahan-lahan yang masih terbuka di belakang rumah warga.

b. Analisis Timbulan Sampah Kota Secara umum cara pembuangan sampah dapat digolongkan menjadi dua yakni: 1. Pembuangan secara individual, yaitu masyarakat membuang sampahnya sendirisendiri dengan metode dan cara yang tersendiri. 2. Membuang secara kolektif yang dikelola oleh Pemerintah Daerah

Cara pembuangan sampah di Kota Padangsidimpuan terutama pada kawasankawasan perkotaan diarahkan secara kolektif atau pengelolaan dengan menyediakan tempat sampah umum yang akan dibuang bersama pada lokasi yang ditentukan. Untuk menunjang system pembuangan sampah secara kolektif, perlu direncanakan sistem pengumpulan sampah. Jenis pengumpulan sampah terdiri dari: 1. Pengumpulan sampah rumah tangga (house hold/domestic waste) 2. Pengumpulan sampah pasar (market waste) 3. Pengumpulan sampah pertokoan dan jalan Adapun peralatan yang digunakan untuk pengumpulan sampah terdiri dari: 1. Keranjang sampah dengan volume 25 liter 2. Gerobak peengumpul sampah dengan volume 720 liter 3. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan volume 10 m3 4. Truk Untuk menentukan peralatan yang dibutuhkan maka terlebih dahulu harus diketahui volume sampah yang dihasilkan. Kriteria-kriteria yang diambil untuk menentukan banyaknya peralatan dan volume sampah tersebut adalah: 1. Sampah Rumah Tangga : Volume sampah: 2 liter/orang/hari Peralatan: keranjang sampah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk Frekuensi pengumpulan setiap hari

2. Sampah di daerah komersial: Volume sampah: 0,25 liter/orang/hari Peralatan: keranjang sampah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk Frekuensi pengumpulan setiap hari

3. Sampah yang dihasilkan pada sarana umum/sosial: Volume sampah: 0,5 liter/orang/hari Peralatan: keranjang sampah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk Frekuensi pengumpulan setiap hari

Manajemen Persampahan Manajemen persampahan dikaitkan dengan pengelolaan kebersihan Kota Padangsidimpuan, kegiatan operasional kebersihan kota meliputi tahapan sebagai berikut: Pewadahan Pada tahap pewadahan setiap rumah/bangunan harus memiliki pewadahan sampahnya masing-masing. Pada taha ini kepala lingkungan bertanggung jawab membantu, menghimbau dan mensosialisasikan penggunaan pewadahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya. Pemilahan Pada tahap pemilihan, pada setia warga masyarakat diwajibkan agar melakukan pemilihan sampahnya masing-masing. Dalam hal ini lurah bertanggung jawab

memotivasi masyarakat untuk melakukan pemilihan sampahnya masing-masing untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA karena sebagian besar sampah masih bisa dimanfaatkan secara ekonomis dengan melibatkan unsure-unsur yang ada di kelurahan. Pengumpulan Pola langsung proses pengumpulan sampah langsung (house to house collection) dengan truk sampah dan kemudian di buang ke TPA Pola tidak langsung: sampah proses dan pengumpulan kemudian sampah dengan menggunakan ke tempat

becak/gerobak

dipindahkan/ditempatkan

penampungan sementara (TPS) Pada tahap ini lurah bertanggung jawab membantu melakukan sosialisasi jadwal waktu pembuangan/pengumpulan sampah dari sumbernya dan memelihara kebersihan lingkungan TPS. Pengangkutan Pola langsung: proses pengangkutan sampah dengan menggunakan truk sampah secara langsung dari sumber sampah dan kemudian diangkat langsung ke TPA Pola tidak langsung: proses pengangkutan sampah dengan cara mengangkut sampah yang telah terkumpul/bertumpuk di TPS dan kemudian diangkut ke TPA Pada tahap ini camat aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kebersihan tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPA

Pembuangan Akhir Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah tahap akhir dengan mengumpulkan sampah di suatu tempat agar tidak menimbulkan mengganggu kualitas lingkungan. Sarana Peribadatan Kota Padangsidimpuan memiliki sarana peribadatan berupa Mesjid, Musholla, Gereja dan Vihara. Sarana peribadatan ini jumlahnya sudah sangat memadai dan penyebarannya juga merata. Sarana Perdagangan Sarana perdagangan yang terdapat di Kota Padangsidimpuan antara lain berupa swalayan, pasar modern, pasar tradisional dan lain-lain. Sarana ini terfokus di pusat kota dan pusat kecamatan. Untuk membeli barang dan menjual hasil usahanya, masyarakat umumnya datang ke Pusat Pasar Sangkumpal Bonangyang berada di pusat Kota Padangsidimpuan. Di samping Pasar Sangkumpal Bonang, juga terdapat beberapa pasar tradisional yaitu: Pasar Inpres Sadabuan Pasar Mingguan Desa Joring Natobang Pasar Jongjong Pijor Koling Pasar Terminal Batunadua (setiap hari senin) Persebaran fasilitas perekonomian di kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Peta 7.7 (Lampiran)

C. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Multi fungsi penting RTH ini sangat lebar spektrumnya yaitu dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis yang panas terik. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk kota hijau, taman hutan kota,

taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara social budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi social, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger (landmark) kota. Bentuk RTH yang berfungsi sebagai social-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olahraga, kebun raya, TPU dan sebagainya. Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan-jalan kota. Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti pengusahaan lahan-lahan kosong menjadi lahan pertanian/perkebunan (urban agriculture) dan pengembangan sarana hijau perkotaan. Secara umum, ruang terbuka hijau di Kota Padangsidimpuan dapat dikategorikan menjadi ruang terbuka hijau yang berbentuk linier, radial dan berupa matriks, ruang terbuka hijau linier terdiri dari jalur hijau jalan, median jalan, dan sempadan sungai. Sedangkan ruang terbuka hijau berbentuk radial terdiri dari berbagai macam taman seperti taman lingkungan (perumahan, perkotaan, sekolah), ruang terbuka hijau berupa matriks yaitu seerti lahan pertanian (sawah) dan perkebunan. Salah satu permasalahan yang dapat diidentifikasi di Kota Padangsidimpuan adalah kenyataan bahwa tipe-tipe ruang terbuka hijau yang umum yang ditemukan di wilayah Kota Padangsidimpuan justru yang cenderung rentan terhadap perubahan (konversi) seperti lahan pertanian dan perkebunan. Sementara itu, keberadaan tipe ruang terbuka hijau yang relatif stabil dan kecil kemungkinannya untuk dikonversi tidak umum dijumpai di wilayah Kota Padangsidimpuan, bahkan distribusinya hanya terbatas di lokasi tertentu saja. Ruang terbuka berupa jalur hijau jalan dijumpai pada jalan-jalan utama seperti Jl.Sudirman ex Jl. Merdeka, Jl.SM.Raja dan Jl.Kenanga. Sedangkan ruang terbuka hijau berupa lahan pertanian dapat dijumpai di seluruh kecamatan yang ada di Kota Padangsidimpuan. Ruang terbuka berupa sempadan sungai umumnya dijumpai pada lokasi yang bersifat pedesaan sedangkan pada area pusat kota sebagian besar sudah digunakan untuk lahan tebangun. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan sebagaimana diamanatkan dalam UU No.26 Tahun 2007 adalah sebesar minimal 30% yang tediri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Untuk mencapai target 30% luas RTH, maka Kota Padangsidimpuan dengan luas wilayah sebesar 14,685 Ha yang seyogiyanya memiliki luas RTH sebesar 4,405.5 Ha dan 2,937 Ha merupakan ruang terbuka hijau publik. Perhitungan kebutuhan RTH di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel III-13 Tabel Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah di Kota Padangsidimpuan Luas Wilayah (Ha) 2769 1581 3874 1409 2234 Kebutuhan RTH (Ha) RTH Publik (Ha) 553.8 316.2 774.8 281.8 446.8 RTH Privat (Ha) 276.9 158.1 387.4 140.9 223.4 Total RTH (Ha)

No

Kecamatan

1

Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Selatan Padangsidimpuan Batunadua Padangsidimpuan Utara Padangsidimpuan Hutaimbaru Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan

830.7 474.3 1162.2 422.7 670.2

2 3

4 5

6

2819 14686

563.8 2937.2

281.9 1458.6

845.7 4405.8

Jenis pemanfaatan ruang terbuka hiaju yang diarahkan pengembangannya di Kota Padangsidimpuan terdiri dari: Ruang terbuka hijau taman dan hutan kota (taman kota, taman kecamatan, taman kelurahan, hutan kota, sabuk hijau) Ruang terbuka hijau jalur hijau jalan (pulau jalan dan median jalan serta jalur pejalan kaki) Ruang terbuka hijau fungsi tertentu (jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, ruang terbuka hijau pengamanan sumber air baku, sempadan sungai dan pemakaman).

Dari analisa secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa perkembangan Kota Padangsidimpuan berdasarkan beberapa aspek dan struktur dan tata ruang disimpulkan sesuai dengan teori Model Teori Sektoral Menurut Homer Hoyt. Dimana Kota Padangsidimpuan terlebih dahulu berkembang di daerah-daerah sektor-sektor daripada berdasarkan lingkaran-

lingkaran konsentrik yaitu daerah pusat Pasar. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi. Perkembangannya mengikuti struktur kota tersusun menurut Homer Hoyt yaitu: 1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan. 2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan. 3. Dekat pusat kota dan dekat sektor pada nomor 2, terdapat sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh. 4. Jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor masyawisma. 5. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas

BAB IV ARAH PERKEMBANGAN KOTA DAN PERENCANAAN KOTA IDEAL

A. Arah Perkembangan Kota Padangsidimpuan

Secara umum perkembangan kota wilayah Kota Padangsidimpuan bersifat linier dan mengikuti jaringan jalan. Dilihat dari kondisi eksisting, pergeseran penggunaan lahan dan perkembangan penduduknya maka,kawasan Pal IV, Sadabuan dan Batunadua cenderung lebih berkembang dibandingkan dengan kawasan lainnya yang terdapat di kota Padangsidimpuan. Kondisi ini dijadikan sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam penetapan pusat pelayanan Kota Padangsidimpuan tahun 2011-2030. Perkembangan tiap kawasan tidak sama dengan lainnya, perkembangan kota dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kelengkapan fasilitas, lokasi, ketersediaan sumber daya alam, tingkat aksesibilitas dan lain-lain. Kawasan pusat kota berkembang sangat pesat jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Kota Padangsidimpuan. Perkembangan Kota Padangsidimpuan saat ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini: Berikut analisis Sistem Pusat Pelayanan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2030. Tabel VI-1 Analisis Sistem Pusat Pelayanan Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2030 No Hirarki Pusat Pelayanan Wilayah Pelayanan Fungsi Utama Wilayah

- Kota Padangsidimpuan dan Kawasan Pantai Barat Sumatera Utara I Pusat Kota Wek II - Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

-

Pusat perdagangan regional dan jasa

-

Pusat pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi

-

Perkantoran umum Perumahan Kesehatan

-

Pusat Pemerintahan Kota Padangsidimpuan

II Sub Pusat Kota Pal IV Pijor Koling - Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara II Sub Pusat Kota Batunadua Tonga Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua -

Pusat pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi Perumahan Pertanian Transportasi Pendidikan menengah Perumahan Industri Kecil dan Menengah Transportasi Kesehatan (Rumah Sakit Khusus)

II Sub Pusat Kota Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru Hutaimbaru dan Kecamatan Angkola Julu -

Pertanian Pertanian Pendidikan Menengah Perumahan Industri Tangga Rumah

-

Pijor Koling

Skala wilayah Lingkungan (melayani sendiri -

Perumahan Pendidikan Menengah Kesehatan sampai tingkat Puskesmas Pusat Pemerintahan Desa/Kelurahan

Pusat Lingkungan

Padang Matinggi

III

-

Hanopan Ujung Gurap

kelurahannya

dan kelurahan/desa sekitarnya) -

Perdagangan skala lingkungan

-

Sadabuan Joring Natobang

Kemudian sektor utama atau unggulan yang memliki peluang dapat meningkatkan perkembangan perekonomian Kota Padangsidimpuan di masa yang akan datang yaitu: sektor perdagangan, hotel dan restoran; sector pengangkutan dan komunikasi; sektor

keuangan,persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa.

Sektor ini akan semakin

berkembang dengan didukung oleh fungsi Kota Padangsidimpuan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) yang ditetapkan dalam RTRW ( Rencana Tata Ruang Wilayah). Selain itu ada beberapa kawasan strategis Kota Padangsidimpuan peluang untuk dikembangkan yaitu: Kawasan Pusat Pasar Sangkumpal Bonang dan Sekitarnya Berpotensi sebagai kawasan ekonomi terpadu skala regional (Pasar Sangkumpal Bonang, Pajak Batu, City Walk, Pasar Kodok) Kawasan Sepanjang Ring Road Timur Berpotensi sebagai kawasan ekonomi yang cepat tumbuh yang dilengkapi dengan jaringan prasarana penunjang kegiatan ekonomi antara lain jalan utama kota sehingga aksesibilitas kawasan ini akan meningkat tingg sehingga ke depan diperkirakan dapat menjadi salah satu sektor yang menggerakkan ekonomi kota. Kawasan Puncak Simarsayang Kondisi eksisting kawasan puncak Simarsayang sebagai kawasan pendidikan tinggi yang didukung dengan ketersediaan objek wisata dengan kondisi alam dan pemadangan yang indah sangat berpotensi sebagai kawasan pendidikan sekaligus dilengkapi dengan sarana pariwisata yang berkompeten sejalan dengan tujuan penataan ruang Kota Padangsidimpuan. Sarana pendidikan tinggi yang berdaya saing dengan pengembangan pusat studi dan penelitian pertanian dan perkebunan skala regional yang didukung juga dengan pengembangan hutan kota pada kawasan sekitarnya. Kawasan ini memilki pemandangan dan suasana alam yang menunjang sebagai kawasan rest area untuk mendukung fungsinya sebagai kawasan pendidikan yang representatif dan terdepan di kawasan Pantai Barat Sumatera Utara. Kawasan Agrowisata dan Agropolitan Desa Pintu Langit Jae dan Sekitarnya Kawasan agrowisata dan agropolitan (Desa Pintu Langit Jae, Joring Lombang, Joring Natobang, Simasom Kecamatan Angkola Julu dan Huta Padang, Lembah Lubuk Raya Kecamatan Hutaimbaru). Lokasinya yang berada pada dataran tinggi dengan lahan yang subur berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian holtikultura.

B. Perencanaan Kota Ideal Perencanaan Kota Padangsidimpuan untuk menjadi Kota ideal tertuang dalam: a. Kebijakan Penataan Ruang Nasional b. Kebijakan Penataan Ruang Nasional c. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Padangsidimpuan d. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Padangsidimpuan e. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Hal ini dijelaskan dengan adanya pembangunan di berbagai bidang yaitu: 1. Bidang Ekonomi Pembangunan ini meliputi : Terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah Kota Padangsidimpuan dan tingkat pemerataan pendapatan yang merata. Penggalian dan pemanfaatan sumber daya alam khususnya sumber daya alam pertanian, Industri, pertambangan Energi dan Pariwisata.

2. Bidang Administrasi Umum dan Pemerintahan Arah Pembangunan ini meliputi : Membina kesatuan dan persatuan didalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Meningkatkan kualitas SDM pembangunan melalui pendidikan formal dan pelayanan masyarakat yan cepat dan berkualitas serta bebas dari KKN. Mengelola sumber keuangan daerah secara efisien, efektip dan optimal.

3. Bidang Pertanian Arah pembangunan ini meliputi : Meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas untuk menunjang kegiatan agribisnis dan agroindustri. Memperkuat pembangunan ketahanan pangan dan gizi sebagai dasar kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatkan aneka pertanian dan produksinya baik kualitas maupun kwantitasnya. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan pertania sampai kedesa-desa dengan mengikuti konsep agribisnis dan agropolitan. Membenahi dan meningkatkan teknologi agroindustri

Pengembangan perdagangan hasil-hasil pertanian berorientasi pasar. Pengembangan balai percontohan tanaman baik untuk tanaman pasar lokal, regional maupun eksport. Pemantauan mutu pupuk di pasaran yang sesuai dengan standart. Pemberdayaan petugas penyuluh pertanian lapangan Peningkatan wawasan para petani melalui publikasi metoda-metoda maupun paket-paket usaha pertanian.

4. Bidang Pertambangan dan Energi Arah Pembangunan meliputi : Melanjutkan peningkatan pembangunan jalan, kearah lokasi pertambangan serta mendorong pembangunan prasarana lainnya yang bersifat strategis Membina dan mengembangkan pertambangan dan energi baik kualitas maupun produksinya. Pembinaan usaha-usaha tambang yang berwawasan lingkungan. Eksploitasi bahan-bahan tambang galian yang terkoordinir. Menciptakan iklim usaha tambangn yang kondusif Pengembangan industri yang berbasis pada hasil-hasil pertambangan galian.

5. Bidang Kehutanan dan Perkebunan Arah pembangunan meliputi : Memulihkan sumber daya hutan yang rusak, mencegah dan menjaga dari kerusakan yang lebih parah, serta mendorong keterlibatan masyarakat luas untuk menjaga kelestarian hutan, peningkatan keindahan kota dan penerapan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembinaan hutan dalam rangka menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan serta sebagai sumber pendapatan daerah dan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Peningkatan rasa tanggung jawab masyarakat menjaga kelestarian hutan dan kelangsungan fungsi hutan melalui penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, peraturan perundang-undangan, penyediaan informasi untuk penelitian dan pengembangan untuk menjaga dan memelihara fungsi tanah, sir, udara, iklim dan lingkungan hidup yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Meningkatkan

pencegahan

dan

pemberantasan

penebangan

liar,

penanggulangan kebakaran hutan, peningkatan rehabilitasi dan konservasi sumber daya huta serta mengelola hutan yang berbasis kerakyatan. Pengembangan sistem pengawasan hutan dan lahan serta penegakan hukum yang konsisten.

7. Bidang Perindustrian dan Perdagangan Arah pembangunan meliputi : Penyempurnaan perdagangan dengan sistem tata niaga yang menunjang produksi. Memperluas kesempatan kerja bidang industri dan pemerataan kesempatan berusaha. Peningkatan Ekspor hasil perindustrian dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Meningkatkan pembinaan pengembangan industri kecil dan rumah tangga. Menerapkan penerapan standarisasi dan pemanfaatan teknologi yang sesuai dan tepat guna. Membangun pola kemitraan antar pelaku ekonomi dalam kegiatan produksi dan pemasaran. Mengembangkan jaringan informasi peluang usaha sistem informasi teknoligo dan meningkatkan nilai tambah terknologi dari berbagai industri sesuai dengan karakteristik sumber daya lokal dan struktural industri kecil, menengah dan koperasi daerah. Membuat kawasan perindustrian yang strategis di Kabupaten Humbang Hasundutan.

8. Bidang Perkoperasian Arah pembangunan meliputi : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan koperasi dan UKM Pembinaan peranan pengusaha ekonomi lemah. Pembinaan petani dan pengusaha koperasi pertanian Melindungi konsumen dan produsen perkoperasian.

Meningkatkan Kemampuan manajemen dan penguatan permodalan yang didukung penjaminan secara selektif. Mendorong pengembangan sistem jaringan antar lembaga keuangan Mikro (LKM) dan antar LKM dengan Bank agar terjalin kerjasama keuangan.

9. Bidang Penanaman Modal Arah Pembangunan meliputi : Meningkatkan promosi dalam dan luar negeri untuk menarik investasi ke daerah. Memberikan kemudahan pelayanan kepada calon investor. Menyediakan sarana maupun prasarana yang mendukung kegiatan investasi Menciptakan keamanan yang kondusif di Kabupaten Humbang Hasundutan Memberikan kemudahan dalam pemberian perizinan kepada calon investor.

10. Bidang Ketenagakerjaan Arah Pembangunan meliputi : Meningkatkan kualitas SDM melalui pelayanan pendidikan formal dan non formal dengan fasilitas sarana dan prasarana yang berkualitas. Peningkatan kesempatan kerja Pemberdayaan Lembaga-lembaga pembinaan tenaga kerja. Mendorong peningkatan dan pembaharuan program perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan UKM, kredit, mikro. Mendorong perbaikan kebijakan yang berkaitan dengan migrasi tenaga kerja melalui program peningkatan penempatan kerja dan pendukung pasar kerja.\

11. Bidang Kesehatan Arah pembangunan meliputi : Meningkatkan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih berkwalitas, khususnya prioritas bagi masyarakat kurang mampu ( Prasejahtera dan keluarga Sejahtera I/ Alasan Ekonomi). Peningkatan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk melaksanakan higiene dan sanitasi lingkungan.

Penyediaan obat dengan kualitas dan kuantitas yang terjangkau dan memadai. Pengurangan angka kesakitan dan kematian Peningkatan upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit melalui penemuan kasus, imunisasi, surveilens, penatalaksanaan, pengobatan dan pengurangan dampat negatif.

Peningkatan upaya dan kecepatan penanggulangan masalah kesehatan akibat terjadinya wabah, Kejadian luar biasa dan bencana melalui pengembangan sistem kewaspadaan dini, pemetaan, dan pengembangan model pelayanan kesehatan.

12. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Arah pembangunan meliputi : Peningkatan sarana dan prasarana lembaga pendidikan. Peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar dan penataan administrasi sekolah. Mengoptimalkan proses belajar mengajar. Peningkatan pendidikan bagi usia dini yang lebih merata dan bermutu agar seluruh potensi anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat usianya. Mendorong peningkatan perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan dasar yang berkwalitas sebagai bentuk pemenuhan hak warga negara untuk mengikuti Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Peningkatan kualitas pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan pasar kerja. Peningkatan pendidikan non formal yang merata dan bermutu bagi warga masyarakat terutama bagi yang tidak pernah sekolah, putus sekolah yang ingin meningkatkan pengetahuan, kecakapan / keterampilan. Pemerataan distribusi guru dan tenaga pendidikan pada semua jalur, jenis, jenjang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang berorientasi pada keterampilan dan kewirausahaan.

Pengembangan dan sosialisasi Teknologi Tepat guna dan melakukan penelitian serta akreditasi. Pengembangan Program pendidikan yang berbasis daerah / Batakologi.

13. Bidang Sosial Arah pembangunan meliputi : Melaksanakan pelatihan / pendidikan bidang sosial dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Peningkatan kewaspadaan masyarakat dan pemerintah terhadap bencana alam. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kerugian akibat bencana alam. Peningkatan status kemasyarakatan yang lebih baik.

14. Bidang Penataan Ruang Arah pembangunan meliputi : Memprioritaskan pengembangan satuan ruang pada wilayah yang tingkat perkembangan relatif rendah. Mengoptimalkan penataan dan pengendalian kawasan lindung sesuai dengan fungsinya. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan sekunder sebagai penggerak perkembangan wilayah. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lokal yang sebagian telah ditetapkan secara nasional.

15. Bidang Pemukiman Arah Pembangunan meliputi : Mempermudah cara dan syarat untuk memiliki rumah Mengupayakan harga rumah terjangkau daya beli masyarakat dengan cara mengupayakan kredit murah bagi pemakai kredit Perumahan Rakyat. Mengupayakan pembangunan pemukiman sesuai tata ruang. Memprioritaskan pengembangan dan pembangunan daerah tertinggal, terpencil dan daerah perbatasan serta daerah pemukiman baru.

16. Bidang Pekerjaan Umum Arah Pembangunan meliputi : Peningkatan penyediaan air baku guna memenuhi kebutuhan pertanian, rumah tangga. Industri dan lain-lain. Meningkatkan pembangunan dan perbaikan serta pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian banjir dan pengamanan terhadap daya rusak air. Meningkatkan fungsi jaringan irigasi dalam rangka mendukung ketahanan pangan serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan irigasi dan sumber daya air. Pembangunan fasilitas umum yang merata di Kabupaten Humbang Hasundutan. Membangun sarana jalan antar kecamatan dan desa yang memiliki potensi yang tinggi. Meningkatkan pemeliharaan dan pelayanan jalan dan jembatan.

17. Bidang Perhubungan Arah pembangunan meliputi : Pembinaan dan pengembangan transportasi jalan raya yang meliputi transportasi penumpang dan barang dalam dan antar kota. Peningkatan kapasitas dan daya dukung jalan yang diselaraskan dengan perkembangan sarana transportasi jalan raya dan kepadatan lalu lintas. Peningkatan pengawasan pemakai jalan serta mempertahankan daya dukung jalan. Pengembangan transportasi danau di Kecamatan Baktiraja sebagai penghubung antar kabupaten sekitar Danau Toba. Pengembangan transportasi udara melalui tindak lanjut pembangunan lapangan udara perintis silangit.

18. Bidang Lingkungan Hidup Arah Pembangunan meliputi : Rehabilitasi lahan kritis melalui reboisasi dan penanaman pohon yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berwawasan lingkungan dengan melibatkan anggota masyarakat terutama pengangguran.

Permasyarakatan Undang-undang yang mengatur tentang peningkatan pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan bidang lain serta peningkatan koordinasi antar sektor dan antar daerah.

19. Bidang Kependidikan Arah pembangunan meliputi : Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah terpencil; peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi bagi pasangan usuia subut tentang kesehatan reproduksi, melindungi peserta keluarga berencana dari dampak negatif penggunaan alat dan obat kontrasepsi dan peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif serta efisien untuk jangka panjang. Meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan usia perkawinan melalui upaya peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi, remaja penguatan institusi masyarakat dan pemerintah yang memberikan konseling terhadap permasalahan remaja. Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhankembangkan anak. Peningkatan pendapatan keluarga khususnya bagi keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1, peningkatan kualitas lingkungan keluarga dan Memperkuat kelembagaan dan jaringan pelayanan KB bekerja sama dengan masyarakat luas, dalam upaya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dan pembudayaan keluarga kecil berkwalitas.

20. Bidang Olahraga Arah pembangunan ini meliputi : Peningkatan kualitas pemuda melalui peningkatan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan serta pengembangan sikap keteladanan, kemandirian, akhlak mulia dan disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pembinaan olahraga untuk meningkatkan budaya olahraga kesehatan jasmani, dan mental masyarakat, membentuk watak kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi.

21. Bidang Kepariwisataan Arah pembangunan meliputi : Menggali potensi parawisata baru dan meningkatkan parawisata yang telah ada. Mengupayakan peningkatan kunjungan wisata nusantara maupun

mancanegara melalu pembenahan dan peningkatan fasilitas ( Prasarana dan sarana). Penyuluhan secara intensif kepada masyarakat, pengusaha dan organisasi profesi yang terkait dengan pengembangan sektor parawisata. Menggali potensi PAD yang baru dari objek-objek wisata yang sudah berkembang. Pengembangan promosi Agro. Pengembangan promosi keprawisataan. Pengembangan wisata adat dan sejarah. Pengembangan acara-acara kebesaran agama menjadi wisata agama / rohani. Peningkatan sarana dan prasaranan pendukung keparawisataan.

22. Bidang Pertanahan Arah kebijakan ini meliputi : Pengenaan PBB bagi lahan-lahan yang sudah produktif. Peningkatan profesionalisme aparat dan penyediaan fasilitas pendukung untuk efisiensi dan efektivitas. Pemberdayaan wajib pajak / retribusi. Peninjauan kembali Perda pertanahan yang kurang sesuai

BAB V PENUTUP

A. Simpulan 1. Asal mula munculnya Kota Padang Sidempuan berdasarkan Teori Sektoral yang dikemukakan oleh Homer Hoyt; 2. Kota Padang Sidempuan berkembang berdasarkan teori Pusat Kegiatan Banyak; 3. Padang Sidempuan saat ini sedang berkembang menuju Kota Metropolitan.

B. Saran 1. Padang Sidempuan perlu ada penataan ulang, khususnya di daerah permukiman kelas rendah; 2. Perkembangan kota Padang Sidempuan harus secara keseluruhan agar tidak menimbulkan kecemburuan antar daerah yang berkembang dengan yang tidak tersentuh sama sekali.

LAMPIRAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN I. UMUM Kota Administratif Padang Sidempuan dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.435,66 Ha, yang merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan Utara sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara, telah menunjukkan perkembangan yang pesat, khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk, yang pada tahun 1990 berjumlah 142.086 jiwa dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 153.009 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 3% per tahun. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Administratif Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Padang Sidempuan. Secara geografis wilayah Kota Administratif Padang Sidempuan mempunyai kedudukan strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, industri dan perdagangan, serta pariwisata, Kota Administratif Padang Sidempuan mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang, wilayah Kota Padang Sidempuan yang tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Padang Sidempuan, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan lainnya, yaitu Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua, Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara perlu dibentuk menjadi Kota Padang Sidempuan. Dalam rangka mengembangkan wilayah dan potensi yang dimiliki Kota Padang Sidempuan serta memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, terutama dalam hal peningkatan sarana dan prasarana serta kesatuan perencanaan dan pembinaan wilayah, maka sistem Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan harus dioptimalkan penataannya serta dikonsolidasikan jaringan sarana dan prasarananya dalam satu sistem kesatuan pengemb angan terpadu dengan Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten lainnya di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Tapanuli Selatan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas.

Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Peta sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah peta wilayah Kota Padang Sidempuan dalam bentuk lampiran undang-undang ini. Ayat (3) Penentuan batas wilayah secara pasti di lapangan antara Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah setelah mempertimbangkan usul Bupati Tapanuli Selatan dan Walikota Padang Sidempuan yang didasarkan atas hasil penelitian, pengukuran, dan pematokan di lapangan. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Dalam rangka pengembangan Kota Padang Sidempuan sesuai dengan potensi daerah, khususnya guna perencanaan dan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan dan pembangunan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan. Untuk itu, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan harus serasi dan terpadu penyusunannya dalam suatu kesatuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten, dan Kota di sekitarnya. Pasal 8 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kewenangan bidang lain adalah kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang meliputi kebijakan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Selain itu, yang termasuk pengecualian kewenangan wajib adalah kewenangan lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Yang dimaksud dengan daerah tersebut adalah Kecamatan Padang Sidempuan Utara, Kecamatan Padang Sidempuan Selatan, Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua, Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara. Huruf b Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas.

Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan, penjabat Walikota Padang Sidempuan melaksanakan tugas sampai dengan pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Padang Sidempuan hasil pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan. Pasal 13 Pembentukan Dinas Kota dan Lembaga Teknis Kota harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Kota. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah biaya yang diperuntukkan bagi pembangunan gedung perkantoran, rumah dinas, perlengkapan kantor, sarana mobilitas, serta biaya operasional bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Sumatera Utara pada umumnya, dan Kabupaten Tapanuli Selatan pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang akan datang; 2. bahwa dengan memperhatikan hal tersebut di atas dan kemajuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya di Kota Administratif Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan, serta meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan, perlu membentuk Kota Padang Sidempuan sebagai daerah otonom; 3. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu membentuk undang-undang tentang pembentukan Kota Padang Sidempuan untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Padang Sidempuan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); 3. Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58); 4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3811); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 8. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3959) Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KOTA PADANG SIDEMPUAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: 1. Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf i Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 2. Provinsi Sumatera Utara adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara. 3. Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara 4. Kota Administratif Padang Sidempuan adalah Kota Administratif sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Padang Sidempuan. BAB II PEMBENTUKAN DAN BATAS WILAYAH Pasal 2 Dengan undang-undang ini dibentuk Kota Padang Sidempuan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 3 Kota Padang Sidempuan berasal dari sebagian Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdiri atas: a. Kecamatan Padang Sidempuan Utara; b. Kecamatan Padang Sidempuan Selatan; c. Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua; d. Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru; dan e. Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara. Pasal 4 Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dikurangi dengan wilayah Kota Padang Sidempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

Pasal 5 Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, Kota Administratif Padang Sidempuan dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dihapus. Pasal 6 (1) Kota Padang Sidempuan mempunyai batas-batas wilayah: a. sebelah utara dengan Kecamatan Padang Sidempuan Barat Kabupaten Tapanuli Selatan; b. sebelah timur dengan Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan; c. sebelah selatan dengan Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan; dan d. sebelah barat dengan Kecamatan Padang Sidempuan Barat, Kecamatan Siais, dan Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. (2) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari undang-undang ini. (3) Penentuan batas wilayah Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan secara pasti di lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Pasal 7 (1) Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, Pemerintah Kota Padang Sidempuan menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Sidempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan tidak terpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di sekitarnya. BAB III KEWENANGAN DAERAH Pasal 8 (1) Kewenangan Kota Padang Sidempuan sebagai daerah otonom mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Kewenangan wajib, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. BAB IV PEMERINTAHAN DAERAH Bagian Pertama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 9 (1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan, selambat-lambatnya satu tahun setelah peresmian Kota Padang Sidempuan. (2) Pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan

dilakukan dengan cara: a. penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan suara partai politik peserta Pemilihan Umum Tahun 1999 yang dilaksanakan di daerah tersebut; dan b. pengangkatan anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia. (3) Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 10 (1) Dengan terbentuknya Kota Padang Sidempuan, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan tidak berubah sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai hasil pemilihan umum berikutnya. (2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, yang keanggotaannya mewakili kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Padang Sidempuan dengan sendirinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan. (3) Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ditetapkan berdasarkan jumlah dan komposisi anggota yang berpindah ke Kota Padang Sidempuan. (4) Pengisian kekurangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan setelah peresmian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang Sidempuan. Bagian Kedua Pemerintah Daerah Pasal 11 Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Kota Padang Sidempuan, dipilih dan disahkan seorang Walikota dan Wakil Walikota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 (1) Pada saat terbentuknya Kota Padang Sidempuan, penjabat Walikota Padang Sidempuan diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden. (2) Walikota Administratif Padang Sidempuan diangkat sebagai penjabat Walikota Padang Sidempuan. Bagian Ketiga Perangkat Pemerintahan Daerah Pasal 13 Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan Kota Padang Sidempuan, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota, Sekretariat Kota, Dinas Kota, dan Lembaga Teknis Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 (1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kota Padang Sidempuan, Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang terkait, Gubernur Sumatera Utara, dan Bupati Tapanuli Selatan sesuai dengan kewenangannya menginventarisasi dan menyerahkan kepada Pemerintah Kota Padang Sidempuan hal-hal yang meliputi:

a. pegawai yang karena tugasnya diperlukan oleh Pemerintah Kota Padang Sidempuan; b. barang milik/kekayaan negara/daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak dan barang tidak bergerak lainnya yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah, Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di Kota Padang Sidempuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan yang kedudukan dan kegiatannya berada di Kota Padang Sidempuan; d. utang-piutang Kabupaten Tapanuli Selatan yang kegunaannya untuk Kota Padang Sidempuan; dan e. dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kota Padang Sidempuan. (2) Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya diselesaikan dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pelantikan Penjabat Walikota Padang Sidempuan. (3) Tata cara inventarisasi dan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 15 (1) Pembiayaan yang diperlukan untuk pembentukan Kota Padang Sidempuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. (2) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan, terhitung sejak diresmikannya pembentukan Kota Padang Sidempuan, pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertama sebelum tersusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Padang Sidempuan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan hasil pendapatan yang diperoleh dari Kota Padang Sidempuan. Pasal 16 Semua peraturan perundang-undangan yang saat ini berlaku bagi Kabupaten Tapanuli Selatan tetap berlaku bagi Kota Padang Sidempuan sebelum peraturan perundang-undangan dimaksud diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Pada saat berlakunya undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sebagai pelaksanaan undang-undang ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 19

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd ABDURRAHMAN WAHID

Gambar III-1 Peta Kota Padangsidimpuan

Gambar Pembagian Kecamatan Di Kota Padangsidimpuan