BAB I Tesis Baru Yang Diolah

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama Proses Pembangunan Nasional sejak awal Pemerintahan Orde baru telah banyak kemajuan ekonomi yang dicapai. Meskipun Pembangunan Daerah masih menunjukan banyak kelemahan diantaranya masih tingginya ketimpangan pembangunan antar wilayah dan tingginya ketergantungan daerah terhadap Pemerintah Pusat dalam membiayai kegiatan pembangunan (Tan,2002) beranjak dari kondisi ini muncul berbagai pemikiran untuk memperluas kewenangan dan peluang Pemerintah Daerah dalam menggali potensi sumber daya yang dimilikinya dalam upaya mempercepat proses Pembangunan Daerah. Keinginan tersebut direalisasikan melalui Undang- undang Otonomi Daerah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan perubahan atas undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 33 tahun 2004 1

Transcript of BAB I Tesis Baru Yang Diolah

Page 1: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama Proses Pembangunan Nasional sejak awal Pemerintahan Orde baru

telah banyak kemajuan ekonomi yang dicapai. Meskipun Pembangunan Daerah

masih menunjukan banyak kelemahan diantaranya masih tingginya ketimpangan

pembangunan antar wilayah dan tingginya ketergantungan daerah terhadap

Pemerintah Pusat dalam membiayai kegiatan pembangunan (Tan,2002) beranjak

dari kondisi ini muncul berbagai pemikiran untuk memperluas kewenangan dan

peluang Pemerintah Daerah dalam menggali potensi sumber daya yang

dimilikinya dalam upaya mempercepat proses Pembangunan Daerah.

Keinginan tersebut direalisasikan melalui Undang-undang Otonomi

Daerah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan

perubahan atas undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 dan

Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Daerah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang juga

merupakan perubahan undang-undang Otonomi daerah Nomor 25 tahun 1999

yang diharapkan dapat membawa perubahan yang fundamental dalam hubungan

tata pemerintahan dan hubungan keuangan, termasuk pengelolaan anggaran

daerah sesuai dengan tuntutan dan aspirasi yang berkembang di masyarakat yang

misi utamanya berupa pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah. Sebagai penyelenggaraan pemerintahan di daerah termasuk

bidang keuangan daerah dan tuntutan kemandirian dalam mengatur rumah

1

Page 2: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

tangganya sendiri dengan berbagai strategi alokasi dan prioritasnya serta

pelimpahan berbagai wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk

privatisasi. Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan pelayanan public (public service) dan memajukan perekonomian

daerah.

Pada dasarnya ada tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

fiscal :

1. Meningkatkan kwalitas dan kwantitas pelayanan public dan kesejahteraan

masyarakat

2. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah

3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (public) untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan (mandiasmo,2002)

Dengan berlakunya undang-undang otonomi daerah tersebut berarti

pemerintah daerah telah memiliki otonomi yang seluas-luasnya untuk menggali

potensi daerah masing-masing. Melalui otonomi daerah diharapkan mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah daerah harus mampu menggali sumber-sumber penerimaan yang

berasal dari daerah itu sendiri berupa peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD)

dan memanfaatkan dana yang berasal dari Pemerintah Pusat baik berupa bagi hasil

pajak/non pajak maupun dana Alokasi Umum (DAU) dan dana Alokasi

Khusus(DAK) secara efektif (Tan,2002).

Salah satu aspek dari Pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-

hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Seperti

2

Page 3: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

yang sudah diketahui Anggaran daerah adalah rencana kerja pemerintah daerah

dalam bentuk uang(rupiah) dalam salah satu priode tertentu (satu Tahun).

Anggaran dearah atau anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan

instrument kebijaksanaan, anggaran Daerah menduduki Posisi sentral dalam

upaya pengembangan kapasitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran

daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya Pendapatan dan

pengeluaran, membantu pengeluaran di masa-masa yang akan datang sumber

pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk

memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai

unit kerja . dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran

hendaknya difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan aktivitas atau

program yang menjadi prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan

(mardiasmo,2002).

Untuk merealisasikan kebijakan pemerintah tersebut maka Pemerintah

Daerah Provinsi jambi menetapkan dasar-dasar hokum tentang aturan perpajakan

dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah provinsi jambi dasar

hokum tersebut adalah :

1) Undang-undang otonomi daerah nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah

2) Undang-undang Otonomi daerah nomor 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

3) Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah

yang merupakan perubahan atas undang-undang nomor 18 tahun 1997

3

Page 4: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

4) Peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2001 tentang pelaksanaan

Pemungutan Pajak Daerah

5) Peraturan daerah provinsi jambi nomor 3 tahun 2002 tentang pajak

kendaraan bermotor

6) Keputusan gubernur jambi nomor 30 tahun 2004 tentang petujuk

pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jambi nomor 3 tahun 2002 tentang

pajak kendaraan bermotor.

Dasar hukum diatas merupakan landasan untuk merealisasikan

keinginan Pemerintah Daerah provinsi jambi guna mengurangi

ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat dalam membiayai

pembangunan melalui pajak daerah. Dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

Menurut (Nazara,1997) bahwa kemampuan daerah dalam

menyelenggarakan otonomi secara murni harus mampu meningkatkan

kemampuan daerah dalam bentuk peningkatan proporsi Pendapatan Asli

daerah (PAD) sesuai dengan pendapat (Nazara,1997) kemampuan Provinsi

jambi dalam menjalankan otonomi daerah secara murni telah berusaha

meningkatkan pendapatan asli daerah yang salah satunya melalui pajak

kendaraan bermotor. Secara spesifik besarnya perkembangan pajak

kendaraan bermotor terhadap Pendapatan asli daerah dapat dilihat dalam

tabel berikut :

4

Page 5: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang akan dibahas

adalah :

1. Bagaimana perkembangan dan kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap

PAD Provinsi Jambi selama Priode 2000-2010 ?

2. Bagaimana efisiensi dan efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor

dilihat dari potensi dan target?

3. Factor-faktor apa yang mempengaruhi Penerimaan pajak Kendaraan Bermotor

dilihat dari sisi pembayaran Pajak Kendaraan bermotor selama priode 2000-

2010?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Untuk menganalisis perkembangan dan kontribusi pajak kendaraan bermoto

terhadap PAD Provinsi Jambi selama priode 2000-2010

2. Untuk menghitung dan menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas pajak

kendaraan bermotor dilihat dari potensi dan target

3. Untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak

kendaraan bermotor dilihat dari sisi pembayaran selama priode 2000-2010.

5

Page 6: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Melalui Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Dapat memberikan masukan kepada Dinas pendapatan daerah provinsi jambi

tentang factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PKB dan hasil

Perhitungan potensi, efisiensi dan efektivitas dalam penetapan target Pajak

Kendaraan Bermotor yang tidak realistis,sehingga bermanfaat dalam

penentuan penetapan target PKB dimasa datang.

2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam bidang pemungutan

pajak kendaraan bermotor

3. Secara akademis hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai sumber bacaan dan

referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Agar menjaga arah dalam penelitian yang dilakukan maka penulis

membatasi pembahasan pada objek yang akan diteliti yaitu Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) sedangkan ruang lingkup waktu penelitian adalah :

1. Perkembangan dan kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD

Provinsi Jambi selama priode 2000-2010

2. Untuk menghitung dan menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas pajak

kendaraan bermotor dilihat dari potensi dan target tahun 2000-2010

3. Factor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak

Kendaraan Bermotor dilihat selama priode 2000-2010.

6

Page 7: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORITIS

2.1.1 Sumber-sumber Pendapatan Daerah

Factor-faktor keuangan merupakan factor yang esensial dalam mengukur

tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan

daerahlah yang menentukan bentuk dan ragam kegiatan yang akan dilakukan oleh

Pemerintah daerah, sumber Pendapatan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor

32 tahun 2004 pasal 157 terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah yaitu :

a. Hasil Pajak daerah

b. Hasil retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan

d. Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan

3. Lain-Lain Pendapatan daerah Yang sah.

Dari sejumlah pendapatan daerah diatas,upaya penghimpunan yang paling

diutamakan adalah Pendapatan asli daerah ( PAD ) dan PAD dijadikan Ukuran

kemampuan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah.tertuang dalam

Undang-Undang No,25 Tahun 1999,yang dimaksud dengan PAD adalah

penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang

7

Page 8: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

dipungut berdasarkan peraturan Daerah sesuai dengan per Undang-Undangan

yang berlaku.

Suparmoko (1992) menguraikan bahwa Pendapatan asli Daerah terdiri dari

Pajak dan Retribusi Daerah,keuntungan Perusahaan Milik Daerah,Hasil

pengelolaan kekayaan Daerah dan lain-lain.Dana perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,Pinjaman daerah dan pendapatan daerah

lainnya yang sah. Kemampuan untuk membayar pajak dan retribusi dapat

diketahui dengan melihat besarnya pendapatan baik yang berasal dari tenaga kerja

maupun yang berasal kekayaan dan besarnya pengeluaran siwajib pajak serta

pengeluaran konsumsi esensial.

2.1.2. Retribusi Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah, retribusi daerah dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Retribusi Jasa Umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan

oleh Pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek retribusi jasa

umum adalah pelayanan yang diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan

dan pemanfaatan umum serta dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Jenis-jenis jasa umum adalah :

a. pelayanan Kesehatan

b. Pelayanan Persampahan atau kebersihan

c. Pergantian Biaya Cetak KTP dan akte Catatan sipil

8

Page 9: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

d. Pelayanan Pemakaman

e. Pelayanan Parkir

f. Pelayanan Pasar

g. Pengujian Kendaraan Bermotor

h. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

i. Pergantian Biaya Cetak Peta

j. Pengujian Kapal Perikanan

Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang

menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

2. retribusi Jasa Usaha yaitu jasa yang disediakan pemerintah daerah yang

menganut Prinsip Komersial pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sector

swasta . objek retribusi Jasa usaha adalah Pelayanan Pemerintah yang

menganut Prinsip Komersial.

Jenis-Jenis Retribusi Jasa Usaha Adalah :

a. Pemakaian Kekayaan daerah

b. Pasar Grosir/pertokoan

c. Tempat Pelelangan

d. Terminal

e. Tempat Khusus Parkir

f. Tempat Penginapan

g. Penyedotan Kakus

h. Rumah potong hewan

i. Pelayanan Pelabuhan Kapal

9

Page 10: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

j. Rekreasi dan olahraga

k. Penyebrangan diatas air

l. Pengolahan limbah Cair

m. Penjualan produksi usaha daerah

Subjek Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

3. Retribusi Perizinan Tertentu yaitu retribusi atas kegiatan pemerintah daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan

atas kegiatan pemanfaatan ruang. Penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

Objek Retribusi Perizinan tertentu adalah kegiatan Pemerintah dalam

rangka pemberian izin kepada orang Pribadi atau Badan yang dimaksudkan

untuk pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan

ruang.

Jenis-jenis Perizinan tertentu adalah :

a. Izin Mendirikan Bangunan

b. Izin Tempat Penjualan minuman beralkohol

c. Izin gangguan

d. Izin trayek

Subjek Perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh izin tertentu dari Pemerintah daerah.

10

Page 11: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

Salah satu retribusi daerah yang potensial adalah retribusi pasar, retribusi

pasar dipungut kepada orang atau badan yang mendapatkan pelayanan berupa

fasilitas pasar. Pungutan retribusi pasar dilakukan oleh para Petugas Pemungut,

yang dipimpin oleh seorang kepala. Secara stuktural organisasi pasar biasanya

merupakan bagian dari dinas Pendapatan Daerah. Dibeberapa dearah organisasi

pasar sudah berdiri sendiri sebagai sebuah lembaga, yaitu kantor Pengelola Pasar.

2.1.3 Retribusi Pasar

Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang

Retribusi Daerah sebagai Pelaksana Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah yang dimaksud dengan retribusi pasar adalah

pungutan daerah atas jasa pelayanan penyediaan fasilitas pasar

tradisional/sederhana yang berupa halaman/pelataran, los dan kios yang dikelola

pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang

dikelola oleh Perusaan Daerah (PD). Retribusi Pasar diukur Berdasarkan kelas

pasar, jenis tempat, luas kioas, luas los, tempat dasaran/Plataran dan waktu.

Dalam penelitian ini membahas tentang retribusi pasar yang terdiri dari retribusi

pasar dan retribusi pertokoan.

11

Page 12: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

2.1.4 Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi Pasar

1) Objek Retribusi pasar dalam perda Kota Jambi Nomor 07 tahun 2000 adalah

Pelayanan Penyediaan Fasilitas Pasar tradisional/modern berupa halaman atau

perataran, los, kios, took, atau tempat khusus lain yang disediakan Pemerintah

maupun swasta untuk berdagang.

Sedangkan perda Kota Jambi Nomor 09 tahun 2006 Objek retribusi

adalah pelayanan atas Pemanfaatan fasilitas pasar yang meliputi Pemakaian

Los, plataran, pasar beduk, pemakaian meja atau payung, pmakaian wc umum

dan pemakaian tempat bongkar muat barang dilingkungan pasar.

2) Subjek retribusi pasar adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan

fasilitas pasar.

3) wajib Retribusi Pasar adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran jasa pelayanan penyediaan fasilitas pasar.

2.1.5 Efisiensi Penerimaan Retribusi Pasar

Efisiensi pada dasarnya adalah optimalisasi penggunaan sumber-sumber

dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut, sedangkan efektivitas

menunjukan pada keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Efisiensi

dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti sebagai ketetapan cara (usaha,kerja)

dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu dan biaya.

Efisiensi dalam penelitian ini adalah perbandingan atau rasio antara biaya

yang dikeluarkan untuk pengelolaan retribusi pasar dangan besarnya realisasi

penerimaan retribusi pasar. Dengan mengetahui hasil perbandingan antara

12

Page 13: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

realisasi pengeluaran dan realisasi penerimaan dengan menggunakan ukuran

efisiensi tersebut dapat dilakukan terhadap system pengelolaan keuangan

Pemerintah daerah, dengan criteria penilaian berdasarkan pada Kepmendagri

No.690.900.327 tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan.

2.1.6 Efektivitas Penerimaan Retribusi Pasar

Efektivitas menurut devas,dkk (1989 :279-280) adalah hasil guna kegiatan

pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga

memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan pemerintah dengan biaya serendah-rendahnya dan dalam waktu secepat-

cepatnya. Efektivitas merupakan perbandingan atau rasio antara realisasi

penerimaan retribusi pasar dengan potensi retribusi pasar. Dalam perhitungan

efektivitas apabila hasilnya menunjukan persentase yang semakin besar dapat

dikatakan bahwa pengelolaan retribusi pasar semakin efektif dan dsangat efektif

bila dapat mencapai 100% demikian pula sebaliknya semakin kecil persentase

hasilnya menunjukan pengelolaan retribusi Pasar semakin tidak efektif.

13

Page 14: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

2.1.7 Pembiayaan Daerah Kota Jambi

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang bertujuan untuk

menutupi deficit dan surplus pendapatan daerah terhadap belanja daerah untuk

menampung rekening sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu pinjaman daerah

berdasarkan permendagri Nomor 13/2006 unsur-unsur Pembiayaan terdiri dari

1. Pembiayaan Pemerintah, yang terdiri dari : sisa lebih peritungan anggaran

tahun sebelumnya (SILPA) Pencairan dana cadangan hasil penjualan hasil

kekayaan daerah yang dipisahkan : penerimaan pinjaman daerah, penerimaan

kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah.

2. Pembiyaan Pengeluaran yaitu terdiri dari pembentukan dana cadangan,

penyertaan modal (Investasi) daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian

pinjaman daerah.

3. pembiayaan Neto

2.1.8 Potensi Retribusi Pasar

Potensi adalah daya, kekuatan atau kesanggupan untuk menghasilkan

penerimaan daerah atau kemampuan yang pantas diterima dalam keadaan seratus

persen. Potensi penerimaan daerah dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu :

1. berdasarkan fungsi penerimaan

2. berdasarkan atas indicator social ekonomi (Hamrolie Harun:2004)

Potensi merupakan hal yang sangat menentukan dalam melaksanakan pungutan

retribusi, sehingga potensi perlu dikaji dan diteliti untuk mendapatkan data

potensi yang sebenarnya, agar tidak terjadi kebocoran-kebocoran.

14

Page 15: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

2.2 STUDI SEBELUMNYA

Rudi ansor (2003) mengadakan Penelitian tentang Penerimaan retribusi

pasar di Kabupaten Batanghari dia menyimpulkan bahwa jumlah pedagang

berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar di Kabupaten

Batanghari, target penerimaan retribusi pasar pada tahun 2001 Rp.92.988.000

dapat dikatakan relative kecil jika dibandingkan dengan potensi yang tersedia

yaitu Rp. 215.468.000 informasi penting dari hasil perhitungan efisiensi retribusi

pasar dibatanghari bahwa dari tahun ke tahun tingkat efisiensi dapat diwujudkan

secara signifikan. Rata-rata efisiensi adalah 31,62% ini artinya bahwa setiap

Rp.100 penerimaan retribusi dikeluarkan biaya sebesar Rp.31,62 dan pemungutan

retribusi pasar dikabupaten Batanghari dapat dikatakan kurang efektif karena

tingkat efektivitas tersebut di bawah 50%.

Zulhifni(2003) mengadakan Penelitian tentang Peranan retribusi Pasar

terhadap PAD Kabupaten sarolangun. Dia menyimpulkan Pengukuran tingkat

efektivitas retribusi pasar kabupaten Sarolangun dikaitkan dengan penerimaan

yang berhasil diperoleh dibandingkan dengan rencana atau target yang telah

ditetapkan untuk dicapai, secara rata-rata dapat dikatakan tidak efektif yaitu

berada pada kisaran 40% sampai dengan 60%. Secara keseluruhan rata-rata biaya

pemungutan retribusi Pasar sebesar 85,15%. Hal ini dapat dikatakan bahwa untuk

memperoleh Retribusi Pasar sebesar Rp.10.000 dibutuhkan biaya rata-rata sebesar

Rp.8.515 atau terdapat selisih berupa keuntungan atas laba rata-rata sebesar

Rp.1.485.

15

Page 16: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran penelitian ini beranjak dari Pendapatan daerah Kota

Jambi yang terdiri dari pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan,

pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah. Beberapa atau sebagian besar

Pemerintah daerah sebelum Otonomi Derah belum mengoptimalkan Penerimaan

dari retribusi karena masih mendapat dana dari Pemerintah Pusat. Sebagai upaya

Untuk meningkatkan PAD maka pengelola Retribusi masih perlu dikaji untuk

menentukan besarnya potensi yang Riil (wajar), tingkat efektivitas dan Efisiensi

pemungutan retribusi.

Retribusi daerah merupakan salah satu sumber yang pontensial dalam

memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Retribusi daerah terbagi

atas tiga golongan yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi

perizinan tertentu. Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan

atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Pada golongan

retribusi jasa umum inilah yang diangkat salah satu penerimaan dari retribusi

pasar menjadi judul dalam penelitian ini untuk menganalisis Potensi retribusi

Pasar di Kota Jambi, untuk menganalisis tingkat efisiensi retribusi penerimaan

retribusi pasar dari tahun 2004-2008, untuk menganalisis tingkat efektivitas

penerimaan Retribusi pasar Kota Jambi tahun 2004-2008 serta untuk menganalisis

pengaruh Penerimaan retribusi Pasar terhadap pembiayaan daerah sendiri yang

terdiri dari pembiayaan penerimaan dan pembiayaan pengeluaran yang diharapkan

hasil dari penghitungan dari penelitian ini dapat dijadikan gambaran Pemerintah

16

Page 17: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

daerah Kota Jambi dalam membuat suatu kebijakan dalam rangka peningkatan

penerimaan retribusi pasar.

Dari uraian diatas dapat dibuat kerangka pemikiran pada penelitian ini

beranjak dari Pendapatan Daerah Kota Jambi yang terdiri dari Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-lain Penerimaan yang sah.

Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain PAD yang sah. Dari retribusi daerah yang terdiri dari Retribusi Jasa

Umum, retribusi Jasa usaha dan retribusi jasa Perizinan tertentu diangkat dari

salah satu retribusi jasa umumyaitu retribusi pasar. Untuk mengetahui tingkat

efisiensi, keefektivan, pengaruh penerimaan retribusi pasar terhadap pembiayaan

daerah sendiri dan potensi retribusi pasar sebagai berikut :

17

Page 18: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

2.4 HIPOTESIS

Diduga penerimaan restibu pasar memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap pembiayaan daerah Kota Jambi.

a. HIPOTESIS

Diduga penerimaan Retribusi pasar memiliki pengaruh positif dan

signikan terhadap pembiayaan daerah Kota Jambi

18

Page 19: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskrikptif kuantitatif. Metode deskrikptif kuantitatif.digunakan dalam upaya

untuk mengidentifikasi efisiensi efektivitas retribusi pasar Kota Jambi, pengaruh

Penerimaan Retribusi Pasar terhadap Pembiayaan daerah sendiri dan potensi

retribusi pasar. Metode deskrikptif kuantitatif yang dimaksud adalah suatu metode

yang meneliti status objek yang diamati yang bertujuan membuat deskripsi secara

sistimatis, factual dan akurat mengenai fenomena yang diselidiki, berdasarkan

analisi Kuantitatif yang dibuat (Nasir, 1996). Berkenaan dengan keperluan

tersebut maka data yang akan dipergunakan bersumber dari data sekunder.

3.1 JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series

selama kurun waktu tahun anggaran 2004-2008 yang terdiri dari data :

1. jumlah dari tiap-tiap objek retribusi pasar Kota Jambi

2. Tarif retribusi Pasar

3. Biaya-biaya Pemungutan Retribusi Pasar Kota Jambi

4. Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar

Dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder time

series pembiayaan derah

selama kurun waktu tahun anggaran 1999-2008 yang terdiri dari data :

19

Page 20: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

1. pembiayaan penerimaan Kota Jambi

2. Pembiyaan Pengeluran Kota Jambi

Data tersebut dihimpun atau diperoleh Dari :

1. Kantor Pengelola Pasar Kota Jambi

2. Kantor Dinas Pendapatan Kota Jambi

3. Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kota Jambi.

3.2 METODE ANALISIS DATA

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab

satu, maka dalam memecahkan atau menganalisis permasalahan yang ada dalam

penelitian ini digunakan Analisis Deskriptif Kuantitatif. Alat Analisis yang

digunakan Yaitu efisiensi, keefektifan, pengaruh penerimaan retribusi pasar

terhadap pembiayaan daerah sendiri dan potensi.

i. Analisis Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara Output/keluaran dan

input/masukan skunder, sedangkan Analisis yang dilakukan terhadap penerimaan

retribusi pasar dengan menggunakan ukuran tingkat efisiensi yaitu perbandingan

antara realisasi pengeluaran dengan penerimaan dikalikan dengan seratus dalam

bentuk persentase. Efisiensi diartikan sebagai salah suatu keadaan dimana tidak

ada kemungkinan untuk melakukan alokasi sumberdaya yang ada tanpa

menimbulkan kerugian terhadap keadaan tersebut, Menurut teori ekonomi

produksi konsep efisiensi dibedakan antara efisiensi teknis dan efisiensi biaya.

20

Page 21: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

Efisiensi teknis menunjukkan output maksimal yang dihasilkan dengan input

dalam jumlah tertentu. Efisiensi biaya diartikan sebagai tingkat biaya minimum

yang diketuarkan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Perhitungan efisiensi dapat dilakukan dengan metode Cost of Collestion

Efficiency Ratio (CCER), yaitu dengan membandingkan antara biaya yang

dikeluarkan dengan realisasi penerimaannya. Efisiensi bila diformulasikan dalam

rumus adalah sebagai berikut (Sidik, 1996:65) :

Efisiensi : Biaya Yang Dikeluarkan. x 100 % Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar

3.1.2 Analisis Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasit tidaknya pencapaian tujuan suatu

organisasi. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut

telah bedalan dengan efektif. Analisis efektivitas pengeiolaan keuangan

pemerintah daerah dapat dirumuskan dengan menggunakan rasio, perbandingan

antara realisasi penerimaan dengan target/potensi yang ditetapkan dikalikan

dengan seratus dalam bentuk persentase. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

proporsi realisasi penerimaan retribusi pasar terhadap target yang telah ditetapkan.

21

Page 22: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

Dalam Perhitungan efektivitas, metode yang digunakan adalah Charge

Perjormance Index (CPI). Bila diformulasikan dalam rumus adalah sebagai

berikut (Sidik, 1996:76).

Efektivitas = Realisasi penerimaan retribusi pasar X 100% Potensi retribusi pasar

3.2.3 Analisis Pengaruh Penerimaan Retribusi Pasar terhadap Pembiayaan Daerah Kota Jambi.

Untuk mengetahui pengaruh penerimaan retribusi pasar terhadap

pembiayaan daerah Kota Jambi digunakan model regresi sederhana. Menurut

Sanusi (2003) regresi sederhana ini menyatakan pengaruh kausalitas antara dua

variabel dan memperkirakan nilai variabel tergantung berdasarkan nilai variabel

bebas. Persamaan yang dipergunakan untuk memprediksi nilai vanabel Y disebut

dengan persamaan regresi. Bentuk umum dari persamaan regresi dinyatakan

dengan persamaan matematik yaitu :

Y = a + bX

Dimana : y : Pembiayaan Daerah Kota Jambi

a : Konstantab : Koefisien RegresiX : Penerimaan Retribusi Pasar Kota Jambi,

22

Page 23: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

3.2.4 Potensi Retribusi PasarUntuk mengetahui potensi retribusi pasar, maka dapat dilihat dari sejumlah

item penerimaan dari objek retribusi yang meliputi: pemakaian pelataran, los, kios

dan toko. Untuk menghitung potensi retribusi pasar/tahun dengan asumsi tingkat

hunian 100 % pada tingkat kelas tertentu adalah :

Potensl Retribust Pasar . Luas, (m4) x tariff/hari x 365 hari

Dimana:

Luas = Jumlah tiap-tiap objek retribusi sesuai dengan perda yang berlaku,

Tariff = Besarnya retribusi yang dikenakan pads tiap objek sesuai dengan perda.

3.3 UJII HIPOTESIS

Uji hipotesis "W 41lakukan untuk mengetahui pengarub variabel betas

terhadap, variabel. terikat. Apakah, pengaruh variabel tersebut cocok dengan

hipotesis yang dikemukakan. Secara parsial uji hipotesis dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Merumuskan hipotesis Ho dan HI

Ho : β = 0 artinya tidak ada pengaruh, yang signifikan dari variabel X

terhadap variabel Y.

HI : β ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap

variabel Y.

2) Menentukan tingkat signifikan(α) dan degree of freedom (df)

23

Page 24: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

3) Menentukan nilai t hitung dengan rumus sebagai berikut :

t = b

SbDimana : b = koefisien regresi

Sb = standar eror untuk koefisien regresi (b)

4) Selanjutnya membandingkan nilai t hitung itu dengan nilai t tabel yang

tersedia pada taraf nyata tertentu misalnya 1 % atau 5%.

5) Mengambil keputusan dengan kriteria.:

jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel; maka Ho diterima jika t hitung < -t tabel hitung > t -tabel; maka Ho ditolak.

3.4 OPERASIONALISASI VARIABEL

1. Efisiensi retribusi pasar adalah biaya pengeluaran dalam pengelolaan retribusi

pasar yang dibandingkan dengan realisasi penerimaan retribusi pasar.

2. Efektivitas perbandingan antara realisasi penerimaan retribusi pasar dengan

potensi retribusi pasar.

3. Pembiayaan daerah sendiri terdiri dari pembiayaan penerimaan dan,

pembiayaan pengeluaran dalam satuan rupiah.

4. Potensi retribusi pasar adalah daya, kekuatan atau kesanggupan untuk

menghasilkan penerimaan daerah dengan jumlah los, kios, toko, polataran dan

Objek retribusi yang dimiliki pada pasar Kota Jambi.

5. Luas pasar terdiri dari jumlah los, kios, dan toko yang dikenakan retribusi

pasar di Kota Jambi,

24

Page 25: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

6. Tariff adalah besarnyo retribusi yang dikenakan oleh pedagang sesuai dengan

Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar

dan Perda Knta Jambi Nomor 6 Tabun 2001.

7. Biaya pemungutan retribusi paste adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

Kantor Pengelola Pasar dalam penyelenggaraan. kegiatan kerja selama satu

tahun dalam satuan rupiah.

8. Realisasi penerimaan retribusi pasar adalah jumlah penerimaan retribusi pasar

yang diterima selama satu tahun dalam satuan rupiah.

9. Target retribusi pasar adalah jumlah penerimaan retribusi yang direncanakan

akan dicapai oleh Kantor Pengelola pasar dalam satu tahun dalam satuan

rupiah.

10. Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk

melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas

mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar

modern, atau tempat-tempat tertentu diluar kawasan pasar khusus disediakan

untuk pedagang baik yang dikelolaoleh Pemerintah maupun swasta.

11. Retribusi pasar adalah pungutan sebagai perribayaran atas pemanfaatan

fasilitas pasar.

12. Los adalah tempat bedualan di dalam lokasi pasar atau di tempat-tempat lain

yang diizinkan yang beralas permanent dalam bentuk memanjang tanpa

silengkapi dengan dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan

sebagai tempat berjualan barang dan jasa.

25

Page 26: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

13. Pelataran adalah tempat atau lahan kosong di sekitar tempat berjualan di pasar

Mau di tempat-tempat lain yang, diizinkan yang dapat dimanfaatkan atau

dipergunakan sebagai tempat berjualan/berdagang.

14. Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan

perdagangan terus menerus dengan tujuan memperoleh laba.

26

Page 27: BAB I Tesis Baru Yang Diolah

27