BAB I Anak Refrat

download BAB I Anak Refrat

of 24

description

tes

Transcript of BAB I Anak Refrat

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya.2

Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.2Cedera lahir adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan. Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal.3 Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan medis yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi. 3

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PengertianTrauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229) 13Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan.13Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri, pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi. 12,13Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus, bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak.13,14

2.2 Etiologi 1,3Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) penyebab terjadinya trauma persalinan yaitu sebagai berikut:1. Makrosomia(Berat bayi baru lahir lebih dari 400 gram)2. Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)3. Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)4. Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat)5. Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)6. Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir dengan lahirnya bayi)7. Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 26 minggu)8. Distosia bahu (kemacetan bahu)

2.3 Macam-Macam Tauma persalinan5,6a. susunan saraf Paralis Pleksus Brakialis Paralisis Nervus Frenikus Kerusakan Medulla Spinalis Paralisis Pita Suarab. Fraktur (Patah Tulang) Fraktur Tulang Tengkorak Fraktur Tulang Klavikula Fraktur Tulang Humerus Fraktur Tulang Femurc. Jaringan lunak Kaput Suksedaneum Sefalohematoma Perdarahan Subafoneurosis Trauma Muskulus Sternokleido-Mastoideus Perdarahan Subkunjungtiva Nekrosis Jaringan Lemak Subkutis

A. CAPUT SUCCEDANEUMA.1 PengertianCaput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. 4Caput succedaneum: Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya timbunan getah bening bawah lapisan apenorose di luar periostium.5Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)14Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002)14

Gambar 1 : caput succedaneum

A.2 Etiologi 9Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir yaitu :1. Persalinan lamaDapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.2. Persalinan dengan ekstraksi vakumPada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.3. His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum

A.3 Patofisiologi 9Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.

A.4. Manifestasi Klinis 7,9Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :1. Adanya edema dikepala berwarna kemerahan2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak3. Edema melampaui sela-sela tengkorak4. Batas yang tidak jelas5. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan

A. 5. Pemeriksaan Diagnostik Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. 7

A. 6. Penatalaksanaan 7, 12Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.7Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.7Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum : 121. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala.3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal4. Mencegah terjadinya infeksi dengan : Perawatan tali pusat Personal hygiene baik5. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang : Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari6. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.7. Awasi keadaan umum bayi.

A. 7. KOMPLIKASI 41) InfeksiInfeksi pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala terluka. 2) IkterusPada bayi yang terkena caput succedanieum dapat menyebabkan ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi. 3) AnemiaAnemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedanieum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

B. CEPHAL HAEMATOME B. 1. PengertianPembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periostenum. Cephal Haematome adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.2B. 2. Etiologi 13,a. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan.b. Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.c. Partus dengan tindakan.1) Forsep2) Vacum ekstraksiB.3.Patofisiologi Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah didaerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum. 13B. 4. Tanda dan Gejala : 8 Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma: a) Adanya fluktuasi b) Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir c) Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietalBerupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap. d) Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum e) Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati sutura). f) Pada perabaan terasa mula mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi. g) Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 8 jam setelah lahir h) Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas i) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

B. 5. Penataksanaan 8Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :1. Cegah infeksi bila ada permukan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih.2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma3. Pemberian vitamin K4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan5. Pantau hematokrit6. Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar 7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu8. Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.(Menurut : Manuaba. Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan)Perbedaan Caput Succedenaum dan Cephal Hematoma14Caput SuccedenaumCephal Hematoma

Oedema (penumpukan getah bening)Hematom (penumpukan darah)

TertekanDisebabkan trauma

Saat lahirMuncul setelah lahir

Cenderung mengecilCenderung bertambah besar

Karena tekananTerjadi bukan karena tekanan

Bisa melewati garis suturaTidak melewati garis sutura

Menghilang dalam 24 jamTetap ada sampai 4-6 minggu

C. TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS (BRACHIAL PALSI) 9C 1 . Pengertian Plexus brachlialis adalah anyaman serat yang berjalan dari tulang belakang C5 T1, kemudian melewati bagian leher dan ketiak, kemudian ke seluruh lengan ( atas dan bawah). Serabut saraf yang ada akan didistribusikan ke beberapa bagian lengan. Sehingga menyebabkan kelemahan / kelumpuhan anggota gerak atas: bahu, pergelangan tangan, dan jari jari. C. 2. Etiologi 9a. Tarikan lateral pada kepala dan leher pada waktu melahirkan pada presentasi kepala.b. Apabila lengan ekstensi melewati kepala dan presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu.C. 3. Jenis Fleksus Brachialis 9,15Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :a. Paralisis Erb-DucheneKerusakan cabang-cabang C5 C6 dari pleksus biokialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot diafragma.9Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 2 minggu untuk memberi kesempatan penyembuhan yang kemudian diikuti program mobilisasi atau latihan.9Secara klinis di samping gejala kelumpuhan Erb akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas.9Penanganan terhadap trauma pleksus brakialis ditujukan untuk mempercepat penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 90 disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 90.15

b. Paralisis Klumpke 9,15Kerusakan cabang-cabang C8 T1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat simdrom HORNER yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan program latihan.C. 4. Gejala 11,a. Gangguan motorik lengan atas.b. Lengan atas dalam kedudukan ekstensi dan abduksi.c. Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung.d. Refleks moro negativee. Hipertensi dan fleksi pada jari-jarif. Refleks meraih dengan tangan tadi adag. Paralisis dari lengan atas dan bawah.

C. 5. Penatalaksanaan 15a. Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai dengan mencegah terjadinya kontraktor.b. Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya.Caranya :Letakkan tangan bayi yang lumpuh di samping kepalanya yaitu dengan memasang verband pada pergelangan tangan bayi.

D. FRAKTUR CLAVICULA DAN HUMERUS D.1 fraktur humerus 16Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.

D.2 Klasifikasi fraktur humerus16Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :1. Fraktur Suprakondilar humerusJenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi : Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfikasi Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi2. Fraktur interkondiler humerusFraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler medialis humerus3. Fraktur batang humerus Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)4. Fraktur kolum humerusFraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum)

D 3. Etiologi 16Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total. Fraktur menurut Strek,1999 terjadi paling sering sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya makrosemia dan disproporsi sefalopelvik, serta malpresentasi).

D 4. Gejala 16 Berkurangnya gerakan tangan yang sakit Refleks moro asimetris Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasifLetak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.

D 5. Gejala klinis 16 Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang dan asimetris. Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.

D 6. Penanganan 16 Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari serta control nyeri Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal

D 7. Fraktur Tulang Klavikula 16Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas.Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur freenstick, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini ditemukan 1 2 minggu kemudian setelah teraba adanya pembentukan kalus

D 8. Gejala Klinis 16Yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir klavikula jenis greenstick adalah :1. Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama2. Refleks moro asimotris3. Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula4. Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.

D 9. Pengobatan trauma lahir fraktur tulang kavikula 161. Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat pembentukan kalus.2. Lengan difiksasi pada tubuh anak dalam posisi abduksi 600 dan fleksi pergelangan siku 900.3. Umumnya dalam waktu 7 10 hari rasa sakit telah berkurang dan pembentukan kalus telah terjadi.E. HEMATOM SUBGALEAL E1 . Pengertian Perdarahan subgaleal adalah suatu kondisi yang jarang namun berpotensi mematikan yang ditemukan di sutu kelahiran anak17. Hal ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah utusan , yang merupakan hubungan antara sinus dural dan pembuluh darah kulit kepala . Darah terakumulasi antara aponeurosis epicranial kulit kepala dan periosteum . Ruang potensial ini meluas ke depan untuk margin orbital , mundur ke punggungan nuchal dan lateral ke fascia temporal. Pada bayi cukup bulan , ruang subaponeurotic ini dapat memegang sebanyak 260 mL darah.18 perdarahan subgaleal dapat menyebabkan hipovolemia berat , dan sampai seperempat dari bayi yang membutuhkan perawatan intensif neonatal untuk kondisi ini .17 Prevalensi saat lahir perdarahan subgaleal sedang sampai berat adalah sekitar 1,5 per 10 000 kelahiran .

Perdarahan subgaleal paling sering dikaitkan dengan ekstraksi vakum dan forsep , tetapi juga dapat terjadi spontan 21. E. 2. Etiologi 13,a. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan.b. Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.c. Partus dengan tindakan.1) Forsep2) Vacum ekstraksi

E.3. Patofisiologi 20,22

Perdarahan subgaleal merupakan komplikasi serius padaneonatus akibat ekstraksivakum.Perdarahan subgaleal terjadi karena ruptur vena-vena emisaria yaitu vena-venayang melewati foramen tengkorak danmengalirkan darah dari sinus serebral kepembuluh di luar tengkorak.Perdarahan subgaleal sering dikaitkan dengan perdarahanintrakranial dan atau sefalhematom. Perdarahan subgalealsedang sampai berat terkaitdengan anemia, asidosis metabolik, kejang, syok, dan kematian.Komplikasi ini terjadikurang dari 1,0 3,8% pada ekstraksi vakum.Insiden yang dilaporkan berkisar 6-50setiap 1000 persalinan dengan ekstraksi vakum. Angka tersebut merupakan overestimasidan tidak menggambarkan tingkat trauma pada praktik modern dengan ekstraktorsoftcup dan protokol yang ketat. Bayi dengan perdarahan subgaleal memiliki tanda scalpyang lembek, bengkak sepanjang garis sutura dan lingkar kepala yang membesar. Jugamungkin terdapat tanda hipovolemia, pucat, takikardia dan penurunan hematocrit.Kondisi ini mengancam nyawa dengan tingkat mortalitas dilaporkan setinggi 22,8%.Kira-kira setengah dari perdarahan subgaleal terkait dengan ekstraksi vakum, sisanyaterkait dengan ekstraksi cunam dan lebih jarang lagi terjadi pada persalinan spontan.Perdarahan subgaleal dapat tidak terlihat secaraklinis sampai beberapa jam post partum.

E.4.Tanda dan Gejala 21 Darah di bawah galea aponeurosis Pembengkakan kulit kepala, ekimoses Mungkin meluas ke daerah periorbital dan leher Seringkali berkaitan dengan trauma kepala (40%).Diagnosis umumnya satu klinis, dengan massa yang berfluktuasi dan berkembang pada kulit kepala (terutama atas oksiput) dengan kulit memar dangkal. Pembengkakan berkembang secara bertahap 12-72 jam setelah melahirkan, meskipun mungkin dicatat segera setelah melahirkan pada kasus yang berat. Hematoma menyebar di seluruh calvaria karena pertumbuhan nya berbahaya dan tidak boleh dibiarkan selama berjam-j hematoma subgaleal dapat mengakibatkan syok hemoragik.pembengkakan mungkin tertutup ubun-ubun dan garis jahitan silang (membedakannya dari cephalohematoma). Perhatikan hiperbilirubinemia yang signifikan. Prognosis jangka panjang umumnya baik.pemantauan atau monitoring laboratorium terdiri dari evaluasi hematokrit.23

E.5 Penatalaksanaan 21, 23Diagnosisumumnya secara klinis: Massa padat berfluktuasi yang timbul di kepala Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam Hematoma menyebar di seluruh kalvarium Anemia/hipovolemia/syok.Tatalaksana:suportif Observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan Memantau hematokrit Memantau hiperbilirubinemia Mungkin diperlukan pemeriksaan koagulopati

Lakukan pengamatan waspada selama beberapa hari untuk mendeteksi prognosis nya.pada ruang subgaleal dapat mengakibatkan hingga 50% perdarahan pada bayi yang baru lahir dan karena itu dapat mengakibatkan syok akut dan kematian. Bolus cairan mungkin diperlukan jika kehilangan darah yang signifikan dan pasien menjadi takikardi. Transfusi dan fototerapi mungkin diperlukan. Investigasi untuk koagulopati dapat diindikasikan.23

Tatalaksana perdarahan Subgaleal Beri vitamin K1 1 mg IM dosis tunggal Ambil darah untuk pemeriksaan golongan darah, reaksi silang dan beri transfusi darah bila diperlukan Monitor Lingkar kepala setiap 6 jam Bila terdapat tanda tanda syok lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah Bila kulit kepala terbuka, hematom dapat mengalami infeksi. Berikan antibiotik dan lakukan drainase. 24F. SUBDURAL HEMATOMA25F1. Pengertian Perdarahan subdural ialah perdarahan yang terjadi diantara duramater dan araknoid. Perdarahan subdural dapat berasal dari:1. Ruptur vena jembatan ( "Bridging vein") yaitu vena yang berjalan dari ruangan subaraknoid atau korteks serebri melintasi ruangan subdural dan bermuara di dalam sinus venosus dura mater.2. Robekan pembuluh darah kortikal, subaraknoid, atau araknoid

Gambar CT SCAN Subdural hematom Etiologi1. Trauma kepala.2. Malformasi arteriovenosa.1. Diskrasia darah.2. Terapi antikoagulanIII.2.c. Klasifikasi1. Perdarahan akut Gejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma.Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat mengakibatkan perburukan lebihlanjut pada pasien yang biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya. Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas. Pada gambaran skening tomografinya, didapatkan lesi hiperdens.2. Perdarahan sub akut Berkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar 2 - 14 hari sesudah trauma. Pada subdural sub akut ini didapati campuran dari bekuan darah dan cairan darah . Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di sekitarnya. Pada gambaran skening tomografinya didapatkan lesi isodens atau hipodens.Lesi isodens didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan resorbsi dari hemoglobin.

3. Perdarahan kronik Biasanya terjadi setelah 14 hari setelah trauma bahkan bisa lebih.Perdarahan kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam waktu berminggu- minggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah. Pada perdarahan subdural kronik , kita harus berhati hati karena hematoma ini lama kelamaan bisamenjadi membesar secara perlahan- lahan sehingga mengakibatkan penekanan dan herniasi. Pada subdural kronik, didapati kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi hematoma , pada yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah permukaan arachnoidea. Kapsula melekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada selaput otak ini. Kapsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama pada sisi duramater. Karena dinding yang tipis ini protein dari plasma darah dapat menembusnya dan meningkatkan volume dari hematoma. Pembuluh darah ini dapat pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya hematoma. Darah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental yang dapat menghisap cairan dari ruangan subaraknoidea. Hematoma akan membesar dan menimbulkan gejala seprti pada tumor serebri. Sebagaian besar hematoma subdural kronik dijumpai pada pasien yang berusia di atas 50 tahun. Pada gambaran skening tomografinya didapatkan lesi hipodensF2. PatofisiologiVena cortical menuju dura atau sinus dural pecahdan mengalami memar atau laserasi, adalah lokasi umum terjadinya perdarahan. Hal ini sangat berhubungan dengan comtusio serebral dan oedem otak. CT Scan menunjukkan effect massa dan pergeseran garis tengah dalam exsess dari ketebalan hematom yamg berhubungan dengan trauma otak.F3. Gejala klinisGejala klinisnya sangat bervariasi dari tingkat yang ringan (sakit kepala) sampai penutunan kesadaran. Kebanyakan kesadaran hematom subdural tidak begitu hebat deperti kasus cedera neuronal primer, kecuali bila ada effek massa atau lesi lainnya.Gejala yang timbul tidak khas dan meruoakan manisfestasi dari peninggian tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, mual, muntah, vertigo, papil edema, diplopia akibat kelumpuhan n. III, epilepsi, anisokor pupil, dan defisit neurologis lainnya.kadang kala yang riwayat traumanya tidak jelas, sering diduga tumor otak.F4. TerapiTindakan terapi pada kasus kasus ini adalah kraniotomi evakuasi hematom secepatnya dengan irigasi via burr-hole. Khusus pada penderita hematom subdural kronis usia tua dimana biasanya mempunyai kapsul hematom yang tebal dan jaringan otaknya sudah mengalami atrofi, biasanya lebih dianjurkan untuk melakukan operasi kraniotomi (diandingkan dengan burr-hole saja).F5.. Komplikasi Dan OutcomeSubdural hematom dapat memberikan komplikasi berupa :1. Hemiparese/hemiplegia.2. Disfasia/afasia3. Epilepsi.4. Hidrosepalus.5. Subdural empiemaSedangaka outcome untuk subdural hematom adalah :1. Mortalitas pada subdural hematom akut sekitar 75%-85%2. Pada sub dural hematom kronis :- Sembuh tanpa gangguan neurologi sekitar 50%-80%.- Sembuh dengan gangguan neurologi sekitar 20%-50%.

20