bab 5

6
C. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta didikan, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didikan. Tujuan peserta didikan merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely,1980). Perumusan tujuan peserta didikan itu, yakni hasil belajar yang diinginkan pada diri peserta didik, lebih rumit karena tidak dapat diukur secara langsung. Untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan peserta didikan tersebut diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan setelah peserta didikan berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi. Dalam kegiatan belajar, tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting, yaitu: 1. Mamberikan arah pada kegiatan peserta didikan. 2. Untuk mengetahui kemajuan belajardan perlu tidaknya pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik (remidial teaching). 3. Sebagai bahan komunikasi. Benyamin S. Bloom menyamapaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi peserta didikan) yang telah

description

bbb

Transcript of bab 5

C. Hasil Belajar

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta didikan, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didikan. Tujuan peserta didikan merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach dan Ely,1980). Perumusan tujuan peserta didikan itu, yakni hasil belajar yang diinginkan pada diri peserta didik, lebih rumit karena tidak dapat diukur secara langsung.

Untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan peserta didikan tersebut diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan setelah peserta didikan berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi.

Dalam kegiatan belajar, tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki beberapa peranan penting, yaitu:

Mamberikan arah pada kegiatan peserta didikan.

Untuk mengetahui kemajuan belajardan perlu tidaknya pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik (remidial teaching).

Sebagai bahan komunikasi.

Benyamin S. Bloom menyamapaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain).

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation).

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi peserta didikan) yang telah dipelajari sebelumnya.

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan.

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi peserta didikan yang telah dipelajari didalam situasi baru dan kongkrit.

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material kedalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu.

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex).

Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya).

Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik.

Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik.

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.

Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality).

Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu.

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam belajar keterampilan kompleks.

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.

Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.

Gagne dan Briggs (1979:119) memaknai tujuan belajar atau peserta didikan kedalam tujuan kinerja (performance objectives). Tujuan itu digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain mengenai apa yang harus dilakukan dalam mengamati pencapaian tujuan belajar atau peserta didikan yang diperoleh peserta didik.

Gagne dan Briggs mengklasifikasikan tujuan peserta didikan kedalam lima kategori, yaitu: (1) kemahiran intelektual (intelectual skills); (2) strategi kognitif (cognitive strategies); (3) informasi verbal (verbal invormation); (4) kemahiran motorik (motor skills); dan (5) sikap (attitudes).

Kemahiran intelektual merupakan kemampuan yang membuat individu kompeten.

Strategi kognitif merupakan kemampuan yang mengatur perilaku belajar, mengingat, dan berpikir seseorang.

Informasi verbal merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik dalam bentuk informasi atau pengetahuan verbal.

Kemahiran motorik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kelenturan syaraf atau otot.

Sikap merupakan kecenderungan peserta didik untuk merespon sesuatu.

D. Hirarkhi Belajar

Sistematika hirarkhi tugas belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah didasarkan pada hasil penelitian dari para pakar psikologi. Tipe hirarkhi tugas belajar itu dipandang sebagai tahap-tahap yang saling mendasari, yakni dimulai dari tahapan yang paling rendah. Dengan demikian, hirarkhi tugas belajar yang berada di bawah menjadi landasan bagi kategori belajar yang berada diatasnya.

Penyusunan hirarkhi tugas belajar secara hirarkhi itu berarti bahwa hirarkhi tugas belajar yang berada ditingkat atas bersifat kompleks, karena mencakup semua hirarkhi tugas belajar yang terdapat dibawahnya.

Gegne menyusun delapan hirarkhi tugas belajar meliputi: (1) belajar tanda (signal learning); (2) belajar stimulus-response (stimulus-response learning); (3) jalinan (chaining); (4) jalinan verbal (verbal chaining); (5) belajar membedakan (discrimination lerning); (6) belajar konsep (concept learning); (7) belajar kaidah (rule learning); dan (8) pemecahan masalah (problem solving) (Gagne, 1977; Gagne dan Brigss, 1979; Romizoswki, 1981).

Gambar : Hirarkhi Tugas Belajar

Belajar Tanda. Kategori belajar ini dapat disamakan dengan respon bersyarat seperti yang disampaikan oleh Pavlov. Perangsang alamiah (unconditioned stimulus, S1) secara spontan menimbulkan reaksi alamiah (unconditioned response, R1), kemudian perangsang alamiah itu dihubungkan dengan perangsang lain (conditioned stimulus, S2) yang secara spontan tidak menimbulkan reaksi alamiah. Karena terjadi asosiasi antara S1 dengan S2 sampai beberapa kali, akhirnya S2 menimbulkan reaksi yang sama dengan R1 atau mirip dengan R1.

Belajar (asosiasi) Stimulus-Respon. Unsur pokok dalam belajar ini adalah penguatan (reinforcement). Dalam pola belajar ini dibentuk hubungan antara suatu stimulus dengan suatu respon berdasarkan efek yang mengikuti pemberian respon tertentu. Proses belajar ini berhasil apabila diikuti dengan pemberian penguatan terhadap respon yang benar, sedangkan respon yang salah tidak diberikan penguatan.

Belajar Jalinan Psikomotorik. Dalam belajar ini terdapat sejumlah langkah sebagai mata rantai dalam keseluruhan rangkaian gerakan yang dilakukan secara berurutan. Gerakan yang dilakukan dalam urutan tertentu akan terbentuk suatu rangkaian motorik.

Belajar Jalinan Verbal. Dalam belajar ini peserta didik menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian, dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Pada mulanya peserta didik belajar jalinan verbal dengan cara memberi nama suatu benda, objek atau peristiwa.

Belajar Perbedaan Jamak. Pola belajar ini menghasilkan kemampuan untuk membeda-bedakan antara objek yang terdapat dilingkungan fisik. Kemampuan untuk membedakan ini diperoleh melaluiproses pengamatan. Hasil dari proses pengamatan disebut persepsi dan melalui persepsi ini peserta didik mengenal ciri-ciri fisik dari suatu objek, seperti warna,bentuk, ukuran, berat, dan seterusnya.

Belajar Konsep. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili pengertian tertentu. Gagne membedakan antara konsep kongkrit yang didasarkan pada karakteristik objek yang dapat diamati, dan konsep definisi yang didasarkan pada definisi verbal. Penguasaan konsep ini menjadi penting karena sebagai dasar bagi belajar kaidah.

Belajar Kaidah. Kaidah merupakan jalinan antara dua konsep atau lebih. Penggabungan antara konsep ini akan membentuk pemahaman baru terhadap suatu objek yang berkaitan.

Pemecahan Masalah. Belajar ini menghasilkan prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Proses pemecahan masalah itu dilakukan dngan cara menghubung-hubungkan beberapa kaidah, sehingga membentuk suatu kaidah yang lebih tinggi (higher order rule), dan hal ini seringkali dilahirkan sebagai hasil berpikir pada waktu peserta didik menghadapi masalah baru.

Dari delapan kategori belajar itu tampak bahwa Gagne memasukkan pandangan Skiner, Gilbert, dan Pavlov dalam merumuskan konsep belajar. Pandangan yang menarik dari Gagne yaitu disampaikannya hirarkhi belajar. Keberhasilan hirarkhi belajar tingkat tinggi tergantung pada penguasaan belajar pada tingkat yang lebih rendah. Demikian pula Gagne memberikan saran untuk mengajarkan isi belajar tingkat tinggi, yaitu penggunaan strategi ekspositori (dimulai dari kaidah menuju kepada contoh), dan strategi diskoveri terbimbing (dimulai dari contoh menuju kepada kaidah).