BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan … · 2020. 10. 19. · perhitungan nilai...
Transcript of BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan … · 2020. 10. 19. · perhitungan nilai...
21
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan Perendaman Serat Kenaf
Pembuatan papan komposit menggunakan serat kenaf dengan empat variasi
waktu alkalisasi 5% NaOH dengan masing-masing lama waktu A (0 Jam), B (4
Jam), C (12 Jam) dan D (24 Jam). Setelah proses alkalisasi terjadi perubahan
warna dari setiap sampel serat kenaf. Perlakuan alkalisasi NaOH mengakibatkan
terjadinya perubahan komposisi kimia yang terjadi akibat larutan alkalisasi NaOH
yang dapat melarutkan unsur-unsur seperti lignin, hemiselulosa yang terkandung
dalam serat kenaf sehingga terjadi perubahan warna pada air menjadi kotor
(Witono,2013).
Sampel A tanpa perlakuan (0 Jam) dengan dibilas dengan air, terlihat air
tidak mengalami perubahan atau masih bersih. Pada sampel B dengan akalisasi
selama 4 Jam terlihat perubahan warna pada air, hal ini disebabkan karena NaOH
sudah mulai bereaksi dengan unsur-unsur seperti lignin, hemiselulosa yang
terkandung dalam serat sehingga menyebabkan warna air menjadi kuning
kecoklatan. Kemudian sampel C dengan alkalisasi selama 12 jam terlihat
perubahan warna yang signifikan menjadi coklat-tua. Sedangkan pada Sampel D
dengan alkalisasi selama 24 Jam terlihat perubahan warna pada air menjadi
coklat-kehitaman, perubahan warna terjadi karena larutan NaOH teroksidasi
dengan air yang menyebabkan hilangnya komponen non-selulosa dan terjadi
perubahan warna pada air perendaman serta meningkatkan kekasaran permukaan
akibat terurainya komponen non-selulosa. Perubahan warna dapat dilihat pada
Gambar 4.1 dan Lampiran D3.
A (0 Jam) B (4 Jam) C (12 Jam) D (24 Jam)
Gambar 4.1. Variasi Perendaman Kenaf 5% NaOH
22
4.2. Hasil dan Pembahasan Pembuatan Papan Komposit
Pembuatan papan komposit dari serat kenaf dan cangkang biji karet
menggunakan resin epoxy sebagai perekat dengan variasi waktu proses alkalisasi
5% NaOH bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat fisis dan mekaniknya.
Perbandingan volume papan komposit adalah 70% resin dan 30% serat kenaf dan
cangkang biji karet menggunakan cetakan dengan ukuran 20x15x2 cm. Setelah
proses pencetakan sampel dimasukkan ke mesin cold press untuk dikempa dingin
selama 30 menit dengan tekanan kosntan 15 Mpa. Kemudian setelah pengempaan
selesai, papan komposit dibiarkan kering selama 7 jam.
Hasil dari pembuatan papan komposit terjadi perubahan tinggi dari setiap
sampel (A,B,C,D), semakin lama proses alkalisasi 5% NaOH menyebabkan
ketinggian sampel meningkat pada sampel (B,C) dan menurun pada sampel D.
Perubahan tinggi ini nantinya dapat mempengaruhi karakteristik sifat fisis dan
mekaniknya, perubahan tinggi dapat dilihat pada perhitungan Lampiran B (B3).
Selain itu, bentuk permukaan sampel A dan B terlihat lebih rata dibandingkan
sampel C dan D yang membentuk rongga-rongga kecil dibeberapa bagian
permukaan, perubahan permukaan dapat dilihat pada Lampiran D (D4).
4.3. Hasil dan Pembahasan Pengujian Papan Komposit
Pengujian pada penelitian ini meliputi pengujian fisis (kerapatan dan daya
serap air) dan pengujian mekanik (tarik dan impak).
4.3.1. Uji Kerapatan
Kerapatan digunakan untuk menerangkan massa suatu bahan per satuan
volume. Kerapatan bertujuan untuk mengetahui kekuatan papan komposit dan
sesuai oleh standar. Berdasarkan data hasil pengujian kerapatan sampel (A,B,C,D)
berkisar 0,96147 gr/cm3 sampai 1,020999 gr/cm3 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Perhitungan nilai kerapatan sampel uji (A,B,C,D) dilakukan menggunakan
persamaan 2.1. Hasil perhitungan nilai kerapatan dapat dilihat pada Lampiran B
(B3). Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa sampel dengan proses
alkalisasi selama B (4 Jam) NaOH mempunyai nilai kerapatan tertinggi,
sedangkan sampel uji dengan proses alkalisasi selama D (24 Jam) NaOH
mempunyai nilai kerapatan terendah.
23
Gambar 4.2. Grafik Nilai Uji Kerapatan
Massa bahan tertinggi pada sampel B dan massa terkecil di sampel C
dengan volume relatif sama. Nilai kerapatan komposit tertinggi yaitu pada sampel
B (4 jam), karena larutan 5% NaOH dengan proses alkalisasi selama 4 jam,
mengurangi lignin pada serat dan memperbaiki ikatan antara matrik sehingga
mengisi rongga-rongga pada serat serta mengikat serat menjadi satu kesatuan
struktur partikel yang dapat menentukan kerapatan suatu papan komposit. Nilai
kerapatan terendah pada Sampel D (24 Jam), proses alkalisasi terlalu lama
mempengaruhi nilai kerapatan terlihat dari bentuk sampel pada Lampiran D (D4).
Hal ini juga dinyatakan oleh Purwanto, (2014) dalam penelitiannya bahwa proses
alkalisasi yang terlalu lama akan membentuk rongga-rongga kecil dan void di
permukaan papan komposit.
Hasil pengujian kerapatan dengan variasi waktu alkalisasi 5% NaOH pada
penelitian ini sudah memenuhi standar yaitu berdasarkan Tabel 2.2. SNI 01-4449-
2006 klasifikasi papan serat kerapatan tinggi yaitu >0,84 g/cm3.
4.3.2. Uji Daya Serap Air
Pengujian daya serap air bertujuan untuk melihat suatu material untuk
menyerap air, dalam hal ini yang diharapkan adalah presentase penyerapan air
kecil. Perhitungan daya serap air sampel uji (A,B,C,D) dilakukan menggunakan
persamaan 2.2. Berdasarkan data hasil pengujian daya serap air sampel uji
(A,B,C,D) berkisar 0,19% sampai 0.65% dapat dilihat pada Gambar 4.3. Hasil
perhitungan nilai daya serap air dapat dilihat pada Lampiran B (B4). Sampel uji
dengan proses alkalisasi A (0 Jam) NaOH mempunyai nilai daya serap air
tertinggi.
1.006946
1.020999
0.976695
0.96147
0.92
0.94
0.96
0.98
1
1.02
1.04
A (0 Jam) B (4 Jam) C (12 Jam) D (24 Jam)
Ker
ap
ata
n (
gr/
cm3
)
Variasi Waktu Perendaman 5% NaOH
24
Gambar 4.3. Grafik Nilai Uji Daya Serap Air
Sedangkan sampel uji dengan proses alkalisasi B (4 Jam) mempunyai nilai
daya serap air terendah. Hal ini membuktikan bahwa proses alkalisasi 5% NaOH
mempengaruhi penyerapan air. Hal ini disebabkan oleh perubahan sifat serat yang
awalnya bersifat hydrophilic menjadi hydrophobic yang bisa mencegah
penyerapan air yang masuk kedalam ikatan matriks dan serat sehingga dapat
menurunkan nilai daya serap air pada komposit tersebut.
Pada sampe uji C (12 Jam) dan D (24 Jam) penyerapan air kembali
meningkat yang disebabkan oleh rongga-rongga dipermukaan komposit. Hal
serupa juga ditemukan dalam penelitian Rahmanto, (2019) menyatakan bahwa
banyak air yang diserap, terjadi karena banyaknya rongga-rongga dan jarak antar
partikel serat sehingga menyebabkan perubahan dimensi serat. Perubahan
dimensi akibat dari pengembangan tebal dinding sel serat atau perubahan ukuran
rongga serat yang mengecil saat pengempaan, mudah kembali ke ukuran semula
karena air dapat memasuki rongga serat dan resin tidak lagi mengikat.
Berdasarkan hasil pengujian daya serap air dengan variasi waktu alkalisasi
5% NaOH pada penelitian ini sudah memenuhi standar SNI 01-4449-2006 daya
serap air nilai maksimum 14%.
4.3.3. Uji Tarik
Pengujian tarik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan
tertentu serta penambahan panjang yang dialami oleh bahan tersebut serta
mengetahui sifat-sifat dan keadaan suatu material. Sebelum melakukan pengujian
0.653135685
0.197884615
0.598445783 0.617294492
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
A (0 Jam) B (4 Jam) C (12 Jam) D (24 Jam)
Da
ya
Ser
ap
Air
(%
)
Variasi Waktu Perendaman 5% NaOH
25
Gambar 4.4. Grafik Nilai Uji Tarik
tarik komposit dibentuk terlebih dahulu sesuai standar pengujian. Pada pengujian
ini ASTM yang digunakan adalah ASTM D 256 dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Hasil pengujian tarik dapat dilihat pada Gambar 4.4. Perhitungan nilai uji tarik
sampel uji (A,B,C,D) dilakukan menggunakan persamaan 2.3. Hasil perhitungan
nilai uji tarik dapat dilihat pada Lampiran B (B1).
Kekuatan tarik maksimum pada sampel uji proses alkalisasi selama B (4
Jam) dengan nilai kekuatan tarik sebesar 162,0036 Kgf/cm3 dan kekutan tarik
minimum pada sampel A (0 Jam) tanpa proses alkalisasi dengan nilai kekuatan
tarik sebesar 105,9791 Kgf/cm3. Hal ini membuktikan bahwa proses alkalisasi 5%
NaOH selama 4 jam mampu meningkatkan kekuatan tarik sebanyak 52,86%.
Semakin baik serat dan matrik untuk saling mengikat, maka kekuatan komposit
akan meningkat. Selain itu, proses alkalisasi 5% NaOH pada serat selama 4 jam
dapat menghilangkan lapisan lignin dan pengotor lain yang mengakibatkan ikatan
antar muka serat dan resin semakin kuat, sehingga dapat meningkatkan kekuatan
tarik spesimen komposit (Rahmanto, 2019).
Nilai kekuatan tarik yang berbeda terjadi dengan sampel C dan D yang
dipengaruhi oleh lamanya proses alkalisasi 5% NaOH, sehingga menyebabkan
elongasi (penambahan panjang) pada serat dan dapat menurunkan kekuatan tarik.
Sampel C dengan proses alkalisasi 5% NaOH selama 12 jam, pada proses
pencetakan penyebaran matrik tidak merata yang menyebabkan membentuk
rongga-rongga dipermukaan komposit. Variasi perendaman yang terlalu lama
105.9791
162.0036
112.7192
137.2023
0
50
100
150
200
A (0 Jam) B (4 Jam) C (12 Jam) D (24 Jam)Teg
an
gan
Tari
k (
Kgf/
cm3)
Variasi Waktu Perendaman 5% NaOH
Uji Tarik
26
cenderung membuat matriks menggumpal. Penggumpalan matriks dan serat
menyebabkan void (Kekosongan) serta transfer beban dari matrik ke serat atau
sebaliknya terhambat, sehingga terjadi penurunan kekuatan tarik komposit
(Astabi,2015).
Berdasarkan hasil uji tarik pada penelitian ini, nilai maksimum proses
alkalisasi 5% NaOH pada serat kenaf adalah di sampel B selama 4 Jam.
4.3.4. Uji Impak
Uji impak bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kekerasan material
serta ketangguhan komposit terhadap benturan beban hingga patah. Pengujian ini
menggunakan metode Charphy dan alat Hung Ta type : HT-8041A diberikan
perlakuan pemukul sebesar 6.630 Kg. Sebelum melakukan pengujian impak,
komposit terlebih dahulu dibentuk sesuai standar pengujian. Pada pengujian ini
ASTM yang digunakan adalah ASTM D 638 dapat dilihat pada Gambar 3.4
Perhitungan nilai uji impak sampel uji (A,B,C,D) dilakukan menggunakan
persamaan 2.4. Hasil perhitungan nilai uji impak dapat dilihat pada Lampiran B
(B2).
Pengujian impak meningkat dengan proses alkalisasi 5% NaOH pada
sampel B (4 Jam) dengan harga impak sebesar 9,42391 J/cm3. Harga impak
meningkat 75,29% seiring bertambahnya nilai kerapatan dimana sampel mampu
menerima gaya yang diberikan oleh beban. Sedangkan hasil uji impak terendah
didapat pada sampel dengan proses alkalisasi A (0 Jam) atau tanpa perlakuan
dengan harga impak sebesar 1.104901 J/cm3 dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Grafik Nilai Uji Impak
1.10490196
1
9.42391304
3
6.108571
4.107692
0
2
4
6
8
10
A (0 Jam) B (4 Jam) C (12 Jam) D (24 Jam)
En
ergi
Imp
ak
(J/c
m2
)
Variasi Waktu Perendaman 5% NaOH
Uji Impak
27
Penyebab rendahnya nilai harga impak pada sampel A tanpa perlakuan
alkalisasi NaOH, karena serat alam umumnya masih banyak terdapat lignin dan
pengotor lainnya, sehingga kemampuan untuk menahan beban kejut menurun dan
membuat serat menjadi getas dan menurun nilai harga impaknya
(Rahmanto,2019). Berdasarkan hasil uji impak terhadap variasi alkalisasi 5%
NaOH pada penelitian ini nilai maksimum adalah di sampel B selama 4 Jam.