BAB 4 Hasil Dan Pembahasan RevisiR1
-
Upload
rhamadanirottie -
Category
Documents
-
view
114 -
download
9
description
Transcript of BAB 4 Hasil Dan Pembahasan RevisiR1
BAB IV
TUGAS KERJA
4.1 Metodologi Praktek Kerja Lapangan
Metodologi PKL yang dilakukan di PT. KPC adalah observasi lapangan, yaitu
mengamati proses pengolahan limbah terkontaminasi B3 hidrokarbon minyak bumi PT.
KPC, lokasi tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3 Sangatta North dan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pengolahan limbah terkontaminasi B3
hidrokarbon minyak bumi di tempat PKL. Dalam tahap pelaksanaan ini perlu
melakukan kajian pustaka untuk melihat hubungan antara lapangan dengan teori.
Sedangkan dalam tahap penyusunan laporan, selain melakukan evaluasi hasil
pengamatan lapangan juga dilakukan analisa dan pembahasan mengenai keadaan di
tempat PKL. Salah satu analisa yaitu dengan melakukan suatu perbandingan antara teori
dan kenyataan yang ada di lapangan.
Adapun metode pengumpulan data, dilakukan dengan :
1. Data Primer
Merupakan metode pengumpulan data, dengan cara melaksanakan pengamatan
secara langsung di lokasi pelaksanaan kerja praktek, serta wawancara (interview)
yakni metodepengumpulan data informasi denganmengajukan pertanyaan
secaralangsung pada staf yang berwenangatau berkaitan langsung dengan
obyekstudi.
2. Data Sekunder
Metode ini merupakan metode pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan
pengumpulan data sekunder data literatur, makalah, dan data pendukung lainnya
seperti metode pengumpulan data informasi.
44
Gambar 4.1 Diagram Alir Praktek Kerja Lapangan (PKL)
45
Studi Pustaka
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data
Data Sekunder :
Peraturan-peraturan tentang pengolahan limbah hidrokarbon.
Buku pedoman pengelolaan hidrokarbon versi 3.1 dan pengelolaan limbah versi 3.2 tahun 2008 departemen lingkungan PT. Kaltim Prima coal (KPC).
Laporan pengelolaan triwulan limbah B3, tahun 2011
EvaluasiHasilPengamatanLapangandengan Data
Perusahaan
Hasil dan Kesimpulan
Laporan
Data Primer :
ObservasiWawancaraDokumentasi (foto/gambar)
4.2. Pengolahan Limbah Terkontaminasi Hidrokarbon Minyak Bumi
PT. KPC
PT. KPC melakukan pengolahan limbah terkontaminasi hidrokarbon secara thermal dan
bioremediasi. Lokasi pengolahan sendiri berada di wilayah Sangatta North.
4.2.1 Pengolahan Secara Thermal
Pengolahan ini dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: 276 Tahun 2010 tentang izin pengoperasian alat pengolahan
(Insinerator) limbah bahan berbahaya dan beracun PT. KPC. Dalam surat keputusan ini
menjelaskan limbah yang diizinkan untuk diinsinerasi adalah filter bekas beroli, majun
bekas beroli, dan limbah medis.
Spesifikasi alat insinerator sebagai berikut:
Tipe insinerator : DRO 100 KPC
Kapasitas insinerator :100 kg/jam
Jenis operasi :Batch
Suhu chamber I :600oC – 800oC
Suhu chamber II :800oC – 1200oC
Volume chamber I :3,0 m3
Volume chamber II :3,0 m3
Tinggi cerobong :8,5 m
Diameter cerobong :0,30 m
Bahan bakar :Solar
Dalam SK KepMen ini juga mengatur proses pengoperasian insinerator, seperti:
i. Mengoperasikan insinerator limbah B3 sesuai dengan standard operating procedure
(SOP);
ii. Pengumpanan limbah awal ke ruang bakar setelah proses pemanasan insinerator pada
ruang bakar pertama mencapai temperatur minimum 700oC dan ruang bakar kedua
900oC;
46
iii.Selama pembakaran limbah B3 dikondisikan temperatur ruang bakar pertama
antara600oC sampai 800oC dan ruang bakar kedua antara 1000oC sampai 1200oC;
iv. Pada saat pengumpanan limbah B3 berikutnya dikondisikan temperatur ruang bakar
pertama minimum 700oC dan ruang bakar kedua minimum 900oC;
v. Alat pengendali emisi gas buang tetap dioperasikan selama insinerator beroperasi.
vi. pH water spray harus normal (6-8)
Selain itu juga mengatur untuk melakukan pemantauan temperatur insinerator saat
pengoperasian berlangsung dan jumlah limbah B3 yang diolah, dan parameter emisi
yang dilakukan tiga bulan sekali, parameter-parameter yang diperhatikan dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Parameter dan Baku Mutu Emisi Udara untuk Pengolahan limbah B3
No. Parameter Kadar Maksimum Satuan
1. Partikel 50 Mg/Nm3
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250 Mg/Nm3
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 300 Mg/Nm3
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10 Mg/Nm3
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70 Mg/Nm3
6. Karbon Monoksida (CO) 100 Mg/Nm3
7. Total Hidrogen (sebagai CH4) 35 Mg/Nm3
8. Arsen (As) 1 Mg/Nm3
9. Kadmium (Cd) 0,2 Mg/Nm3
10. Kromium (Cr) 1 Mg/Nm3
11. Timbal (Pb) 5 Mg/Nm3
12. Merkuri (Hg) 0,2 Mg/Nm3
13. Talium (Tl) 0,2 Mg/Nm3
14. Opasitas 10 %
Sumber: SK KepMen No.267 Tahun 2010
Catatan: Efisensi pembakaran (EP) sama atau lebih besar 99,99%
47
Gambar 4.2 Flow Chart Pengolahan Secara Thermal
Limbah terkontaminasi hidrokarbon minyak bumi yang diolah secara insinerasi dengan
insenerator yang lakukan PT. KPC adalah berupa filter bekas beroli dan limbah medis.
Untuk lokasi pengolahan ini berada di areal Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
limbah B3 Sangatta North yang menjadi lokasi pengumpulan material padat
terkontaminasi hidrokarbon minyak bumi.
Setiap melakukan aktivitas pengolahan karyawan harus menggunkan Alat Pelindung
Diri (APD) yang sesuai. Pengolahan limbah dilakukan dari tahap persiapan limbah filter
yang akan diambil dari tempat penyimpanan sementara filter bekas beroli. Filter akan
48
Pemilahan filter
TPS
penimbangan
Persiapan pembakaran
Penirisan
pembakaran
pembongkaran
PIHAK KETIGA BERIZIN
Oli bekas
pendinginan
Pemilahan sisa
pembakaran
Abu sisa pembakaran
Scrap besi
TPS Tanjung
Bara Yard 2
Penampungan besi tua
Limbah medis
Rumah sakit
TPS Limbah Oli Bekas di lube farm
Murung Area
FilterOli
Bekas
dipilah terlebih dahulu untuk memisahkan filter yang siap diolah dan yang belum dapat
diolah karena harus dilakukan proses pemotongan filter terlebih dahulu, namun proses
ini jarang dilakukan karena proses pemotongan sudah dilakukan oleh hampir semua
penghasil limbah tersebut sebelum limbah dikirim ke TPS limbah B3 Sangatta North.
Karena terbatasnya jumlah limbah yang diperbolehkan untuk diolah maka sebagian
limbah yang tidak dapat diolah akan dikirim ke pihak ketiga berizin. Wadah filter bekas
beroli yang akan diolah akan menggunakan Industrial Bulk Container (IBC). Untuk
limbah medis akan langsung diambil oleh petugas insinerator dan langsung diolah
dengan insinerator. Karena untuk limbah medis akan diupayakan untuk diolah dalam
waktu 24 jam. Sesuai izin Jumlah pembakaran yang dilakukan adalah 100 kg/jam untuk
limbah filter dan 40 kg/jam untuk limbah medis dengan waktu kerja selama 8 jam/hari.
Setelah limbah filter bekas yang akan diolah telah terisi penuh dalam wadah IBC, maka
IBC akan diangkat menggunakan forklift lalu ditimbang menggunakan floor scale.
Setelah itu dilakukan perhitungan berat bersih filter dalam IBC (dengan telah terlebih
dahulu mengetahui berat IBC). Sebelum melakukan pembakaran filter akan di
pindahkan dari wadah IBC ke wadah kantong plastik agar memudahkan proses
pembakaran (wadah kantong plastik memiliki daya tampung 12 kg sampai 15 kg dalam
1 kantong plastik). Jika dalam proses pemindahan ini terdapat limbah filter yang
memiliki kadar oli yang tinggi maka akan ditiriskan terlebih dahulu sebelum
diinsinerasi.
Persiapan insinerator juga harus diperhatikan dari pemeriksaan kondisi perangkat-
perangkat insinerator seperti kondisi air, solar, fan, NaOH, burner, dan chamber.Setelah
kondisi insenerator telah dipastikan baik, maka pengoperasian insinerator dapat
dilakukan. Nyalakan genset kemudian menyalakan control panel insinerator,
danaktifkan ID FAN untuk mengurangi tekanan udara yang tertahan dalam chamber
(ruang bakar) 2 dari pembakaran sebelumnya, setelah itu nyalakan circulation pump
untuk menangkap partikel-partikel dalam gas dari hasil pembakaran, selanjutnya supply
fan untuk membantu proses pembakaran. Setelah semua ini dinyalakan maka burner 2
pada chamber 2 dapat dinyalakan setelah itu burner 1 pada chamber 1 dinyalakan.
49
Pembakaran dimulai saat suhu chamber 1 antara 550oC sampai 600oC dan chamber 2
antara 800oC sampai 900oC. Pembakaran pertama dengan berat limbah tidak lebih dari
40 kg (3 kantong plastik). Setelah limbah terbakar burner 1 pun dimatikan karena fungsi
burner 1 hanya sebagai pemanas chamber 1 dan pemancing api awal. Dalam chamber 1
saat proses ini sampai selesai sumber api berasal dari limbah. Untuk pembakaran
selanjutnya pada suhu antara 600oC sampai 700oC jumlah limbah yang dibakar
sebanyak 4 kantong plastik atau tidak lebih 60 kg/jam, jika ada limbah medis yang akan
diolah maka diinsenerasi secara bertahap sesuai dengan jumlah limbah yang diizinkan
diolah perjam.
Proses pembongkaran dilakukan saat limbah yang dibakar tidak tampak bara yang
menyala (hal ini menandakan limbah telah terbakar sempurna) dan suhu chamber 1
sudah pada 200oC. Sebelum pembongkaran, wadah penampung aliran oli bekas yang
keluar dari proses pembakaran di pindahkan dalam wadah penampung oli bekas,
kemudian pembongkaran hasil pembakaran dalam chamber 1 dilakukan dan hasil
pembakaran di tampung dalam wadah yang terbuat dari besi yang berukuran + 3m x 1m
x 0,2m.
Setelah itu hasil pembakaran akan didinginkan, dan keesokkan harinya akan dipisahkan
abu dan scrap besi. Wadah yang digunakan untuk scrap besi berupa IBC dan untuk abu
digunakan wadah berupa drum yang setelah terisi penuh akan diisolasi sesuai dengan
tata cara pengemasan limbah B3 yang diatur dalam Kep. BAPEDAL No. 1 tahun 1995.
Scrap besi akan ditampung di tempat penampungan besi tua dan abu akan dikirim ke
TPS limbah B3 Tanjung Bara Yard 2 yang kemudian akan dikirim ke pihak ketiga. Pada
proses penirisan filter bekas beroli, oli bekas yang terkumpul di wadah penirisan akan
dikirim ke TPS limbah B3 lube farm murung area.
Jumlah limbah B3 yang diolah menggunakan insinerator dapat dilihat di tabel 4.2.
50
Tabel 4.2 Jumlah Limbah B3 yang Diolah Menggunakan Insinerator
Bulan
Limbah B3
Abu sisa bakaranFilter bekas beroli (kg)Limbah medis (kg)
Limbah dibakar Scrap Metal
Okt 10.401,50 4.532,50 325,00 1.120,00
Nov 9.763,00 3.532,00 324,50 1.280,00
Des 11.878,50 5.129,50 309,00 800,00
∑ 32.043,00 13.194,00 958,50 3.200,00
Sumber:Laporan pengelolaan limbah B3 triwulan IV tahun 2011 PT. KPC.
Berdasarkan data diatas diperoleh jumlah harian limbah yang dibakar adalah:
1) Limbah filter yang dibakar tiap hari kerja adalah 534,05 kg/hari
2) Limbah medis yang dibakar tiap hari kerja adalah 15,98 kg/hari
Hasil pembakaran berupa abu yang dihasilkan dari proses ini selama seminggu adalah
267 kg. Scrap besi yang dihasilkan berjumlah 1.099,5 kg. Maka dari pengolahan limbah
B3 ini dengan cara insinerasi menyisakan 41,18% sisa scrap metal dari limbah filter dan
9,7% abu sisa bakaran dari limbah filter dan limbah medis.
Hasil pengukuran kualitas udara emisi cerobong insinerator pada triwulan IV tahun
2011 dapat dilihat pada tabel 4.3.
51
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Emisi cerobong insinerator
No. ParameterKadar
Maksimum
Hasil Analisis
Filter
(100kg)
Medis
(40kg)
1. Partikel (Mg/Nm3) 50 15,46 10,95
2. Sulfur Dioksida (SO2) (Mg/Nm3) 250 9 6
3. Nitrogen Dioksida (NO2) (Mg/Nm3) 300 72 62
4. Hidrogen Fluorida (HF) (Mg/Nm3) 10 <0,1 <0,1
5. Hidrogen Klorida (HCl) (Mg/Nm3) 70 6 4
6. Karbon Monoksida (CO) (Mg/Nm3) 100 <3 <3
7. Total Hidrogen (sebagai CH4) (Mg/Nm3) 35 <1 <1
8. Arsen (As) (Mg/Nm3) 1 <0,001 <0,001
9. Kadmium (Cd) (Mg/Nm3) 0,2 <0,005 <0,005
10. Kromium (Cr) (Mg/Nm3) 1 <0,005 <0,005
11. Timbal (Pb) (Mg/Nm3) 5 <0,01 <0,01
12. Merkuri (Hg) (Mg/Nm3) 0,2 <0,001 <0,001
13. Talium (Tl) (Mg/Nm3) 0,2 <0,002 <0,02
14. Opasitas (%) 10 5 5
Sumber:Laporan pengelolaan limbah B3 triwulan IV tahun 2011 PT. Kaltim Prima Coal.
4.2.2 Pengolahan Secara Bioremediasi di BTU PT. KPC
Pengolahan ini dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 184 Tahun 2010 tentang izin pengolahan limbah minyak bumi dan tanah
terkontaminasi minyak bumi secara bioremediasi PT. KPC. Dalam surat keputusan ini
menjelaskan limbah yang diolah secara bioremediasi adalah tanah terkontaminasi
pelumas bekas dari kegiatan workshop, stasiun pengisian bahan bakar minyak (BBM),
dan lokasi tumpahan lainnya di PT. KPC. Produksi limbah B3 yang akan diolah
sebanyak 40 m3/bulan. Pengolahan dilakukan secara eksitu pada fasilitas pengolahan.
Fasilitas pengolahan terdiri dari 4 (empat) sel dengan luas masing-masing sel (25 x 29)
m. Titik koordinat lokasi, yaitu:
1) Titik A: LS: 0o33’30.56453” dan BT: 117o28’38,06467”
2) Titik B: LS: 0o33’30.10644” dan BT: 117o28’36,45022”
52
3) Titik C: LS: 0o33’27.76460” dan BT: 117o28’36,86809”
4) Titik D: LS: 0o33’28.26665” dan BT: 117o28’38,55142”
Tinggi tumpukan tanah yang diolah maksimal 30 cm. Kapasitas tampung fasilitas
pengolahan adalah 1450 m3. Konstruksi dasar berupa Compacted clay yang dilengkapi
saluran lindi dan sistem drainase tertutup. Untuk menampung limpasan air hujan
dilengkapi dengan leacheate box sehingga air limpasan tidak keluar ke lingkungan.
Fasilitas juga dilengkapi dengan sumur pantau yang diletakkan pada hulu dan hilir unit
pengolahan bioremediasi.
1) Upstream :LS: 0o27’30.53673” dan BT: 117o28’39,64940”
2) Downstream :LS: 0o33’32.02961” dan BT: 117o28’38,54977”
Pengolahan tanah dilakukan saat konsentrasi maksimum Total Petroleum Hydrocarbon
(TPH) awal < 15% berat kering juga menguji kadar logam berat dengan standar baku
mutu, dapat dilihat pada tabel 4.5. Pengolahan dilakukan dengan teknik landfarming,
lama pengolahan 6 bulan dengan menggunakan bakteri lokal dan bukan hasil rekayasa
genetika (Genetically Modified Organisms/GMO). Jika menggunakan surfaktan harus
bersifat mudah diurai dan non-toksik. Proses pengadukkan dilakukan secara teratur dan
mempertahankan nilai kadar air optimum limbah yang diolah sebesar 70% sampai 80%.
Air lindi dalam kolam penampungan disirkulasikan lagi ke fasilitas pengolahan untuk
menjaga kelembaban.
Pemantauan juga dilakukan untuk TPH dalam sel pengolahan setiap dua minggu sekali.
Melakukan perhitungan jumlah total bakteri minimal dua kali sebulan untuk efektifnya
pengolahan. Menganalisa sampel air tanah dari sumur pantau pada awal proses, proses
pengolahan, dan akhir proses dengan parameter yang diukur adalah pH dan Electrical
Conductivity (EC) minimum dua minggu sekali, serta analisa TPH minimum tiga bulan
sekali. Untuk tanah hasil olahan dilakukan juga uji toksikologi dengan Lethal Dose Fifty
(LD50). Hasil dari LD50 tidak boleh lebih dari 50 mg/kg berat badan dari hewan uji.
Berikut tabel 4.4 menjelaskan standar baku mutu untuk kadar logam berat tanah
terkontaminasi minyak bumi.
53
Tabel 4.4 Standar Kadar Logam Berat Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi
No ParameterNilai Maksimum
(mg/kg berat kering)
1. Arsenic 30
2. Cadmium 5
3. Chromium 250
4. Copper 100
5. Cobalt 50
6. Lead 300
7. Mercury 2
8. Molybdenum 40
9. Nikel 100
10. Tin 50
11. Selenium 10
12. Zinc 500
Sumber: SK KepMen No.184 Tahun 2010
54
Gambar 4.3 Flow Chart Pengolahan Secara Bioremediasi
Pengolahan tanah, kerikil maupun pasir terkontaminasi hidrokarbon yang dilakukan PT.
KPC adalah dengan metode bioremediasi untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon
yang terkandung dalam tanah terkontaminasi hidrokarbon minyak bumi. Potensi
munculnya limbah tanah terkontaminasi hidrokarbon minyak bumi dalam kawasan PT.
KPC yakni dari aktivitas workshop, proses pengisian bahan bakar minyak (BBM), dan
lokasi tumpahan lainnya. Jika terjadi kontaminasi terhadap tanah, kerikil, maupun pasir
akan dikumpul pada wadah berupa Bin jika yang terkontaminasi dalam jumlah besar
dan dapat dikumpulkan pada wadah lain seperti drum jika tanah atau kerikil atau pasir
dalam jumlah kecil. kemudian limbah terkontaminasi ini akan dikirim ke BTU berizin
milik PT. KPC.Tanah yang di kirim ke BTU tidak dapat langsung diolah, karena akan
dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Tanah yang kadar airnya tinggi (lumpur) akan di
55
Workshop dan Stasiun pengisian BBM dan Lokasi tumpahan lainnya
Tanah, kerikil, maupun pasir terkontaminasi
Unit Pengolahan Bioremediasi
Sel 4 Sel 3
Sel 1 dan sel 2
TPH < 1% kemudian uji TCLP, PAH, BTEX, dan LD50
Lokasi penyimpanan tanah hasil olahan bioremediasi.
Perangkap Oli
Air Terkontaminasi
Hidrokarbon
Leacheate box Air
tampung dalam sel 3 yang berfungsi sebagai penampung tanah berkadar air tinggi.
Dalam sel 3 ini tanah akan ditampung sementara karena setelah kadar air dalam tanah
telah berkurang (struktur tanah mengeras) tanah akan dipindahkan ke sel 4. Jika tanah
yang masuk dalam BTU memiliki kadar air yang rendah maka tanah dapat langsung di
tampung di sel 4.
Pemindahan tanah dari sel 4 menggunakan excavator dan dump truck. Setelah tanah
terkontaminasi dipindahkan, tanah terkontaminasi diratakan dan tinggi timbunan tanah
terkontaminasi tidak boleh lebih dari 30cm. Dalam proses perataan ini dinding (tanggul)
sel diberi jarak + 1m dari jarak tanah terkontaminasi. Hal ini bertujuan agar air limpasan
dapat mengalir menuju leacheate box (kolam lindi) dan oil trap. Air yang tertampung
dalam leacheate box dapat digunakan sebagai sumber air untuk menjaga kelembaban
tanah olahan pada sel 1 dan sel 2. Pengolahan dilakukan setelah kandungan TPH <15%
pada tanah dalam sel 1 dan 2.
Pengolahan dilakukan dengan pemberian nutrisi berupa pupuk urea, pupuk NPK, dan
bakteri. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri petrophilic yang didapatkan dari hasil
pembiakkan bakteri tersebut di daerah nursery PT. Kaltim Prima Coal. Kemudian
melakukan pembajakkan untuk mengoptimalkan proses degradasi dengan
mengkondisikan tanah tercampur sempurna dengan nutrisi juga oksigen yang dapat
membantu mengoptimalkan kinerja bakteri mendegradasi senyawa hidrokarbon.
Perlakuan ini dilakukan tiap 2 minggu sekali. Dan setiap 2 minggu sekali dilakukan
pengujian TPH tanah.
Hal lain yang dipantau yaitu air tanah di areal BTU dengan menganalisa kondisi air
tanah dari sumur pantau pada awal proses, proses pengolahan, dan akhir proses dengan
parameter yang diukur adalah pH dan Electrical Conductivity (EC) minimum dua
minggu sekali, serta analisa TPH minimum tiga bulan sekali. Setelah tanah yang diolah
memiliki kadar TPH < 1%, selanjutnya analisa dilanjutkan dengan uji TCLP, PAH,
BTEX dan LD50. Setelah hasil dari semua analisa memenuhi baku mutu yang ditentukan
oleh Pemerintah, Kemudian tanah akan di tampung diareal penampungan tanah hasil
olahan bioremediasi. Dalam proses pengolahan di BTU, air yang keluar dari unit
56
pengolahan akan dipantau dan diuji sesuai dengan ketentuan dari Per.MenLH No. 4
tahun 2007. Juga pemantauan terhadap air tanah yang mengacu pada Kep.MenLH No.
128 tahun 2003. Berikut tabel-tabel hasil uji proses pengolahan dari awal hingga akhir
pengolahan.
Tabel 4.5 Kadar TPH Tanah Siklus 3 Sebelum Pengolahan
No. Kode SampelHasil Analisis
(mg/kg)
Hasil Analisis
(kg/kg)Hasil Analisis (%)
1. Lateral 1 14544 0,014544 1,4544
2. Lateral 2 16245 0,016245 1,6245
3. Lateral 3 13371 0,013371 1,3371
4. Lateral 4 24184 0,024184 2,4184
5. Lateral 5 9656 0,009656 0,9656
6. Komposit 1 17854 0,017854 1,7854
7. Komposit 2 22884 0,022884 2,2884
Tabel 4.6 Kadar TPH Akhir Pengolahan Tanah Siklus 3
No. Kode SampelHasil Analisis
(mg/kg)
Hasil Analisis
(kg/kg)Hasil Analisis (%)
1. Lateral 1 4943 0,004943 0,4943
2. Lateral 2 6951 0,006951 0,6951
3. Lateral 3 8480 0,008480 0,8480
4. Lateral 4 5200 0,005200 0,5200
5. Lateral 5 4785 0,004785 0,4785
6. Komposit 1 3353 0,003353 0,3353
7. Komposit 2 3024 0,003024 0,3024
57
Tabel 4.7 Hasil Analisis pada Tanah Olahan Siklus 3
No. Parameter Analisis Komposit 1 Komposit 2
1. NTK (mg/kg) 1838,4 1810,2
2. Total P (mg/kg) 1,8 2,3
3. pH 6,67 6,79
4. TPC (CFU/gr) 1,749 x 106 1,075 x 106
5. BTEX (mg/kg) Ttd Ttd
6. PAH (mg/kg Ttd Ttd
Tabel 4.8 Analisis TCLP (Toxity Characteristic Leaching Procedure)
Kadar Logam Berat Tanah siklus 3 hasil olahan BTU
No Parameter (mg/L)*
Hasil Uji
(mg/L)
Komposit 1 Komposit 2
1. Arsen (As) 5 <0,0001 <0,0001
2. Barium (Ba) 100 0,980 2,100
3. Boron (B) 500 0,511 <0,001
4. Cadmium (Cd) 1 <0,001 0,015
5. Chromium (Cr) 5 0,170 0,330
6. Copper (Cu) 10 1,920 2,460
7. Lead (Pb) 5 0,025 0,050
8. Mercury (Hg) 0,2 <0,00001 <0,00001
9. Selenium (Se) 1 0,035 0,028
10. Silver (Ag) 5 0,082 <0,001
11. Zinc (Zn) 50 1,820 5,180
*: berdasarkan PP No.18 dan PP No.85 tahun 1999
58
Tabel 4.9 Analisis LD50(Lethal Dose Fifty) Siklus 3
Dosis (mg/kg)
Tingkat Kamatian pada komposit 1
Jantan Betina
0 24 48 72 96 0 24 48 72 96
500 - - - - - - - - - -
5.000 - - - - - - - - - -
15.000 - - - - - - - - - -
30.000 - - - - - - - - - -
50.000 - - - - - - - - - -
Dosis (mg/kg)Tingkat Kematian pada komposit 2
Jantan Betina
500 - - - - - - - - - -
5.000 - - - - - - - - - -
15.000 - - - - - - - - - -
30.000 - - - - - - - - - -
50.000 - - - - - - - - - -
Berdasarkan pada PP 18 dan 85 tahun 1999 yang mengisyaratkan agar dosis pengujian
dari 500mg/kg sampai 50.000mg/kg. Pengujian dilakukan pada tikus jantan dan betina
dengan mencampurkan sampel limbah pada makanannya. Diketahui limbah tidak
termasuk limbah B3 karena semua tikus yang diujikan selama lima hari tidak ada yang
mati dengan dosis-dosis yang telah ditentukan.
59