Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan -...

31
46 Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara konsisten pada tahun 2006 hingga 2010. Berdasarkan metode purposive sampling, maka jumlah sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 sampel. Sedangkan periode pengamatan adalah dari tahun 2006 hingga 2010, sehingga pooled data untuk 5 periode sebesar 195 sampel (39x5). Adapun gambaran mengenai sampel penelitian terlihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi Objek Penelitian No Jenis Industri Jumlah Persentase 1 Food and beverages 6 15,38% 2 Paper and allied product 1 2,56% 3 Chamical 5 12,82% 4 Adhesive 1 2,56% 5 Plastics and glass products 1 2,56% 6 Cement 2 5,13% 7 Metal and allied products 3 7,69% 8 Stone, clay, glass and concrete products 1 2,56% 9 Cables 3 7,69% 10 Electronic and office equipment 1 2,56%

Transcript of Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan -...

Page 1: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

46

Bab 4

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan

manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI) secara konsisten pada tahun 2006 hingga

2010. Berdasarkan metode purposive sampling,

maka jumlah sampel yang dapat digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 39 sampel.

Sedangkan periode pengamatan adalah dari tahun

2006 hingga 2010, sehingga pooled data untuk 5

periode sebesar 195 sampel (39x5). Adapun

gambaran mengenai sampel penelitian terlihat pada

tabel 4.1.

Tabel 4.1

Deskripsi Objek Penelitian

No Jenis Industri Jumlah Persentase

1 Food and beverages 6 15,38%

2 Paper and allied product 1 2,56%

3 Chamical 5 12,82%

4 Adhesive 1 2,56%

5 Plastics and glass products 1 2,56%

6 Cement 2 5,13%

7 Metal and allied products 3 7,69%

8 Stone, clay, glass and concrete products

1 2,56%

9 Cables 3 7,69%

10 Electronic and office equipment

1 2,56%

Page 2: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

47

Tabel 4.1 Lanjutan

No Jenis Industri Jumlah Persentase

11 Automotive and allied products

5 12,82%

12 Pharmaceuticals 2 5,13%

13 Consumer goods 2 5,13%

14 Telecommunication 2 5,13%

15 Whole sale and retail trade 3 7,69%

16 Tobacco manufacturers 1 2,56%

Jumlah 39 100%

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan pengklasifikasian pada tabel 4.1,

sampel berasal dari 16 jenis industri yang bergerak

dibidang manufaktur. Jumlah sampel terbesar

berada pada industri food and beverager yang

berjumlah 6 perusahaan (15,38%). Disusul dengan

industri chamical serta automotive and allied

products yang masing masing berjumlah 5 sampel

(12,38%). Sedangkan jumlah sampel terkecil berasal

dari 6 jenis industri yaitu paper and allied product;

adhesive; plastics and glass products; stone, clay,

glass and concrete products; electronic and office

equipment, dan tobacco manufacturers yang masing-

masing berjumlah 1 perusahaan (2,56%).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran atas variabel-variabel yang

Page 3: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

48

digunakan dalam penelitian, yaitu likuiditas,

leverage, dewan komisaris independen, manajemen

laba, ukuran perusahaan, ETR dan CETR.

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mean, standar deviasi, nilai minimum, dan

nilai maximum. Ringkasan statistik deskriptif dari

variabel-variabel penelitian tersebut disajikan pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Penelitian Tahun 2006-2010

Variabel Min Max Mean Std.

Deviasi

Likuiditas 0,20 4,79 1,72 0,79

Leverage 0,08 0,96 0,54 0,20

Dekom Independen 0,29 0,70 0,41 0,10

Manajemen Laba -0,57 0,66 -0,03 0,14

Ukuran Perusahaan 10,56 18,54 14,30 1,72

ETR 0,030 0,813 0,312 0,089

CETR 0,016 0,989 0,298 0,150

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Likuiditas yang dihitung dengan rasio lancar

memiliki nilai rata-rata sebesar 1,72 yang

menunjukkan bahwa rata-rata sampel mampu

menutup setiap Rp. 1,00 kewajiban lancar

perusahaan dengan Rp. 1,72 aset lancar yang

dimilikinya. Nilai likuiditas tertinggi sebesar 4,79

dimiliki oleh PT. Lion Mesh Prima Tbk. pada tahun

2008 yang mengindikasikan bahwa perusahaan

tersebut dapat menutup setiap Rp. 1,00 kewajiban

lancar dengan Rp. 4,79 aset lancar. Akan tetapi PT.

Page 4: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

49

Excelcomindo Pratama Tbk. pada tahun 2006 hanya

dapat menutup Rp. 1,00 kewajiban lancar dengan

Rp. 0,20 aset lancar yang dimilikinya. Nilai standar

deviasi sebesar 0,79 menunjukkan bahwa sampel

memiliki sebaran likuiditas yang hampir sama antar

masing-masing sampel.

Leverage yang dihitung dengan rasio total

utang, mengindikasikan bahwa rata-rata sampel

memiliki Rp. 0,54 utang untuk setiap Rp. 1,00 aset

yang dimiliki perusahaan. Nilai maksimum leverage

dimiliki oleh PT. Tri Polyta Indonesia Tbk. pada

tahun 2006, dimana perusahaan tersebut memiliki

Rp. 0,96 utang untuk setiap Rp. 1,00 aset. Nilai

rasio utang minimum sebesar 0,08 dimiliki oleh PT.

Mandom Indonesia Tbk. pada tahun 2007. Sehingga

perusahaan tersebut hanya memiliki Rp. 0,08 utang

untuk setiap Rp. 1,00 aset yang dimilikinya. Untuk

nilai standar deviasi sebesar 0,20 menunjukkan

bahwa leverage sampel memiliki sebaran yang

hampir sama antar masing-masing sampel.

Komisaris independen diukur berdasarkan

jumlah komisaris independen dibagi dengan total

dewan komisaris. Nilai rata-rata dewan komisaris

independen perusahaan sampel sebesar 0,41 yang

menunjukkan bahwa rata-rata porsi dewan

Page 5: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

50

komisaris independen sebesar 41%. PT. Tri Polyta

Indonesia Tbk dan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

selama periode 2005 hingga 2010 memiliki

persentase dewan komisaris independen sebesar

29% yang menjadi nilai minimum dari variabel

dewan komisaris independen. Namun terdapat

perusahaan yang memiliki dewan komisaris

independen sebesar 70% yakni PT. Arwana

Citramulia Tbk. pada tahun 2010. Nilai standar

deviasi sebesar 0,10 menunjukkan bahwa rasio

dewan komisaris independen sampel memiliki

sebaran yang hampir sama pada tiap sampel. Dapat

disimpulkan bahwa mayoritas sampel memiliki

komisaris independen lebih besar atau sama dengan

30%, yang berarti mayoritas sampel sudah memiliki

komisaris independen diatas batas minimal dari

peraturan yang telah ditetapkan yaitu

sekurangkurangnya 30% dari jumlah seluruh

anggota komisaris.

Manajemen laba diukur dengan menggunakan

nilai discretionary accruals (DA). Nilai rata-rata DA

adalah -0,03 yang menunjukkan bahwa rata-rata

sampel secara umum melakukan manajemen laba

dengan melakukan kebijakan akrual yang

menurunkan laba sebesar 3% dari total aset t-1.

Page 6: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

51

Nilai minimum DA sebesar -0,57 yang dimiliki oleh

PT. Indospring Tbk. pada tahun 2009 menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut menurunkan laba

sebesar 57% dari total aset tahun 2008. Sedangkan

nilai maksimum yakni 0,66 dimiliki oleh PT

Ekadharma International Tbk. pada tahun 2008

yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut

melakukan manajemen laba dengan meningkatkan

laba sebesar 66% dari total aset tahun 2007.

Ukuran perusahaan dihitung berdasarkan

nilai natural algoritma dari total aset perusahaan.

Ukuran perusahaan terbesar adalah 18,54 yang

dimiliki oleh PT. Astra International Tbk. pada tahun

2010 dengan total aset Rp. 112.857 milyar. Nilai

terendah adalah 10,56 yang dimiliki oleh PT. Akbar

Indo Makmur Stimec Tbk. pada tahun 2007 dengan

total aset Rp. 38,5 milyar. Sedangkan perusahaan

memiliki rata-rata total aset senilai Rp. 6.827,5

milyar. Nilai standar deviasi ukuran perusahaan

sebesar 1,72 yang lebih kecil dari nilai rata-rata

ukuran perusahaan yang sebesar 14,30

menunjukkan bahwa setiap sampel memiliki ukuran

perusahaan yang hampir sama.

Agresivitas pajak perusahaan dihitung

dengan menggunakan dua cara, yaitu effective tax

Page 7: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

52

rate (ETR) dan cash effective tax rate (CETR). Nilai

rata-rata effective tax rate (ETR) adalah 0,312, hal ini

menandakan bahwa beban rata-rata pajak

perusahaan sampel adalah 31,2% dari laba sebelum

pajak. Nilai minimum sebesar 0,03 yang dimiliki oleh

PT Fajar Surya Wisesa Tbk. pada tahun 2008,

menunjukkan bahwa beban pajak perusahaan

hanyalah 3 % dari laba sebelum pajak. Nilai

maksimal ETR sebesar 0,813 yang dimiliki oleh PT

Akbar Indo Makmur Stimec Tbk. pada tahun 2006,

menunjukkan bahwa beban pajak perusahan

tersebut adalah 81,3% dari laba sebelum pajak. Nilai

standar deviasi sebesar 0,089 yang lebih kecil dari

nilai rata-rata menunjukkan bahwa sampel memiliki

sebaran effective tax rate yang hampir sama antar

masing-masing sampel.

Berdasarkan nilai cash effective tax rate

diperoleh nilai rata-rata CETR sebesar 0,298

menunjukkan bahwa besarnya pembayaran pajak

adalah 29,8% dari laba sebelum pajak. PT SMART

Tbk. pada tahun 2007 memiliki nilai cash effective

tax rate paling rendah yaitu sebesar 0,016,

menunjukkan bahwa besarnya pembayaran pajak

perusahaan tersebut hanya 1,6% dari laba sebelum

pajak. Nilai maksimum cash effective tax rate

Page 8: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

53

sebesar 0,989 dimiliki oleh PT. Sorini Tbk. pada

tahun 2010, menunjukkan bahwa besarnya

pembayaran pajak perusahaan tersebut adalah

98,9% dari laba sebelum pajak. Sedangkan nilai

standar deviasi adalah 0,150 yang menunjukkan

bahwa sampel memiliki sebaran cash effective tax

rate yang hampir sama antar masing-masing sampel.

Tarif pajak diukur dengan menggunakan

variabel dummy, yaitu 1 jika dalam waktu

pengamatan sampel telah menerapkan tarif pajak

tetap sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun

2008 dan 0 jika dalam waktu pengamatan sampel

menggunakan tarif pajak progresif sesuai Undang-

undang No. 17 Tahun 2000. Tarif pajak progresif

yang diatur dalam Undang-undang No. 36 Tahun

2008 mulai diberlakukan tahun 2009 guna

menggantikan Undang-undang No. 17 Tahun 2000.

Tabel 4.3 mendiskripsikan jumlah periode

pengamatan pada sampel yang menggunakan tarif

pajak progresif maupun tetap. Jumlah pengamatan

sampel yang telah menerapkan tarif pajak tetap

adalah 78 pengamatan atau 60%. Sedangkan 117

sampel atau 40% berada pada periode pengamatan

sebelum tahun 2009 sehingga masih menerapkan

tarif pajak progresif.

Page 9: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

54

Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Tarif Pajak Tahun 2006-2010

Keterangan Jumlah Persentase

Menggunakan tarif pajak

progresif

78 40%

Menggunakan tarif pajak tetap 117 60%

Jumlah 195 100%

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Saham publik diukur dengan menggunakan

variabel dummy, yaitu 1 jika lebih dari 40% saham

perusahaan dimiliki oleh publik dan 0 jika saham

perusahaan yang dimiliki publik kurang dari 40%.

Tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa jumlah

sampel yang 40% dari saham dimiliki oleh publik

berjumlah 110 sampel atau 56,41%. Sedangkan 85

sampel atau 43,59%, minimal 40% atau lebih

sahamnya dimiliki oleh publik. Persentase saham

publik terendah terdapat pada Intraco Penta Tbk.

pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,56%. Sedangkan

persentase saham publik tertinggi dimiliki oleh PT.

Metrodata Electronics Tbk pada tahun 2007 dengan

jumlah saham publik sebesar 85,36%.

Tabel 4.4

Deskripsi Variabel Kepemilikan Saham Tahun 2006-2010

Keterangan Jumlah Persentase

Jumlah saham publik kurang dari

40%

110 56,41%

Jumlah saham publik lebih dari 40%

85 43,59%

Jumlah 195 100%

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 10: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

55

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas dimaksudkan untuk

mengetahui apakah data penelitian terdistribusi

secara normal. Penilaian normalitas dengan

menggunakan perbandingan skewness

(kemencengan) dan kurtosis (keruncingan). Standar

sebuah data dikatakan memiliki distribusi normal

adalah jika hasil skewness adalah 0 dan kurtosis

adalah 3 (Gujarati, 2006). Jika suatu observasi

memiliki nilai kurtosis lebih besar dari +3 atau lebih

kecil dari -3 berarti observasi tersebut mempunyai

nilai yang ekstrim (outliers) atau tidak berdistribusi

normal. Hasil uji normalitas pada variabel

independen dan dependen disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas

Variabel Min Max Mean Skew Kurt Hasil

Likuiditas 0,20 4,79 1,723 0,90 0,74 Normal

Leverage 0,08 0,96 0,542 -0,34 -0,26 Normal

Dekom 0,29 0,70 0,409 1,51 4,66 Tidak

normal

Manajemen

Laba

-0,58 0,66 -0,03 0,16 0,60 Normal

ETR 0,029 0,813 0,312 1,52 4,24 Tidak

normal

CETR 0,016 0,989 0,298 1,41 5,72 Tidak

normal

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 11: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

56

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa beberapa

variabel memiliki kurtosis diatas +3, yaitu dekom

(dewan komisaris independen) dengan nilai kurtosis

sebesar 4,656, ETR dengan nilai kurtosis sebesar

4,239 dan CETR dengan nilai kurtosis sebesar 5,719.

Sedangkan variabel likuiditas, leverage dan

manajemen laba memiliki nilai kurtosis secara

berturut-turut adalah 0,740, -0,264 dan 0,604. Nilai

kurtosis pada variabel-variabel tersebut berada

diantara +3 dan -3, sehingga dapat disimpulkan

variabel likuiditas, leverage dan manajemen laba

memiliki distribusi data yang normal. Untuk

mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan

valid maka dilakukan tranformasi variabel penelitian

yang tidak berdistribusi normal kedalam bentuk

akar kuadrat (sqrt). Hasil uji normalitas setelah

dilakukan transformasi dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi

Variabel Min Max Mean Skew Kurt Hasil

Likuiditas 0,20 4,79 1,723 0,90 0,74 Normal

Leverage 0,08 0,96 0,542 -0,34 -0,26 Normal

sqrtDekom -1,70 -0,37 -0,95 0,15 -0,43 Normal

Manajemen

Laba

-0,58 0,66 -0,03 0,16 0,60 Normal

sqrtETR 0,17 0,90 0,55 0,10 0,57 Normal

sqrtCETR 0,03 0,99 0,51 0,03 0,48 Normal

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 12: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

57

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa setelah

dilakukannya transformasi variabel dewan komisaris

independen, ETR dan CETR kedalam bentuk akar

kuadrat (sqrt), nilai kurtosis pada variabel

sqrtDekom, sqrtETR dan sqrtCETR secara berturut-

turut adalah -0,433, 0,572 dan 0,483. Nilai kurtosis

pada variabel-variabel tersebut berada pada kisaran

nilai ±3 sehingga dapat dinyatakan bahwa

sqrtDekom, sqrtETR dan sqrtCETR berdistribusi

normal.

Uji Multikolonieritas dilakukan dengan

matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai VIF

(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Suatu

model regresi yang bebas dari multikolinearitas

memiliki nilai VIF yang tidak melebihi dari 10 dan

nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10. Hasil

uji multikolonieritas dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 4.7. Berdasarkan hasil uji

multikolinearitas, nilai VIF pada variabel-variabel

penelitian berada pada kisaran angka 1,028 hingga

1,146. Sedangkan nilai tolerance terendah adalah

0,873 dan tertinggi 0,976. Berdasarkan nilai VIF dan

tolerance dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapatnya multikoloniearitas.

Page 13: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

58

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Kesimpulan

Likuiditas 0,973 1,028 Tanpa

multikoloniearitas

Leverage 0,900 1,112 Tanpa

multikoloniearitas

sqrtDekom 0,873 1,146 Tanpa

multikoloniearitas

Manajemen

Laba 0,942 1,062

Tanpa

multikoloniearitas

Size 0,961 1,041 Tanpa multikoloniearitas

Tarif 0,931 1,075 Tanpa

multikoloniearitas

Saham 0,873 1,145 Tanpa

multikoloniearitas

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam suatu model regresi linear yang

digunakan terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada

tidaknya autokorelasi, digunakan uji Durbin-

Watson. Sebuah data dikatakan tidak memiliki

masalah autokorelasi jika nilai Durbin-Watson

berada diantara nilai du (upper bound) dan 4-du.

Berdasarkan tabel dengan nilai n = 195 dan k = 4

didapat angka dl (lower) = 1,724 dan du (upper) =

1,808. Hasil uji Durbin Watson dengan sqrtETR dan

sqrtCETR sebagai variabel dependen terlihat pada

tabel 4.8.

Page 14: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

59

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi

Dependen

Variabel

Durbin-

Watson

lower

bound

upper

bound

Kesimpulan

sqrtETR 1,876 1,724 1,808 Tanpa

autokorelasi

sqrtCETR 1,937 1,724 1,808 Tanpa

autokorelasi

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan tabel 4.8, diketahui nilai Durbin

Watson dengan menggunakan sqrtETR sebagai

variabel dependen sebesar 1,876. Oleh karena nilai

Durbin Watson hitung dengan menggunakan

sqrtETR sebagai variabel dependen adalah 1,876

yang berada diantara nilai du dan 4–du, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi

positif maupun negatif. Sedangkan nilai Durbin

Watson dengan menggunakan sqrtCETR sebagai

variabel dependen adalah 1,937 yang berada

diantara nilai du dan 4–du, maka dapat disimpulkan

tidak terdapat autokorelasi antar residual dimana

CETR sebagai variabel dependen.

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap. Untuk menguji heteroskedastisitas dalam

Page 15: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

60

penelitian ini dengan menggunakan Uji Glejser. Dari

hasil pengujian sebagaimana pada tabel 4.9, hasil

masing-masing variabel indpenden dengan tingkat

signifikansi tidak ada yang lebih kecil dari 0,05,

sehingga varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas atau bebas heteroskedastisitas

dalam penelitian ini.

Tabel 4.9

Hasil Uji Glejser

Variabel

abresid :

sqrtETR

abresid :

sqrtCETR

t Sig. t Sig.

Likuiditas 0,544 0,587 0,013 0,590

Leverage 0,896 0,104 0,484 0,064

sqrtDekom -0,723 0,470 -0,843 0,400

Manajemen

Laba 0,802 0,424 0,073 0,242

Size -1,505 0,134 -1,977 0,059

Tarif 0,735 0,463 -0,365 0,716

Saham -0,573 0,568 1,537 0,126

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

4.3 Pemilihan Model Regresi Panel Data

Dalam regresi panel data terdapat tiga

alternatif model yang dapat digunakan, yaitu

Ordinary Least Square (OLS), Fixed Effect Model

(FEM) dan Random Effects Model (REM). Oleh karena

itu, diperlukan pengujian untuk memilih model

regresi panel data mana yang paling tepat digunakan

untuk menguji hipotesis. Untuk menguji metode

Page 16: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

61

regresi panel data yang cocok, dilakukan restricted F

test dan hausman test.

Restricted F test digunakan untuk menguji

model mana yang cocok digunakan antara Ordinary

Least Square (OLS) atau Fixed Effect Model (FEM).

Nilai F hitung tersebut dibandingkan dengan tabel F

pada tingkat signifikansi 5%. Jika nilai F tabel lebih

besar daripada F hitung maka model yang dipilih

adalah OLS, sedangkan jika nilai F hitung lebih

besar dari nilai F tabel maka model yang akan dipilih

adalah FEM. Ringkasan perhitungan restricted F test

dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Ringkasan Uji Restricted F Test

sqrtETR sqrtCETR

R2UR 0,492091 0,481244

R2R 0,174595 0,171821

m 38 38

n 195 195

k 7 7

F hitung 3,09262 2,95096

F tabel 1,46905 1,46905

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Pada tabel 4.10, diperoleh data nilai F hitung

dengan menggunakan sqrtETR sebagai variabel

dependen adalah 3,093 yang lebih besar dari nilai F

tabel (1,469). Sedangkan untuk medel yang

menggunakan sqrtCETR sebagai variabel dependen

diperoleh nilai F hitung adalah 2,951 yang lebih

besar dari nilai F tabel (1,469). Karena nilai F hitung

Page 17: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

62

dengan menggunakan variabel sqrtETR maupun

sqrtCETR sebagai variabel dependen sama-sama

memiliki nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka

persamaan OLS tidak sesuai atau valit untuk

digunakan. Hal ini menunjukkan FEM merupakan

model yang lebih baik untuk digunakan dalam

penelitian ini.

Langkah berikutnya adalah menguji antara

model FEM dan REM menggunakan Hausman test.

Jika hasil Hausman test signifikan pada α = 5%

maka metode yang digunakan dalam pengolahan

panel data adalah FEM, jika tidak signifikan akan

digunakan model REM. Hasil pengujian Hausman

test dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Hausman Test

Hausman

Test

p-value Kesimpulan

11,86 0,106 Menggunakan REM

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Dari hasil pengujian Hausman test pada tabel 4.11

diperoleh hasil Hausman test adalah 11,86 dengan

nilai p-value (0,106) yang lebih besar dari

probabilitas α =5%. Oleh karena itu, model REM

lebih sesuai digunakan dibandingkan OLS. Hasil ini

sesuai dengan pengujian praktis, dimana jika data

panel mempunyai jumlah individu lebih besar dari

jumlah waktu maka REM yang digunakan. Dalam

Page 18: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

63

model ini, jumlah individu sebanyak 39 perusahaan

dan jumlah waktu pengamatan sebanyak 5 tahun,

sehingga REM lebih tepat digunakan. Berdasarkan

hasil pengujian data panel yang terdiri dari restricted

F test dan Hausman test, maka dapat disimpulkan

bahwa model yang tepat digunakan adalah Random

Effect Model.

4.4 Pengujian Hipotesis

Hasil regresi variabel likuiditas, leverage,

proporsi komisaris independen dan manajemen laba

sebagai variabel independen serta ukuran

perusahaan, tarif pajak dan komposisi saham

sebagai variabel kontrol terhadap agresivitas pajak

perusahaan yang diukur dengan menggunakan

effective tax rate (ETR) dan cash effective tax rate

(CETR) terlihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Regresi

Variabel

Panel Data I Panel data II

Koef t p-

value

Koef t p-

value

Likuiditas -0,003 -0,380 0,704 -0,004 -0,330 0,742

Leverage 0,145 3,494 0,000* 0,182 2,874 0,004*

sqrtDekom -0,064 -2,163 0,031* -0,083 -2,828 0,008*

ManLaba 0,015 2,323 0,017* 0,180 2,576 0,010*

Size -0,009 -2,408 0,017* -0,026 -3,412 0,001*

Page 19: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

64

Tabel 4.12 Lanjutan

Variabel

Panel Data I Panel data II

Koef t p-

value

Koef t p-

value

Tarif -0,031 -1,796 0,074 -0,033 -1,762 0,078

Saham -0,006 -0,410 0,682 -0,005 -0,196 0,844

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Keterangan : *) signifikan pada α = 5%

Koefisien regresi likuiditas terhadap effective

tax rate (ETR) sebesar -0,003 menyatakan bahwa

setiap kenaikan likuiditas 1% akan menurunkan

effective tax rate sebesar 0,003%. Sedangkan

koefisien regresi likuditas terhadap cash effective tax

rate (CETR) sebesar -0,004 menyatakan bahwa

setiap kenaikan likuiditas 1% akan menurunkan

cash effective tax rate sebesar 0,004%.

Nilai p-value dari likuiditas terhadap effective

tax rate (0,704) serta p-value likuiditas terhadap cash

effective tax rate (0,742) berada diatas signifikan α =

5%, menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas

pajak perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 1 yang

menyebutkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan ditolak karena tidak didukung

berdasarkan data penelitian.

Page 20: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

65

Koefisien regresi leverage terhadap effective

tax rate (ETR) sebesar 0,145 menyatakan bahwa

setiap kenaikan leverage 1% akan meningkatkan

effective tax rate sebesar 0,145%. Sedangkan

koefisien regresi leverage terhadap cash effective tax

rate (CETR) sebesar 0,182 menyatakan bahwa setiap

kenaikan leverage 1% akan meningkatkan cash

effective tax rate sebesar 0,182%.

Nilai p-value dari leverage terhadap effective

tax rate (0,000) dan nilai p-value dari leverage

terhadap cash effective tax rate (0,004) yang sama-

sama berada dibawah signifikan α = 5%,

memberikan bukti bahwa leverage berpengaruh

signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 yang

menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif dan

signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan

dapat diterima.

Koefisien regresi komisaris independen

terhadap effective tax rate (ETR) sebesar -0,064

menyatakan bahwa setiap bertambahnya proporsi

komisaris independen sebesar 1% akan menurunkan

effective tax rate sebesar 0,064%. Sedangkan

koefisien regresi komisaris independen terhadap

cash effective tax rate (CETR) sebesar -0,083

Page 21: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

66

menyatakan bahwa setiap bertambahnya proporsi

komisaris independen sebanyak 1% akan

menurunkan cash effective tax rate sebesar 0,083%.

Nilai p-value dari proporsi komisaris

independen terhadap effective tax rate (0,033) serta

nilai p-value dari proporsi komisaris independen

terhadap cash effective tax rate (0,008) sama-sama

berada dibawah tingkat signifikan α = 5%

menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen

berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis 3 yang

menyatakan bahwa proporsi komisaris independen

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

agresivitas pajak perusahaan diterima karena

didukung data penelitian.

Koefisien regresi manajemen laba terhadap

effective tax rate (ETR) sebesar 0,015 menyatakan

bahwa setiap meningkatnya manajemen laba yang

dilakukan manajemen sebesar 1% akan

meningkatkan nilai effective tax rate sebesar 0,015%.

Sedangkan koefisien regresi manajemen laba

terhadap cash effective tax rate (CETR) sebesar 0,180

menyatakan bahwa setiap meningkatnya manajemen

laba yang dilakukan manajemen sebanyak 1% akan

Page 22: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

67

meningkatkan cash effective tax rate sebesar

0,183%.

Nilai p-value dari manajemen laba terhadap

effective tax rate (0,017) serta nilai p-value dari

manajemen laba terhadap cash effective tax rate

(0,010) yang keduanya berada dibawah tingkat

signifikan α = 5%, dapat disimpulkan bahwa

manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak perusahaan. Oleh karena itu,

hipotesis 4 yang menyatakan bahwa manajemen

laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap

agresivitas pajak perusahaan diterima.

Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan

(size) terhadap effective tax rate (ETR) sebesar -

0,009 menyatakan bahwa setiap kenaikan ukuran

perusahaan 1% akan menurunkan effective tax rate

sebesar 0,009%. Sedangkan koefisien regresi

variabel ukuran perusahaan terhadap cash effective

tax rate (CETR) sebesar -0,026 menyatakan bahwa

setiap kenaikan ukuran perusahaan 1% akan

menurunkan cash effective tax rate sebesar 0,026%.

Nilai p-value dari ukuran perusahaan terhadap

effective tax rate (0,017) serta nilai p-value dari

ukuran perusahaan terhadap cash effective tax rate

(0,001) yang sama-sama berada dibawah tingkat

Page 23: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

68

signifikan α = 5%, memberikan bukti bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

agresivitas pajak perusahaan. Akibatnya, semakin

besar ukuran perusahaan maka tingkat agresivitas

pajak perusahaan akan semakin menurun.

Koefisien regresi variabel tarif pajak terhadap

effective tax rate (ETR) sebesar -0,031 memberikan

gambaran bahwa perusahaan yang telah

menggunakan tarif tetap (included group) memiliki

nilai effective tax rate 0,031% lebih rendah daripada

perusahaan ketika menerapkan tarif pajak progresif

(excluded group). Sedangkan berdasarkan koefisien

regresi variabel tarif pajak terhadap cash effective tax

rate (CETR) sebesar -0,033 membuktikan bahwa

perusahaan yang telah menggunakan tarif tetap

(included group) memiliki nilai cash effective tax rate

0,033% lebih rendah daripada perusahaan ketika

menerapkan tarif pajak progresif (excluded group).

Nilai p-value tarif pajak terhadap effective tax

rate (0,074) serta nilai p-value variabel tarif pajak

terhadap cash effective tax rate (0,078) yang berada

diatas signifikan α = 5%, memberikan bukti bahwa

tarif pajak tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap agresivitas pajak perusahaan. Sehingga

dapat dikatakan agresivitas pajak perusahaan tidak

Page 24: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

69

dipengaruhi oleh tarif pajak perusahaan (tarif

progresif maupun tetap).

Koefisien regresi variabel saham terhadap

effective tax rate (ETR) sebesar -0,006 menunjukkan

bahwa perusahaan yang memiliki saham publik

lebih dari 40% (included group), memiliki nilai

effective tax rate 0,006% lebih rendah daripada

perusahaan yang persentase saham publiknya

kurang dari 40% (excluded group). Sedangkan nilai

koefisien cash effective tax rate (CETR) sebesar -

0,196 menggambarkan bahwa perusahaan yang

memiliki saham publik lebih dari 40% (included

group), memiliki nilai CETR 0,196% lebih rendah

daripada perusahaan yang persentase saham

publiknya kurang dari 40% (excluded group).

Nilai p-value komposisi saham terhadap

effective tax rate (0,682) serta nilai p-value dari

komposisi saham terhadap cash effective tax rate

(0,844) yang berada diatas signifikan α = 5%

menunjukkan bahwa komposisi saham tidak

berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak

perusahaan. Sehingga dapat dikatakan agresivitas

pajak perusahaan tidak dipengaruhi oleh komposisi

saham publik.

Page 25: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

70

4.5 Pembahasan

Pengujian hipotesis pertama menunjukkan

bahwa likuiditas berpengaruh negatif namun tidak

signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Walaupun menunjukkan arah negatif, hasil

penelitian ini tidak dapat memberi bukti adanya

pengaruh yang kuat antara likuiditas perusahaan

terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan.

Tidak signifikannya hubungan antara likuditas dan

agresivitas pajak perusahaan dapat disebabkan

karena tingkat likuiditas perusahaan manufaktur

relatif sama. Hal ini dapat dibuktikan pada analisa

deskriptif dimana rata-rata rasio lancar perusahaan

sampel adalah 1,72, serta nilai standar deviasi

sebesar 0,79. Nilai standar deviasi yang lebih rendah

dari nilai rata-rata mengindikasikan bahwa tingkat

likuiditas perusahaan manufaktur hampir sama.

Berdasarkan uji One Way Anova terhadap

likuiditas pada lima tahun, diperoleh data bahwa

Levene Test hitung adalah 0,275 dengan nilai

probabilitas (0,806) yang lebih besar dari signifikan α

= 5%, sehingga varian likuditas pada lima tahun

pengamatan relatif sama. Berdasarkan uji ANOVA

diperoleh F hitung adalah 0,404 dengan probabilitas

(0,806) yang lebih besar dari signifikan α = 5%,

Page 26: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

71

sehingga rata-rata likuditas pada lima tahun

pengamatan adalah relatif sama.

Variasi likuiditas yang relatif sama dapat

disebabkan karena adanya kesepakatan untuk

menjaga tingkat likuiditas diantara perusahaan

manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur,

memperhatikan likuiditas adalah sangat penting.

Likuiditas yang terlalu tinggi menggambarkan

tingginya uang tunai yang menganggur sehingga

dianggap kurang produktif. Jika likuiditas terlalu

rendah maka akan mengurangi tingkat kepercayaan

kreditur terhadap perusahaan-perusahaan

manufaktur yang akan berakibat menurunnya

pinjaman modal oleh para kreditur. Oleh karena itu,

ada kemungkinan perusahaan-perusahaan

manufaktur untuk saling menjaga tingkat likuditas

pada tingkatan tertentu.

Penelitian ini tidak mendukung penelitian

yang dilakukan oleh Bradley (1994) dan Siahaan

(2005) yang menyatakan bahwa perusahaan yang

mengalami kesulitan likuiditas kemungkinan tidak

akan mematuhi peraturan perpajakan dan

cenderung melakukan penghindaran pajak.

Pengujian hipotesis kedua menunjukkan

bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan

Page 27: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

72

terhadap agresivitas pajak perusahaan. Hasil ini

mengindikasikan bahwa selama periode

pengamatan, perusahaan sampel memanfaatkan

utang untuk meminimalkan beban pajak

perusahaan bahkan cenderung mengarah agresif

terhadap pajak perusahaan. Keputusan perusahaan

melakukan utang didasarkan pada keinginan untuk

mengurangi beban pajak perusahaan. Analisis

deskriptif variabel leverage menunjukkan bahwa

rata-rata perusahaan sampel memiliki utang sebesar

Rp. 0,54 dari Rp. 1 aset yang dimilikinya.

Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak

perusahaan, dapat dijelaskan bahwa perusahaan

yang memiliki hutang tinggi akan mendapatkan

insentif pajak berupa potongan atas bunga pinjaman

tersebut. Hal ini dimungkinkan karena di Indonesia

berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36

tahun 2008 menyebutkan bahwa bunga utang

adalah beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan

perhitungan pajak (tax deductible). Sehingga

perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat

melakukan penghematan pajak dengan cara

menambah utang perusahaan. Dengan menambah

utang guna memperoleh insentif pajak yang besar

Page 28: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

73

maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut

agresif terhadap pajak.

Hasil penelitian ini, mendukung penelitian

Ozkan (2001) dan Choi (2003), dimana perusahaan

yang memiliki beban pajak tinggi lebih banyak untuk

mengajukan utang guna mendapatkan keuntungan

dari pengurangan bunga atas utang tersebut

sehingga pajak yang dibayar akan menjadi lebih

kecil.

Pengujian hipotesis ketiga diperoleh hasil

bahwa proporsi dewan komisaris independen

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

agresivitas pajak perusahaan. Hal ini memberikan

bukti bahwa selama periode pengamatan, ada

kecenderungan semakin besar rasio komisaris

independen maka prilaku agresif terhadap pajak

perusahaan yang dilakukan manajemen akan

berkurang. Berdasarkan analisa deskriptif variabel

dewan komisaris menunjukkan bahwa sebagian

besar perusahaan sampel hanya memiliki proporsi

dewan komisaris independen sebesar 33% (mode)

dan rata-ratanya sebesar 41% (mean), namun para

komisaris independen tersebut berhasil

memaksimalkan pengawasan terhadap kinerja

manajemen dan memastikan perusahaan mematuhi

Page 29: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

74

hukum dan perundangan yang berlaku termasuk

didalamnya adalah ketaatan terhadap pajak.

Pengaruh proporsi komisaris independen

terhadap agresivitas pajak perusahaan dapat

dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah komisaris

independen maka semakin besar pengaruhnya

untuk melakukan pengawasan kinerja manajemen.

Pengawasan ini dapat mengurangi masalah agensi

yang timbul, seperti sikap oportunistik manajemen

terhadap bonus. Manajemen berkepentingan untuk

mengurangi beban pajak guna memaksimalkan

bonus yang diterima manajemen. Dengan

pengawasan yang semakin besar, manajemen akan

berhati-hati dalam mengambil keputusan dan

tranparan dalam menjalankan perusahaan sehingga

meminimalkan terjadinya tax avoidance. Secara

proaktif, dewan komisaris independen juga dapat

mendorong manajemen untuk mematuhi peraturan

perundangan perpajakan yang berlaku sehingga

meminimalkan adanya tax evasion. Sehingga

dengan semakin banyaknya jumlah komisaris

independen maka prilaku agresif terhadap pajak

yang dilakukan manajemen dapat berkurang.

Hasil penelitian ini, mendukung pendapat

Fama dan Jensen (1983) dalam Wulandari (2005)

Page 30: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

75

kehadiran komisaris yang independen dapat

mendorong dilakukannya pengawasan secara

profesional terhadap kinerja para manajemen.

Pengawasan yang optimal oleh para komisaris

independen akan mengurangi kecurangan-

kecurangan pajak yang dilakukan oleh perusahaan

(Rego, 2003).

Pengujian hipotesis keempat diperoleh bukti

bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan

signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan.

Analisa statistik deskriptif variabel manajemen laba

menggambarkan bahwa selama periode pengamatan,

perusahaan sampel terindikasi menurunkan laba

perusahaan (income decreasing) dengan rata-rata

sebesar 3% dari total aset taun t-1. Hal ini

memberikan bukti bahwa selama periode

pengamatan, ada kecenderungan bahwa perusahaan

melakukan income decreasing sebagai upaya

penghindaran pajak, dimana semakin besar income

decreasing yang dilakukan maka perusahaan

tersebut juga terindikasi berperilaku agresif

terhadap pajak perusahaan.

Pengaruh manajemen laba berupa income

decreasing terhadap agresivitas pajak perusahaan,

dapat dijelaskan bahwa laba menjadi patokan untuk

Page 31: Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2491/5/T2_912010028_BAB IV.pdf · Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan . ... perusahaan

76

mengukur besarnya beban pajak perusahaan. Oleh

karena itu, manajemen akan melaporkan laba

disesuaikan dengan tujuannya yaitu menggunakan

pilihan akuntansi yang mengurangi laba atau income

decreasing sebagai bentuk penghindaran pajak. Bila

perusahaan semakin besar melakukan income

decreasing maka semakin kecil pajak yang harus

dibayarkan perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan yang semakin agresif melakukan

manajemen laba berupa income decreasing maka

perusahaan tersebut juga semakin agresif terhadap

pajak.

Hasil penelitian ini, sesuai dengan pendapat

Scott (2000) yang menyatakan bahwa salah satu

alasan perusahaan melakukan manajemen laba

adalah mendapatkan pembayaran pajak yang paling

minimal. Penelitian ini juga mendukung pendapat

Watts dan Zimmerman (1986) dalam Wulandari

(2005) serta penelitian Badertscher dkk. (2009)

dimana praktek manajemen laba dilakukan oleh

perusahaan sebagai alat untuk melakukan

penghindaran regulasi pemerintah (political cost

hypotesis). Salah satu regulasi pemerintah yang

berkaitan langsung dengan laba perusahaan adalah

pajak penghasilan badan.