Bab 6 Hasil Pembahasan

47
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI.1. Hasil Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai hubungan antara infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah dengan status gizi anak sekolah dasar, pada SD Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV sebanyak 300 responden diperoleh hasil sebagai berikut : VI.1.1. Gambaran umum lokasi Sekolah yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah SD Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV. Ketiga sekolah dasar ini berada di kecamatan tamalanrea dimana SD Bontoramba I terletak di Jl.Bontoramba yang cukup jauh dari jalan besar, SDI Tamalanrea II terletak di blok I BTP sedangkan SDI Tamalanrea IV terletak di blok ??? Tepat dibelakang puskesmas tamalanrea. Ketiga

Transcript of Bab 6 Hasil Pembahasan

Page 1: Bab 6 Hasil Pembahasan

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1. Hasil

Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai hubungan antara infeksi

cacing yang ditularkan melalui tanah dengan status gizi anak sekolah dasar, pada

SD Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV sebanyak 300

responden diperoleh hasil sebagai berikut :

VI.1.1. Gambaran umum lokasi

Sekolah yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah SD

Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV. Ketiga sekolah

dasar ini berada di kecamatan tamalanrea dimana SD Bontoramba I terletak

di Jl.Bontoramba yang cukup jauh dari jalan besar, SDI Tamalanrea II terletak

di blok I BTP sedangkan SDI Tamalanrea IV terletak di blok ??? Tepat

dibelakang puskesmas tamalanrea. Ketiga sekolah ini terlihat sangat berbeda

baik dari lokasi, fasilitas maupun tingkat kebersihannya.

Pada SD Bontoramba I terdapat 1 ruang guru yang juga digabung

dengan ruang kepala sekolah dan 5 ruang kelas, dimana ruangan kelas 1 dan

kelas 2 sama dan digunakan secara bergantian. Guru yang mengajar kurang

lebih 7 orang yang merupakan wali dari tiap-tiap kelas, 1 guru agama kristen,

dan 1 penjaga sekolah. Selain itu ada pula yang bekerja dibagian tata usaha.

Jumlah murid yang masih aktif di sekolah tersebut ???. Disekolah ini terdapat

Page 2: Bab 6 Hasil Pembahasan

1 wc yang sudah tidak terpakai. Di bagian samping kiri sekolah terdapat

kebun dan jalanan menuju ke sekolah ini sangat sempit, hanya untuk 1 mobil

saja. Fasilitas di sekolah ini sangat kurang, jangankan perpustakan atau kantin

ruangan untuk kelas 1 dan 2 saja digabung, ruang guru berikut ruang kepala

sekolah nya juga sangat sempit. Dan untuk kebersihan sekolah juga masih

rendah, selain itu halaman kelas atau halaman sekolah masih beralaskan

tanah yang lembab, sehingga jika musim hujan maka air akan tergenang

disekitar halaman kelas atau halaman sekolah.

Untuk SDI Tamalanrea II terdapat 6 ruang kelas selain itu juga

terdapat 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kantor, 1 ruang guru, 1 kantin, 1

ruang dapur, 1 wc yang masih berfungsi. Guru yang mengajar berjumlah 18

orang, penjaga perpustakaan 1 orang, penjaga sekolah 1 orang , dan petugas

kebersihan 1 orang. Jumlah murid pada tahun ajaran 2010/2011 adalah 451

orang dengan rincian laki-laki 254 orang (56,32%) dan perempuan 197 orang

(43,68%). Di sekolah ini siswanya terbagi, ada yang masuk pagi dan ada yang

masuk siang, tapi hal ini sudah cukup sebanding dengan jumlah guru yang

ada. Lokasi sekolah ini cukup luas karena di dalam nya juga terdapat taman

kanak-kanak. Tetapi hal ini tidak mengurangi kualitas dari sekolah ini karena

pada dasarnya lokasinya cukup luas. Selain itu fasilitas yang ada juga cukup

lengkap, bahkan setiap kelas mempunyai dispenser beserta galon yang berisi

air minum yang memang disediakan khusus untuk murid sekolah ini.

Lingkungan sekolah ini juga cukup bersih, selain itu halaman dan sekitar nya

beralaskan semen jadi tidak terlihat kotor jika sedang musim hujan.

Page 3: Bab 6 Hasil Pembahasan

Pada SDI Tamalanrea IV terdapat 1 ruang guru yang juga digabung

dengan ruang kepala sekolah, 6 ruang kelas, 1 kantin, dan 1 mushallah.

Guru yang mengajar berjumlah ??? orang, penjaga sekolah 1 orang dan

penjaga kantin 1 orang. Jumlah murid pada tahun ajaran 2010/2011 adalah

??? orang dengan rincian laki-laki ??? orang (…%) dan perempuan ???

orang (….%). Di sekolah ini siswanya terbagi, ada yang masuk pagi dan ada

yang masuk siang, tapi hal ini sudah cukup sebanding dengan jumlah guru

yang ada. Lokasi sekolah ini kurang luas jika dibandingkan dengan SDI

Tamalanrea II. Selain itu fasilitas yang ada juga kurang lengkap, tetapi dari

segi kebersihannya termasuk kategori cukup bersih, dan halaman serta

lingkungan sekitar nya beralaskan semen jadi tidak terlihat kotor jika sedang

musim hujan.

VI.1.2. Karakteristik Siswa

Tabel 6.1. Distribusi Karakteristik Siswa berdasarkan jenis kelamin dan umur

    N = 300 Persen (%)

Jenis kelamin

laki-laki 160 53,3

Perempuan 140 46,7

Umur

7 tahun 42 14

8 tahun 94 31,3

9 tahun 75 25

10 tahun 73 24,3

11 tahun 16 5,3

    300 100  

Page 4: Bab 6 Hasil Pembahasan

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat distribusi jenis kelamin pada

300 responden, dimana jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan

dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 160 orang (53,3%) dan

responden perempuan sebanyak 140 orang (46,7%).

Pada kolom umur dapat kita lihat bahwa umur terbanyak responden

adalah umur 8 tahun sebanyak 94 responden (31,3%), diikuti dengan umur 9

tahun sebanyak 75 responden (25%), kemudian umur 10 tahun sebanyak 73

responden (24,3%) dan 7 tahun sebanyak 42 responden (14%), dan terakhir

umur 11 tahun sebanyak 16 responden (5,3%).

VI.1.3. Hygiene Perorangan

Tabel 6.2. Distribusi hygiene perorangan

 Hygiene Perorangan

 N = 300  

PERSEN (%)

 

KEBIASAAN MEMAKAI ALAS KAKI JIKA KELUAR RUMAHYa 259 86,3Kadang-kadang 31 10,3

Tidak 10 3,3

KEBIASAAN MEMAKAI SEPATU SAAT ISTIRAHAT SEKOLAHYa 242 80,7

Kadang-kadang 37 12,3

Tidak 21 7

KEBIASAAN BERMAIN DILANTAITidak 76 25,3

Kadang-kadang 119 39,7

Ya 105 35

CUCI TANGAN DAN KAKI SETELAH BERMAINYa 233 77,7

Kadang-kadang 48 16

Tidak 19 6,3

CUCI TANGAN SEBELUM MAKAN

Ya 281 93,7Kadang-kadang 17 5,7Tidak 2 0,7CUCI TANGAN DENGAN SABUN SEBELUM MAKAN

Ya 264 88Kadang-kadang 24 8

Tidak 12 4

Page 5: Bab 6 Hasil Pembahasan

CUCI TANGAN SETELAH BUANG AIR BESAR

Ya 280 93,3

Kadang-kadang 10 3,3

Tidak 10 3,3

CUCI TANGAN DENGAN SABUN SETELAH BUANG AIR BESAR

Ya 274 91,3

Kadang-kadang 18 6

Tidak 8 2,7

MEMOTONG KUKU SETIAP MINGGU

Ya 212 70,7

Kadang-kadang 66 22

Tidak 22 7,3

KEBIASAAN MENGGIGIT KUKU

Tidak 258 86

Kadang-kadang 28 9,3

Ya 14 4,7

OBSERVASI KUKU

Pendek Bersih 200 66,7

Pendek Kotor 59 19,7

Panjang Kotor 41 13,7             

Dari tabel diatas dapat dilihat hygiene perorangan pada 300 responden

dimana pada kolom kebiasaan memakai alas kaki jika keluar rumah, jawaban

terbanyak adalah ya sebanyak 259 responden (86,3%), kemudian yang

menjawab kadang-kadang sebanyak 31 responden (10,3%), dan yang

menjawab tidak sebanyak 10 responden (3,3%).

Untuk kolom kebiasaan memakai sepatu saat istirahat sekolah,

jawaban terbanyak adalah ya sebanyak 242 responden (80,7%), kemudian

yang menjawab kadang-kadang sebanyak 37 responden (12,3%), dan yang

menjawab tidak sebanyak 21 responden (7%).

Pada kolom kebiasaan bermain dilantai, jawaban terbanyak adalah

kadang-kadang sebanyak 119 responden (39,7%), kemudian yang menjawab

Page 6: Bab 6 Hasil Pembahasan

ya sebanyak 105 responden (35%) dan sebanyak 76 responden (25,3%)

menjawab tidak.

Pada kolom cuci tangan dan kaki setelah bermain, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 233 responden (77,7%), kemudian yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 48 responden (16%), dan yang menjawab tidak

sebanyak 19 responden (6,3%).

Pada kolom cuci tangan sebelum makan, jawaban terbanyak adalah ya

sebanyak 281 responden (93,7%), kemudian yang menjawab kadang-kadang

sebanyak 17 responden (5,7%), dan yang menjawab tidak sebanyak 2

responden (0,7%).

Pada kolom cuci tangan dengan sabun sebelum makan, jawaban

terbanyak adalah ya sebanyak 264 responden (88%), kemudian yang

menjawab kadang-kadang sebanyak 24 responden (8%), dan yang menjawab

tidak sebanyak 12 responden (4%).

Untuk kolom cuci tangan setelah buang air besar, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 280 responden (93,3%), kemudian yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 10 responden (3,3%), dan yang menjawab tidak

sebanyak 10 responden (3,3%).

Pada kolom cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, jawaban

terbanyak adalah ya sebanyak 274 responden (91,3%), kemudian yang

menjawab kadang-kadang sebanyak 18 responden (6%), dan yang menjawab

tidak sebanyak 8 responden (2,7%).

Page 7: Bab 6 Hasil Pembahasan

Untuk kolom memotong kuku setiap minggu, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 212 responden (70,7%), kemudian yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 66 responden (22%), dan yang menjawab tidak

sebanyak 22 responden (7,3%).

Pada kolom kebiasaan menggigit kuku, jawaban terbanyak adalah

tidak sebanyak 258 responden (86%), kemudian yang menjawab kadang-

kadang sebanyak 28 responden (9,3%), dan yang menjawab ya sebanyak 14

responden (4,7%).

Untuk kolom observasi kuku, terbanyak adalah pendek bersih

sebanyak 200 responden (66,7%), kemudian pendek kotor sebanyak 59

responden (19,7%), dan untuk panjang kotor sebanyak 41 responden (13,7%).

Tabel 6.3. Distribusi hygiene perorangan secara umum

Hygiene Perorangan N = 300   PERSEN (%)

Baik 223 74,3

Cukup 51 17

Kurang 26 8,7

  TOTAL   300   100  

Dari tabel di atas, dapat kita lihat hygiene perorangan secara umum

pada 300 responden dimana yang terbanyak adalah kategori baik sebanyak

223 responden (74,3%), kemudian 51 responden (17%) termasuk kategori

cukup, dan 26 responden (8,7%) termasuk kategori kurang.

Page 8: Bab 6 Hasil Pembahasan

VI.1.4. Sanitasi Lingkungan

Tabel 6.4. Distribusi sanitasi lingkungan

 SANITASI LINGKUNGAN N = 300  

PERSEN (%)

 

MEMPUNYAI JAMBAN KELUARGAYa 300 100Tidak 0 0JENIS JAMBAN

Kloset jongkok 273 91

Jamban cemplung 27 9DI WC SELALU TERSEDIA AIR YANG CUKUP

Ya 269 89,7Kadang-kadang 27 9

Tidak 4 1,3WC SELALU BERSIH

Ya 258 86Kadang-kadang 33 11

Tidak 9 3JENIS LANTAI RUMAH

Tegel/keramik 229 76,3Semen 63 21Tanah 8 2,7

KONDISI LANTAI RUMAH

Kering, mudah dibersihkan 286 95,3Basah, sulit dibersihkan 14 4,7FREKUENSI MEMBERSIHKAN LANTAI RUMAH

≥ 2 kali 205 68,3< 2 kali 95 31,7

             

Dari tabel diatas dapat dilihat sanitasi lingkungan pada 300 responden

dimana pada kolom mempunyai jamban keluarga, sebanyak 300 responden

(100%) menjawab ya.

Pada kolom jenis jamban, terbanyak adalah memiliki kloset jongkok

sebanyak 273 responden (91%), dan 27 responden (9%) memiliki jamban

cemplung.

Untuk kolom diwc selalu tersedia air yang cukup, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 269 responden (89,7%), kemudian 27 responden (9%)

menjawab kadang-kadang dan 4 responden (1,3%) menjawab tidak.

Page 9: Bab 6 Hasil Pembahasan

Pada kolom wc selalu bersih, jawaban terbanyak adalah ya sebanyak

258 responden (86%), kemudian 33 responden (11%) menjawab kadang-

kadang, dan 9 responden (3%) menjawab tidak.

Pada kolom jenis lantai rumah, yang terbanyak adalah tegel/keramik

yaitu sebanyak 229 responden (76,3%), kemudian jenis lantai semen sebanyak

63 responden (21%), dan jenis lantai tanah sebanyak 8 responden (2,7%).

Untuk kolom kondisi lantai rumah, yang terbanyak adalah kondisi

lantai kering, mudah dibersihkan yaitu sebanyak 286 responden (95,3%) dan

yang memiliki kondisi lantai basah, sulit dibersihkan sebanyak 14 responden

(4,7%).

Untuk kolom frekuensi membersihkan lantai rumah, yang terbanyak

adalah lebih dari atau sama dengan dua kali yaitu sebanyak 205 responden

(68,3%) dan kurang dari dua kali sebanyak 95 responden (31,7%).

Tabel 6.5. Distribusi sanitasi lingkungan secara umum

Sanitasi Lingkungan N = 300 

PERSEN (%)  

Baik 272 90,7

Cukup 20 6,7

Kurang 8 2,7

  TOTAL   300   100  

Dari tabel di atas, dapat kita lihat sanitasi lingkungan secara umum

pada 300 responden dimana yang terbanyak adalah kategori baik sebanyak

Page 10: Bab 6 Hasil Pembahasan

272 responden (90,7%), kemudian 20 responden (6,7%) termasuk kategori

cukup, dan 8 responden (2,7%) termasuk kategori kurang.

VI.1.5. Prevalensi Infeksi Kecacingan

Tabel 6.6. Distribusi infeksi kecacingan

Infeksi Kecacingan N = 157 PERSEN (%)  

Positif tunggal 69 43,9

Positif campuran 2 1,3

Negatif 86 54,8

  TOTAL   157   100  

Dari tabel di atas, dapat kita lihat prevalensi infeksi kecacingan pada

157 responden yang terbanyak adalah negative sebanyak 86 responden

(54,8%), kemudian yang terinfeksi positif tunggal sebanyak 69 responden

(43,9%), dan positif campuran sebanyak 2 responden (1,3%).

VI.1.6. Status Gizi

Tabel 6.7. Distribusi status gizi berdasarkan BB/U

BB/U N = 212 PERSEN (%)  

Baik ( ≥-2 SD - ≤+2 SD) 153 72,2

Kurang (≥-3 SD - <-2 SD) 42 19,8

Buruk (<-3 SD) 13 6,1

Lebih (>+2 SD) 4 1,9

  TOTAL   212   100  

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi status gizi berdasarkan berat

badan menurut umur dimana 153 responden (72,2%) tergolong status gizi

baik, 42 responden (19,8%) status gizi kurang, 13 responden (6,1%)

mengalami gizi buruk, dan 4 responden (1.9%) tergolong status gizi lebih.

Nilai rata-rata status gizi anak sekolah dasar adalah -1.21, angka ini

Page 11: Bab 6 Hasil Pembahasan

menunjukkan status gizi anak sekolah dasar masih dalam keadaan normal (≥-2

SD - ≤+2 SD).

Tabel 6.8. Distribusi status gizi berdasarkan TB/U

TB/U N = 300 PERSEN (%)

Normal (>-2 SD) 234 78

Pendek (≥-3 SD - ≤-2 SD) 64 21,3

Sangat pendek (<-3 SD) 2 0,7

  TOTAL   300   100  

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi status gizi berdasarkan tinggi

badan menurut umur dimana 234 responden (78%) tergolong normal, 64

responden (21,3%) tergolong pendek, 2 responden (0,7%) tergolong sangat

pendek. Nilai rata-rata status gizi adalah -1.11, angka ini menunjukkan status

gizi anak sekolah dasar masih dalam batas normal (>-2 SD).

Tabel 6.9. Distribusi status gizi berdasarkan IMT/U

IMT/U N = 300 PERSEN (%)

Normal ( ≥-2 SD - ≤+2 SD) 242 80,7

Kurus (≥-3 SD - <-2 SD) 34 11,3

Sangat kurus (<-3 SD) 13 4,3

Gemuk (>+2 SD) 11 3,7

  TOTAL   300   100  

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi status gizi berdasarkan berat

badan tinggi badan menurut umur dimana 242 responden (80,7%) tergolong

normal, 34 responden (11,3%) tergolong kurus, 13 responden (4,3%) sangat

kurus dan 11 responden (3,7%) tergolong gemuk. Nilai rata-rata status gizi

adalah -0,69, angka ini menunjukkan status gizi anak sekolah dasar masih

dalam batas normal (≥-2 SD - ≤+2 SD).

Page 12: Bab 6 Hasil Pembahasan

VI.1.7. Crosstabulation

Tabel 6.10.Crosstabulation Distribusi Jenis Kelamin Dengan Infeksi Kecacingan

Jenis Kelamin

 

INFEKSI CACING

 

TOTALPositif Tunggal

Positif Campuran

Negatif

N % N % N % N %

Laki-laki 

40 48,19 0 0 43 51,80 

83 100

Perempuan 29 39,18 2 2,70 43 58,10 74 100

TOTAL   69 43,94 2 1,27 86 54,77  157

100

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan jenis kelamin dimana jumlah responden laki-laki yang positif

tunggal sebanyak 48,19% dan jumlah responden perempuan yang positif

tunggal sebanyak 39,18%, sedangkan untuk positif campuran tidak ada

responden laki-laki yang terinfeksi dan jumlah responden perempuan yang

positif campuran sebanyak 2,70 %, kemudian untuk jumlah responden laki-

laki yang negatif sebanyak 51,80% dan jumlah responden perempuan yang

negatif 58,10%.

Tabel 6.11.Crosstabulation Distribusi Umur Dengan Infeksi Kecacingan

UMUR (TAHUN)

 

INFEKSI CACING

 

TOTALPositif Tunggal

Positif Campuran

Negatif

N % N % N % N %

7

 

9 47,36 1 5,26 9 47,36

 

19 100

8 27 50 1 1,85 26 48,14 54 100

9 15 45,45 0 0 18 54,54 33 100

10 16 35,56 0 0 29 64,44 45 100

11 2 33,33 0 0 4 66,66 6 100

TOTAL   69 43,94 2 1,27 86 54,77   157 100

Page 13: Bab 6 Hasil Pembahasan

Pada tabel di atas, dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan umur dimana persentase umur terbanyak yang terinfeksi

khususnya positif tunggal adalah umur 8 tahun (50%), kemudian untuk yang

positif campuran umur 7 tahun (5,26%) dan yang negatif terbanyak pada umur

11 tahun (66,66%). Total responden yang positif tunggal berdasarkan umur

adalah sebanyak 69 responden (43,94%), kemudian untuk yang positif

campuran sebanyak 2 responden (1,27%) dan yang negatif sebanyak 86

responden (54,77%).

Tabel 6.12. Crosstabulation Distribusi Hygiene Perorangan Dengan Infeksi Kecacingan

Hygiene Perorangan

 

INFEKSI CACING

 

TOTALPositif Tunggal

Positif Campuran

Negatif

N % N % N % N %

Baik

 

51 44,73 1 0,87 62 54,38

 

114

100

Cukup 15 51,72 1 3,44 13 44,82 29 100

Kurang 3 21,42 0 0 11 78,57 14 100

TOTAL   69 43,94 2 1,27 86 54,77  157

100

Dari tabel di atas, dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan hygiene perorangan secara umum. Dapat dilihat bahwa responden

yang terinfeksi positif tunggal terbanyak didapatkan pada kategori cukup

sejumlah 51,72%, pada kategori baik sejumlah 44,73% dan kategori kurang

sejumlah 21,42%. Jumlah responden yang positif campuran terbanyak

didapatkan pada kategori cukup sejumlah 3,44%, dan pada kategori baik

sejumlah 0,87%. Jumlah responden yang negatif terbanyak didapatkan pada

Page 14: Bab 6 Hasil Pembahasan

kategori kurang sejumlah 78,57%, kemudian kategori baik 54,38% dan pada

kategori cukup sejumlah 44,82%. Tidak terdapat responden yang positif

campuran pada kategori kurang.

Tabel 6.13. Crosstabulation Distribusi Sanitasi Lingkungan Dengan Infeksi Kecacingan

Sanitasi Lingkungan

 

INFEKSI CACING

 

TOTALPositif Tunggal

Positif Campuran

Negatif

N % N % N % N %

Baik

 

59

43,06 2 1,45 76 55,47

 

137

100

Cukup 8 57,14 0 0 6 42,85 14 100

Kurang 2 33,33 0 0 4 66,66 6 100

TOTAL   69

43,94 2 1,27 86 54,77  157

100

Dari tabel di atas, dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan sanitasi lingkungan secara umum. Dapat dilihat bahwa responden

yang terinfeksi positif tunggal terbanyak didapatkan pada kategori cukup

sejumlah 57,14%, pada kategori baik sejumlah 43,06% dan kategori kurang

sejumlah 33,33%. Jumlah responden yang positif campuran terbanyak

didapatkan pada kategori baik sejumlah 1,45%. Jumlah responden yang

negatif terbanyak didapatkan pada kategori kurang sejumlah 66,66%,

kemudian kategori baik 55,47% dan pada kategori cukup sejumlah 42,85%.

Tidak terdapat responden yang positif campuran pada kategori cukup dan

kurang.

Page 15: Bab 6 Hasil Pembahasan

Tabel 6.14. Crosstabulation Distribusi Infeksi Kecacingan Dengan Status Gizi Berdasarkan TB/U

Infeksi Cacing

Status Gizi Berdasarkan TB/UTOTAL

Normal Pendek Sangat Pendek

N Persen   N Persen   N Persen N PersenPositif Tunggal 55 79,71   12 17,39   2 2,89 69 100

Positif Campuran 0 0 2 100 0 0 2 100Negatif 69 80,23 17 19,76 0 0 86 100TOTAL 124 78,98   31 19,74   2 1,27 157 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat distribusi status gizi tinggi badan (TB)

menurut umur berdasarkan infeksi kecacingan. Dapat dilihat bahwa persentase

status gizi normal terbanyak didapatkan pada kategori negatif sebanyak

80,23%, dan pada positif tunggal sebanyak 79,71%. Jumlah responden yang

status gizi pendek terbanyak didapatkan pada positif campuran sebanyak

100%, kemudian pada positif tunggal sebanyak 17,39% dan negatif sebanyak

19,76%. Jumlah responden yang status gizi sangat pendek terbanyak

didapatkan pada kategori positif tunggal sebanyak 2,89%. Tidak terdapat

responden yang status gizi normal pada positif campuran, dan status gizi

sangat pendek pada positif campuran dan negatif.

Tabel 6.15. Crosstabulation Distribusi Infeksi Kecacingan Dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U

INFEKSI CACING  

STATUS GIZI BERDASARKAN IMT/U

 TOTAL

Gemuk Normal KurusSangat Kurus

N % N % N % N % N %

Positif Tunggal

 

1 1,44 49 71,01 14 20,28 5 7,24

 

69 100

Positif Campuran 0 0 1 50 1 50 0 0 2 100

Negatif 6 6,97 76 88,37 3 3,48 1 1,16 86 100

TOTAL   7 4,45 126 80,25 18 11,46 6 3,82   157 100

Page 16: Bab 6 Hasil Pembahasan

Dari tabel di atas, dapat dilihat distribusi status gizi IMT menurut

umur berdasarkan infeksi kecacingan. Dapat dilihat bahwa responden yang

status gizi gemuk terbanyak didapatkan pada kategori negatif sebanyak

6,97%, dan pada positif tunggal sebanyak 1,44%. Jumlah responden yang

status gizi normal terbanyak didapatkan pada kategori negatif sebanyak

88,37%, kemudian pada positif tunggal sebanyak 71,01% dan pada positif

campuran sebanyak 50%. Jumlah responden yang status gizi kurus terbanyak

didapatkan pada kategori positif tunggal sebanyak 20,28%, kemudian pada

positif campuran sebanyak 50%, dan negatif sebanyak 3,48%. Jumlah

responden yang status gizi sangat kurus terbanyak didapatkan pada positif

tunggal sebanyak 7,24%, dan negatif sebanyak 1,16. Tidak terdapat

responden yang status gizi gemuk dan sangat kurus pada positif campuran.

VI.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 6.1. di atas, dapat kita lihat distribusi jenis kelamin

pada 300 responden murid di SD Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI

Tamalanrea IV bahwa jenis kelamin terbanyak responden adalah laki-laki

sebanyak 160 orang (53,3%), dan responden perempuan sebanyak 140 orang

(46,7%). Jadi responden yang mendominasi anak Sekolah Dasar yaitu laki-

laki sebesar 53,3%. Walaupun responden di tempat penelitian ini lebih banyak

laki-laki, namun dalam kenyataannya tidak selalu laki-laki mengalami infeksi

kecacingan lebih banyak dari anak perempuan (Sandjaja, 2007)

Page 17: Bab 6 Hasil Pembahasan

Pada kolom umur dapat kita lihat bahwa umur terbanyak responden

adalah umur 8 tahun sebanyak 94 responden (31,3%), diikuti dengan umur 9

tahun sebanyak 75 responden (25%), kemudian umur 10 tahun sebanyak 73

responden (24,3%) dan 7 tahun sebanyak 42 responden (14%), dan terakhir

umur 11 tahun sebanyak 16 responden (5,3%). Hal ini sesuai dengan literatur

yang menyebutkan bahwa kisaran umur murid sekolah dasar kelas dua adalah

berumur 7-8 tahun, kelas tiga kisaran umur antara 8-9 tahun, kelas empat

mempunyai kisaran umur antara 9-10 tahun dan kelas lima mempunyai

kisaran antara 10-11 tahun. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Depkes

(2004) bahwa penyakit kecacingan sering dijumpai pada usia anak pra

Sekolah dan Sekolah Dasar yang berumur berkisar 5-15 tahun (Depkes RI,

2004).

Dari tabel 6.2. dapat dilihat hygiene perorangan pada 300 responden

dimana pada kolom kebiasaan memakai alas kaki jika keluar rumah, jawaban

terbanyak adalah ya sebanyak 259 responden (86,3%), kemudian yang

menjawab kadang-kadang sebanyak 31 responden (10,3%), dan yang

menjawab tidak sebanyak 10 responden (3,3%). Untuk kolom kebiasaan

memakai sepatu saat istirahat sekolah, jawaban terbanyak adalah ya sebanyak

242 responden (80,7%), kemudian yang menjawab kadang-kadang sebanyak

37 responden (12,3%), dan yang menjawab tidak sebanyak 21 responden

(7%). Hal ini sudah termasuk baik dalam hal memelihara hygiene perorangan

dimana menurut literature menggunakan alas kaki dapat melindungi kaki dari

Page 18: Bab 6 Hasil Pembahasan

cedera yang dapat melukai kaki dan kotoran yang dapat melekat dan dapat

pula mencegah masuknya jenis cacing yang bisa menembus kulit.

Pada kolom kebiasaan bermain dilantai, jawaban terbanyak adalah

kadang-kadang sebanyak 119 responden (39,7%), kemudian yang menjawab

ya sebanyak 105 responden (35%) dan sebanyak 76 responden (25,3%)

menjawab tidak. Hal ini kemungkinan kebanyakan jenis permainan usia anak

sekolah dasar lebih banyak di lantai oleh karena itu mereka lebih senang

bermain dilantai.

Pada kolom cuci tangan dan kaki setelah bermain, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 233 responden (77,7%), kemudian yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 48 responden (16%), dan yang menjawab tidak

sebanyak 19 responden (6,3%). Pada kolom cuci tangan sebelum makan,

jawaban terbanyak adalah ya sebanyak 281 responden (93,7%), kemudian

yang menjawab kadang-kadang sebanyak 17 responden (5,7%), dan yang

menjawab tidak sebanyak 2 responden (0,7%). Pada kolom cuci tangan

dengan sabun sebelum makan, jawaban terbanyak adalah ya sebanyak 264

responden (88%), kemudian yang menjawab kadang-kadang sebanyak 24

responden (8%), dan yang menjawab tidak sebanyak 12 responden (4%).

Untuk kolom cuci tangan setelah buang air besar, jawaban terbanyak adalah

ya sebanyak 280 responden (93,3%), kemudian yang menjawab kadang-

kadang sebanyak 10 responden (3,3%), dan yang menjawab tidak sebanyak 10

responden (3,3%). Pada kolom cuci tangan dengan sabun setelah buang air

besar, jawaban terbanyak adalah ya sebanyak 274 responden (91,3%),

Page 19: Bab 6 Hasil Pembahasan

kemudian yang menjawab kadang-kadang sebanyak 18 responden (6%), dan

yang menjawab tidak sebanyak 8 responden (2,7%). Dari kelima kolom diatas

semua berhubungan dengan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

aktivitas, dan jawaban terbanyak responden adalah ya. Berdasarkan literature,

mencuci tangan sebelum atau setelah melakukan aktivitas baik itu setelah

bermain, sebelum makan, atau setelah buang air besar sangat baik untuk

membersihkan tangan dari kotoran yang melekat dan bakteri-bakteri yang ada

di tangan sehingga dapat menurunkan angka kejadian suatu penyakit menular.

Untuk kolom memotong kuku setiap minggu, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 212 responden (70,7%), kemudian yang menjawab

kadang-kadang sebanyak 66 responden (22%), dan yang menjawab tidak

sebanyak 22 responden (7,3%). Menurut literature, memotong kuku sebaiknya

dilakukan seminggu sekali atau pada saat kuku sudah terllihat panjang dan

mengganggu aktifitas. Hal ini sudah sesuai dengan kebiasaan memotong kuku

setiap minggu, dimana jawaban terbanyak responden adalah ya.

Pada kolom kebiasaan menggigit kuku, jawaban terbanyak adalah

tidak sebanyak 258 responden (86%), kemudian yang menjawab kadang-

kadang sebanyak 28 responden (9,3%), dan yang menjawab ya sebanyak 14

responden (4,7%). Berdasarkan literature, kebiasaan menggigit kuku dapat

meningkatkan angka kejadian penyakit menular, karena dikuku banyak sekali

terdapat kotoran atau bakteri. Hal ini sudah termasuk kebiasaan baik dalam

hal pemeliharaan hygiene perorangan karena kebanyakan responden tidak

memiliki kebiasaan menggigit kuku.

Page 20: Bab 6 Hasil Pembahasan

Untuk kolom observasi kuku, terbanyak adalah pendek bersih

sebanyak 200 responden (66,7%), kemudian pendek kotor sebanyak 59

responden (19,7%), dan untuk panjang kotor sebanyak 41 responden (13,7%).

Hal ini sudah termasuk baik dalam hal memelihara hygiene perorangan

dimana menurut literature kuku yang pendek bersih dapat mengurangi angka

kejadian penyakit menular.

Dari tabel 6.3. di atas, dapat kita lihat hygiene perorangan secara

umum pada 300 responden dimana yang terbanyak adalah kategori baik

sebanyak 223 responden (74,3%), kemudian 51 responden (17%) termasuk

kategori cukup, dan 26 responden (8,7%) termasuk kategori kurang. Dari

uraian diatas diketahui bahwa aspek pembentukan perilaku anak pada anak

Sekolah Dasar, terutama perilaku hidup bersih sehat sebagian besar dalam

kategori baik. Hal ini sudah sangat baik dalam hal pemeliharaan hygiene

perorangan.

Dari tabel 6.4. diatas, dapat dilihat sanitasi lingkungan pada 300

responden dimana pada kolom mempunyai jamban keluarga, sebanyak 300

responden (100%) menjawab ya. Hal ini sudah memenuhi persyaratan sanitasi

lingkungan, dimana semua responden memiliki jamban atau tempat buang air

besar.

Pada kolom jenis jamban, terbanyak adalah memiliki kloset jongkok

sebanyak 273 responden (91%), dan 27 responden (9%) memiliki jamban

cemplung. Dapat dilihat perbandingan yang cukup besar antara responden

yang memiliki kloset jongkok dengan responden yang memiliki jamban

Page 21: Bab 6 Hasil Pembahasan

cemplung. Hal ini sudah termasuk baik dan memenuhi syarat sanitasi

lingkungan.

Untuk kolom diwc selalu tersedia air yang cukup, jawaban terbanyak

adalah ya sebanyak 269 responden (89,7%), kemudian 27 responden (9%)

menjawab kadang-kadang dan 4 responden (1,3%) menjawab tidak. Hal ini

sudah termasuk baik dalam hal pemeliharaan sanitasi lingkungan.

Pada kolom wc selalu bersih, jawaban terbanyak adalah ya sebanyak

258 responden (86%), kemudian 33 responden (11%) menjawab kadang-

kadang, dan 9 responden (3%) menjawab tidak. Hal ini sudah termasuk baik

dalam hal memelihara sanitasi lingkungan dimana wc yang selalu bersih dapat

mengurangi penyebaran bakteri yang dapat menimbulkan suatu penyakit.

Pada kolom jenis lantai rumah, yang terbanyak adalah tegel/keramik

yaitu sebanyak 229 responden (76,3%), kemudian jenis lantai semen sebanyak

63 responden (21%), dan jenis lantai tanah sebanyak 8 responden (2,7%). Hal

ini sudah sangat baik dimana lantai dengan bahan tegel atau keramik terlihat

lebih bersih dan lebih mudah dibersihkan.

Untuk kolom kondisi lantai rumah, yang terbanyak adalah kondisi

lantai kering, mudah dibersihkan yaitu sebanyak 286 responden (95,3%) dan

yang memiliki kondisi lantai basah, sulit dibersihkan sebanyak 14 responden

(4,7%). Hal ini sesuai dengan banyaknya jumlah responden yang memiliki

jenis lantai rumah keramik, sehingga rata-rata kondisi lantai rumah responden

kering dan mudah dibersihkan.

Page 22: Bab 6 Hasil Pembahasan

Untuk kolom frekuensi membersihkan lantai rumah, yang terbanyak

adalah lebih dari atau sama dengan dua kali yaitu sebanyak 205 responden

(68,3%) dan kurang dari dua kali sebanyak 95 responden (31,7%). Hal ini

sudah termasuk baik dalam pemeliharaan kesehatan, karena lebih sering kita

membersihkan rumah maka penularan penularan penyakit akan lebih

berkurang.

Dari tabel 6.5. di atas, dapat kita lihat sanitasi lingkungan secara umum

pada 300 responden dimana yang terbanyak adalah kategori baik sebanyak

272 responden (90,7%), kemudian 20 responden (6,7%) termasuk kategori

cukup, dan 8 responden (2,7%) termasuk kategori kurang. Dari uraian diatas

diketahui bahwa aspek sanitasi lingkungan pada anak Sekolah Dasar sebagian

besar dalam kategori baik. Hal ini sudah sangat baik dalam pemeliharaan

sanitasi lingkungan.

Dari tabel 6.6. di atas, dapat kita lihat prevalensi infeksi kecacingan,

tetapi hanya terdapat 157 responden yang fesesnya dapat diperiksa.

Selebihnya 143 responden tidak mengembalikan pot atau wadah tempat feses

yang diberikan dengan berbagai alasan, seperti lupa membawa, dilarang oleh

orang tuanya, pot nya hilang, dan alasan yang paling banyak adalah karena

jijik. Pada 157 responden yang terbanyak adalah negative sebanyak 86

responden (54,8%), kemudian yang terinfeksi positif tunggal sebanyak 69

responden (43,9%), dan positif campuran sebanyak 2 responden (1,3%).

Page 23: Bab 6 Hasil Pembahasan

Hasil penelitian Ginting, (2003) dengan desain cross sectional dari 120

anak Sekolah Dasar di 5 SD Kabupaten Karo menemukan bahwa prevalensi

kecacingan sebesar 70%.

Hasil penelitian Dly Zukhriadi (2008) dengan desain cross sectional di

tiga

Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sibolga Kota menemukan bahwa prevalensi

kecacingan sebesar 55,8%.

Hasil penelitian Agustaria Ginting (2009) pada 202 sampel anak

Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir,

menemukan bahwa prevalensi kecacingan sebesar 56,40%.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa bila

dibandingkan dengan angka Nasional infeksi kecacingan yaitu < 10%

(Depkes, 2004), maka angka ini masih sangat tinggi, hal ini menunjukkan

bahwa rendahnya upaya pencegahan infeksi kecacingan pada anak Sekolah

Dasar.

Perbedaan infeksi kecacingan pada masing-masing daerah disebabkan

oleh adanya perbedaan faktor resiko di beberapa lokasi penelitian, terutama

yang berhubungan dengan kondisi sanitasi lingkungan, higiene perorangan,

umur penduduk dan kondisi alam atau geografi (Gandahusada, 2003).

Dari tabel 6.7. diatas dapat dilihat distribusi status gizi berdasarkan

berat badan menurut umur dimana 153 responden (72,2%) tergolong status

gizi baik, 42 responden (19,8%) status gizi kurang, 13 responden (6,1%)

mengalami gizi buruk, dan 4 responden (1.9%) tergolong status gizi lebih.

Page 24: Bab 6 Hasil Pembahasan

Nilai rata-rata status gizi anak sekolah dasar adalah -1.21, angka ini

menunjukkan status gizi anak sekolah dasar masih dalam keadaan normal (≥-2

SD - ≤+2 SD). Total responden yang dapat dihitung status gizi berdasarkan

berat badan umur adalah 212 responden, sekitar 88 responden tidak dapat

dihitung hal ini disebabkan karena mulai dari umur 10 tahun keatas sudah

tidak dapat dihitung status gizi berdasarkan berat badan menurut umur.

Dari tabel 6.8. diatas dapat dilihat distribusi status gizi berdasarkan

tinggi badan menurut umur dari 300 responden, dimana 234 responden (78%)

tergolong normal, 64 responden (21,3%) tergolong pendek, 2 responden

(0,7%) tergolong sangat pendek. Nilai rata-rata status gizi adalah -1.11, angka

ini menunjukkan status gizi anak sekolah dasar masih dalam batas normal (>-

2 SD).

Dari tabel 6.9. diatas dapat dilihat distribusi status gizi berdasarkan

berat badan tinggi badan menurut umur dimana 242 responden (80,7%)

tergolong normal, 34 responden (11,3%) tergolong kurus, 13 responden

(4,3%) sangat kurus dan 11 responden (3,7%) tergolong gemuk. Nilai rata-rata

status gizi adalah -0,69, angka ini menunjukkan status gizi anak sekolah dasar

masih dalam batas normal (≥-2 SD - ≤+2 SD).

Dari tabel 6.10. di atas dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan jenis kelamin dimana jumlah responden laki-laki yang positif

tunggal sebanyak 48,19% dan jumlah responden perempuan yang positif

tunggal sebanyak 39,18%, sedangkan untuk positif campuran tidak ada

Page 25: Bab 6 Hasil Pembahasan

responden laki-laki yang terinfeksi dan jumlah responden perempuan yang

positif campuran sebanyak 2,70 %, kemudian untuk jumlah responden laki-

laki yang negatif sebanyak 51,80% dan jumlah responden perempuan yang

negatif 58,10%. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa infeksi kecacingan

cenderung pada jenis kelamin laki-laki dari pada jenis kelamin perempuan.

Hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih sering bermain dengan tanah

seperti bermain bola dan bermain kotor-kotoran dibandingkan dengan anak

perempuan. Namun pada dasarnya kejadian kecacingan dapat menginfeksi

setiap jenis kelamin, hal senada dengan pendapat Sandjaja (2007) dalam

bukunya bahwa kejadian kecacingan pada setiap orang tidak membedakan

jenis kelamin manusia (Sandjaja, 2007).

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian kecacingan

pada anak Sekolah Dasar di SD Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI

Tamalanrea IV.

Pada tabel 6.11. di atas, dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan umur dimana persentase umur terbanyak yang terinfeksi

khususnya positif tunggal adalah umur 8 tahun (50%), kemudian untuk yang

positif campuran umur 7 tahun (5,26%) dan yang negatif terbanyak pada umur

11 tahun (66,66%). Total responden yang positif tunggal berdasarkan umur

adalah sebanyak 69 responden (43,94%), kemudian untuk yang positif

campuran sebanyak 2 responden (1,27%) dan yang negatif sebanyak 86

responden (54,77%). Infestasi kecacingan pada penelitian ini ditemukan

Page 26: Bab 6 Hasil Pembahasan

mengenai anak dengan umur lebih tua. Hal ini kurang sesuai dengan beberapa

pernyataan yang mengatakan bahwa frekuensi kecacingan pada anak sekolah

dasar paling banyak ditemukan pada umur yang lebih muda. Hasil yang

berbeda ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya aktifitas bermain pada

anak yang lebih tua, atau karena kurang perhatian dari orang tuanya, dan

kurang pahamnya anak tersebut tentang personal hygiene atau mungkin sudah

paham tetapi tidak diaplikasikan.

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara umur responden dengan kejadian kecacingan

pada anak Sekolah Dasar di SD Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI

Tamalanrea IV.

Dari tabel 6.12. di atas, dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan hygiene perorangan secara umum. Dapat dilihat bahwa responden

yang terinfeksi positif tunggal terbanyak didapatkan pada kategori cukup

sejumlah 51,72%, pada kategori baik sejumlah 44,73% dan kategori kurang

sejumlah 21,42%. Jumlah responden yang positif campuran terbanyak

didapatkan pada kategori cukup sejumlah 3,44%, dan pada kategori baik

sejumlah 0,87%. Jumlah responden yang negatif terbanyak didapatkan pada

kategori kurang sejumlah 78,57%, kemudian kategori baik 54,38% dan pada

kategori cukup sejumlah 44,82%. Tidak terdapat responden yang positif

campuran pada kategori kurang. Infeksi kecacingan dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor salah satunya yaitu faktor kebersihan perorangan. Kebersihan

perorangan khususnya pada usia anak Sekolah Dasar sangat penting

Page 27: Bab 6 Hasil Pembahasan

mengingat pada usia ini infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah sangat

tinggi. Namun hal ini berbeda dari hasil penelitian dengan literature yang

mengatakan bahwa personal higiene yang buruk mengalami infeksi lebih

banyak dari pada anak yang memiliki personal higiene yang baik. Hal yang

berbeda ini mungkin disebabkan karena pengambilan data hanya melalui

kwesioner atau tidak mengobservasi langsung kegiatan personal hygiene anak,

sehingga bisa saja hasil yang didapat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara hygiene perorangan responden dengan

kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di SD Bontoramba I, SDI

Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV.

Dari tabel 6.13. di atas, dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

berdasarkan sanitasi lingkungan secara umum. Dapat dilihat bahwa responden

yang terinfeksi positif tunggal terbanyak didapatkan pada kategori cukup

sejumlah 57,14%, pada kategori baik sejumlah 43,06% dan kategori kurang

sejumlah 33,33%. Jumlah responden yang positif campuran terbanyak

didapatkan pada kategori baik sejumlah 1,45%. Jumlah responden yang

negatif terbanyak didapatkan pada kategori kurang sejumlah 66,66%,

kemudian kategori baik 55,47% dan pada kategori cukup sejumlah 42,85%.

Tidak terdapat responden yang positif campuran pada kategori cukup dan

kurang. Menurut literature, anak dengan sanitasi yang kurang seharusnya

lebih banyak menderita infeksi kecacingan, namun hal ini berbeda dengan

Page 28: Bab 6 Hasil Pembahasan

hasil penelitian. Hasil yang berbeda ini mungkin disebabkan karena

pengambilan data hanya melalui kwesioner atau tidak mengobservasi

langsung , sehingga bisa saja hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan

kenyataan yang ada.

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan responden dengan

kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di SD Bontoramba I, SDI

Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV.

Dari tabel 6.14. di atas, dapat dilihat distribusi status gizi tinggi badan

(TB) menurut umur berdasarkan infeksi kecacingan. Dapat dilihat bahwa

persentase status gizi normal terbanyak didapatkan pada kategori negatif

sebanyak 80,23%, dan pada positif tunggal sebanyak 79,71%. Jumlah

responden yang status gizi pendek terbanyak didapatkan pada positif

campuran sebanyak 100%, kemudian pada positif tunggal sebanyak 17,39%

dan negatif sebanyak 19,76%. Jumlah responden yang status gizi sangat

pendek terbanyak didapatkan pada kategori positif tunggal sebanyak 2,89%.

Tidak terdapat responden yang status gizi normal pada positif campuran, dan

status gizi sangat pendek pada positif campuran dan negatif. Pada positif

tunggal maupun positif campuran terbanyak di temukan pada status gizi

pendek dan sangat pendek, sedangkan negatif terbanyak ditemukan pada

status gizi normal. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa

anak yang terinfeksi cacing baik tunggal maupun campuran akan memiliki

Page 29: Bab 6 Hasil Pembahasan

status gizi pendek atau sangat pendek berdasarkan tinggi badan menurut

umur.

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan tinggi badan menurut

umur dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di SD

Bontoramba I, SDI Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV. Artinya anak

Sekolah Dasar dengan status gizi yang normal kejadian kecacingannya lebih

rendah dibandingkan dengan anak Sekolah Dasar dengan status gizi yang

pendek atau sangat pendek.

Dari tabel 6.15. di atas, dapat dilihat distribusi status gizi IMT menurut

umur berdasarkan infeksi kecacingan. Dapat dilihat bahwa responden yang

status gizi gemuk terbanyak didapatkan pada kategori negatif sebanyak

6,97%, dan pada positif tunggal sebanyak 1,44%. Jumlah responden yang

status gizi normal terbanyak didapatkan pada kategori negatif sebanyak

88,37%, kemudian pada positif tunggal sebanyak 71,01% dan pada positif

campuran sebanyak 50%. Jumlah responden yang status gizi kurus terbanyak

didapatkan pada kategori positif tunggal sebanyak 20,28%, kemudian pada

positif campuran sebanyak 50%, dan negatif sebanyak 3,48%. Jumlah

responden yang status gizi sangat kurus terbanyak didapatkan pada positif

tunggal sebanyak 7,24%, dan negatif sebanyak 1,16. Tidak terdapat

responden yang status gizi gemuk dan sangat kurus pada positif campuran.

Page 30: Bab 6 Hasil Pembahasan

Pada positif tunggal maupun positif campuran terbanyak di temukan

pada status gizi kurus dan sangat kurus, sedangkan negatif terbanyak

ditemukan pada status gizi gemuk dan normal. Hal ini sesuai dengan literatur

yang mengatakan bahwa anak yang terinfeksi cacing baik tunggal maupun

campuran akan memiliki status gizi kurus atau sangat kurus berdasarkan IMT

menurut umur.

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan IMT menurut umur

dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di SD Bontoramba I,

SDI Tamalanrea II dan SDI Tamalanrea IV. Artinya anak Sekolah Dasar

dengan status gizi yang normal kejadian kecacingannya lebih rendah

dibandingkan dengan anak Sekolah Dasar dengan status gizi yang kurus atau

sangat kurus.