BAB III - Hasil & Pembahasan

38
23 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerangka Metodologis 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif, membandingkan dua kelompok individu dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana penelitian dilakukan pada satu waktu terhadap beberapa kelompok (Arikunto, 1996: 82). 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 3. Subjek Penelitian a. Populasi Sumber

description

zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz

Transcript of BAB III - Hasil & Pembahasan

Page 1: BAB III - Hasil & Pembahasan

23

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kerangka Metodologis

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif, membandingkan

dua kelompok individu dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana

penelitian dilakukan pada satu waktu terhadap beberapa kelompok (Arikunto,

1996: 82).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

3. Subjek Penelitian

a. Populasi Sumber

Mahasiswa Jurusan Musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta

b. Kriteria inklusi sebagai berikut :

- Mahasiswa pemain musik klasik dan pop-jazz

- Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed

consent

c. Kriteria esklusi sebagai berikut :

- Skor LMMPI lebih dari sama dengan 10

Page 2: BAB III - Hasil & Pembahasan

24

- Penyakit fisik yang berat

- Pernah mengikuti pelatihan EQ

4. Teknik Sampling

Subjek penelitian ini untuk mahasiswa jurusan musik pemain musik klasik

dan pop-jazz yang diambil dengan menggunakan teknik sampling purposive yang

merupakan pengambilan sampel secara purposive didasarkan suatu pertimbangan

yang dibuat oleh peneliti sendiri. Selanjutnya dilakukan pencuplikan sampling

jenuh terhadap mahasiswa pemain musik Klasik dan Pop-Jazz, dimana seluruh

anggota populasi digunakan sebagai sampel dengan ukuran sampel sebesar

minimal 30 subjek merupakan ukuran sampel minimal pada analisis yang

melibatkan seluruh variabel independen dan sebuah variabel dependen (Sugiyono,

2009: 85).

5. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas : Mahasiswa Jurusan Musik pemain musik

klasik dan pop-jazz

b. Variabel terikat : Kecerdasan emosi

c. Variabel perancu

- Terkendali : Usia, kesehatan fisik, pelatihan EQ

- Tidak terkendali : Pembelajaran EQ, lingkungan, asuhan

orang tua, bimbingan orang tua.

Page 3: BAB III - Hasil & Pembahasan

25

6. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Bebas

Mahasiswa Jurusan Musik dengan variasi mayor, klasik dan pop-jazz yang

minimal sudah menjalani perkuliahan aktif selama dua tahun (angkatan 2012).

Alat pengukuran : Kuesioner

Skala Pengukurannya adalah nominal

b. Variabel Terikat

Kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan untuk

mengenali perasaan baik diri sendiri maupun orang lain dan kemampuan

mengendalikan perasaan dengan baik sehingga mampu mengatasi tuntutan dan

tekanan lingkungan.

Alat pengukuran : Kuesioner

Skala pengukurannya adalah interval

7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket/kuesioner. Angket adalah daftar pertanyaan yang

diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan

permintaan pengguna dengan tujuan mencari informasi yang lengkap mengenai

suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden

memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian

daftar pertanyaan, selain itu responden mengetahui informasi tertentu yang

diminta (Sugiyono, 2009: 142).

Page 4: BAB III - Hasil & Pembahasan

26

Instrumen yang dibutuhkan antara lain:

(L-MMPI) Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory

Tes ini pertama-tama dikembangkan oleh Strake Hathway dan J.C. McKinley

pada tahun 1930-an dan dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1940.

Instrumen ini digunakan untuk menguji kejujuran responden dalam menjawab

pertanyaan yang ada pada kuesioner penelitian. Skala L-MMPI berisi 15 butir

pertanyaan untuk dijawab responden dengan “ya” bila butir pertanyaan dalam L-

MMPI sesuai dengan perasaan dan keadaan responden, dan “tidak” bila tidak

sesuai dengan perasaan dan keadaan responden. Responden dapat

mempertanggung jawabkan kejujurannya bila jawaban “tidak” berjumlah 10 atau

kurang.

Skala Inventori EQ

Pada subyek penelitian dikenalkan skala inventori EQ yang telah disusun

berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi (EQ) yang meliputi kemampuan

mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

orang lain, dan membina hubungan.

Skala pengukuran variabel telah diujicobakan sebelumnya, mengingat untuk

variabel-variabel non fisik sebelum digunakan hendaknya dilakukan uji validasi

dan reabilitas. Skala untuk kuesioner kecerdasan emosi ini telah digunakan oleh

Hermasanti (2009) dalam penelitiannya dengan aitem valid sebanyak 38 aitem dari

45 aitem. Hasil validitas aitem adalah bergerak dari 0,195 – 0,624 dengan hasil

reabilitasnya adalah 0,888. Kuesioner ini terdiri dari dua macam pernyataan, yaitu

pernyataan favourable dan unfavourable. Favourable adalah pernyataan yang

Page 5: BAB III - Hasil & Pembahasan

27

mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur,

sedangkan pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang tidak mendukung atau

tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur.

Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Inventori EQ

Jenis Soal Nomor Soal Jumlah

Favorable1, 2, 3, 4, 5, 9, 10, 11, 12, 18, 19, 20, 21,

26, 27, 28, 29, 34, 35, 36, 37, 3822

Unfavorable6, 7, 8, 13, 14, 15, 16, 17, 22, 23, 24, 25,

30, 31, 32, 3316

Total 38

Dalam pembuatan alat ukur digunakan skala : Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk tiap

subjek didasarkan atas sifat penyataan dan alternatif jawaban yang dipilih. Untuk

pertanyaan yang bersifat favourable:

Sangat Setuju : 4

Setuju : 3

Tidak Setuju : 2

Sangat Tidak Setuju : 1

Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat unfavourable:

Page 6: BAB III - Hasil & Pembahasan

28

Sangat Setuju : 1

Setuju : 2

Tidak Setuju : 3

Sangat Tidak Setuju : 4

Nilai EQ diperoleh dari skor jawaban subjek pada skala EQ. Semakin

tinggi jumlah skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi kecerdasan

emosinya, dan semakin rendah jumlah skor yang diperoleh subyek maka semakin

rendah kecerdasan emosinya.

Page 7: BAB III - Hasil & Pembahasan

29

B. Rancangan Penelitian

Berdasarkan rancangan penelitian di atas, prosedur penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Subjek penelitian masing-masing kelompok mahasiswa pemain musik

klasik dan pop-jazz.

2. Subjek penelitian mengisi biodata.

3. Peneliti membagi kuesioner kepada subjek penelitian dengan teknik

sampling purposive.

Analisis Statistik

Kuesioner EQKuesioner EQ

Formulir biodata+

Kuesioner L-MMPI

Formulir biodata+

Kuesioner L-MMPI

Mahasiswa pemain musik pop-jazz

Mahasiswa pemain musik klasik

Mahasiswa yang akan di uji Kecerdasan Emosinya (EQ)

Page 8: BAB III - Hasil & Pembahasan

30

4. Subjek penelitian mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka

kebohongan sampel. Bila responden menjawab “Tidak” diberi nilai 1

(satu). Bila didapatkan angka lebih besar dari samadengan 10

(sepuluh) maka responden invalid dan dikeluarkan dari sampel

penelitian.

5. Peneliti melakukan restriksi terhadap masing-masing kelompok

dengan menerapkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada hasil

pengisian kuesioner sehingga didapatkan jumlah total akhir sampel

yang memenuhi kriteria tersebut.

6. Dilakukan sampling jenuh pada masing-masing kelompok yang lolos

pada kuesioner L-MMPI, untuk mahasiswa pemain musik klasik dan

pop-jazz sebanyak minimal 30 orang.

7. Responden mengisi kuesioner EQ untuk mengetahui angka kecerdasan

emosi

8. Melakukan analisis data yang diperoleh.

C. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan uji Independent sample t-test, yang digunakan

untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok, dan kemudian diolah

dengan bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS)

17 for windows.

D. Pemaparan Data Penelitian

Pada bagian ini menyajikan hasil penelitian dan interpretasinya sesuai dengan

rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka sajian hasil penelitian yang

dikemukakan berkenaan dengan deskripsi data, yaitu kecerdasan emosi yang

Page 9: BAB III - Hasil & Pembahasan

31

berkaitan dengan pemain musik klasik dan pop-jazz Jurusan Musik Institut Seni

Indonesia Yogyakarta. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada hasil analisis

statistik secara deskriptif maupun inferensial dengan menggunakan SPSS

(Stastical Product and Service Solution).

1. Deskripsi Data Variabel Kecerdasan Emosi Pada Pemain Musik

Klasik

Variabel kecerdasan emosi (EQ) merupakan variabel terikat dalam penelitian

ini. Data variabel ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dalam

bentuk tertutup dengan skala ordinal yang disebarkan pada 30 responden pada

mahasiswa Jurusan Musik ISI Yogyakarta. Dari data yang terkumpul dapat

diketahui :

(1) Skor tertinggi : 148 (5) Modus : 128

(2) Skor terendah : 102 (6) SD : 13,652

(3) Mean : 130,63 (7) Varians : 186,138

(4) Median : 132,50

Untuk mencari jumlah kelas interval digunakan rumus 3,3 x log N (1,48) =

4,87 dibulatkan menjadi 5, sedangkan untuk mencari interval digunakan nilai

tertinggi-nilai terendah dibagi jumlah kelas interval yaitu 148-102 = 46 : 5 = 9,10

dibulatkan menjadi 9.

Distribusi frekuensi data kecerdasan emosional disajikan dalam tabel

berikut:

Page 10: BAB III - Hasil & Pembahasan

32

Tabel 4. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional

Pemain Musik Klasik

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel kecerdasan emosi pada

pemain musik klasik dapat diketahui bahwa nilai EQ yang tertinggi frekuensinya

terletak pada interval 140 – 148 yaitu sebanyak 9 responden (15,00%). Frekuensi

terendah terletak pada interval 102 – 110 yaitu sebanyak 4 responden (6,70%).

Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam histogram sebagai berikut:

Gambar 4.1 Histogram Kecerdasan Emosi (EQ) Pemain Musik Klasik

4 45

89

0

2

4

6

8

10

102-110 11-119 120-129 130-139 140-148

Varian Frekuensi Persen (%)

102 – 110

111 – 119

120 – 129

130 – 139

140 – 148

4

4

5

8

9

6,7

6,7

8,3

13,3

15,0

Total 30 100,00

Page 11: BAB III - Hasil & Pembahasan

33

2. Deskripsi Data Variabel Kecerdasan Emosi Pada Pemain Musik Pop

Jazz

Variabel kecerdasan emosi (EQ) ini dikumpulkan dengan menggunakan

teknik angket dalam bentuk tertutup pada pemain musik pop jazz dengan skala

ordinal yang disebarkan pada 30 responden pada mahasiswa Jurusan Musik ISI

Yogyakarta. Dari data yang terkumpul dapat diketahui :

(1) Skor tertinggi : 140 (5) Modus : 127

(2) Skor terendah : 92 (6) SD : 11,104

(3) Mean : 121,07 (7) Varians : 121,306

(4) Median : 122,50

Untuk mencari jumlah kelas interval digunakan rumus 3,3 x log N (1,48) =

4,87 dibulatkan menjadi 5, sedangkan untuk mencari interval digunakan nilai

tertinggi-nilai terendah dibagi jumlah kelas interval yaitu 140-92 = 48 : 5 = 9,60

dibulatkan menjadi 10.

Distribusi frekuensi data kecerdasan emosional pemain musik pop jazz

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional Pemain Pop Jazz

Varian Frekuensi Persen (%)

92 – 101

102 – 111

112 – 121

122 – 131

1

5

7

14

1,7

8,3

11,7

23,3

Page 12: BAB III - Hasil & Pembahasan

34

132 – 140 3 5,0

Total 30 100,00

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel kecerdasan emosi pada

pemain musik pop-jazz dapat diketahui bahwa nilai EQ yang tertinggi

frekuensinya terletak pada interval 122 – 131 yaitu sebanyak 14 responden

(23,30%). Frekuensi terendah terletak pada interval 92 – 101 yaitu sebanyak 1

responden (1,70%). Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Histogram Kecerdasan Emosi (EQ) Pemain Musik Pop Jazz

3. Uji Prasyarat Analisis

Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran,

selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Sebelum

menggunakan analisis data dengan metode komparasi dilakukan uji normalitas

dan homogenitas. Hasil uji persyaratan analisis data dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

1

5

7

14

3

0

2

4

6

8

10

12

14

92-101 105-111 112-121 122-131 132-140

Page 13: BAB III - Hasil & Pembahasan

35

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari

populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika P > 0,05 maka data yang diperoleh

berdistribusi normal dan apabila P < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi

tidak normal. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Uji Normalitas Data

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pada variabel EQ pemain

musik klasik dan EQ pemain musik pop-jazz mempunyai nilai p > 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua

kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka

apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut

disebabkan perbedaan rata-rata dari EQ. Hasil uji homogenitas data antara

kelompok klasik dan kelompok pop-jazz sebagai berikut:

Variabel z hitung P Keterangan

EQ Klasik

EQ Pop Jazz

0,801

0,672

0.672

0.757

Normal

Normal

Page 14: BAB III - Hasil & Pembahasan

36

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

Kelompok N SD Fhitung Sig.

EQ Klasik 30 13,65

0.2909 0,093EQ Pop Jazz 30 11,01

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang terangkum pada tabel 4.4 diperoleh

nilai Fhitung = 0,2909. Sedangkan nilai signifikansi 0,093, dimana nilai

signifikansi > 0.05, maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa nilai kelompok EQ pemain musik klasik dan kelompok nilai

EQ pemain musik Pop Jazz mempunyai varians yang homogen.

4. Analisis Perbedaan Kecerdasan Emosional

Uji perbedaan antara nilai EQ pemain musik klasik dan EQ pemain musik pop

jazz dilakukan dengan menggunakan uji t tes. Adapun hasil uji perbedaan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Hasil Uji Komparasi antara nilai EQ pemain musik klasik dan EQ

pemain musik jazz.

Nilai EQ N Mean thitung Sig. Keterangan

Klasik

Pop Jazz

30

30

130,63

121,07

2,987 0,004 Ada Perbedaan

Page 15: BAB III - Hasil & Pembahasan

37

Berdasarkan hasil uji komparasi yang terangkum pada tabel 4.5 dengan

analisis statistik t-test antara nilai EQ pemain musik klasik dan nilai EQ pemain

musik pop jazz diperoleh nilai t hitung sebesar 2,987 dan nilai signifikansi 0,004.

Karena nilai signifikansi < 0.05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat

perbedaan yang signifikan antara nilai EQ pemain musik klasik dan nilai EQ

pemain musik pop jazz pada mahasiswa Jurusan Musik ISI Yogyakarta.

5. Analisis Pengaruh Karakter Musik Terhadap Kecerdasan Emosional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai EQ pemain musik klasik dan nilai

EQ pemain musik pop jazz ada perbedaan yang signifikan. Nilai EQ pemain

musik klasik lebih tinggi dibanding dengan EQ pemain musik pop jazz. Dengan

melihat karakter yang dimiliki musik klasik, yaitu mengutamakan keteraturan,

kecermatan serta ketelitian. Harmoni, dinamika, perpaduan bunyi lembut, keras,

agak keras dan sangat keras dengan nada yang turun naik, pemain harus

memainkan karya tersebut sesuai dengan aturan yang tertulis pada repertoar,

dengan kata lain improvisasi tidak berlaku dalam memainkan musik jenis ini

(Hirzi, 2005: 6). Musik klasik juga memiliki aturan yang sangat ketat terhadap

hukum ukuran dan proporsi, apabila satu nada kelebihan atau kekurangan

setengah pitch saja, maka yang didengar adalah nada yang sumbang dan tidak

didengar. Oleh karena itu, dibutuhkan latihan terus menerus dan pembiasaan

dalam menghayati dan menikmati musik sehingga karakter tersebut yang lambat

laun akan membentuk perilaku yang teratur pula.

Page 16: BAB III - Hasil & Pembahasan

38

Hal ini telah diungkapkan oleh Salim (2006:135-136) bahwa ternyata pemain

musik pada orkes klasik lebih sehat dibanding dengan lainnya. Para musisi orkes

modern umumnya sering dilanda rasa gelisah, mudah marah, agresif, sulit tidur,

sakit kepala, dan sering murung. Gejala sindrom tersebut muncul karena para

pemain musik modern mengalami pertentangan dari pakem musik yang pernah

dipelajarinya. Karena banyak nada-nada janggal yang harus didengar dan

dimainkan oleh pemain yang sebelumnya dalam musik klasik. Selain itu, musik

klasik sendiri memiliki kreatif addn memiliki bagian yang identik dengan proses

belajar secara umum. Sebagai contoh, dalam musik klasik terdapat analogi,

melalui persepsi visual, auditori, antisipasi, pemikiran induktif-deduktif, memori,

konsentrasi dan logika. Kemudian, musik klasik juga berpengaruh sebagai alat

untuk meningkatkan dan membantu perkembangan kemampuan kognitif,

penalaran, intelegensi, kreativitas, membaca, bahasa, sosial, perilaku, serta

interaksi sosial.

Dalam penelitian ini, di mana subjek penelitian tidak hanya sebagai pendengar

melainkan sebagai pemain juga, dipercaya bahwa dengan berlatih memainkan alat

musik dapat merekonstruksi otak manusia. Dalam pernyataan tersebut bukan

berarti bahwa seluruh bentuk dan susunan otak berubah secara langsung

melainkan lebih pada merubah kemampuan otak. Hasil dari penelitian Herry

Chunagi pada tahun 1996 dan Siegel (1999) berdasarkan teori neuron menjelaskan

bahwa neuron akan menjadi sirkuit ketika ada rangsangan musik. Rangsangan

tersebut berupa gerakan, sentuhan, maupun suara menyebabkan neuron yang

terpisah bertautan serta mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak

Page 17: BAB III - Hasil & Pembahasan

39

rangsangan musik yang diberikan akan menjadi semakin kompleks jalinan antar

neuron tersebut. Hal ini akan memaksimalkan kinerja otak sebagai dasar

kemampuan matematika, logika, bahasa, dan emosi.

6. Hasil Penelitan

1. Musik Klasik

a. Definisi

Secara umum, musik klasik lebih dikenal luas sebagai musik serius.

Walaupun demikian, secara khusus dalam diskusi etnomusikologi, istilah musik

klasik tidak merujuk pada musik klasik Eropa saja, melainkan juga pada musik-

musik di Asia dan Timur, seperti misalnya musik klasik Persia, India, Tiongkok,

dan lain-lain. Dalam lingkup Musikologi, penggunaan kata ‘klasik’ bisa

mengandung tiga makna. Yang pertama ialah berarti musik kuno, yaitu musik

yang berkembang pada era Yunani kuno (masa Antiquity). Pengertian yang kedua

ialah musik pada era klasik, yang didominasi oleh gaya Wina pada abad ke-13

dengan tiga tokoh komposer terkenal yaitu, Haydn, Mozart dan Beethoven.

Ketiga, kata ‘klasik’ yang diterapkan pada musik klasik saat ini ialah sebagai

musik seni (art music); yang pengertiannya berbeda dengan istilah seni musik

atau musical art (Muttaqin, 2008: 3).

b. Sejarah

Musik klasik pada dasarnya bukan hanya sebatas nama dari salah satu

aliran/jenis musik. Tapi juga istilah luas yang mengacu pada tiga periode musik

yang sangat populer pada zaman itu di Eropa barat. Istilah klasik sendiri diambil

Page 18: BAB III - Hasil & Pembahasan

40

dari nama salah satu periode itu. Tiga periode musik yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Zaman Barok dan Rokoko (Abad 17) 1600 dan 1750

Para komponis musik Barok  membuat perubahan pada notasi musik

dan juga menciptakan cara baru dalam memainkan instrumen musik. Era

musik Barok juga merupakan tonggak dari terciptanya dan diakuinya musik

dalam sebuah opera. Banyak sekali konsep musik dan teknik musik dari

zaman Barok masih dipakai sampai saat ini. Hampir semua dari alat musik

klasik dimainkan dengan sangat baik di zaman ini. Beberapa komponis zaman

Barok yaitu:

- Johann Sebastian Bach

- George Friederich Handel

- Antonio Vivaldi

- Johann Pachelbel

Zaman Klasik (Abad 18)

Musik zaman Klasik lebih ringan, jika dibandingkan dengan musik

pada zaman Barok. Musik pada zaman Klasik ini lebih mudah dan tidak

membingungkan, serta mempunyai tekstur yang jauh lebih jelas. Melodi yang

dimainkan di zaman Klasik ini biasanya lebih pendek dari zaman Barok.

Ukuran orkestra sangat berkembang baik dalam kuantitas maupun kualitas. 

Pada zaman Klasik muncul bentuk komposisi musik yang

disebut sonata dan simfoni. Sonata merupakan suatu karya musik untuk

permainan solo, sedangkan simfoni merupakan suatu karya musik untuk

Page 19: BAB III - Hasil & Pembahasan

41

orkestra. Bentuk simfoni hampir mirip dengan sonata, hanya saja

simfoni biasanya dilengkapi dengan bagian sisipan yang disebut minuet, trio,

dan scherzo.  Adapun beberapa komponis zaman Klasik yaitu:

- Franz Joseph Haydn

- Wolfgang Amadeus Mozart

- Carl Philipp Emanuel Bach 

- Ludwig Van Beethoven

Zaman Romantik (Pertengahan abad 18)

Romantik menggambarkan karya-karya dan komposisi musik yang

lebih bergairah dan jauh lebih ekspresif dari pada zaman-zaman sebelumnya.

Karakteristik utama dari musik Romantik sendiri adalah kebebasan lebih

dalam bentuk musik dan ekspresi emosi serta imajinasi dari komponis. Lalu

ukuran dari orkestra yang menjadi semakin besar dan bahkan bisa disebut

raksasa dibandingkan sebelumnya. Hasil karya dari para komponis juga

menjadi semakin banyak ditemukan variasi dari mulai lagu hingga karya

pendek dengan piano dan diakhiri dengan akhiran yang sangat spektakuler dan

dramatis pada puncaknya. Secara teknik, para pemain musik pada zaman ini

juga mempunyai level sangat tinggi.

Seperti pada zaman Barok dan zaman pada zaman Klasik, di zaman

Romantik juga terdapat beberapa komponis, antara lain:

- Franz Liszt

- Richard Wagner

- F. J. L. Mendelssohn

Page 20: BAB III - Hasil & Pembahasan

42

(Syafiq, 2003: 21-318)

c. Karakter

Musik klasik adalah musik yang mengutamakan keteraturan, kecermatan serta

ketelitian. Harmoni, dinamika, perpaduan bunyi lembut, keras, agak keras dan

sangat keras dengan nada yang turun naik, pemain harus memainkan karya

tersebut sesuai dengan aturan yang tertulis pada repertoar, dengan kata lain

improvisasi tidak berlaku dalam memainkan musik jenis ini. Musik klasik

terkadang terkesan elit, sulit dan pelit. Elit karena penikmatnya hanya kalangan

tertentu dengan jumlah terbatas, sulit karena ketika mendengarkan dan

memainkannya relatif serius, serta pelit karena pendengar dan pemain seperti

mahal senyum (Hirzi, 2005: 6).

2. Musik Jazz

a. Definisi

Jazz disebut sebagai musik Afro-Amerika, berasal dari dan untuk orang kulit

hitam; musik improvisasi, musik yang karakternya dibentuk oleh feel ritmik yang

disebut swing, dan musik yang dipengaruhi oleh Blues (Swed, 2013: 15).

Musik Jazz ini akhirnya dimainkan dan dinikmati hampir di seluruh dunia.

Akar dari musik Jazz sendiri adalah musik Blues. Dari musik Blues ini

menghasilkan musik yang akhirnya disebut dengan Ragtime, dan kemudian dari

hasil inilah Ragtime menjadi akar dari musik Jazz (Adrian, 2010: 20).

Joachim Berendt mendefinisikan jazz sebagai bentuk seni musik yang berasal

dari Amerika Serikat. Musik itu dimainkan oleh orang-orang Afro-Amerika yang

Page 21: BAB III - Hasil & Pembahasan

43

mengkontradiksikan musik Eropa (Berendt, 1981: 317). Berendt berpendapat

bahwa musik Jazz itu berbeda dengan musik Eropa. Musik Jazz memiliki

“hubungan” yang sangat erat terhadap waktu/birama, yang disebut Swing.

Kemudian, Berendt menambahkan bahwa musik Jazz menekankan unsur

spontanitas dalam menciptakan sebuah musik. Hal yang sangat penting dalam

unsur spontanitas musik Jazz adalah improvisasi. Segala hal yang dimainkan oleh

pemain musik Jazz dalam setiap pertunjukannya merupakan cerminan attitude

musisi tersebut.

Travis Jackson mempunyai pendapat lain dalam mendefinisikan musik Jazz.

Jackson berpendat bahwa Jazz merupakan musik yang memiliki beberapa unsur,

yaitu Swinging. Swing ini menjadi suatu ciri khas dari musik Jazz tersebut.

Kemudian unsur lain yaitu improvisasi. Merupakan suatu interaksi antara individu

pemain dalam sebuah kelompok. Unsur lain selanjutnya ialah pengembangan

suara dari masing-masing instrumen untuk menjadi suatu karakter tersendiri

dalam sebuah permainan. Kemudian yang terakhir adalah musik Jazz selalu

terbuka pada kemungkinan-kemungkinan yang ada (Sutro, 2006: 31).

Billy Taylor, seorang musisi Jazz dan musikolog menyatakan bahwa Jazz

adalah “musik Klasiknya orang Amerika”. Pada pernyataan ini dapat disimpulkan

bahwa, Jazz bukan musik Klasik, atau Folk Music, tetapi musik orang Amerika.

Musik Jazz sering dicap sebagai hasil dari produk kreativitas yang sifatnya

demokratis. Maksudnya adalah, musisi memiliki kebebasan untuk mengeksplor

kemampuan masing-masing indvidu. Jazz menekankan pada interaksi dan

Page 22: BAB III - Hasil & Pembahasan

44

kolaborasi, di mana musisi dan komposer memiliki nilai yang sama dalam setiap

pertunjukan.

b. Sejarah

Jazz merupakan asimilasi dari budaya Eropa dan Afrika di mana Amerika

menjadi tempat peleburan kedua budaya tersebut. Orang-orang Eropa bermigrasi

ke Amerika untuk mencapai impian Amerika (American Dream) menjelajahi

samudera membawa harapan dan juga kebudayaan mereka. Sementara itu, orang-

orang Afrika tiba di Amerika bukan atas kemauan mereka sendiri melainkan

mereka diculik atau dijual. Orang-orang Afrika ini pun menjadi budak di

peternakan orang-orang Eropa. Mereka melihat majikan mereka memainkan alat

musik yang dibawa dari Eropa sehingga musik romantik yang sering mereka

dengarkan sedikit banyak mempengaruhi mereka. Ketika alat-alat musik sang

majikan sudah rusak, alat-alat tersebut diberikan kepada para budak. Para budak

tentu saja tidak mendapat pelajaran musik sehingga mereka memainkan alat

musik tersebut berdasarkan apa yang sering mereka dengar dari majikan mereka

tapi dengan intepretasi Afrika. Musik tersebutlah yang lalu menjadi cikal bakal

Jazz. Perpaduan unsur harmoni dari Eropa dan unsur ritmis yang improvisatif dari

Afrika merupakan unsur yang membentuk karakter Jazz (Dahlan, 2009: 25).

Pada awalnya, bagi kaum Negro, ciri khas musiknya ialah ekspresi spontan,

baik untuk menyatakan suatu penderitaan maupun kegairahan untuk menjaga

identitasnya. Apakah musik itu bersifat sebagai hiburan, spiritual, ekspresi

individual (sebagai karya seni), dan sebagainya tidak diperhatikan dan mungkin

tidaklah penting. Sekaligus muncul perkembangan bisnis musik serta media

Page 23: BAB III - Hasil & Pembahasan

45

elektronik, yaitu pada tahun 20-an. Kaum kulit putih secara diam-diam sangat

tertarik pada kekuatan ekspresi musik Negro, akan tetapi saat itu rasisme masih

sangat kuat di Amerika, sehingga perpaduan antara dua aliran, yaitu musik

hiburan “music hall”, “dance hall” dengan musik kaum Negro masih sangat sulit.

Melalui beberapa tahapan terjadi suatu proses pendekatan, di mana kaum Negro

bisa menyesuaikan diri secara kebutuhan musik orang kulit putih, seperti

membaca notasi dan cara berpenampilan, dsb., sedangkan kelompok musik

hiburan orang putih juga berusaha untuk menyesuaikan diri dengan ekspresi dan

bahasa musik kaum Negro (Prier, 2009: 382-383). Perkembangan musik Jazz

antara lain adalah sebagai berikut :

a. Ragtime (1890-1900)

b. New Orleans (1900-1910)

c. Dixieland (1910-1920)

d. Chicago Style (1920-1930)

e. Swing (1930-1940)

f. Bebop (1940-1950)

g. Cool dan Hard Bop (1950-1960)

h. Free Jazz (1960-1970)

i. Fusion (1970)

c. Karakter

Musik jazz merupakan kombinasi dari kultur Afrika dan Eropa, tapi lebih

berkembang di Amerika Serikat. Aliran ini agak unik karena dapat mewujudkan

suara pedesaan dan perkotaan. Musik jazz ini akornya miring-miring, kaya

Page 24: BAB III - Hasil & Pembahasan

46

improvisasi, sinkopasi, dan ritme serta individu memiliki kebebasan untuk

berkreasi sesuai dengan intepretasi individu. Tidak jauh berbeda dengan musik

pop, musik jenis ini juga sama-sama memiliki kekayaan improvisasi, ritme,

harmoni serta kebebasan pemain untuk mengintepretasikan musik ini sesuai

dengan kreativitas individu.Improvisasi, yaitu seni mengomposisi saat bermain,

tanpat notasi tertulis, telah lama dianggap sebagai ciri khas yang membedakan

jazz dengan musik lain. Berbeda dengan musik klasik, musik ini dapat dinikmati

oleh semua kalangan, terkesan santai, dan menghibur. (Hirzi, 2005: 6)

Salah satu elemen yang terdapat di dalam musik Jazz ialah “percakapan”.

Percakapan ini diartikan sebagai bentuk interaksi antar pemain saat bermain

musik dalam suatu pertunjukan. Dari interaksi inilah melahirkan suatu

improviasasi dalam setiap permainannya. Bentuk percakapan ini juga dapat

diartikan sebagai bentuk hubungan masa kini dengan masa lalu. Sebagai contoh,

seorang pianis dalam memainkan musiknya akan sedikit banyak terinsipirasi dan

terpengaruh oleh gaya yang dianut musisi pendahulunya dalam memainkan

sebuah karya (Axelrod, 1999: 12).

Musik Jazz dikatakan berkontradiksi dengan musik Klasik, karena pada musik

jenis ini, improvisasi memiliki peran penting dalam setiap permainannya, baik

dalam rekaman maupun pada setiap live performance. Improvisasi berarti setiap

musisi memiliki kebebasan dalam memainkan karya tersebut sesuai dengan

interpretasi yang mereka miliki. Dalam setiap permainan karya contohnya, saat

mereka memainkan suatu lagu pada satu pertunjukan, maka ketika mereka

memainkan pada pertunjukan lain dengan lagu yang sama, biasanya mood atau

Page 25: BAB III - Hasil & Pembahasan

47

chord yang mereka mainkan tidak lah sama. Permainan mereka akan terus

berbeda sesuai dengan interpretasi sang musisi ketika itu. Lain halnya dengan

musik Klasik, di mana pada musik jenis tidak mengenal improvisasi. Setiap

pemain harus memainkan karya sama persis seperti apa yang tertulis di partitur

masing-masing.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh karakter musik

klasik dan pop-jazz terhadap perbedaan kecerdasaan emosi mahasiswa. Seperti

yang telah disampainkan di atas, dari perhitungan uji perbedaan diperoleh

perbedaan signifikan antar kedua jenis musik tersebut, di mana mahasiswa pemain

musik klasik memperoleh nilai yang lebih tinggi di banding mahasiswa pemain

musik pop-jazz. Berdasarkan karakter umum kedua jenis musik inilah yang

peneliti percaya memberi dampak terhadap perbedaan tersebut.