Bab IV-hasil pembahasan 4
Transcript of Bab IV-hasil pembahasan 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian sistem dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan
dari perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing
subsistem dari perangkat, sehingga dapat dianalisa dan disimpulkan apakah
perangkat sesuai dengan yang diharapkan. Adapun pengujian yang dilakukan
antara lain :
1. Pengujian pengukuran periode dan frekuensi sinyal pada EPS (input
perangkat injeksi bahan bakar).
a. Pengujian rangkaian sensor.
b. Pengujian rangkaian komparator.
c. Pengujian rangkaian Engine Position Sensor (EPS).
2. Pengujian sub-sistem perangkat injeksi bahan bakar, diantaranya:
a. Pengujian Rangkaian Frequency to Voltage (F to V).
b. Pengujian LCD.
c. Pengujian output mikrokontroller untuk injeksi bahan bakar pada
perangkat injeksi bahan bakar.
d. Pengujian power transistor injeksi bahan bakar.
3. Pengujian sistem perangkat injeksi bahan bakar.
67
A. Pengujian pengukuran periode dan frekuensi sinyal pada EPS (input
perangkat injeksi bahan bakar)
Rangkaian EPS pada sistem pengapian mesin otomotif digunakan untuk
memberikan sinyal pemicu kepada CDI atau ECU. Sinyal tersebut memiliki
periode dan frekuensi bervariasi menyesuaikan dengan RPM mesin yang sedang
berlangsung. Idealnya, nilai periode akan menurun dan frekuensi akan meningkat
ketika RPM mesin meningkat. Begitu pula dengan keadaan sebaliknya.
a. Pengujian rangkaian sensor
Rangkaian sensor yang dirancang terdapat 2 buah. Sensor yang pertama
mendeteksi sinyal pengapian mesin kendaraan bermotor, sedangkan sensor
kedua mendeteksi sinyal pengapian pada silinder nomor 1. Pada pengujian
terdapat 2 kondisi yaitu terang dan gelap, dimana kondisi terang adalah pada
saat cahaya LED IR mengenai phototransisitor sedangkan kondisi gelap
adalah pada saat cahaya LED IR tidak mengenai phototransisitor. Pengujian
yang dilakukan merujuk pada gambar 26.
Pada Tabel 7. terlihat adanya perbedaan output tegangan keluaran antara
kondisi terang dan gelap. Saat terang tegangan keluaran kedua sensor
menghasilkan tegangan yang bernilai sekitar +11.4 Volt, lalu kondisi gelap
tegangan keluaran yang dihasilkan kedua sensor memiliki perbedaan dimana
sensor 1 bernilai sekitar +0.15 mVolt sedangkan sensor 2 bernilai sekitar +1.5
Volt. Hal ini disebabkan karena pada saat gelap sensor 2 masih terdapat
cahaya luar yang masuk dan mengenai phototransisitor sehingga walaupun
tidak terdapat lubang untuk meneruskan cahaya yang bersumber dari LED IR
68
phototransistor tetap terbias cahaya luar yang menyebabkan nilai tegangan
keluaran pada saat gelap lebih besar dari sensor 1. Akan tetapi hal ini tidak
berpengaruh terhadap rancangan EPS yang telah dibuat, karena keluaran dari
sensor akan masuk kerangkaian komparator telebih dahulu sebelum diproses
pada rangkaian mikrokontroller.
Tabel 7. Pengukuran output rangkaian sensor
Sensor 1 Sensor 2 KondisiVout 1 (Volt) Vout 2 (Volt)
11.47 11.45 Terang0.1518 1.559 Gelap11.47 11.44 Terang0.1516 1.557 Gelap11.47 11.43 Terang0.1516 1.555 Gelap11.46 11.43 Terang0.1505 1.545 Gelap11.45 11.42 Terang0.1505 1.554 Gelap
b. Pengujian rangkaian komparator
Output sinyal pengapian sensor EPS ternyata tidak selalu memiliki tingkatan
amplitudo sinyal yang selalu ideal berada pada 12 volt dan 0 volt. Tingkatan
amplitudo yang tidak ideal ini tidak dapat diukur dengan baik oleh instrumen
pada perangkat injeksi bahan bakar, terlebih lagi tidak dapat diproses secara
optimal oleh mikrokontroler. Rangkaian komparator sebagai sub-sistem
perangkat injeksi bahan bakar berfungsi memperbaiki tingkatan nilai
amplitudo sinyal, yakni amplitudo minimal 0 Volt dan maksimal 12 Volt.
Tujuannya ialah agar sinyal impuls pengapian dapat diproses oleh sub-sistem
lain pada perangkat injeksi bahan bakar. Komponen utama pada rangkaian
69
komparator ini berupa sebuah IC operational amplifier (op-amp), yakni IC
LM324.
Prinsip kerja rangkaian komparator pada perangkat injeksi bahan bakar ialah
membandingkan dua amplitudo sinyal input, yakni antara input positif (Vin)
dari sensor dengan input negatif (Vout) hasil dari pembagi tegangan variabel
pada potensiometer. Secara sederhana dapat dijelaskan, ketika nilai amplitudo
pada Vin lebih besar dibandingkan nilai amplitudo Vref maka Vout idealnya
akan memiliki nilai amplitudo sebesar tegangan batas atas (+12 Volt), dan
ketika nilai amplitudo pada Vin lebih kecil dibandingkan nilai amplitudo Vref
maka Vout idealnya akan memiliki nilai amplitudo sebesar tegangan batas
bawah (0 Volt).
Pada pengujian rangkaian komparator ini merujuk pada gambar 27. Pertama-
tama mengatur amplitudo Vref di antara 2 Volt – 9 Volt. Hal ini bertujuan
ketika Vin berada sedikit di bawah Vref maka Vout akan bernilai 0 Volt, dan
ketika Vin berada sedikit di atas Vref maka Vout akan bernilai +12 Volt. Hasil
pemrosesan rangkaian komparator diamati pada tampilan osiloskop. Gambar
37, merupakan hasil dari pemrosesan sinyal sensor 1 rangkaian komparator
yang diperoleh pada beberapa nilai rotasi mesin (RPM) tertentu, dimana tiap-
tiapnya memiliki dua buah sinyal, yakni sinyal input Vin1 sensor 1 (tampilan
sisi atas) dan sinyal output Vout1 komparator 1 (tampilan sisi bawah). Terlihat
bahwa output rangkaian komparator memiliki bentuk sinyal yang lebih baik
dimana sinyal berbentuk sinyal kotak yang dapat diproses pada sistem digital.
70
(a) (b)
(c) (d) Gambar 37. Sinyal keluaran pada sensor 1 rangkaian komparator 1
(a) 1530 RPM (c) 4470 RPM(b) 3150 RPM (d) 6280 RPM
Nilai amplitudo minimum Vout telah sesuai dengan nilai tegangan batas
bawah, yakni 0 Volt. Namun, nilai amplitudo maksimum Vout kurang sesuai
dengan nilai tegangan batas atas (+12 Volt). Pada tampilan nilai amplitudo
maksimum Vout hanya sekitar +9 Volt. Hal ini dikarenakan tipe op-amp yang
digunakan (IC LM324) bukan khusus untuk penggunaan sebagai komparator,
namun lebih aplikatif untuk penggunaan umum (general operational
amplifier). Walaupun op-amp LM324 ini dapat digunakan sebagai
komparator, tetapi hasil yang diperoleh pada pengujian menjadi kurang
maksimal. Hasil tersebut tidak terlalu menjadi masalah pada sub-sistem yang
71
lain, karena amplitudo maksimum Vout sebesar +9 Volt tersebut akan
diproses menjadi setengahnya pada rangkaian seri resistor sebelum menjadi
masukan sistem perangkat injeksi bahan bakar.
Tabel 8. Pengukuran output rangkaian komparator
Komparator 1 Komparator 2
KondisiVref 1 (Volt)
Vin 1 (Volt)
Vout 1 (Volt)
Vref 2 (Volt)
Vin 2 (Volt)
Vout 2 (Volt)
4.8 11.14 9.28 4.85 11.22 9.68 Terang4.8 0.1608 0.215 4.85 0.947 0.529 Gelap4.81 11.17 9.28 4.85 11.21 9.68 Terang4.8 0.1583 0.252 4.85 0.946 0.537 Gelap4.8 11.18 9.28 4.85 11.21 9.68 Terang4.8 0.1562 0.252 4.85 0.953 0.541 Gelap4.8 11.23 9.28 4.85 11.21 9.68 Terang4.8 0.1582 0.252 4.85 0.947 0.539 Gelap4.8 11.2 9.28 4.85 11.23 9.68 Terang4.8 0.1558 0.252 4.85 0.94 0.531 Gelap
c. Pengujian rangkaian EPS
Rangkaian EPS yang dirancang adalah gabungan antara rangkaian sensor dan
rangkaian komparator, rangkaian EPS memiliki 2 buah sinyal keluaran. Sinyal
pertama merupakan sinyal pengapian pada kendaraan bermotor. Sinyal
pertama ini digunakan untuk masukan mikrokontroller serta rangkaian F to V
yang berfungsi agar perangkat injeksi bahan bakar dapat mendeteksi sinyal
pengapian serta kecepatan putaran mesin, Sinyal kedua merupakan sinyal
pengapian pada silinder nomor 1. Sinyal kedua ini digunakan untuk masukan
mikrokontroller perangkat injeksi bahan bakar agar dapat mendeteksi sinyal
pengapian pertama. Seperti diketahui bahwa penelitian ini difokuskan pada
jenis mesin kendaraan bermotor 4 silinder, 4 langkah, dan koil pengapian
tunggal. Jadi diperlukan sinyal khusus untuk menentukan sinyal pengapian
72
pertama agar tidak terjadi kesalahan dalam pengapian yang dapat
menyebabkan kegagalan pengapian (missfiring). Melalui persamaan 1 dan
persamaan 2 dapat diketahui hubungan antara frekuensi sinyal, periode sinyal,
dan rotasi mesin (RPM) yang berlangsung. Pengujian rangkaian EPS ini
merujuk pada gambar 28. Hasil keluaran yang diperoleh dari rangkaian EPS
terdapat pada tabel 9.
Tabel 9. Pengukuran dan pengujian output rangkaian EPS
EPS sensor 1 EPS sensor 2
Fout1 (Hz)
Periode hitung (ms)
RPM hitung (RPM)
Fout 2 (Hz)
Periode hitung (ms)
RPM hitung (RPM)
16.2 0.061728395 486 2.02 0.495049505 60.634.32 0.029137529 1029.6 4.25 0.235294118 127.551.9 0.019267823 1557 6.44 0.155279503 193.268.4 0.014619883 2052 8.53 0.117233294 255.983.8 0.011933174 2514 10.55 0.09478673 316.5100.2 0.00998004 3006 12.51 0.079936051 375.3117.2 0.008532423 3516 14.76 0.067750678 442.8139.2 0.007183908 4176 17.14 0.058343057 514.2150.2 0.00665779 4506 18.75 0.053333333 562.5168.5 0.005934718 5055 21.08 0.04743833 632.4185.8 0.005382131 5574 23.21 0.043084877 696.3205.2 0.004873294 6156 25.6 0.0390625 768220.2 0.004541326 6606 27.5 0.036363636 825238.2 0.004198153 7146 29.62 0.033760972 888.6251.5 0.003976143 7545 31.38 0.031867431 941.4
Keterangan:frekuensi ukur = frekuensi terukur pada output EPS
periode hitung =
RPM hitung = ; N = frekunsi ukur; M = 4; B = 1; C = 4
73
(a) (b)Gambar 38. Sinyal output rangkaian EPS
(a) 3015 RPM (b) 4500 RPM
Gambar 38, menunjukkan keluaran dari rangkaian EPS yang diperoleh pada
beberapa nilai rotasi mesin (RPM) tertentu, dimana tiap-tiapnya memiliki dua
buah sinyal, yakni sinyal sensor 1 (tampilan sisi atas) dan sinyal sensor 2
(tampilan sisi bawah). Dapat terlihat bahwa sinyal keluaran dari EPS telah
sesuai dengan yang diinginkan.
B. Pengujian sub-sistem perangkat injeksi bahan bakar
Pengujian sub-sistem perangkat injeksi bahan bakar diantaranya sebagai berikut :
a. Pengujian Rangkaian Frequency to Voltage (F to V)
Perangkat injeksi bahan bakar pada misinya ialah membangkitkan sinyal
pengapian serta sinyal injeksi bahan bakar. Pembangkitan sinyal injeksi bahan
bakar hanya dilakukan pada batasan 0 – 6000 RPM, hal ini bertujuan agar
mesin tidak melebihi putaran maksimum yaitu sebesar 6000 RPM. Untuk itu,
perlu dilakukan monitoring terhadap nilai putaran mesin yang sedang
berlangsung. Monitoring tersebut dilakukan oleh mikrokontroler sebagai
74
pemroses utama. Namun, agar dapat diproses secara digital oleh
mikrokontroler, sebelumnya dibutuhkan sebuah pemroses sinyal yang
berfungsi mengubah besaran frekuensi menjadi besaran tegangan dc analog.
Dimana dalam perangkat ini menggunakan IC LM2917. Tegangan dc analog
ini yang akan diproses mikrokontroler melalui fitur analog to digital converter
(ADC). Rangkaian F to V merupakan rangkaian yang digunakan pada sub-
sistem perangkat injeksi bahan bakar. Fungsinya mengubah besaran frekuensi
sinyal impuls pengapian EPS (Fin) menjadi tegangan dc analog (Vout).
Seperti diketahui nilai frekuensi yang diperoleh berdasarkan RPM mesin yang
berlangsung.
Pada pengujian rangkaian Frequency to Voltage (F to V) ini mengacu pada
gambar 29. Output frekuensi dari EPS yang telah dikondisikan pada rangkaian
komparator akan diproses pada rangkaian frequency to voltage (F to V). Agar
antara frekuensi input dan tegangan output diperoleh perubahan yang linier,
diperlukan kalibrasi terhadap sub-sistem ini. Resistor potensiometer R1
digunakan untuk mengkalibrasi sub-sistem ini. Adapun cara pengkalibrasian
yakni menentukan nilai Fin ± 50 Hz, kemudian mengatur potensiometer R1
hingga Vout bernilai 1 Volt dc (50Hz/V). Ketika sudah terkalibrasi, maka
setiap pengukuran Vout akan meningkat sekitar 1 Volt setiap peningkatan 50
Hz pada Fin. Dalam pengukurannya, dilakukan beberapa pengujian Vout yang
dihasilkan dari Fin yang diberikan. Pengukuran yakni dengan cara mengamati
nilai Fin dan Vout yang sedang berlangsung melalui multimeter digital,
kemudian dilakukan perhitungan matematis untuk melihat perbandingan
75
antara pengukuran dan perhitungan. Perhitungan menggunakan persamaan 6
guna menghitung Vout yang dihasilkan rangkaian F to V. Dilakukan pula
perhitungan menggunakan persamaan 1, guna mengamati hubungan RPM
terhadap Fin.
Tabel 10. Pengolahan data rangkaian frequency to voltage (F to V)
Fin (Hz) Vout (Volt) Vout hitung (Volt) Error RPM hitung (RPM)
19.53 0.432 0.390596406 0.04140 585.934.32 0.718 0.686393685 0.03161 1029.651.2 1.062 1.023990579 0.03801 153667.4 1.38 1.347987598 0.03201 202284.7 1.73 1.693984415 0.03602 2541104.2 2.111 2.083980827 0.02702 3126119.1 2.411 2.381978086 0.02902 3573136.5 2.761 2.729974884 0.03103 4095151.8 3.058 3.035972069 0.02203 4554169.4 3.406 3.38796883 0.01803 5082185.8 3.72 3.715965813 0.00403 5574205.2 4.11 4.103962243 0.00604 6156220.2 4.39 4.403959483 0.01396 6606273.9 4.74 4.757956226 0.01796 8217251.7 5.01 5.033953687 0.02395 7551
Keterangan:Fin ukur = frekuensi terukur pada input rangkaian F to V
RPM hitung = ; N = Fin; M = 4; B = 1; C = 4
VOUT ukur = tegangan output rangkaian F to VVOUT hitung = ; R1 = 53k2 Ω; C1 = 47 nF; VCC = 8 VError = | Vout hitung – Vout |
Dari tabel 10, diperoleh perbandingan utama antara Vout rangkaian F to V
yang terukur dengan Vout perhitungan berdasarkan persamaan 6. Terjadi
perbandingan yang cukup fluktuatif antara keduanya. Beberapa faktor utama
yang menyebabkan ketidakstabilan pada Vout pengukuran, terutama ketika
putaran mesin (RPM) yang sedang berlangsung tidak stabil menghasilkan Fin
76
yang fluktuatif pada rangkaian F to V. Fin yang fluktuatif akan menghasilkan
Vout yang sedikit kurang stabil. Selain itu juga terdapat error yang
membandingkan nilai Vout ukur dan hitung. Nilai error terbesar adalah
0.03801, nilai error ini masih dapat ditoleransi karena tidak terlalu besar. Oleh
karena itu rangkaian Frequency to Voltage (F to V) ini dapat digunakan.
b. Pengujian LCD
Pada pengujian LCD bermaksud untuk menguji keluaran dari mikrokontroler
yang menampilkan kecepatan putaran mesin pada LCD terhadap sinyal
masukan kecepatan putaran mesin. Pada tabel 11. terlihat adanya perbedaan
nilai RPM antara tampilan LCD dengan RPM hitung, karena putaran mesin
yang tidak stabil dimana kecepatan putaran mesin berubah-ubah sehingga
putaran mesin yang tertampil pada LCD berbeda dengan RPM hasil
perhitungan.
Tabel 11. Pengujian LCD
Fin ukur (Hz) Tampilan LCD (RPM) RPM hitung (RPM) Error15.98 465 479.4 14.435.9 1050 1077 2753.4 1590 1602 1269.1 2055 2073 1885.7 2535 2571 36101.8 3015 3054 39118.1 3510 3543 33136.8 4065 4104 39155.2 4590 4656 66171.4 5075 5142 67185.7 5505 5571 66203.9 6030 6117 87221 6525 6630 105
237.7 7050 7131 81250.5 7380 7515 135
Keterangan:
77
Fin ukur = frekuensi terukur pada input rangkaian F to Vtampilan LCD = nilai RPM mesin yang tertampil pada display LCD
RPM hitung = ; N = Fin; M = 4; B = 1; C = 4
Error = | RPM hitung - Tampilan LCD (RPM) |
Pada pengujian LCD terdapat error antara RPM hitung dengan RPM pada
LCD, nilainya bervariasi pada setiap RPM. Nilai error terbesar pada RPM
hitung 7515 RPM sebesar 135, akan tetapi nilai error tersebut masih dibawah
toleransi sebesar 20%. Dimana error 20% pada saat 7515 RPM adalah 1503.
Jadi tampilan RPM pada LCD masih layak untuk digunakan.
c. Pengujian output mikrokontroller untuk injeksi bahan bakar pada perangkat
injeksi bahan bakar.
Pengujian output mikrokontroller untuk injeksi bahan bakar perangkat injeksi
bahan bakar ini dilakukan untuk membandingkan sinyal keluaran antara sinyal
pengapian posisi silinder nomor 1 dan sinyal injeksi bahan bakar posisi
silinder nomor 4. Kedua sinyal memiliki periode dan frekuensi bervariasi
menyesuaikan dengan RPM mesin yang sedang berlangsung, tetapi terdapat
perbedaan antara sinyal pengapian dan sinyal injeksi bahan bakar. Dimana
pada sinyal pengapian nilai periode akan menurun dan frekuensi akan
meningkat ketika RPM mesin meningkat, begitu pula dengan keadaan
sebaliknya. Sedangkan pada sinyal injeksi bahan bakar nilai periode dan
frekuensi akan meningkat ketika RPM mesin meningkat, begitu pula dengan
keadaan sebaliknya. Akan tetapi sinyal injeksi bahan bakar akan terhenti pada
saat kecepatan putaran mesin melebihi 6000 RPM, hal ini berfungsi sebagai
pembatas putaran mesin agar mesin dapat berputar maksimum 6000 RPM.
78
Dengan adanya pembatas putaran maksimum pada mesin bertujuan agar mesin
tidak cepat rusak. Pengujian ini merujuk pada gambar 31.
Tabel 12. Output injeksi bahan bakar perangkat injeksi bahan bakar
Frekuensi EPS 1 (Hz)
Tampilan LCD
(RPM)
Finjeksi 1 (Hz)
Finjeksi 2 (Hz)
Finjeksi 3 (Hz)
Finjeksi 4 (Hz)
18.4 555 4.31 4.51 4.42 4.3633.8 1020 8.7 8.73 8.78 8.7850.8 1530 12.58 12.56 12.51 12.5167.4 2010 16.72 16.6 16.36 16.4885.2 2520 21.09 21.16 21.24 21.1102.3 3065 25.62 25.66 25.66 25.35119.1 3525 29.73 29.71 29.56 34.73138.9 4110 34.72 34.77 34.79 29.55152.1 4515 38.08 38.03 38.21 38.09171.4 5055 42.43 42.68 42.61 42.56187.5 5535 47.05 47.01 47.09 47.01206.8 6030 25.63 25.57 25.41 25.34222.4 6540 0 0 0 0236.2 7005 0 0 0 0246 7230 0 0 0 0
Pada Tabel 12. Terlihat pada saat putaran mesin melebihi 6000 RPM akan
menyebabkan tidak adanya output sinyal bahan bakar. Hal ini sudah sesuai
dengan rancangan awal yang akan membatasi putaran mesin maksimum
sebesar 6000 RPM.
Gambar 39, menunjukkan keluaran injeksi bahan bakar dari rangkaian
electronic fuel injection yang diperoleh pada beberapa nilai rotasi mesin
(RPM) tertentu, dimana tiap-tiapnya memiliki dua buah sinyal, yakni sinyal
injeksi bahan bakar (tampilan sisi atas) dan sinyal pengapian (tampilan sisi
79
bawah). Dapat terlihat bahwa perangkat injeksi bahan bakar yang telah dibuat
mampu menghasilkan output sinyal injeksi bahan bakar yang sesuai dengan
timing pengapian pada mesin kendaraan bermotor.
(a) (b)
(c) (d)Gambar 39. Sinyal injeksi bahan bakar
(a) 1515 RPM (c) 6060 RPM(b) 2070 RPM (d) 6570 RPM
d. Pengujian power transistor injeksi bahan bakar
Pengujian power transistor injeksi bahan bakar ini akan melihat hubungan
antara sinyal masukan dan keluaran dari rangkaian power transistor injeksi
bahan bakar. Pengujian ini merujuk pada gambar 35. Hasil pegujian ini telah
sesuai dengan teori yang terdapat pada tinjauan pustaka.
Tabel 13. Pengujian power transistor injeksi bahan bakar
80
Tampilan LCD
(RPM)
Vin preamp (Volt)
Fin preamp
(Hz)
Vc preamp
(Hz)
Vin amp
(Volt)
Fin amp (Hz)
Vc amp (Hz)
510 0.0183 4 11.81 0.1345 4 11.75975 0.1539 8.41 11.77 0.1581 8.28 11.691440 0.1782 12.76 11.75 0.153 12.25 11.922130 0.1828 17.95 11.73 0.1554 36.21 11.632550 0.2459 21.86 11.7 0.1824 21.68 11.493165 0.3372 27.13 11.68 0.2312 27.1 11.23465 0.375 29.55 11.65 0.2587 29.57 11.143870 0.51 33.11 11.61 0.321 33.1 10.694365 0.666 36.72 11.58 0.41 36.75 10.155235 1.024 44.61 11.53 0.602 44.72 8.845565 0.834 48.53 11.51 0.511 48.3 8.136330 0.1211 0 11.71 0.0047 0 11.716525 0.1281 0 11.7 0.0047 0 11.77020 0.1342 0 11.69 0.0058 0 11.697350 0.1595 0 11.68 0.0064 0 11.68
(a) (b)
(c) (d)Gambar 40. Pengujian power transistor injeksi bahan bakar
(a) 1005 RPM (c) 6065 RPM(b) 1560 RPM (d) 6540 RPM
C. Pengujian sistem perangkat injeksi bahan bakar.
81
Perangkat injeksi bahan bakar sebagai aplikasi sistem kontrol bahan bakar mesin
otomotif dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja mesin dengan membangkitkan
sinyal pengapian dan sinyal injeksi bahan bakar pada setiap proses pembakaran.
Namun, pada pembangkitan sinyal injeksi bahan bakar tersebut hanya aktif pada
batasan 0 – 6000 RPM guna menjaga kinerja mesin agar tidak mengalami
kerusakan. Pada pengujian sistem perangkat injeksi bahan bakar, akan dilihat
bagaimana sesungguhnya aktivitas sistem untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Pengujian sistem merupakan pengujian terhadap gabungan sub-sistem yang
digunakan.
Gambar 41. Blok diagram sistem perangkat injeksi bahan bakar
POWER TRANSISTOR PENGAPIAN
KOMPARATOR 2
BUSI 1 BUSI 2 BUSI 3 BUSI 4
MIKROKONTROLLERSEKUNDER
MIKROKONTROLLERSEKUNDER
POWER TRANSISTOR INJEKSI POWER TRANSISTOR INJEKSI
INJEKTOR 1 INJEKTOR 3 INJEKTOR 2 INJEKTOR 4
LCDEPSKOMPARATOR 1
F to VMIKROKONTROLLER
UTAMA
82
Pengujian sistem ini dilakukan untuk mengamati tanggapan sistem perangkat
injeksi bahan bakar terhadap sinyal dari EPS, sehingga selanjutnya diproses dan
dibangkitkan sinyal pengapian dan sinyal injeksi bahan bakar. Gambar 41. secara
sederhana menggambarkan blok diagram sistem perangkat injeksi bahan bakar
yang telah dirancang. Di dalamnya terdapat rangkaian pengkondisi dan rangkaian
pemroses sehingga sinyal pengapian dan sinyal injeksi bahan bakar dapat
dihasilkan.
Rangkaian komparator sendiri bertugas mengkondisikan amplitudo sinyal input
agar dapat diproses pada sub-sistem lain, tanpa rangkaian ini maka sistem akan
beroperasi kurang optimal. Kemudian rangkaian frequency to voltage (F to V)
mengubah besaran frekuensi yang diperoleh (Fin) menjadi besaran tegangan dc
analog (VOUT). Nilai RPM mesin yang meningkat akan menghasilkan frekuensi
impuls pengapian yang meningkat pula, nilai frekuensi inilah yang perlu
dikonversi ke nilai tegangan analog karena miktrokontoller hanya dapat mengolah
data digital high atau low dan tegangan analog. Mikrokontroler akan menerima 3
input, yakni 2 dari rangkaian komparator dan 1 dari rangkaian F to V. Beberapa
misi utama yang harus dilakukan mikrokontroler, yakni memantau RPM yang
sedang berlangsung melalui fitur ADC serta menampilkan nilai pada LCD,
kemudian mengetahui waktu diterimanya sinyal pengapian dan sinyal pengapian
silinder nomor 1, sehingga mikrokontroler dapat menghasilkan sinyal pengapian
dan sinyal injeksi bahan bakar dengan waktu dan periode yang tepat pada nilai
RPM yang sudah ditentukan. Pada mesin 4-silinder, pengapian akan berlangsung
ketika langkah pergerakan kompresi piston berada pada 12° - 8° sebelum titik
83
mati atas (TMA). Melalui sistem electronic fuel injection, sinyal pengapian dan
sinyal injeksi bahan bakar dihasilkan.
Tabel 12 merupakan data perbandingan perubahan kecepatan putaran mesin
terhadap frekuensi sinyal injeksi bahan bakar. Dari data hasil yang diperoleh,
tampak bahwa sistem perangkat injeksi bahan bakar melakukan monitoring
terhadap nilai RPM yang terukur. Selain melakukan monitoring nilai RPM, sistem
juga diharuskan untuk membangkitkan sinyal pengapian dan sinyal injeksi bahan
bakar pada waktu yang tepat. Input sistem merupakan sinyal pengapian dari EPS.
Sinyal pengapian tersebut belum ideal untuk diproses pada sistem, maka
dikondisikan terlebih dahulu menjadi sinyal kotak dengan amplitudo maksimum
12 Volt dan minimum 0 Volt. Setelah dikondisikan, mikrokontroler akan
mengetahui timing sinyal pengapian yang terjadi secara real-time, baik ketika
berada pada amplitudo maksimum ataupun ketika berada pada amplitudo
minimum.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa fokus penelitian yang dilakukan pada mesin
4-silinder dengan koil pengapian tunggal. Mesin 4 silinder memiliki urutan
pengapian 1 – 3 – 4 – 2, sedangkan untuk urutan injeksi bahan bakar 4 – 2 – 1 – 3.
Untuk menghasilkan output sinyal injeksi bahan bakar akan berpatokan pada
timing pengapian, dimana pada saat silinder 1 mendapatkan sinyal pengapian
silinder 4 mendapatkan sinyal injeksi bahan bakar, pada saat silinder 3
mendapatkan sinyal pengapian silinder 2 mendapatkan sinyal injeksi bahan bakar,
pada saat silinder 4 mendapatkan sinyal pengapian silinder 1 mendapatkan sinyal
84
injeksi bahan bakar, dan pada saat silinder 2 mendapatkan sinyal pengapian
silinder 3 mendapatkan sinyal injeksi bahan bakar. Pada sistem pengapian jenis
ini, frekuensi sinyal pengapian yang dihasilkan oleh EPS akan meningkat ketika
peningkatan nilai RPM mesin dipercepat. Ferkuensi sinyal pengapian yang
meningkat artinya periode sinyal pengapian semakin menurun. Dengan periode
sinyal pengapian yang semakin menurun maka akan semakin memberi sedikit
waktu untuk membangkitkan sinyal pengapian, begitu pula dengan sinyal injeksi
bahan bakar.
Pada sinyal input pengapian memiliki periode yang dapat menggambarkan proses
pembakaran. Periode sinyal yang semakin menurun seiring meningkatnya RPM
mesin akan menyebabkan adanya keterbatasan dalam menghasilkan sinyal output
baik pangapian maupun injeksi bahan bakar, oleh karena itu diperlukan batasan
dalam menghasilkan sinyal output. Pada sinyal pengapian durasi sinyal output
akan sebesar 2 mS pada setiap putaran mesin, sedangkan sinyal injeksi bahan
bakar memiliki durasi yang berbeda-beda sesuai dengan putaran mesin hingga
maksimum ±6000 RPM. Pada saat putaran mesin melebihi ±6000 RPM
perangkat injeksi bahan bakar akan menghentikan sinyal injeksi bahan bakar, hal
ini dikarenakan periode pangapian yang semakin terbatas sehingga sinyal injeksi
tidak memiliki waktu lagi untuk menyelesaikan siklus injeksi bahan bakar serta
menjadi batasan bagi putaran mesin agar tidak mengalami kerusakan. Durasi
sinyal injeksi bahan bakar akan disesuaikan dengan RPM putaran mesin yang
sedang berlangsung, saat putaran mesin semakin tinggi maka durasi sinyal injeksi
bahan bakar akan semakin lama sampai durasi maksimum pada putaran mesin
85
5500 sampai dengan 6000 RPM, begitu pula sebaliknya pada saat RPM semakin
rendah maka durasi bahan bakar akan semakin singkat. Pada perangkat injeksi
bahan bakar yang telah dibuat, sesuai dengan literatur yang telah didapat maka
durasi injeksi bahan bakar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada saat RPM mesin dibawah 1800RPM maka durasinya 2.2 mS
b. Pada saat RPM mesin diantara 1801 sampai 2200RPM maka durasinya 1.5 mS
c. Pada saat RPM mesin diantara 2201 sampai 2500RPM maka durasinya 1.8 mS
d. Pada saat RPM mesin diantara 2501 sampai 3000RPM maka durasinya 2.2 mS
e. Pada saat RPM mesin diantara 3001 sampai 3500RPM maka durasinya 3 mS
f. Pada saat RPM mesin diantara 3501 sampai 4000RPM maka durasinya 4 mS
g. Pada saat RPM mesin diantara 4001 sampai 4500RPM maka durasinya 5 mS
h. Pada saat RPM mesin diantara 4501 sampai 5000RPM maka durasinya 6 mS
i. Pada saat RPM mesin diantara 5001 sampai 5500RPM maka durasinya 7 mS
j. Pada saat RPM mesin diantara 5501 sampai 6000RPM maka durasinya 8 mS
k. Pada saat RPM mesin diatas 6001RPM maka durasinya 0 mS
Mikrokontroler pada perangkat injeksi bahan bakar diprogram sesuai dengan
durasi sinyal yang telah ditentukan, sedangkan output perangkat timing injeksi
bahan bakar akan disesuaikan dengan timing pengapian yang sedang berlangsung.
Pada pengujian sub-sistem yang telah dilakukan telah didapatkan hasil bahwa
86
perangkat telah dapat menghasilkan sinyal output sesuai yang diinginkan. Tabel
14. merupakan hasil pengujian durasi sinyal injeksi bahan bakar yang
menerangkan bahwa perangkat injeksi bahan bakar membangkitkan sinyal injeksi
bahan bakar pada nilai RPM tertentu.
Tabel 14. Durasi sinyal injeksi bahan bakar
Tampilan LCD (RPM)
Durasi injeksi 1 (ms)
Durasi injeksi 2 (ms)
Durasi injeksi 3 (ms)
Durasi injeksi 4 (ms)
540 2.2 2.2 2.2 2.21050 2.2 2.2 2.2 2.21575 2.2 2.2 2.2 2.22070 1.5 1.5 1.5 1.52535 1.8 1.8 1.8 1.83030 2.2 2.2 2.2 2.23570 3 3 3 34080 4 4 4 44565 5 5 5 55070 6 6 6 65595 7 7 7 76010 8 8 8 86540 0 0 0 07020 0 0 0 07410 0 0 0 0
Dari data hasil yang diperoleh, tampak bahwa perangkat injeksi bahan bakar
melakukan monitoring terhadap nilai RPM yang terukur. Ketika nilai RPM berada
diatas ± 6000, maka sistem akan menghentikan pembangkitan sinyal injeksi bahan
bakar. Namun, ketika nilai RPM tersebut berada di bawah ± 6000, maka sistem
akan melakukan pembangkitan sinyal injeksi bahan bakar.
87
(a) (b)
(c) (d)Gambar 42. Sinyal injeksi bahan bakar pada perangkat injeksi bahan bakar
(a) 2070 RPM (c) 5070 RPM(b) 3570 RPM (d) 6540 RPM
Gambar 45. Menunjukkan urutan sinyal injeksi bahan bakar pada tiap silinder.
Urutan timing injeksi yang diperoleh telah sesuai dengan apa yang telah
diharapkan, begitu pula dengan durasi injeksi bahan bakar yang merupakan output
dari perangkat injeksi bahan bakar yang telah dibuat.