4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran...

22
31 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepuluh stasiun pengamatan yaitu : Tanjung Kelapa, Bolok, Pulau Kambing, Hansisi, Tanjung Uikalui,Uiasa 1, Uiasa 2, Otan Pasir Panjang, Paradiso. Lokasi penelitian dibagi dalam 3 kategori keterwakilan terdiri dari : kawasan A (stasiun 1,2), kawasan B (stasiun 3,4,5,6,7 dan 8) dan kawasan C (stasiun 9, 10). Berdasarkan survei dan pengamatan di lapangan maka didapat gambaran umum kondisi pada saat penelitian di masing-masing kawasan sebagai berikut: Kawasan A : merupakan areal dengan aktivitas yang cukup tinggi dimana pada kawasan ini terdapat beberapa pelabuhan yaitu Pelabuhan Umum, Pelabuhan Rakyat, Pelabuhan Perikanan, Pangkalan Utama Angkatan Laut, Pangkalan Polisi Perairan serta Pelabuhan El Nusa. Pengamatan dan pengukuran data dilakukan pada pagi hari keadaan perairan relatif tenang atau tidak bergelombang. Secara visual karang yang dijumpai didominasi jenis karang Acropora dan Non Acropora. Kawasan B : terletak pada Pulau Semau yang berada tepat di depan perairan Teluk Kupang. Pengamatan dan pengukuran data dilakukan pada pagi hari keadaan perairan relatif tenang atau tidak bergelombang. Secara visual karang yang dijumpai didominasi patahan karang (rubble), karang lunak (soft coral) serta pertumbuhan karang Acropora dan Non Acropora. Berdasarkan informasi dengan nelayan setempat daerah ini memiliki tingkat gangguan tinggi dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing) dan bius (potassium sianida). Hal ini didukung dengan areal tersebut yang jauh dari pengawasan aparat. Kawasan C : daerah ini merupakan daerah yang terjangkau oleh masyarakat setempat karena berhadapan langsung dengan pemukiman. Perairan ditandai oleh arus yang tenang, dimana pada saat surut masyarakat setempat berjalan kaki sepanjang pantai untuk memungut hasil/menangkap ikan- ikan yang terperangkap saat air surut. Pengamatan dan pengukuran data dilakukan pada pagi hari keadaan perairan relatif tenang atau tidak bergelombang. Secara visual karang yang dijumpai didominasi pertumbuhan karang Acropora dan Non Acropora serta pertumbuhan alga

Transcript of 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran...

Page 1: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

31

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sepuluh stasiun pengamatan yaitu : Tanjung

Kelapa, Bolok, Pulau Kambing, Hansisi, Tanjung Uikalui,Uiasa 1, Uiasa 2, Otan

Pasir Panjang, Paradiso. Lokasi penelitian dibagi dalam 3 kategori keterwakilan

terdiri dari : kawasan A (stasiun 1,2), kawasan B (stasiun 3,4,5,6,7 dan 8) dan

kawasan C (stasiun 9, 10). Berdasarkan survei dan pengamatan di lapangan

maka didapat gambaran umum kondisi pada saat penelitian di masing-masing

kawasan sebagai berikut:

Kawasan A : merupakan areal dengan aktivitas yang cukup tinggi dimana

pada kawasan ini terdapat beberapa pelabuhan yaitu Pelabuhan Umum,

Pelabuhan Rakyat, Pelabuhan Perikanan, Pangkalan Utama Angkatan Laut,

Pangkalan Polisi Perairan serta Pelabuhan El Nusa. Pengamatan dan

pengukuran data dilakukan pada pagi hari keadaan perairan relatif tenang atau

tidak bergelombang. Secara visual karang yang dijumpai didominasi jenis karang

Acropora dan Non Acropora.

Kawasan B : terletak pada Pulau Semau yang berada tepat di depan

perairan Teluk Kupang. Pengamatan dan pengukuran data dilakukan pada pagi

hari keadaan perairan relatif tenang atau tidak bergelombang. Secara visual

karang yang dijumpai didominasi patahan karang (rubble), karang lunak (soft

coral) serta pertumbuhan karang Acropora dan Non Acropora. Berdasarkan

informasi dengan nelayan setempat daerah ini memiliki tingkat gangguan tinggi

dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing) dan bius

(potassium sianida). Hal ini didukung dengan areal tersebut yang jauh dari

pengawasan aparat.

Kawasan C : daerah ini merupakan daerah yang terjangkau oleh

masyarakat setempat karena berhadapan langsung dengan pemukiman.

Perairan ditandai oleh arus yang tenang, dimana pada saat surut masyarakat

setempat berjalan kaki sepanjang pantai untuk memungut hasil/menangkap ikan-

ikan yang terperangkap saat air surut. Pengamatan dan pengukuran data

dilakukan pada pagi hari keadaan perairan relatif tenang atau tidak

bergelombang. Secara visual karang yang dijumpai didominasi pertumbuhan

karang Acropora dan Non Acropora serta pertumbuhan alga

Page 2: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

32

4.1.2 Kondisi Lingkungan Perairan Kualitas air pada prinsipnya merupakan pencerminan dari kualitas

lingkungan. Air merupakan medium bagi kehidupan organisme perairan. Kualitas

air akan mempengaruhi dan menentukan kemampuan hidup organisme perairan

tersebut. Pengamatan kondisi lingkungan perairan secara umum menunjukkan

hasil yang mendukung bagi kehidupan biota laut dengan kisaran nilai yang

diijinkan menurut KepMen Negara LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air

laut untuk biota laut (Tabel 9)

Tabel 9 Rata-rata nilai kondisi lingkungan perairan

Stasiun Suhu Salinitas Kec Ked TSS pH (°C) % % M mg/l 1 28.00 32.80 100 8.00 14.00 7.30 2 28.00 32.50 100 7.00 14.40 7.30 3 28.00 32.50 90 11.00 12.00 7.40 4 28.00 32.50 90 6.00 20.00 7.40 5 29.00 32.70 100 6.00 15.00 7.80 6 28.00 32.50 100 5.00 13.60 8.20 7 29.00 32.50 100 5.00 13.60 8.20 8 28.00 32.50 100 7.00 14.50 8.50 9 29.00 32.50 90 6.00 13.00 7.50 10 29.00 32.50 90 5.00 13.00 7.50

Rerata 28.40 32.55 96 6.60 14.31 7.70

St dev

± 0.52

±0.11 ± 5.16 ±1.84 ±2.18 ±0.44

Nilai TSS tertinggi terdapat pada stasiun 4 sebesar 20. Tingkat

kekeruhan yang tinggi menyebabkan organisme mengeluarkan banyak energi

untuk menghalau sedimen yang masuk (Supriharyono 2007) sehingga energi

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan berkurang. Akibat dari berkurangnya energi

untuk tumbuh maka organisme tersebut memilih untuk pergi atau mati. Bagi

hewan-hewan yang bersifat bergerak seperti ikan dapat pergi untuk mencari

lingkungan yang lebih baik, namun bagi hewan yang bersifat menetap seperti

karang dan alga cenderung mengalami kematian.

4.1.3 Ekosistem Terumbu karang

Ekosistem terumbu karang di lokasi penelitian berdasarkan substrat dasar

dapat dibagi menjadi komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik pertama

adalah karang hidup. Tutupan karang hidup di lokasi penelitian berkisar antara

Page 3: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

33

4.33% - 49.66% dengan rata-rata tutupan karang hidup adalah 32.17% (Gambar

5). Kondisi karang hidup berdasarkan Gomez & Yap (1988) dapat dikategorikan

buruk sampai sedang. Berdasarkan hasil pengamtan maka tiga stasiun

penelitian termasuk kategori buruk dan tujuh stasiun dengan kategori sedang.

Berdasarkan tutupan karang hidup dapat disimpulkan bahwa kondisi karang

hidup di lokasi penelitian berkategori sedang.

Gambar 5 Rata-rata presentase tutupan dasar untuk kategori biota dan substrat di lokasi penelitian

Tutupan karang keras bervariasi pada stasiun penelitian dengan

persentase tertinggi di stasiun 1 (49.66%) sedangkan persentase terendah di

stasiun 4 sebesar 4.33%. (Lampiran 1). Pada stasiun 4 dengan tutupan karang

keras terendah dijumpai banyak patahan karang (rubble) dan tutupan karang

lunak (soft coral) yang cukup tinggi yaitu 48.00.% dan 45.83%

Biota lain yang berasosiasi dengan ekosisitem terumbu karang juga

ditemukan di semua stasiun penelitian dengan jumlah yang relatif kecil yaitu

sebesar 1.00% - 18.00%. Jumlah pertumbuhan karang muda/rekruitmen dengan

jumlah yang relatif kecil yaitu sebesar 1.33% - 6.24% terlihat pada semua

stasiun kecuali stasiun 4 dan stasiun 5 tidak ditemukan adanya rekruitmen

karang. Tutupan alga pada ditemukan bervariasi pada semua stasiun penelitian

KARANG HIDUP

32%

ALGA 14%

SOFT CORAL27%

BIOTA LAIN9%

RUBBLE13%

SAND5%

Page 4: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

34

Gambar 6 Presentase tutupan dasar untuk kategori biota dan substrat di lokasi penelitian

Gambar 6 menggambarkan presentase tutupan dasar di lokasi penelitian

dimana masing-masing stasiun memiliki presentase tutupan dasar yang cukup

bervariasi. Presentase tutupan karang lunak/soft coral tertinggi di stasiun 5

sebesar 70% dan sebaliknya presentase tutupan soft coral terendah di stasiun 1

dan stasiun 2 dimana masing-masing sebesar 1.3%. Presentase tutupan karang

hidup tertinggi di stasiun 1 sebesar 49.66% dan terendah di stasiun 4 sebesar

4.33 %. Presentase tutupan alga tertinggi di stasiun 2 sebesar 22.67% dan

terendah di stasiun 4 sebesar 1.84 %. Patahan karang mati (rubble) ditemukan di

semua stasiun dengan presentase tutupan tertinggi di stasiun 4 sebesar 48.00%.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tutupan karang lunak/soft coral

yang cukup tinggi pada stasiun penelitian di kawasan B apabila dibandingkan

dengan kedua kawasan lainnya. Gambar 7 memperlihatkan perbandingan

perbandingan presentase tutupan karang hidup, rekruitmen dan soft coral. Pada

stasiun yang memiliki presentase tutupan karang hidup yang tinggi dan

presentase tutupan soft coral yang rendah memliki tingkatan rekruitmen yang

tinggi sedangkan pada stasiun dengan presentase tutupan karang hidup yang

lebih rendah dan presentase tutupan soft coral yang tinggi memiliki tingkatan

rekruitmen yang lebih rendah.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pres

enta

se tu

tpan

(%)

Stasiun pengamatan

KARANG HIDUP ALGA KARANG MATI SOFT CORALBIOTA LAIN RUBBLE SAND

Page 5: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

35

Gambar 7 Presentase tutupan karang hidup, rekruitmen dan karang lunak (soft coral)

4.1.4 Struktur Komunitas Ikan 4.1.4.1 Komposisi Jenis dan Suku Ikan Karang

Berdasarkan Indeks Dominansi, Indeks Keragaman dan Indeks

Keanekaragaman terlihat bahwa komposisi ikan bersifat stabil dengan

keanekaragaman yang tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi dan

tidak ada spesies ikan yang dominan (gambar 8).

Hasil analisis terhadap sensus visual ikan (Underwater Visual Census)

diperoleh total keseluruhan ikan karang yaitu 2262 individu dari 234 jenis yang

masuk ke dalam 37 famili. Jumlah spesies dan individu tertinggi dari famili

Pomacentridae (905 individu, 28 jenis) dengan spesies tertinggi berturut-turut

dari spesies Amblyglyphiddon curacao (91 individu), Pomacentrus moluccensis

(84 individu), Pomacentrus alexanderae (66 individu) Plectroglyphidododn

thoracotaeniatus (57 individu) dan Chrornis ternatensis (51 individu).

Kelimpahan ikan tertinggi di stasiun 2 yaitu 412 individu yang terdiri dari 97

jenis dan 27 famili, kemudian diikuti oleh stasiun 3 yaitu 355 individu yang terdiri

dari 83 jenis dan 25 famili, kemudian stasiun 1 dengan 266 individu yang terdiri

dari 80 jenis dan 23 famili, kemudian stasiun 8 dengan 253 individu yang terdiri

dari 70 jenis dan 18 famili.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pres

enta

se tu

tupa

n (%

)

Stasiun pengamatan

KARANG HIDUP REKRUITMEN SOFT CORAL

Page 6: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

36

Gambar 8 Indeks Dominansi, Indeks Keragaman dan Indeks Keanekaragaman pada masing-masing stasiun penelitian

4.1.4.2 Kelimpahan Jenis dan Suku Ikan Herbivora

Ikan herbivora memiliki peran yang penting sebagai jenis ikan yang

mengontrol pertumbuhan alga di ekosistem terumbu karang. Jumlah total

keseluruhan ikan herbivora yaitu 1145 individu dari 64 jenis yang masuk ke

dalam 4 famili yaitu Pomacentridae, Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae.

Jumlah spesies dan individu tertinggi dari famili Pomacentridae (905 individu, 28

jenis) kemudian Acanthuridae (190 individu,16 jenis), dan Scaridae (23 individu,

6 jenis) serta Siganidae ( 17 individu, 5 jenis). Kelimpahan ikan herbivora

tertinggi di stasiun 2 seiring dengan tingginya nilai tutupan karang hidup

sedangkan kelimpahan ikan herbivora terendah di stasiun 4 dimana tutupan

karang hidup terendah (gambar 9). Famili Pomacentridae ditemukan pada

semua stasiun dengan keanekaragaman yang tinggi dan kelimpahan jenis ikan

yang tinggi. Famili Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae ditemukan pada

semua stasiun dengan keanekaragaman yang relatif rendah dan kelimpahan

jenis yang relatif rendah. Stasiun pengamatan dengan presentase tutupan

karang hidup yang tinggi cendrung memiliki kelimpahan ikan yang lebih tinggi

baik ikan herbivora maupun ikan non herbivora bila dibandingan dengan staiun

pengamatan yang memiliki presentase tutupan karang hidup yang lebih rendah.

0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nila

i

Stasiun pengamatan

Indeks dominansi (D) Indeks keseragaman (E) Indeks keanekaragaman (H')

Page 7: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

37

Gambar 9 Presentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan herbivora

Kehadiran ikan herbivora di semua stasiun menunjukkan perannya yang

besar terhadap keberadaan karang dan kehadirannya dalam memakan alga

sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan alga. Kelimpahan ikan herbivora

meningkat seiring dengan meningkatnya presentase tutupan karang hidup. Hal

ini sesuai dengan fungsinya dlam ekosistem terumbu karang dimana perannya

sebagai pengontrol pertumbuhan alga sehingga sangat penting bagi pemulihan

ekosistem terumbu karang. Hal ini sesuai Grimsditch & Salm (2006) yang

menyatakan bahwa kelompok fungsional penting yang terismewa bagi pemulihan

terumbu karang adalah hewan yang merumput antara lain terdiri dari ikan

herbivora dan bulu babi.

Ikan herbivora famili Pomacentridae ditemukan melimpah pada semua

stasiun. Hal ini sesuai dengan Sale (1991) yang menyatakan bahwa

Pomacentridae merupakan ikan yang menyebar di seluruh perairan dunia dan

tidak banyak mengalami perubahan evolusi dalam kehidupannya. Hal ini

disebakan sifat yang dimiliki Pomacentridae untuk mempertahankan daerah yang

menjadi sumber makanannya. Sifat teritori yang dimiliki famili ini banyak dijadikan

sebagai dasar penetuan klasifikasi ikan karang pada umumnya. Oleh karena itu,

ikan dari famili Pomacentridae memiliki daya tahan terhadap lingkungan yang

lebih kuat dibandingkan famili lainnya.

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nila

i

Stasiun Pengamatan

Karang hidup Ikan Herbivora Ikan Non herbivora

Page 8: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

38

4.1.5. Analisis korelasi 4.1.5.1 Hubungan antara persentase tutupan karang hidup dan ikan herbivora

Hubungan antara persentase tutupan karang hidup dan kelimpahan ikan

karang dengan menggunakan analisis korelasi didapat nilai korelasi hasil olahan

adalah r > 0 yaitu 0.32. Ini berarti hubungan antara persentase tutupan karang hidup

dan kelimpahan ikan karang mempunyai hubungan posistif artinya kenaikan

persentase tutupan karang hidup akan menaikkan kelimpahan ikan karang

4.1.5.2 Hubungan antara karang hidup dan TSS Hubungan antara tutupan karang hidup dan TSS dengan menggunakan

analisis korelasi didapat nilai korelasi hasil olahan adalah r > 0 yaitu - 0.42. Ini berarti

hubungan antara tutupan karang hidup dan TSS mempunyai hubungan negatif artinya

kenaikan kandungan TSS akan menurunkan persentase tutupan karang hidup

4.1.5.3 Hubungan antara persentase tutupan karang hidup dan rekruitmen karang

Hubungan antara persentase tutupan karang hidup dan rekruitmen karang

dengan menggunakan analisis korelasi didapat nilai korelasi hasil olahan adalah r > 0

yaitu 0.93 Ini berarti hubungan antara persentase tutupan karang hidup dan

rekruitmen karang mempunyai hubungan positif artinya kenaikan persentase tutupan

karang hidup akan menaikkan rekruitmen karang

4.1.5.4 Hubungan antara soft coral dan rekruitmen karang

Hubungan antara soft coral dan rekruitmen karang dengan menggunakan

analisis korelasi didapat nilai korelasi hasil olahan adalah r < 0 yaitu -0.89. Ini berarti

hubungan antara rekruitmen karang dan persentase tutupan soft coral mempunyai

hubungan negatif artinya kenaikan persentase tutupan soft coral akan menurunkan

rekruitmen karang. 4.1.5.5 Hubungan antara TSS dan rekruitmen karang

Hubungan antara TSS dan rekruitmen karang dengan menggunakan

analisis korelasi didapat nilai korelasi hasil olahan adalah r < 0 yaitu -0.40. Ini berarti

hubungan antara TSS dan rekruitmen karang mempunyai hubungan negatif artinya

semakin tinggi kandungan TSS dalam suatu wilayah perairan akan menurunkan

rekruitmen karang.

Page 9: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

39

A B

C D

E

Gambar 10 Grafik korelasi antara variabel A. Korelasi karang hidup dan ikan herbivora (r. 0.323 α 0.05) B. Korelasi antara karang hidup dan TSS ( r. - 0.424 α 0.05) C. Korelasi antara rekruitmen dan karang hidup (r 0.934 α 0.05) D. Korelasi antara rekruitmen dan karang soft coral (r. -0.892 α 0.05) E. Korelasi antara rekruitmen dan TSS (r. -0.404 α 0.05)

0

10

20

30

40

50

60

0 50 100 150 200

IKA

N H

ERBI

VO

RA

KARANG HIDUP

0

10

20

30

40

50

60

0 5 10 15 20 25

TSS

KARANG HIDUP

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

0 20 40 60

REKR

UIT

MEN

KARANG HIDUP

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

0 20 40 60 80

REKR

UIT

MEN

SOFT CORAL

0

1

2

3

4

5

6

7

0 5 10 15 20 25

REKR

UIT

MEN

TSS

Page 10: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

40

4.1.6 Distribusi spasial antara lokasi penelitian dengan beberapa variabel pengamatan penelitian

Pada gambar 11 menjelaskan keterkaitan antara lokasi penelitian, tutupan terumbu

karang, ikan herbivora dan parameter TSS dimana kawasan A (Stasiun 1 dan 2)

mempunyai kontribusi yang besar terhadap sumbu utama positif yang dicirikan oleh

variabel ikan herbivora, variabel karang hidup dan rekruitmen. Tutupan karang hidup

meningkat dengan kehadiran hewan herbivora, serta meningkatnya penambahan karang

muda/rekruitmen.

Gambar 11 Keterkaitan antara lokasi penelitian, tutupan terumbu karang, ikan herbivora dan parameter TSS

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun 5

Stasiun 6

Stasiun 7

Stasiun 8

Stasiun 9

Stasiun 10

-3

-2

-1

0

1

2

3

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

F3 (1

4.64

%)

F1 (57.02 %)

Observations (axes F1 and F3: 71.66 %)

Stasiun 1

Stasiun 2Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun 5

Stasiun 6

Stasiun 7

Stasiun 8

Stasiun 9Stasiun 10

KARANG HIDUP

ALGA

SOFT CORALREKRUIT

IKAN HERBIVORA

TSS R

-6

-4

-2

0

2

4

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6

F3 (1

4.64

%)

F1 (57.02 %)

Biplot (axes F1 and F3: 71.66 %)

Page 11: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

41

Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Choat and Bellwood

1991) di the Great Barrier Reef (GBR) Australia, ikan-ikan herbivora Scaridae

telah diklasifikasikan berdasarkan osteologi dan myologi dari rahang oral dan

pharyngeal ke dalam tiga kelompok fungsional, yaitu: sebagai penggali atau

excavators, penggaruk atau scrapers, dan pemanen atau croppers Ikan

penggali dan penggaruk memakan alga dan sekaligus polip karang. Kedua

kelompok ini membuka ruang penempelan bagi larva karang dan spora alga.

Ikan pemanen hanya memakan alga sehingga anakan karang dapat tumbuh

dengan lebih baik.

Pada lokasi kawasan C (Stasiun 9 dan 10), dicirikan dengan tutupan alga

yang tinggi. Kedua stasiun ini berada dekat pemukiman penduduk dan tidak jauh

dari muara sungai. Adanya aliran air tawar yang membawa cukup nutrien

sehingga memicu pertumbuhan alga yang cukup tinggi. Pada ke 2 stasiun ini

memiliki tutupan karang hidup dengan kategori sedang serta memiliki

kelimpahan ikan herbivora yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan

kawasan A. Sedangkan pada kelompok B ( stasiun 3, 4, 5, 6, 7 dan 8) memiliki

tingkat rekruitmen yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan kawasan A

dan B. Kelompok ini juga dicirikan dengan tutupan (soft coral) karang lunak yang

tinggi, patahan karang(rubble) yang tinggi serta kandungan TSS yang cukup

tinggi.

Beberapa jenis soft coral mengeluarkan zat allelopathy yang menghambat

rekruitmen karang. Karang lunak Xenia puertogalerae dilaporkan mengurangi

jumlah rekruitmen karang di sekitarnya (Atrigenio and Alino 1996). Menurut Fox

et al. (2003) yang mengadakan pengamatan di Taman Nasional Komodo (TNK),

Xenia (karang lunak) sering tumbuh di atas patahan karang tidak hanya penjajah

yang sukses, dengan fekunditas tinggi dan beberapa mode penyebaran, tapi

juga unggul terhadap pesaing karang keras (Benayahu and Loya 1985). Karang

lunak juga dapat menghambat rekruitmen larva karang scleractinian melalui zat

allelopathy (Maida et al. 1995).

4.2. Pembahasan 4.2.1 Kondisi ekosistem terumbu karang

Ekosistem terumbu karang di sepuluh Stasiun penelitian berdasarkan

kondisi penutupan substrat dasar terdiri dari karang hidup, alga, biota lain, soft

coral, patahan karang dan pasir. Hasil penelitian terlihat penutupan karang hidup

bervariasi antar stasiun dengan rata-rata tutupan karang hidup sebesar 32.16%.

Page 12: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

42

Penutupan karang hidup di kawasan A (stasiun 1 dan 2) dengan nilai rata –rata

tertinggi sebesar 47.66% bila dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini

disebabkan lokasi stasiun penelitian yang terletak di sekitar areal pelabuhan dan

juga terdapat kantor Pangkalan Angkaan Laut dan Polisi Perairan yang berkantor

di sekitar areal tersebut. Adanya aspek pengawasan dan pemantauan

mengurangi kegiatan destructive fishing yang berdampak buruk terhadap

ekosistem terumbu karang.

Kondisi tutupan karang hidup pada kawasan B (stasiun 3,4,5,6,7,8) dengan

nilai rata-rata 24.61% dimana lebih rendah bila dibandingkan kawasan A. Kondisi

substrat dasar ekosistem terumbu karang di kawasan ini didominasi oleh

patahan karang/rubble dan karang lunak/soft coral. Hasil penelitian pada stasiun

4 menunjukkan tutupan karang hidup paling rendah bila dibandingkan dengan 5

stasiun lain yang ada di kawasan B. Stasiun ini juga terdapat tutupan karang

lunak/soft coral dan patahan karang/rubble yang cukup tinggi serta tingkatan

TSS (Total Suspended Solid) paling tinggi. Hal ini disebabkan di stasiun tersebut

merupakan daerah yang relatif tenang dan terlindung dimana pada waktu musim

barat sering digunakan sebagai tempat berlindung bagi kapal-kapal dikarenakan

gelombang yang cukup tinggi di sekitar pelabuhan utama. Adanya kapal yang

berlabuh dengan jangkar yang banyak dilabuhkan memperburuk kondisi pada

stasiun ini. Kawasan yang terletak relatif jauh dari mainland (Pulau Timor)

dimana untuk mencapai kawasan tersebut melalui penyeberangan laut. Jauhnya

lokasi serta kurangnya pengawasan menyebabkan tingginya aktivitas destructive

fishing pada areal tersebut.

Kondisi tutupan karang hidup pada kawasan C (stasiun 9 dan 10) dengan

nilai rata-rata sebesar 39.33%. Kondisi ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan

kawasan B dan lebih rendah bila dibandingkan dengan kawasan A. Kawasan C

terletak berdekatan dengan pemukiman penduduk, dimana pada kawasan ini

terdapat sungai/kali kecil yang bermuara pada stasiun 9 dan 10. Masyarakat di

sekitar kawasan mempunyai kebiasaan berjalan di atas karang dan memungut

hasil laut pada saat air laut surut, sedangkan pada saat air pasang masyarakat

sekitar biasanya memasang jaring dan menangkap ikan sekitar wilayah pantai.

Adanya aktivitas tersebut serta aliran sungai yang membawa sedimen dari

wilayah daratan berpengaruh terhadap pertumbuhan karang pada kawasan ini.

Dari hasil analisis PCA didapat hasil bahwa pada kawasan A dicirikan

dengan tutupan karang hidup, rekruitmen dan ikan herbivora yang tinggi

Page 13: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

43

sedangkan pada kawasan B dicirikan dengan tutupan karang lunak/soft coral dan

kandungan TSS yang cukup tinggi. Pada kawasan C dicirikan dengan tutupan

alga yang cukup tinggi.

Ekosistem terumbu karang mengalami ancaman serius baik secara lokal

maupun global dari berbagai aktivitas anthropogenic baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dari ancaman-ancaman tersebut yang paling utama

yaitu: eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya kelautan dan perikanan,

perikanan yang bersifat merusak/destructive fishing, run off sedimen dan nutrien

dari lahan pertanian, pengembangan pesisir dan aktivitas pariwisata yang tidak

terkontrol (Fabricus 2005)

Menurut Dahuri et al (1996) faktor – faktor penyebab terumbu karang di

Indonesia disebabkan oleh: (1) penambangan batu karang untuk bahan

bangunan, pembangunan jalan dan hiasan (ornamen), (2) penangkapan ikan

dengan menggunakan bahan peledak, bahan beracun dan alat tangkap yang

operasinya menyebabkan rusaknya terumbu karang, seperti muroami, (3)

pencemaran perairan oleh berbagai limbah industri, pertanian, rumah tangga

baik berasal dari kegiatan di darat (land base activities), maupun kegiatan di laut

(marine base activities) (4) pengendapan (sedimentasi) dan peningkatan

kekeruhan air akibat erosi tanah di daratan, kegiatan penggalian di pantai dan

penambangan di sekitar terumbu karang dan (5) eksploitasi berlebihan

sumberdaya perikanan karang

Kondisi ekosistem terumbu karang pada kawasan B mengalami kerusakan

akibat praktek destructive fishing berupa penggunaan bahan peledak/bom. Hal

ini terlihat dari banyaknya patahan karang pada kawasan tersebut. Pet-Soede et

al. 1999 menyatakan bahwa pemboman ikan/blast fishing adalah satu dari

ancaman anthropogenic yang paling merusak ekosistem terumbu karang dan

mempunyai dampak kerusakan yang cukup besar. Dampak pertama terhadap

ikan dan invertebrate yang hidup di daerah karang, tidak hanya ukuran dan jenis

ikan yang disukai yang terbunuh tetapi juga organisme lain yang bukan

merupakan target, semua spesies dan ukuran (termasuk juvenile) merupakan

korban dari ledakan tersebut. Dampak selanjutnya terumbu karang hancur akibat

ledakan tersebut dan tidak lagi berfungsi sebagai penyedia makanan, tempat

berlindung organisme laut serta hilangnya fungsi terumbu karang sebagai

pelindung pantai. Blast fishing adalah tindakan illegal namun tersebar secara

luas dan merupakan tantangan utama bagi ekosistem terumbu karang dimana

Page 14: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

44

kegiatan destructive fishing diperkirakan merupakan tantangan bagi lebih dari

50% ekosistem terumbu karang di Asia Tenggara (McManus 2000). Pemboman

ikan tidak hanya membunuh ikan dan merusak karang, tapi juga menciptakan

areal yang cukup luas (rubble zone) bersifat tidak stabil berupa rubble/patahan

karang (Alcala & Gomez 1987) dimana hal tersebut mengurangi survival

rekruitmen karang (Fox 2004). Estimasi waktu recovery/pemulihan bagi terumbu

karang dari gangguan berkisar 10 tahun apabila substrat yang tertinggal masih

utuh (Connell 1997) antara 40 – 70 tahun (Dollar and Tribe 1993). Meskipun

informasi yang terbatas mengenai dampak jangka panjang dari kegiatan blast

fishing atau dinamika pemulihan/recovery terumbu karang, waktu pemulihan

karang akibat blast fishing dan areal ship grounding diperkirakan antara 100-160

tahun dan mungkin butuh waktu yang lebih lama pada areal dengan kecepatan

arus yang cukup tinggi (Connel 1997).

Dari hasil penelitian tingkatan rata-rata rekruitmen pada masing-masing

kawasan A 5.905 %, kawasan B 1.267 %, dan kawasan C 3.942 %. Rekruitmen

karang adalah pelopor/perintis penting bagi pemulihan karang yang mengalami

kerusakan akibat gangguan (Connell 1997). Rekruitmen merupakan supply

individu baru dalam suatu populasi, untuk terumbu karang didefinisikan sebagai

pertumbuhan karang muda dengan ukuran lebih kecil dari 10 cm. Salah satu

faktor yang mempengaruhi rekruitmen adalah tersedianya substrat yang keras

untuk penempelan larva. Kawasan B dengan rata-rata tingkatan rekruitmen

paling rendah. Hal ini disebabkan patahan karang/rubble di kawasan tersebut

dimana patahan karang substrat yang tidak stabil sehingga mengakibatkan

rendahnya tingkatan rekruitmen pada areal tersebut. Fox et al. 2003,

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Komodo

menyatakan bahwa kondisi terumbu karang mengalami kerusakan dikarenakan

aktivitas pemboman ikan. Akibat kegiatan tersebut menciptakan “rubble fields”

pada kawasan Taman Nasional Komodo. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa patahan karang/rubble bergeser beberapa sentimeter per hari pada

masing-masing stasiun penelitian, dimana beberapa patahan bergeser 10-15

bahkan 50 cm/hari. Pergeseran tersebut tentunya terkelupasnya atau

terkuburnya koloni karang yang kecil yang sudah menempel pada patahan

karang tersebut. Dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa “rubble fields”

di Taman Nasional Komodo dengan tutupan yang cukup tinggi dan tidak stabil

serta survival rekriutmen karang yang rendah.

Page 15: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

45

Berdasarkan hasil penelitian pada kawasan B menunjukkan tutupan karang

lunak/soft coral yang tertinggi bila dibandingkan pada kawasan A dan kawasan

C. Jenis soft coral yang dominan yaitu: Xenia dan Sinularia. Gangguan yang

cukup besar terhadap ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan terjadinya

pergeseran keseimbangan/phase shift dimana ekosistem yang awalnya

didominasi karang keras berubah menjadi dominasi soft coral atau makrolaga

(Done 1992a). Menurut Fox et al. 2003 berdasarkan hasil pengamatan di Taman

Nasional Komodo, setelah ekosistem terumbu karang pada areal tersebut

mengalami kerusakan akibat pemboman maka, tutupan soft coral mendominasi

areal tersebut sekitar 95 -100% terutama dari jenis Xenia, Sarcophyton, Nepthea

dan Clavularia. Soft Coral tidak hanya mendominasi seluruh areal sebagai

penjajah yang sukses, dengan fekunditas yang tinggi serta beberapa cara

perluasan juga merupakan pesaing karang keras (Benayahu & Loya 1985). Soft

coral juga menghalangi rekruitmen larva karang Scleractinia dengan

mengeluarkan zat allelopathy (Maida et al. 1995). Karang lunak Xenia

puertogalerae dilaporkan mengurangi jumlah rekruitmen karang di sekitarnya

(Atrigenio & Alino 1996).

Faktor yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan rekruitmen

karang adalah sedimen. Pada semua stasiun di ketiga kawasan mempunyai

kadar TSS dengan nilai yang tidak berbeda jauh kecuali pada stasiun 4 di

kawasan B. Fabricus (2005) menyatakan bahwa sedimen memperlihatkan

dampak negatif terhadap terumbu karang. Sedimentasi mengurangi laju

pertumbuhan dan kelangsungan hidup spesies karang meskipun dengan

dampak yang berbeda diantara spesies karang dan juga tipe sedimen yang

berbeda. Tutupan sedimen atau sediment trapping oleh alga adalah faktor utama

yang mempengaruhi rekruitmen dan kelangsungan hidup pada tahapan awal

pertumbuhan karang.

4.2.2 Kelimpahan ikan herbivora

Keberadaan ikan herbivora di dalam ekosistem terumbu karang

memegang peranan penting dalam mempertahankan komunitas karang dalam

berkompetisi dengan alga dan juga meningkatkan survival rekruitmen karang

(Nybakken 1992). Berdasarkan hasil penelitian dari semua stasiun penelitian,

didominasi oleh ikan herbivora dari famili Pomacentridae, kemudian

Acanthuridae, Scaridae dan Siganidae. Hal ini sesuai dengan Sasanti (1996)

Page 16: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

46

yang meneliti keanekaragaman dan kelimpahan ikan Pomacentridae di Selat

Sunda, menyatakan bahwa famili ikan ini mempunyai kisaran luas terhadap

kondisi lingkungan, menempati setiap tempat dengan bentuk yang bervariasi di

terumbu karang, bersifat territorial,dijumpai mulai dari daerah pasang surut

sampai dengan kedalaman 40 meter, mendiami habitat yang bervariasi serta

hidup berasosiasi dengan karang, substrat yang berbatu, berpasir dan

berlumpur. Menurut Nybakken 1992, menyatakan bahwa famili Pomacentridae/ikan

betok adalah ikan territorial yang secara selektif maupun tidak selektif memakan

alga yang membentuk hamparan alga di dalam wilayah mereka, tetapi mencegah

ikan-ikan lain masuk ke situ. Tindakan pencegahan terhadap ikan-ikan lain yang

akan masuk ke wilayah mereka terutama terhadap ikan-ikan yang memiliki pola

makan yang sama dengan mereka (Choat & Bellwood 1990). Hal ini

menyebabkan pertumbuhan alga yang tinggi pada wilayah territori tersebut.

Adanya ikan territori dan perlawanan mereka terhadap ikan yang lain

mempunyai peranan penting dalan dinamika hubungan alga dan karang dalam

ekosistem terumbu karang. Ikan territori dan hamparan alga yang dijaga

berdampak negatif terhadap rekruitmen karang dimana alga dibiarkan bertumbuh

sehingga mengurangi lahan untuk rekruitmen karang, sedangakan pada sisi lain

berdampak positif dimana rekruitmen karang yang berlokasi dalam wilayah ikan-

ikan tersebut terlindungi dari organisme lain yang menghambat pertumbuhan dan

kelangsungan hidup rekruitmen karang tersebut (Sammarco & Williams 1982).

Berdasarkan gambar 9 terlihat bahwa kelimpahan ikan herbivora tertinggi

di stasiun 2 yang memiliki tutupan karang hidup tertinggi sedangkan kelimpahan

ikan herbivora terendah di stasiun 4 dengan tutupan karang hidup terendah. Dari

analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif antara kelimpahan ikan

dan tutupan karang hidup. Semakin tinggi tutupan karang hidup maka

kelimpahan ikan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tutupan

karang hidup menyebabkan semakin rendahnya kelimpahan ikan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan bahwa ikan sebagai penyokong hubungan yang ada dalam

ekosistem terumbu karang (Nybakken, 1992). Hutomo, 1986 menyatakan bahwa

keberadaan ikan-ikan sangat dipengaruhi oleh kesehatan terumbu karang yang

ditunjukkan oleh presentase penutupan karang hidup.

Menurut Choat and Bellwood 1990, di the Great Barrier Reef (GBR)

Australia, ikan-ikan herbivora Scaridae telah diklasifikasikan berdasarkan

Page 17: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

47

osteologi dan myologi dari rahang oral dan pharyngeal ke dalam tiga kelompok

fungsional, yaitu : sebagai penggali atau excavators, penggaruk atau scrapers,

dan pemanen atau croppers Ikan penggali dan penggaruk memakan alga dan

sekaligus polip karang. Kedua kelompok ini membuka ruang penempelan bagi

larva karang dan spora alga. Ikan pemanen hanya memakan alga sehingga

anakan karang dapat tumbuh dengan lebih baik.

Green & Bellwood 2009, berdasarkan hasil penelitian di Great Barrier Reef

mengelompokkan ikan-ikan herbivora ke dalam beberapa functional groups

berdasarkan bagaimana cara makan, apa jenis makanan dan dampaknya

terhadap substrat. Berdasarkan hal tersebut ikan-ikan ikan herbivora

dikelompokkan dalam 4 kelompok dimana masing-masing kelompok berbeda

dan berpengaruh terhadap ketahanan ekosistem terumbu karang. yaitu :

scrapers/small excavators, large excavators/bioeroders, grazer/detritivores dan

browsers.

• scrapers/small excavators : terdiri atas 2 kelompok dari famili Scaridae, yang

dibedakan menurut bentuk rahang dan kebiasaan makan. Keduanya

memiliki kesamaan mengkonsumsi turf alga dan memindahkan beberapa

komponen substrat. Tapi kedua jenis ini dibedakan dari jumlah substrat yang

dipindahkan sementara mereka mengkonsumsi alga dan juga kontribusi

kedua jenis ikan ini terhadap proses-proses dalam ekosistem seperti

bioerosi. Kebanyakan parrotfishes/famili Scaridae adalah

scrapers/penggaruk. Spesies excavator/penggali (B.muricartum,Cetoscarus

bicolor rdan Chlorurus) menggali dan memindahkan sejumlah besar substrat

dengan tiap gigitannya. Penggaruk dan penggali berukuran kecil (<35 cm)

mempunyai peranan yang sama dalam resilien karang dengan dengan

menghambat pertumbuhan alga dengan cara mengkonsumsi turf alga dan

menyiapkan areal/substrat untuk rekruitmen karang

• large excavators/bioeroders: mempunyai peranan penting dalam resilen

karang seperti penggaruk dan penggali yang berukuran kecil. Kelompok ini

juga sebagai agen utama bioerosi karang dimana ikan-ikan ini memindahkan

karang mati dan karang keras sebagai areal rekruitmen karang. Kelompok ini

berukuran > 35 cm. Semakin besar ukuran kelompok ini maka memberikan

dampak yang berbeda dari kelompok penggali/penggaruk kecil yaitu

berperan dalam resilien karang dengan membuka areal baru untuk koloni

coralin alga dan karang.

Page 18: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

48

• grazer/detritivores: berperan penting dalam resilien karang dengan

mengkonsumsi turf alga dimana dengan cara tersebut menghambat

pertumbuhan alaga yang berkompetisi ruang dengan karang. Tidak seperti

Scaridae grazer menggali atau menggaruk substrat yang dikonsumsi. Grazer

termasuk kelompok Siganidae, Acanthuridae. Beberapa jenis Acanthuridae

selain mengkonsumsi alga juga sedimen dan beberapa binatang kecil.

Meskipun alga yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit tetapi karena kelompok

ini biasanya bergerombol/schooling dalam jumlah yang banyak maka dapat

mengkonsumsi alga dalam jumlah yang cukup banyak

• browsers: kelompok ini selalu mengkonsumsi alga.berperan penting dalam

mengurangi overgrowth karang oleh alga. Kelompok ini terdiri dari beberapa

unicornfishes, rudderfishes,batfishes,rabbitfish (Siganidae) dan parrotfishes

(Scaridae) jenis Calotomus dan Leptoscrus

4.2.3 Kondisi alga Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tutupan alga yang berbeda

pada masing-masing kawasan. Kawasan B memiliki tutupan alga paling rendah

sedangkan kawasan C memiliki tutupan alga paling tinggi. Jenis alga

berdasarkan hasil pengamatan yaitu turf alga. Hal ini disebabkan adanya aliran

sungai yang membawa nutrient yang memicu pertumbuhan alga.

Alga merupakan korban utama dari ikan herbivora. Alga yang menjadi

target dari hewan herbivora dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi

ekologisnya. Di dalam hubungan ikan herbivora, tanaman sebagai pihak yang

mempertahankan diri harus mengembangkan upaya evolusioner agar dapat

tetap tumbuh dan berkembangbiak. Hay (1997) memberikan kajian (review) yang

lengkap tentang bermacam-macam upaya evolusioner yang dilakukan oleh alga

untuk menurunkan kerugian akibat ikan herbivora. Upaya evolusioner alga untuk

meningkatkan resistensi terhadap ikan herbivora dilakukan dengan

menghasilkan suatu struktur atau bahan kimia yang tidak disukai oleh

pemakannya, yang disebut sebagai deterrants. Struktur thallus yang berkapur

atau yang berbentuk padat dan keras, misalnya, dapat dihindari oleh herbivora

tertentu. Demikian pula dengan dihasilkannya metabolit sekunder yang dapat

menyebabkan herbivora mengalami gangguan ketika memakannya. Sebagian

alga meningkatkan resistensi dengan jalan meningkatkan laju pemulihan

(turnover), misalnya turf algae. Strukturnya yang sederhana dan membutuhkan

Page 19: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

49

sedikit bahan penyusun membuat turf algae dapat terus bertahan walaupun laju

ikan herbivora sangat tinggi.

Peran ikan herbivora sangat penting untuk mempertahankan komunitas

karang dalam berkompetisi dengan alga. Dalam kondisi banyak nutrien,

kecepatan pertumbuhan alga yang pesat dapat membuat alga menutupi karang

(overgrowth). Karang yang kalah dalam kompetisi spasial tersebut mengalami

kekurangan cahaya matahari sehingga terjadi penurunan metabolisme dan

pertumbuhan.

Secara alami alga merupakan biota yang sangat cepat menempati setiap

ruang yang kosong. Jika ikan herbivora dihilangkan dari kawasan tersebut, larva

karang sulit mendapatkan substrat keras untuk menempel dan tumbuh. Larva

planula karang sangat membutuhkan kehadiran hewan herbivora untuk

membuka ruang yang penuh alga sehingga dapat menjadi tempat penempelan.

Kehadiran hewan herbivora juga dibutuhkan anakan karang agar alga tidak

menghalanginya dari sinar matahari. Laju kelulushidupan koloni karang

dilaporkan rendah dengan adanya alga yang tumbuh didekatnya (Lirman 2001).

Sebagian alga dapat secara aktif menyerang jaringan karang di dalam kompetisi

memperebutkan ruang.

Pada awalnya McCook (2001) meragukan apakah alga dapat menyerang

karang secara agresif, ataukah hanya sekedar menutupi karang dari cahaya

matahari. Dari kajian pustaka hingga tahun 2001 tersebut, alga dianggap tidak

dapat menyebabkan kematian karang melainkan secara tidak langsung

menurunkan kelulushidupan karang. Kecepatan tumbuh alga yang dapat

memberikan dampak negatif terhadap komunitas karang dianggap hanya muncul

jika terjadi pengkayaan nutrien. Tetapi Jompa and McCook (2002) melaporkan

fakta baru bahwa ‘turf algae’ Anotrichium tenue dan Corallophila huysmansii

dapat tumbuh menutupi dan melukai jaringan karang Porites. Kehadiran ikan

herbivora dapat menjadi penyelamat karang tertentu dari agresivitas alga

tersebut. Di GBR, alga Sargassum siliquosum yang ditransplantasi dari terumbu

di paparan dalam ke paparan tengah dapat tumbuh dengan baik jika dikurung

dari hewan herbivora (McCook et al. 1996).

Alga terutama turf alga di ekosistem terumbu karang merupakan produsen

primer karena dapat berfotosintesis sehingga menjadikan alga sebagai makanan

bagi herbivora namun jika alga berlimpah akan menimbulkan degradasi terumbu

Page 20: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

50

karang, yaitu terjadi pergantian fase dari terumbu karang menjadi makroalga

(Jompa & McCook 2002)

4.2.4 Kondisi ekosistem terumbu karang, kelimpahan ikan herbivora dan

kelimpahan alga Berdasarkan analisis PCA/Principal Component Analysis didapat hasil

bahwa pada kawasan A dicirikan dengan tutupan karang hidup, rekruitmen dan

ikan herbivora yang tinggi sedangkan pada kawasan B dicirikan dengan tutupan

karang lunak/soft coral dan kandungan TSS yang cukup tinggi. Pada kawasan C

dicirikan dengan tutupan alga yang cukup tinggi.

Kawasan A merupakan kawasan dengan aktivitas ekonomi yang cukup

tinggi dikarenakan terletak di kawasan pelabuhan utama. Aspek pengawasan

baik dari pihak angkatan laut maupun polisi perairan merupakan faktor utama

sehingga kondisi tutupan karang dan ikan paling tinggi dibandingkan kawasan B

dan C.

Kawasan B dengan tingginya tutupan tutupan karang hidup yang rendah

pada beberapa stasiun dan juga tutupan soft coral dan patahan karang yang

cukup tinggi. Hal ini disebabkan aktivitas pemboman ikan. Analsis korelasi

menunjukan adanya korelasi negatif antara variable TSS dan soft coral terhadap

tingkat rekruitmen karang. Kelimpahan ikan juga terlihat lebih rendah di kawasan

ini. Pada kawasan ini terdiri dari 6 stasiun, 2 stasiun dengan tutupan karang

hidup terendah sementara 4 stasiun lainnya dalam proses pemulihan/recovery.

Pada ke 4 stasiun tersebut, 2 stasiun sudah mulai dikembangkan untuk kegiatan

wisata pantai, sedangkan 2 stasiun lainnya dikembangkan kegiatan budidaya

rumput laut. Dengan adanya alternatif pendapatan dari kegiatan wisata pantai

dan budidaya rumput laut berdampak dengan berkurangnya kegiatan pemboman

di wilayah tersebut.Informasi didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan

masyarakat di kawasan tersebut.

Kawasan C terletak dekat perumahan penduduk dan juga dipengaruhi

aliran sungai kecil. Adanya aktivitas masyarakat dan aliran sungai yang

bermuara dekat kawasan ini menyebabkan tutupan alga yang tinggi pada

kawasan ini bila dibandingkan dengan kawasan A dan B. Tutupan karang hidup

di kawasan ini juga lebih rendah bila dibandingkan kawasan A dengan aktivitas

pelabuhan yang cukup tinggi. Demikian halnya juga dengan ikan herbivora lebih

rendah bila dibanding dengan kawasan A dan beberapa stasiun di kawasan C.

Page 21: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

51

Ikan herbivora memiliki peran yang penting dalam recovery dan resilien

terumbu karang. Ketika terjadi gangguan fisik yang menyebabkan kematian

karang, maka ikan herbivora merupakan sarana bagi komunitas karang untuk

mengkoloni kembali ruang yang ditinggalkannya. Tanpa kehadiran ikan

herbivora, pemulihan komunitas karang akan terhambat oleh dominansi alga

yang cepat menempati ruang yang ditinggalkan karang. Ikan herbivora juga

mempunyai peran yang sangat penting ketika terjadi pengkayaan nutrien.

Pertumbuhan alga yang sangat cepat akibat penambahan nutrien harus dapat

diimbangi dengan pengkonsumsian alga yang banyak pula, agar komunitas

karang tidak terganggu. Jenis ikan herbivora tertentu mempunyai peranan yang

berbeda dalam menyokong ekosistem terumbu karang khususnya dalam resilien

karang.

4.2.5. Implikasi Pengelolaan

Terkait pengelolaan Teluk Kupang, berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No:18/Kpts-II/1993 tanggal 28 Januari 1993 kawasan Teluk Kupang

telah ditetapkan menjadi kawasan konservasi sebagai taman Wisata Laut Teluk

Kupang. Seiring dengan hal tersebut Pemerintah Daerah juga menjalankan

program Gerakan Masuk Laut (GEMALA)

Penggunaan bom di wilayah perairan Teluk Kupang merupakan penyebab

kerusakan ekosistem terumbu karang di wilayah tersebut. Berdasarkan laporan

Polisi Perairan Kepolisian Daerah NTT, beberapa pelaku telah ditangkap dan

diproses secara hukum. Sejak tahun 2003 – 2006 tertangkap 6 orang pelaku

beserta kapal dan barang bukti pengggunaan bom ikan (Laporan Polisi Perairan,

POLDA NTT 2003-2006).

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Kupang

sebagai Pengelola Kawasan Taman Wisata Laut Teluk Kupang telah melakukan

beberapa kegiatan terkait pengelolaan kawasan tersebut. Selain kegiatan

pemantauan dan monitoring juga pada tahun 2004 telah dilaksanakan

inventarisasi terumbu karang di kawasan tersebut.

Berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2004 yang dilakukan pihak BKSDA

Kupang bahwa tutupan kondisi karang di wilayah perairan Teluk Kupang dalam

kondisi baik yaitu dengan presentase tutupan karang hidup sebesar 57.80 % -

76.80%. Dari hasil penelitian didapat bahwa nilai tutupan karang hidup berkisar

antara 4.33%- 49.66% berkategori buruk dan sedang. Berdasarkan hasil

Page 22: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Stasiun Penelitian ... dari aktivitas penangkapan yang menggunakan bom (blast fishing)

52

inventarisasi oleh BKSDA tahun 2004 dan hasil penelitian bahwa terjadi

penurunan tutupan terumbu karang pada wilayah tersebut. Pada kawasan yang

diawasi memiliki tutupan karang hidup yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan kawasan yang jauh dari pengawasan dan kawasan dekat akivitas

mayarakat/perumahan. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dalam

pengelolaan Teluk Kupang.

Dalam pengelolaan terumbu karang, di samping penerapan undang-

undang, perlu juga disertai dengan peningkatan kesadaran masyarakat dalam

pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, sehingga kelestarian

ekosistem ini bisa terjaga. Dibutuhkan kerjasama dari semua pihak/stakeholder

yang terkait pengelolaan dan pemanfaatan Teluk Kupang. Tanpa adanya hal

tersebut rencana pengelolaan tidak akan tercapai sesuai dengan tujuan

pengelolaan.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut, alternatif pengelolaan yang dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya ekosistem terumbu karang dan ikan herbivora 2. Rehabilitasi karang 3. Melarang aktivitas perikanan yang merusak/destructive fishing 4. Efektifitas pengawasan dan penegakan hukum 5. Pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan