BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut O’Brien (2010: 26), sistem adalah sekelompok komponen
yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur. Sistem memiliki 3 fungsi dasar, yaitu, input,
proses, dan output.
Menurut Romney dan Steinbart (2012: 24), sistem adalah kumpulan
dari dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil, masing – masing
melaksanakan fungsi penting dan mendukung sistem yang lebih besar.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem
merupakan komponen – komponen yang saling berhubungan yang
bertujuan untuk menghasilkan output. Tiga fungsi dasar sistem adalah
input, proses, dan output.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2010: 34), informasi adalah data yang telah diubah
menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir
tertentu. Data menjadi nilai tambah dalam proses ketika dikumpulkan,
dimanipulasi, diorganisir, konten dianalisis dan dievaluasi, dan
ditempatkan dalam konteks yang tepat bagi pengguna.
Menurut Stair dan Reynolds (2010: 5), informasi adalah kumpulan
fakta-fakta yang terorganisir sehingga memiliki nilai tambah melebihi
nilai dari fakta-fakta individu tersebut. Tipe informasi dihasilkan
bergantung dengan hubungan yang ditetapkan di antara data yang ada.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, informasi
adalah hasil dari pengolahan data yang sudah terorganisir yang memiliki
nilai tambah dan berguna bagi para pemakai akhir. Tipe informasi
dihasilkan bergantung dengan hubungan yang ditetapkan di antara data
yang ada.
10
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2010: 4), sistem informasi adalah kombinasi
teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan
sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan
informasi dalam sebuah organisasi. Orang-orang bergantung dengan
sistem informasi modern untuk berkomunikasi dengan yang lainnya
menggunakan berbagai perangkat fisik (hardware), prosedur dan
instruksi pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi
(networks), dan data yang disimpan (data resources).
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 6), sistem informasi
adalah kumpulan komponen yang saling terkait yang mengumpulkan,
memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas bisnis. Menyelesaikan tugas bisnis
adalah “masalah” yang dibicarakan sebelumnya.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem
informasi adalah kombinasi dari komponen – komponen terkait, yang
dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses dan
menyediakan output informasi yang diperlukan oleh pengguna dalam
sebuah organisasi. Komponen – komponen tersebut berupa perangkat
fisik (hardware), prosedur dan instruksi pemrosesan informasi
(software), saluran komunikasi (networks), dan data yang disimpan (data
resources).
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Akuntansi
Menurut Warren, Reeve dan Duchac ( 2011: 3), akuntansi adalah
sebuah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pengguna
mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi dari sebuah bisnis. Proses di
mana akuntansi menyediakan informasi kepada pengguna adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi pengguna.
2. Menilai kebutuhan informasi pengguna.
3. Mendesain sistem informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan
pengguna.
11
4. Mencatat data ekonomi mengenai aktifitas dan kejadian bisnis.
5. Menyiapkan laporan akuntansi kepada pengguna.
Menurut Label ( 2010: 2), akuntansi adalah bahasa bisnis yang terdiri
dari proses mencatat, mengklasifikasikan, dan merangkum kejadian
ekonomi melalui dokumen atau laporan keuangan tertentu. Tujuan
akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang membantu dalam
membuat keputusan keuangan yang benar.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, akutansi
adalah sebuah sistem informasi yang terdiri dari proses mencatat,
mengklasifikasikan, dan merangkum kejadian ekonomi yang
menghasilkan informasi mengenai kondisi atau kegiatan ekonomi. Tujuan
akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang membantu dalam
membuat keputusan keuangan yang benar.
2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2012: 30), sistem informasi
akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, merekam, menyimpan dan
memproses data akuntansi dan data lainnya untuk menghasilkan
informasi bagi para pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi
dapat dan harus menjadi sistem informasi utama organisasi, yang
menyediakan pengguna dengan informasi yang dibutuhkan mereka dalam
melakukan pekerjaannya.
Menurut Turner dan Weickgenannt (2013: 4) sistem informasi
akuntansi meliputi proses, prosedur dan sistem yang mengambil data
akuntansi dari proses bisnis; mencatat data akuntansi ke dalam jurnal
yang tepat; memproses data akuntansi dengan mengklasifikasikan,
merangkum, dan menggabungkan; dan melaporkan hasil rangkuman data
akuntansi kepada pengguna internal dan eksternal. Terdapat empat jenis
proses bisnis umum dalam sistem informasi akuntansi yaitu, proses
pendapatan, proses pengeluaran, proses konversi, dan proses
administrasi.
12
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem
informasi akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, merekam,
menyimpan dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk
menghasilkan informasi kepada pihak internal dan eksternal perusahaan.
Proses bisnis yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi yaitu,
proses pendapatan, proses pengeluaran, proses konversi, dan proses
administrasi.
2.2.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2012: 30), ada enam buah komponen
dalam sistem informasi akuntansi, yaitu:
• Orang yang menjalankan sistem dan melaksanakan berbagai fungsi.
• Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis, termasuk di
dalamnya mengumpulkan, memproses dan menyimpan data
mengenai kegiatan organisasi.
• Data mengenai organisasi dan proses bisnisnya.
• Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data.
• Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perangkat, dan
peralatan komunikasi jaringan yang digunakan dalam sistem
informasi akuntansi.
• Pengendalian internal dan keamanan untuk mengamankan data sistem
informasi akuntansi.
2.2.4 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Hall (2012: 11) adalah
sebagai berikut:
• Mendukung operasional harian perusahaan
Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk
membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien
dan efektif.
13
• Mendukung fungsi kepengurusan manajemen
Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk
mengatur sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi
menyediakan informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai
eksternal melalui laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan
yang diminta lainnya. Secara eksternal, pihak manajemen menerima
informasi kepengurusan dari berbagai laporan pertanggungjawaban.
• Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen
Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para
manajer untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.
2.2.5 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Salehi (2010: 189), ada beberapa manfaat dari sistem
informasi akuntansi, yaitu:
1. Kerjasama yang baik, karena konsumen untuk memastikan operasi
normal produksi perusahaan, mereka harus memahami dan
mengendalikan alur dan menjaga bahan tepat waktu. Dalam
tradisional, kegiatan perusahaan dibagi sesuai dengan fungsi dan
pelaksanaannya.
2. Untuk memenuhi kebutuhan banyak pengguna, dengan perubahan
pada lingkungan, penggunaan objek akuntansi menjadi luas seperti,
tingkatan manajemen perusahaan, semua badan investasi, lembaga
pemerintah, organisasi perantara, dan lain-lain. Dalam sistem
informasi akuntansi tradisional hanya dapat menghasilkan laporan
keuangan yang diberikan kepada eksekutif keuangan dan informasi
akuntansi yang lebih sedikit.
3. Untuk mengendalikan pada saat setelah kejadian, dan mengendalikan
di saat yang bersamaan. Akun memiliki fungsi untuk mengawasi dan
mengendalikan kegiatan ekonomi perusahaan. Dalam sistem
tradisional yang manual, sistem akuntansi komputer hanya dapat
memeriksa setelah kejadian, di mana kesalahan tidak dapat dihindari.
Sistem informasi akuntansi yang baru mengintegrasikan proses secara
real-time, biaya standar, kontrol atas otorisasi proses persetujuan,
pengelolaan anggaran, dan lain-lain.
14
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pembelian
2.3.1 Pengertian Pembelian
Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 431), pembelian
merupakan struktur interaksi antara orang-orang, peralatan, metode-
metode, dan pengendalian yang dirancang untuk mencapai fungsi-fungsi
utama antara lain untuk :
1) Menangani rutinitas pekerjaan yang berulang-ulang dari departemen
pembelian dan penerimaan.
2) Mendukung kebutuhan pengambilan keputusan dari orang-orang yang
mengatur departemen pembelian dan penerimaan.
3) Membantu dalam penyiapan laporan internal dan eksternal.
Menurut Mulyadi (2010: 299), pembelian adalah pengadaan barang
yang diperlukan oleh perusahaan. Fungsi yang terkait dengan akuntansi
pembelian adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Gudang
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab
untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi
persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang
telah diterima oleh fungsi penerimaan.
2. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam
pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada
pemasok yang dipilih.
3. Fungsi Penerimaan
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab
untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kualitas
barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau
tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Selain itu, fungsi
ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli
yang berasal dari transaksi retur penjualan.
15
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah
fungsi pencatatan persediaan. Fungsi pencatatan utang bertanggung
jawab untuk mencatat transaksi pembelian kedalam register bukti kas
keluar. Dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen bukti kas keluar
dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen bukti kas keluar yang
berfungsi sebagai catatan utang. Sedangkan fungsi persediaan
bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan barang
yang dibeli ke dalam kartu persediaan.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelian
adalah pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan yang terdiri
dari struktur interaksi antara orang-orang, peralatan, metode-metode, dan
pengendalian yang dirancang. Fungsi yang terkait dengan akuntansi
pembelian di antaranya adalah fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi
penerimaan, dan fungsi akuntansi.
2.3.2 Siklus Pembelian
Considine, Parkes, Olesen, Blount dan Speer (2013: 451) membagi
siklus pembelian menjadi empat proses utama, yaitu :
1. Menentukan permintaan barang
Dalam proses permintaan barang terdapat urutan aktivitas sebagai
berikut.
a) Mengumpulkan permintaan (collect requisition)
Pembelian mulai terjadi ketika permintaan telah diterima untuk
membeli barang atau meminta suatu jasa. Permintaan timbul dari
berbagai area organisasi, termasuk gudang yang meminta barang
yang dibutuhkan untuk persediaan. Permintaan pembelian
biasanya didasarkan pada reorder point (ROP).
b) Membuat permintaan pembelian
Setelah permintaan telah diterima dan diakumulasi (bila perlu),
permintaan pembelian (purchase requisition / PR) dapat dibuat.
Permintaan pembelian adalah dokumen yang digunakan hanya
secara internal. PR adalah permintaan dari salah satu bagian dari
16
organisasi ke bagian lain untuk meminta barang agar dipesan.
Sebelum membuat PR, data stok barang harus dicek terlebih
dahulu untuk menentukan apakah barang yang diminta termasuk
dalam persediaan, dan berapa banyak jumlah barang tersebut yang
masih ada dalam stok.
2. Memesan barang
Terdapat tiga aktivitas dalam proses pemesanan barang, yaitu adalah
sebagai berikut.
a) Memilih supplier
Proses ini adalah kegiatan di mana bagian pembelian menentukan
kepada siapa pemasok barang yang akan dipesan oleh perusahaan.
Perusahaan biasanya memiliki daftar supplier terotorisasi untuk
dipilih dari berbagai produk.
b) Membuat purchase order
Ketika supplier telah dipilih, bagian pembelian akan membuat
purchase order. Purchase order menghasilkan komitmen untuk
membeli dan membayar barang dan dibuat berdasarkan purchase
requisition data seperti detail produk dan jumlah barang yang
dibutuhkan.
3. Menerima barang
Dua kegiatan terkait proses penerimaan barang dalam siklus
pembelian antara lain adalah sebagai berikut.
a) Menerima barang
Barang yang diterima oleh bagian penerimaan menentukan
apakah barang dapat disetujui berdasarkan pada purchase order.
Bagian penerimaan barang harus mengecek barang untuk
memastikan bahwa barang tidak rusak dan jumlah yang dipesan
telah sesuai. Bagian penerimaan barang menandatangani berita
acara penerimaan barang untuk mengindikasikan bahwa barang
melalui pengiriman telah diterima.
b) Mencatat barang yang diterima
Pada bagian ini bagian penerimaan barang akan mencatat
informasi detail mengenai barang yang diterima.
17
4. Membayar barang
Aktivitas pembayaran barang meliputi :
a) Menyetujui pembayaran
Bagian pembayaran utang mengecek invoice dari supplier untuk
melihat ketepatan dan membandingkannya dengan purchase
order dan data barang yang diterima untuk memastikan bahwa
barang yang dipesan telah diterima, dan data telah sesuai dengan
invoice. Ketika bagian pembayaran telah menentukan bahwa
invoice harus dibayar maka pembayaran telah tercipta.
b) Melakukan pembayaran
Setelah persetujuan pembayaran, pembayaran akan diproses oleh
bagian pembayaran.
2.3.3 Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2010: 308-310), catatan akuntansi yang digunakan
untuk mencatat transaksi pembelian adalah sebagai berikut :
a. Register bukti kas keluar (voucher register).
b. Jurnal pembelian.
c. Kartu utang.
d. Kartu persediaan.
2.3.4 Risiko dan Prosedur Pengendalian pada Siklus Pembelian
Menurut Romney dan Steinbart (2012: 395-412) risiko yang dapat terjadi
dan prosedur pengendalian pada siklus pembelian dalam 4 tahap, yaitu :
1. Ordering Materials, Supplies and Services
Tujuan dari proses pembelian ini adalah untuk meminimalisasi biaya
berkaitan dengan mengatur persediaan yang mencukupi untuk semua
proses bisnis. Risiko yang mungkin terjadi dari tahap ini serta
alternatif pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasinya
adalah sebagai berikut :
a. Pencatatan persediaan yang tidak akurat
Salah satu risiko yang dihadapi pada tahap ini adalah pencatatan
persediaan yang tidak akurat yang dapat mengakibatkan habisnya
persediaan. Metode perpetual inventory dapat diterapkan untuk
18
memastikan informasi tentang jumlah persediaan yang terdapat
di gudang. Untuk mengurangi kesalahan pada saat memasukkan
data persediaan pada metode perpetual inventory, sebaiknya
input data secara manual dihindari dan diganti dengan
menggunakan teknologi infomasi untuk memastikan keakuratan
data. Perhitungan fisik secara periodik merupakan salah satu
pengendalian yang penting untuk membandingkan antara total
persediaan di gudang dengan pencatatan pada sistem.
b. Memesan barang-barang yang tidak dibutuhkan
Memesan barang-barang yang tidak dibutuhkan dapat
mengakibatkan tingginya biaya pembelian dan kegagalan untuk
mendapatkan diskon volume yang tersedia. Pencatatan yang
akurat pada metode perpetual inventory dapat memastikan
validitas dari permintaan pembelian yang secara otomatis
dihasilkan oleh pengendalian pada sistem. Permasalahan
selanjutnya adalah kemungkinan terjadinya pembelian barang
yang sama namun dari divisi yang berbeda sehingga fungsi yang
tersentralisasi dalam proses pembelian perlu untuk diterapkan.
Selain itu, supervisor harus melakukan review dan menyetujui
setiap PR yang terbentuk.
c. Membeli barang pada saat harga tinggi
Membeli barang pada saat harga tinggi dapat menyebabkan total
biaya menjadi semakin tinggi karena biaya pembelian barang
mendapat porsi paling besar dari total biaya produksi
manufaktur. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk
mengamankan harga terbaik terhadap barang – barang yang
dibeli. Adanya daftar harga untuk barang yang sering dibeli yang
disimpan di dalam sistem dan dikonsultasikan ketika akan
membuat pesanan merupakan sebuah pengendalian agar
perusahaan tidak membayar terlalu banyak untuk suatu barang
yang dibeli. Untuk barang khusus dengan biaya yang tinggi dapat
dilakukan competitive bidding dimana penawaran tertulis dari
supplier harus diminta oleh perusahaan. Pengendalian anggaran
juga sangat membantu dalam mengendalikan beban pembelian.
19
Pembelian harus dibebankan kepada akun divisi pembeli yang
bertanggung jawab menyetujui permintaan pembelian. Selain itu,
pengendalian anggaran juga dapat dilakukan dengan
membandingkan biaya aktual dengan anggaran, jika terdapat
deviasi yang cukup signifikan, maka harus diambil tindakan
investigasi.
d. Membeli barang dengan kualitas rendah
Dalam upaya untuk mendapatkan harga paling rendah, risiko
yang mungkin terjadi adalah membeli barang dengan kualitas
rendah. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
keterlambatan produksi dan menimbulkan total biaya yang
tinggi. Perusahaan harus mencari tahu supplier mana yang
menyediakan barang dengan kualitas terbaik dengan harga yang
kompetitif dengan melakukan pemeriksaan dan pemantauan
kualitas produk dari supplier. Pengendalian lainnya adalah
membuat daftar supplier yang telah disetujui dan diyakini
memberikan barang dengan kualitas terbaik. Setiap pembelian
kepada supplier yang baru harus dilakukan review dan diberikan
persetujuan oleh supervisor.
e. Supplier yang tidak dapat diandalkan
Supplier yang tidak dapat diandalkan dapat mengakibatkan
terjadinya keterlambatan produksi dan menimbulkan total biaya
yang tinggi. Memilih supplier yang memiliki sertifikasi mutu,
misalnya ISO 9000, merupakan salah satu bentuk pengendalian
yang dapat dilakukan. Namun, sistem informasi akuntansi juga
harus dirancang untuk dapat melihat dan melacak informasi
tentang kinerja supplier. Misalnya sistem Enterprise Resource
Planning (ERP) dikonfigurasikan untuk dapat menghasilkan
laporan secara otomatis mengenai PO yang belum dikirimkan
dalam jangka waktu yang sudah dijanjikan.
f. Membeli dari supplier yang tidak terotorisasi
Risiko membeli dari supplier yang tidak terotorisasi dapat
menimbulkan banyak masalah. Barang yang dibeli dari supplier
tersebut memiliki kemungkinan berkualitas rendah atau memiliki
20
harga yang tinggi. Selain itu, risiko ini juga dapat menimbulkan
masalah hukum, apabila melakukan transaksi bisnis terhadap
supplier illegal. Oleh karena itu, semua PO harus ditinjau ulang
untuk memastikan pembelian hanya dilakukan kepada supplier
yang telah disetujui. Pemeliharaan daftar supplier yang sudah
disetujui penting untuk dilakukan dan sistem harus dikonfigurasi
agar pembelian hanya dapat dilakukan kepada supplier yang
disetujui. Penggunaan pengendalian spesifik dari Electronic Data
Interchange (EDI), seperti penggunaan user IDs, password,
dapat membatasi otorisasi personal agar hanya dapat mengakses
hal-hal yang memang tanggung jawabnya.
g. Kickbacks
Kickbacks adalah hadiah atau bingkisan yang diberikan supplier
ke agen-agen pembelian untuk mempengaruhi pemilihan pada
supplier mana barang akan dibeli. Risiko ini dapat
mengakibatkan munculnya subjektivitas bagian pembelian dalam
memilih supplier mana saja yang akan menyalurkan barang
kebutuhan perusahaan. Untuk kickback yang memiliki pengertian
ekonomi, supplier harus menemukan beberapa cara untuk
memulihkan uang yang dihabiskan untuk suap kepada pembeli.
Hal ini biasanya dilakukan dengan menggelembungkan harga
pembelian selanjutnya atau mengganti barang pembelian dengan
yang berkualitas rendah. Untuk menghindari hal tersebut,
perusahaan harus melarang bagian pembelian menerima hadiah
dari supplier sehingga perlu diadakannya pelatihan terhadap
karyawan dalam hal ini, melakukan rotasi pekerjaan dan
mewajibkan karyawan untuk mengambil liburan sejenak.
2. Receiving and Storing Goods
Tujuan dari fungsi ini adalah melakukan verifikasi penerimaan
pesanan persediaan dan mengamankan persediaan terhadap
kehilangan atau pencurian. Risiko yang mungkin timbul dari tahap
ini serta alternatif pengendalian yang dapat digunakan untuk
mengatasinya adalah sebagai berikut :
21
a. Menerima barang yang tidak dipesan
Risiko menerima barang yang tidak dipesan dapat menimbulkan
penambahan biaya ketika harus membongkar barang yang
dikirimkan, menyimpan dan mengirimkan kembali barang
tersebut. Pengendalian paling baik untuk mengurangi risiko
tersebut adalah memerintahkan bagian penerimaan barang untuk
menerima barang yang dilengkapi dengan salinan PO yang telah
disetujui sehingga bagian penerimaan barang membutuhkan
akses kepada PO yang outstanding.
b. Kesalahan dalam menghitung barang yang diterima.
Melakukan kesalahan dalam menghitung barang yang diterima
dapat mempengaruhi akurasi pencatatan dengan metode
perpetual inventory sehingga harus dipastikan bahwa perusahaan
hanya membayar untuk barang yang benar-benar telah diterima.
Sebagai salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah
tidak memberi tahu bagian penerimaan jumlah barang yang
dipesan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengkomunikasi
dengan jelas kepada bagian penerimaan barang akan pentingnya
perhitunggan penerimaan barang secara hati-hati dan akurat.
Selain itu, perusahaan harus meminta karyawan bagian
penerimaan untuk menandatangani bukti penerimaan. Beberapa
perusahaan memberikan insentif kepada karyawan yang
menemukan perbedaan kuantitas antara packing slip dengan
jumlah barang aktual berdasarkan hasil perhitungan fisik.
Penggunaan metode Bar-code atau RFID juga dapat
meminimalisasi risiko dalam menghitung barang yang diterima.
c. Verifikasi penerimaan jasa
Perbedaan prosedur dibutuhkan dalam mengendalikan pembelian
jasa. Tantangan utama dalam hal ini adalah memastikan bahwa
pengadaan jasa benar-benar telah dilakukan dan hal ini memang
sulit untuk dipastikan. Salah satu pengendaliannya adalah
menunjuk seorang supervisor yang bertanggung jawab terhadap
semua biaya yang dibebankan kepada departemen terkait.
Supervisor diperlukan untuk mengakui penerimaan jasa dan
22
biaya terkait kemudian akan dibebankan ke akun di mana dia
bertanggung jawab. Selain itu, penting untuk dilakukannya
perbandingan biaya aktual dengan anggaran secara rutin untuk
menginvestigasi apabila terjadi perbedaan biaya.
d. Pencurian barang persediaan
Risiko pencurian barang persediaan dapat mengakibatkan
hilangnya persediaan yang dapat merugikan perusahaan. Untuk
mengatasi risiko ini dapat dilakukan beberapa prosedur
pengendalian. Pertama, persediaan harus disimpan pada lokasi
yang aman dengan akses yang terbatas. Kedua, seluruh
pemindahan persediaan harus didokumentasikan sehingga bagian
penerimaan dan bagian penyimpanan mengetahui akan adanya
pemindahan persediaan. Pendokumentasian tersebut juga harus
dilakukan ketika ingin melakukan pemindahan barang persediaan
dari bagian penyimpanan kepada bagian produksi. Ketiga,
penting untuk dilakukannya perhitungan fisik persediaan yang
dimiliki dan membandingkannya dengan pencatatan persediaan
secara periodik. Terakhir, perlunya pemisahan tanggung jawab
antara bagian penerimaan dan penyimpanan persediaan.
3. Approving Supplier Invoices
Tujuan tahap ini adalah memastikan perusahaan membayar hanya
pada barang dan jasa yang dipesan dan diterima. Risiko yang
mungkin timbul dari tahap ini serta alternatif pengendalian yang
dapat digunakan untuk mengatasinya adalah sebagai berikut :
a. Gagal menangkap kesalahan dalam tagihan supplier
Risiko gagal menangkap kesalahan dalam tagihan supplier dapat
terjadi karena adanya perbedaan antara kuota dengan harga yang
dibebankan atau terjadinya salah hitung terhadap jumlah tagihan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka penting untuk
dilakukannya pengecekan keakuratan tagihan supplier serta
harga dan kuantitas barang pada tagihan harus dibandingkan
dengan purchase order dan bukti penerimaan yang sesuai.
23
b. Kesalahan dalam melakukan posting ke akun hutang
Kesalahan dalam melakukan posting ke akun hutang dapat
mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pelaporan keuangan
dan kinerja perusahaan yang selanjutnya dapat mengakibatkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Pengendalian data
entry dan pemrosesan data sangat dibutuhkan untuk mencegah
risiko ini. Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah
membandingkan saldo akun supplier sebelum dan sesudah cek
diproses dengan tagihan yang sedang diproses serta saldo akun
supplier dibandingkan secara periodik dengan jumlah akun
hutang di buku besar.
4. Cash Disbursement
Tujuan pada tahap ini adalah organisasi harus mengamankan kas
perusahaan. Risiko yang mungkin timbul dari tahap ini serta
alternatif pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasinya
adalah sebagai berikut :
a. Membayar untuk barang yang tidak diterima
Risiko ini dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan kas
secara sia-sia atau terjadinya kesalahan perhitungan persediaan.
Pengendalian yang paling baik untuk mencegah hal tersebut
adalah membandingkan kuantitas barang pada tagihan supplier
dengan kuantitas yang dimasukkan pada sistem oleh bagian
persediaan yang menerima pemindahan barang persediaan dari
bagian penerimaan. Beberapa perusahaan mengharuskan bagian
persediaan untuk melakukan verifikasi terhadap bukti
penerimaan sebelum dokumen tersebut digunakan sebagai
dokumen pendukung pembayaran tagihan supplier. Melakukan
verifikasi terhadap pengadaan jasa akan lebih sulit dilakukan
apabila hanya dilakukan berdasarkan tagihan supplier. Oleh
karena itu, sebagian besar perusahaan bergantung pada
pengendalian anggaran dan melakukan review secara akurat
terhadap beban-beban dari setiap departemen untuk
24
menunjukkan potensi kecurangan yang perlu diinvestigasi lebih
lanjut.
b. Gagal dalam mengambil diskon pembelian
Risiko ini dapat mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan
uang lebih banyak untuk mendapatkan barang dalam jumlah
besar. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah
pengajuan tagihan dengan tanggal jatuh tempo untuk mendapat
diskon. Tagihan yang telah disetujui harus dilengkapi dengan
tanggal jatuh tempo dan sistem harus dirancang untuk dapat
melacak tagihan yang telah jatuh tempo dan dapat mencetak
daftar semua tagihan yang outstanding secara periodik.
Anggaran arus kas yang menunjukkan arus kas masuk yang
diekspetasi dan komitmen yang masih outstanding juga dapat
membantu perusahaan membuat perencanaan dalam
memanfaatkan diskon pembelian yang tersedia.
c. Membayar tagihan yang sama dua kali
Risiko ini dapat mempengaruhi kebutuhan arus kas dan terjadi
pencatatan keuangan yang tidak sesuai. Hal ini terjadi dengan
berbagai cara, misalnya terdapat duplikat invoice yang dikirim
setelah cek perusahaan dikirimkan ke supplier. Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah memastikan bahwa tagihan yang
akan dibayar adalah hanya tagihan yang dilengkapi dengan
invoice asli dan dokumen pendukung lainnya seperti purchase
order dan bukti penerimaan serta membatalkan semua dokumen
pendukung saat pembayaran telah dilakukan.
d. Pencurian kas
Kas merupakan aset paling likuid yang sangat mudah untuk
disalahgunakan. Pencurian kas dapat mengakibatkan kerugian
perusahaan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah
terdapatnya pemisahan tanggung jawab antara bagian yang
melakukan verifikasi tagihan dengan bagian yang melakukan
pembayaran. Selain itu penting untuk dilakukannya pembatasan
akses ke kas dan cek kosong serta penandatanganan cek oleh dua
otorisasi untuk jumlah yang lebih banyak. Pengendalian lainnya
25
adalah seseorang yang independen dari prosedur pembayaran
melakukan rekonsiliasi dengan akun bank.
e. Penyalahgunaan cek
Penyalahgunaan cek dapat mengakibatkan pengeluaran cek
untuk supplier fiktif. Pengendalian yang perlu dilakukan adalah
melindungi mesin pencetak cek dan membatasi akses kepadanya
serta menggunakan tinta khusus pada saat mencetak cek.
Melakukan rekonsiliasi bank merupakan pengendalian paling
penting untuk mendeteksi penipuan cek.
f. Permasalahan arus kas
Penting untuk dilakukannya perencanaan dan pengawasan
pengeluaran untuk mencegah permasalahan arus kas.
Permasalahan arus kas dapat mengakibatkan tingginya arus kas
keluar dibandingkan dengan arus kas masuk perusahaan. Oleh
karena itu, anggaran arus kas merupakan pengendalian terbaik
untuk mengurangi risiko ini. Anggaran arus kas menunjukkan
arus kas masuk yang diekspetasi dan komitmen yang masih
outstanding untuk membantu perusahaan membuat perencanaan
dalam melakukan pembayaran supplier.
2.3.5 Retur Pembelian
Menurut Mulyadi (2010:339), retur pembelian terdiri dari beberapa
prosedur berikut ini:
a. Prosedur perintah retur pembelian, retur pembelian terjadi atas
perintah fungsi pembelian kepada fungsi pengiriman untuk
mengirimkan kembali barang yang telah diterima oleh fungsi
penerimaan kepada pemasok yang bersangkutan.
b. Prosedur pengiriman barang, dalam prosedur ini fungsi
pengiriman menginginkan barang kepada pemasok sesuai dengan
perintah retur pembelian yang tercantum dalam memo debit dan
membuat laporan pengiriman barang untuk transaksi retur
pembelian tersebut.
c. Prosedur pencatatan utang, dalam prosedur ini fungsi akuntansi
memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan retur
26
pembelian (memo debit dan laporan pengiriman barang) dan
menyelenggarakan pencatatan berkurangnya utang dalam kartu
utang atau mengarsipkan dokumen memo debit sebagai
pengurang utang.
2.3.6 Dokumen Retur Pembelian
Dokumen yang digunakan dalam sistem retur pembelian adalah:
a. Memo debit, merupakan formulir yang diisi oleh fungsi
pembelian yang memberikan otorisasi bagi fungsi pengiriman
untuk mengirimkan kembali barang yang telah dibeli oleh
perusahaan dan bagi fungsi akuntansi untuk mendebit rekening
utang karena transaksi retur pembelian.
b. Laporan pengiriman barang, dokumen ini dibuat oleh fungsi
pengiriman untuk melaporkan jenis dan kuantitas barang yang
dikirimkan kembali kepada pemasok sesuai dengan perintah retur
pembelian dalam memo debit dari fungsi pembelian.
2.4 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Persediaan
2.4.1 Pengertian Persediaan
Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011: 250), perusahaan
mengklasifikasikan persediaan bergantung pada jenis perusahaannya.
Dalam perusahaan dagang, persediaan memiliki dua karakteristik :
1. Persediaan dimiliki oleh perusahaan tersebut.
2. Persediaan dalam bentuk siap untuk dijual kepada pelanggan dalam
kegiatan usaha normal dan hanya dalam satu bentuk klasifikasi, yaitu
persediaan (merchandise inventory) untuk mendeskripsikan
banyaknya barang yang merupakan total dari persediaan.
Dalam perusahaan manufaktur, beberapa persediaan dapat tidak siap
dijual. Perusahaan manufaktur biasanya membagi persediaan menjadi
tiga kategori :
1. Barang jadi (finished goods) adalah barang pabrik yang sudah
lengkap dan siap dijual.
27
2. Barang dalam proses (work in process) bagian dalam barang pabrik
yang sudah diserahkan dalam proses produksi tetapi belum selesai.
3. Bahan baku (raw material) adalah bahan dasar yang akan digunakan
dalam produksi tetapi belum diserahkan dalam proses produksi.
Menurut Sartono (2010: 443), persediaan pada umumnya merupakan
salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu
perusahaan, karena persediaan merupakan faktor penting dalam
menentukan kelancaran operasi perusahaan. Ditinjau dari segi neraca,
persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada
tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan
atau diproses dalam periode normal perusahaan.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, persediaan
adalah salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam
suatu perusahaan dan bergantung pada jenis perusahaannya. Jenis
perusahaan tersebut yaitu, perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur.
2.4.2 Prosedur Persediaan
Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi
persediaan menurut Mulyadi (2010: 559-575) adalah:
1. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang : Prosedur ini
merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi
biaya produksi.
2. Sistem perhitungan fisik persediaan : Sistem perhitungan fisik
persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung
secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya
digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian gudang
mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggung
jawaban bagian kartu persediaan mengenai keandalan (adjustment)
terhadap catatan persediaan di bagian kartu persediaan.
28
2.4.3 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011: 201) perusahaan dapat
menggunakan satu dari dua sistem untuk mencatat persediaan. Dua
sistem tersebut antara lain adalah:
1. Perpetual System
Dalam sistem perpetual, perusahaan melakukan pencatatan biaya
detail dari setiap persediaan yang dibeli dan dijual. Pencatatan ini
secara kontinyu menunjukkan persediaan yang ada di tangan untuk
setiap barang. Dalam metode perpetual, perusahaan menentukan
harga pokok barang (cost of goods sold) setiap penjualan terjadi.
2. Periodic System
Dalam sistem periodik, perusahaan tidak terus melakukan pencatatan
biaya detail dari setiap periode. Penentuan harga pokok hanya pada
saat akhir dari periode akuntansi.
2.5 Pajak Pertambahan Nilai
2.5.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2011: 273), Pajak Pertambahan Nilai
merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini
karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk
menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan
pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara,
mendorong ekspor, dan pembebanan pajak.
2.5.2 Dasar Hukum
Undang-Undang yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009. Undang-
undang ini disebut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984,.
29
2.5.3 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Mardiasmo (2011: 286-287) menyatakan bahwa, tarif PPN yang
berlaku saat ini adalah 10%, sedangkan tarif PPN sebesar 0% diterapkan
atas:
a. Ekspor BKP Berwujud
b. Ekspor BKP Tidak Berwujud
c. Ekspor JKP
Pengenaan tarif 0% tidak berarti pembebasan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar
untuk perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat
dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan peningkatan
kebutuhan dana untuk pembangunan, pemerintah diberi wewenang
mengubah tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi paling rendah 5% dan
paling tinggi 15% dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan
tarif sebagaimana dimaksud ini dikemukakan oleh pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pembahasan dan penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2.6 Teori Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
2.6.1 Requirement Analysis
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 122-123), Requirements
Analysis terbagi sebagai berikut :
- System Requirements adalah spesifikasi yang mendefinisikan fungsi
yang akan disediakan oleh sistem.
- Functional Requirements adalah persyaratan fungsional sistem yang
menggambarkan kegiatan atau proses yang harus sistem lakukan.
- Nonfunctional Requirements adalah sebuah karekteristik dari sistem
selain kegiatan yang mendukung proses bisnis.
30
2.6.2 Modeling and The Requirements Discipline
2.6.2.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 141), activity
diagram adalah sebuah tipe workflow yang menggambarkan
aktivitas pengguna mengenai proses bisnis. Workflow adalah
urutan langkah-langkah untuk memproses transaksi bisnis.
2.6.2.2 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 168), event
table adalah sebuah katalog dari use cases yang mendaftarkan
kejadian-kejadian dalam baris dan potongan informasi mengenai
setiap kejadian dalam kolom. Event table termasuk baris dan
kolomnya, mewakili kejadian dan rinciannya masing-masing.
2.6.2.3 Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 187), domain
model class Diagram adalah sebuah diagram UML yang
menggambarkan semua yang penting dalam pekerjaan user,
kelas-kelas problem domain, atribut, serta hubungan antar kelas.
Class diagram digunakan untuk menunjukkan kelas-kelas objek
pada sistem.
2.6.2.4 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 242), usecase
diagram adalah sebuah diagram menunjukkan berbagai peran
pengguna dan cara para pengguna berinteraksi dengan sistem.
Sebuah use case digambarkan dengan sebuah bentuk elips yang
berada di dalam ruang segi empat yang disebut lifeline. Aktor
digambarkan dengan stick figure, dan hubungan antara keduanya
digambarkan dengan sebuah garis yang menghubungkan antara
aktor dan use case.
31
2.6.2.5 Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 171), Use Case
Description adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses
dari sebuah Use Case.
Use Case Description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Brief Description
Brief Description dapat digunakan untuk Use Case yang
sangat sederhana dan bila sistem yang sedang dibangun
berskala kecil.
2. Intermediate Description
Intermediate Description merupakan pengembangan dari
Brief Description untuk meyertakan aliran internal dari
aktivitas untuk sebuah Use Case Exception dapat digunakan.
3. Fully Developed Description
Fully Developed Description adalah metode paling formal
yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan Use Case.
2.6.2.6 Statechart Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 260), Statechart
Diagram adalah sebuah diagram yang memungkinkan untuk
pedeskripsian berbagai masalah domain class yang memiliki
perilaku kompleks/status kondisi yang perlu diacak. Statechart
Diagram terdiri dari oval yang mewakili bagian objek dan panah
yang mewakili transisi.
2.6.2.7 First Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 413), First Cut
Design Class Diagram adalah diagram yang dikembangkan
dengan memperpanjang Domain Model Class Diagram. Hal ini
membutuhkan dua langkah:
1. Menguraikan atribut dengan tipe dan informasi nilai awal
2. Menambahkan arah panas navigasi
32
2.6.2.8 System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 252), System
Sequence Diagram (SSD) adalah diagram yang digunakan untuk
menggambarkan aliran informasi ke dalam dan keluar dari sistem
yang otomatis. SSD juga menggambarkan bagaimana aktor
berinteraksi kepada sistem dengan melakukan input data dan
menerima output data.
2.6.2.9 Three Layer Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 434), tahapan
selanjutnya adalah pengembangan System Sequence Diagram
dengan memperluas objek-objek yang terlibat dengan membuat
three layer design, termasuk view layer dan data access layer.
Three layer adalah desain yang sangat kuat dan fleksibel untuk
sistem.
2.6.2.10 Updated Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 457), Update
design class diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer.
Pada view dan data access layer, harus ditambahkan beberapa
class baru. Domain layer juga memiliki class baru yang
ditambahkan sebagai use case controller.
2.6.2.11 Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 459), Package
diagram adalah suatu diagram tingkat tinggi yang sederhana
yang memungkinkan perancang untuk menghubungkan kelas-
kelas dengan grup yang terelasi. Diagram ini mengilustrasikan
three-design layer, yaitu view layer, domain layer, dan data
access layer dan memperlihatkan setiap lapisan sebagai paket
yang terpisah.
33
2.6.2.12 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 531) User
Interface adalah bagian dari sebuah sistem informasi yang
membutuhkan interaksi pengguna untuk membuat input dan
ouput. Sebuah user interface memungkinkan pengguna untuk
berinteraksi dengan komputer.
2.6.2.13 Persistent Object
Persistent object menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009:
504) adalah obyek yang tersedia untuk dapat digunakan
sepanjang waktu. Persistent object disebut juga relational
database yang digunakan dalam bentuk tabel yang diisi atribut
beserta dengan masing – masing nilai dari atribut tersebut. Di
tiap tabel tersebut memeiliki primary key, di mana primary key
tersebut merupakan sebuah atribut yang unik.
2.6.2.14 Deployment and Software Architecture
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 291-340)
deployment environment terdiri dari hardware, software,
network. Deployment environment terbagi atas dua tipe, yaitu:
1. Single Computer Architecture
Single computer architecture menggunakan sistem komputer
tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama
single computer architecture adalah kesederhanaannya.
Sistem informasi yang dijalankan pada single computer
architecture umumnya mudah dirancang, dibangun,
dioperasikan dan dikelola.
2. Multitier Computer Architecture
Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur
yang menggunakan proses pengeksekusiannya terjadi di
beberapa komputer. Multitier computer architecture dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
34
a. Clustered Architecture
Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa komputer dengan model dan
produksi yang sama.
b. Multicomputer Architecture
Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur
yang menggunakan beberapa komputer namun dengan
spesifikasi yang berbeda-beda.
Deployment architecture menurut Satzinger, Jackson, dan
Burd (2009: 341-342) dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Centralized Architecture
Centralized Architecture merupakan arsitektur yang
menggambarkan penyebaran sistem komputer pada satu
lokasi. Centralized Architecture umumnya digunakan untuk
proses aplikasi berskala besar termasuk batch dan real-time
application.
2. Distributed Architecture
Distributed Architecture merupakan arsitektur yang
menggambarkan penyebaran sistem komputer pada beberapa
tempat dengan menggunakan jaringan komputer.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 342-344),
software architecture terdiri atas dua, yaitu:
1. Client/server architecture
Client/server architecture membagi software ke dalam dua
tipe, client dan server. Server berfungsi untuk mengolah
sumber informasi atau menyediakan services. Sedangkan
client berfungsi untuk berkomunikasi dengans server untuk
meminta sumber daya atau services dan server akan
merespon terhadap permintaan tersebut.
35
2. Three-layer client/server architecture
Three-layer client/server architecture merupakan
pengembangan dari client/server architecture yang terdiri
dari tiga layer, yaitu:
a. Data layer
Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada
satu atau lebih database.
b. Business logic layer
Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan
prosedur dari proses bisnis.
c. View layer
Merupakan layer yang menerima input dan menampilkan
hasil proses.
2.7 Database
2.7.1 Pengertian Database
Menurut Connolly dan Begg (2010: 65), database adalah suatu
kumpulan data yang saling berhubungan secara logis dan penjelasan
tentang data yang terhubung tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh organisasi. Database
tidak hanya menyimpan data operasional organisasi tetapi juga deskripsi
data tersebut.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 488), database adalah
kumpulan terintegrasi dari data yang disimpan yang dikelola dan
dikendalikan secara terpusat. Database umumnya menyimpan informasi
tentang puluhan atau ratusan jenis entitas atau kelas.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, database
adalah kumpulan data yang terintegrasi sehingga dapat memberikan
informasi yang diperlukan oleh organisasi. Database menyimpan entitas
atau atribut kelas, hubungan antar entitas atau kelas, dan juga deskripsi
data tersebut.
36
2.7.2 Database Management System (DBMS)
Menurut Connolly dan Begg (2010: 66), DBMS adalah sistem
perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk menjelaskan,
membuat, memelihara, dan mengatur akses ke database.
DBMS menyediakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. DBMS memperbolehkan pengguna untuk mendefinisikan
database melalui Data definition Language (DDL).
2. DBMS memperbolehkan pengguna untuk menyisipkan,
memperbaharui, menghapus, dan mengambil data dari database
melalui Data Manipulation Language (DML).
3. DBMS menyediakan akses ke dalam database. Sebagai contoh,
DBMS menyediakan:
a) Sistem keamanan, yang mencegah pengguna yang tidak
berwenang mengakses database.
b) Sistem integritas, yang mempertahankan konsistensi data
yang disimpan.
c) Sistem pengendalian konkurensi, yang memungkinkan
pengguna dapat mengakses database bersama.
d) Sistem pengendalian perbaikan, yang mengembalikan
database ke keadaan sebelumnya.
e) Katalog yang dapat diakses pengguna, yang berisi deskripsi
data dalam database.
37
2.7.3 Komponen DBMS
Adapun komponen DBMS menurut Connolly (2010: 68) sebagai
berikut:
1. Hardware (Perangkat Keras)
DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras untuk
menjalankannya. Perangkat keras dapat melingkupi komputer
pribadi, mainframe, dan sebuah jaringan komputer.
2. Software (Perangkat Lunak)
Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS itu
sendiri dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi,
termasuk perangkat lunak jaringan jika DBMS digunakan melalui
jaringan.
3. Data
Komponen penting dalam lingkungan DBMS, ditentukan dari sudut
pandang dari pengguna akhir mengenai data. Data merupakan
jembatan antara komponen mesin dengan komponen manusia.
4. Procedure (tata cara)
Prosedur merupakan petunjuk dan aturan dalam membangun dan
menggunakan database.
5. People (manusia)
Komponen terakhir adalah manusia yang terlibat dalam sistem
tersebut.
38
2.7.4 Keuntungan DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2010: 77), keuntungan DBMS adalah
sebagai berikut:
a. Mengendalikan data yang berulang
b. Konsistensi data
c. Informasi lebih dari jumlah data yang sama
d. Berbagi data
e. Meningkatkan integrasi data
f. Meningkatkan keamanan
g. Penguatan standar
h. Skala ekonomis
i. Menyeimbangkan kebutuhan yang konflik
2.7.5 Kerugian DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2010, p80), kerugian DBMS adalah
sebagai berikut:
a. Kompleksitas
b. Ukuran
c. Biaya dari DBMS
d. Biaya dari perangkat keras tambahan
e. Biaya konversi
f. Kinerja
g. Pengaruh yang besar dari kegagalan
39
2.8 Kerangka Berpikir
Penentuan Awal:
1. Latar Belakang
2. Ruang Lingkup
3. Tujuan dan Manfaat
4. Metodologi Penelitian
5. Sistematika Penulisan
Metodologi Penelitian:
1. Studi kepustakaan
2. Metode Pengumpulan Data, terdiri dari :
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
3. Metode Analisis yang Berjalan
4. Metode Analisis dan Perancangan yang Diusulkan
5. Metode Pencatatan Jurnal
Data-data yang dibutuhkan:
1. Profil Perusahaan
2. Struktur organisasi beserta tugasnya
3. Prosedur sistem yang berjalan
Teori yang digunakan:
1. Sistem informasi akuntansi siklus pembelian dan persediaan
2. Object-oriented Analysis and Design (OOAD)
Identifikasi masalah pada sistem yang berjalan
Usulan pemecahan masalah pada sistem yang berjalan
Perancangan dengan metode Object-Oriented Analysis and Design (OOAD):
1. Activity Diagram
2. Event Table
3. Use case diagram
4. Use case description
5. Statechart diagram
6. Domain class diagram
7. First-cut design class diagram
8. System sequence diagram
9. Three layer sequence diagram
10. Updated design class diagram
11. Package diagram
12. User interface
13. Data Structure
14. Persistent object
Membuat aplikasi dengan bahasa pemrograman
Visual Studio C# dan database SQL Server
Membuat Deployment, Software architecture, dan
Schedule Project untuk implementasi dan pelatihan
sistem baru
Gambar 2.15 Kerangka Berpikir