BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian...

32
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2010: 26), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Sistem memiliki 3 fungsi dasar, yaitu, input, proses, dan output. Menurut Romney dan Steinbart (2012: 24), sistem adalah kumpulan dari dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil, masing – masing melaksanakan fungsi penting dan mendukung sistem yang lebih besar. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem merupakan komponen – komponen yang saling berhubungan yang bertujuan untuk menghasilkan output. Tiga fungsi dasar sistem adalah input, proses, dan output. 2.1.2 Pengertian Informasi Menurut O’Brien (2010: 34), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu. Data menjadi nilai tambah dalam proses ketika dikumpulkan, dimanipulasi, diorganisir, konten dianalisis dan dievaluasi, dan ditempatkan dalam konteks yang tepat bagi pengguna. Menurut Stair dan Reynolds (2010: 5), informasi adalah kumpulan fakta-fakta yang terorganisir sehingga memiliki nilai tambah melebihi nilai dari fakta-fakta individu tersebut. Tipe informasi dihasilkan bergantung dengan hubungan yang ditetapkan di antara data yang ada. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, informasi adalah hasil dari pengolahan data yang sudah terorganisir yang memiliki nilai tambah dan berguna bagi para pemakai akhir. Tipe informasi dihasilkan bergantung dengan hubungan yang ditetapkan di antara data yang ada.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian...

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut O’Brien (2010: 26), sistem adalah sekelompok komponen

yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama

dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses

transformasi yang teratur. Sistem memiliki 3 fungsi dasar, yaitu, input,

proses, dan output.

Menurut Romney dan Steinbart (2012: 24), sistem adalah kumpulan

dari dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan.

Sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil, masing – masing

melaksanakan fungsi penting dan mendukung sistem yang lebih besar.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem

merupakan komponen – komponen yang saling berhubungan yang

bertujuan untuk menghasilkan output. Tiga fungsi dasar sistem adalah

input, proses, dan output.

2.1.2 Pengertian Informasi

Menurut O’Brien (2010: 34), informasi adalah data yang telah diubah

menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir

tertentu. Data menjadi nilai tambah dalam proses ketika dikumpulkan,

dimanipulasi, diorganisir, konten dianalisis dan dievaluasi, dan

ditempatkan dalam konteks yang tepat bagi pengguna.

Menurut Stair dan Reynolds (2010: 5), informasi adalah kumpulan

fakta-fakta yang terorganisir sehingga memiliki nilai tambah melebihi

nilai dari fakta-fakta individu tersebut. Tipe informasi dihasilkan

bergantung dengan hubungan yang ditetapkan di antara data yang ada.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, informasi

adalah hasil dari pengolahan data yang sudah terorganisir yang memiliki

nilai tambah dan berguna bagi para pemakai akhir. Tipe informasi

dihasilkan bergantung dengan hubungan yang ditetapkan di antara data

yang ada.

10

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2010: 4), sistem informasi adalah kombinasi

teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan

sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan

informasi dalam sebuah organisasi. Orang-orang bergantung dengan

sistem informasi modern untuk berkomunikasi dengan yang lainnya

menggunakan berbagai perangkat fisik (hardware), prosedur dan

instruksi pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi

(networks), dan data yang disimpan (data resources).

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 6), sistem informasi

adalah kumpulan komponen yang saling terkait yang mengumpulkan,

memproses, menyimpan, dan menyediakan output informasi yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugas bisnis. Menyelesaikan tugas bisnis

adalah “masalah” yang dibicarakan sebelumnya.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem

informasi adalah kombinasi dari komponen – komponen terkait, yang

dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses dan

menyediakan output informasi yang diperlukan oleh pengguna dalam

sebuah organisasi. Komponen – komponen tersebut berupa perangkat

fisik (hardware), prosedur dan instruksi pemrosesan informasi

(software), saluran komunikasi (networks), dan data yang disimpan (data

resources).

2.2 Sistem Informasi Akuntansi

2.2.1 Pengertian Akuntansi

Menurut Warren, Reeve dan Duchac ( 2011: 3), akuntansi adalah

sebuah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pengguna

mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi dari sebuah bisnis. Proses di

mana akuntansi menyediakan informasi kepada pengguna adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi pengguna.

2. Menilai kebutuhan informasi pengguna.

3. Mendesain sistem informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan

pengguna.

11

4. Mencatat data ekonomi mengenai aktifitas dan kejadian bisnis.

5. Menyiapkan laporan akuntansi kepada pengguna.

Menurut Label ( 2010: 2), akuntansi adalah bahasa bisnis yang terdiri

dari proses mencatat, mengklasifikasikan, dan merangkum kejadian

ekonomi melalui dokumen atau laporan keuangan tertentu. Tujuan

akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang membantu dalam

membuat keputusan keuangan yang benar.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, akutansi

adalah sebuah sistem informasi yang terdiri dari proses mencatat,

mengklasifikasikan, dan merangkum kejadian ekonomi yang

menghasilkan informasi mengenai kondisi atau kegiatan ekonomi. Tujuan

akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang membantu dalam

membuat keputusan keuangan yang benar.

2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2012: 30), sistem informasi

akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, merekam, menyimpan dan

memproses data akuntansi dan data lainnya untuk menghasilkan

informasi bagi para pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi

dapat dan harus menjadi sistem informasi utama organisasi, yang

menyediakan pengguna dengan informasi yang dibutuhkan mereka dalam

melakukan pekerjaannya.

Menurut Turner dan Weickgenannt (2013: 4) sistem informasi

akuntansi meliputi proses, prosedur dan sistem yang mengambil data

akuntansi dari proses bisnis; mencatat data akuntansi ke dalam jurnal

yang tepat; memproses data akuntansi dengan mengklasifikasikan,

merangkum, dan menggabungkan; dan melaporkan hasil rangkuman data

akuntansi kepada pengguna internal dan eksternal. Terdapat empat jenis

proses bisnis umum dalam sistem informasi akuntansi yaitu, proses

pendapatan, proses pengeluaran, proses konversi, dan proses

administrasi.

12

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem

informasi akuntansi adalah sistem yang mengumpulkan, merekam,

menyimpan dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk

menghasilkan informasi kepada pihak internal dan eksternal perusahaan.

Proses bisnis yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi yaitu,

proses pendapatan, proses pengeluaran, proses konversi, dan proses

administrasi.

2.2.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2012: 30), ada enam buah komponen

dalam sistem informasi akuntansi, yaitu:

• Orang yang menjalankan sistem dan melaksanakan berbagai fungsi.

• Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis, termasuk di

dalamnya mengumpulkan, memproses dan menyimpan data

mengenai kegiatan organisasi.

• Data mengenai organisasi dan proses bisnisnya.

• Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data.

• Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perangkat, dan

peralatan komunikasi jaringan yang digunakan dalam sistem

informasi akuntansi.

• Pengendalian internal dan keamanan untuk mengamankan data sistem

informasi akuntansi.

2.2.4 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Hall (2012: 11) adalah

sebagai berikut:

• Mendukung operasional harian perusahaan

Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk

membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien

dan efektif.

13

• Mendukung fungsi kepengurusan manajemen

Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk

mengatur sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi

menyediakan informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai

eksternal melalui laporan keuangan tradisional dan laporan-laporan

yang diminta lainnya. Secara eksternal, pihak manajemen menerima

informasi kepengurusan dari berbagai laporan pertanggungjawaban.

• Mendukung proses pengambilan keputusan manajemen

Sistem informasi memberikan informasi yang diperlukan para

manajer untuk melakukan tanggung jawab pengambilan keputusan.

2.2.5 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Salehi (2010: 189), ada beberapa manfaat dari sistem

informasi akuntansi, yaitu:

1. Kerjasama yang baik, karena konsumen untuk memastikan operasi

normal produksi perusahaan, mereka harus memahami dan

mengendalikan alur dan menjaga bahan tepat waktu. Dalam

tradisional, kegiatan perusahaan dibagi sesuai dengan fungsi dan

pelaksanaannya.

2. Untuk memenuhi kebutuhan banyak pengguna, dengan perubahan

pada lingkungan, penggunaan objek akuntansi menjadi luas seperti,

tingkatan manajemen perusahaan, semua badan investasi, lembaga

pemerintah, organisasi perantara, dan lain-lain. Dalam sistem

informasi akuntansi tradisional hanya dapat menghasilkan laporan

keuangan yang diberikan kepada eksekutif keuangan dan informasi

akuntansi yang lebih sedikit.

3. Untuk mengendalikan pada saat setelah kejadian, dan mengendalikan

di saat yang bersamaan. Akun memiliki fungsi untuk mengawasi dan

mengendalikan kegiatan ekonomi perusahaan. Dalam sistem

tradisional yang manual, sistem akuntansi komputer hanya dapat

memeriksa setelah kejadian, di mana kesalahan tidak dapat dihindari.

Sistem informasi akuntansi yang baru mengintegrasikan proses secara

real-time, biaya standar, kontrol atas otorisasi proses persetujuan,

pengelolaan anggaran, dan lain-lain.

14

2.3 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pembelian

2.3.1 Pengertian Pembelian

Menurut Gelinas, Dull, dan Wheeler (2012: 431), pembelian

merupakan struktur interaksi antara orang-orang, peralatan, metode-

metode, dan pengendalian yang dirancang untuk mencapai fungsi-fungsi

utama antara lain untuk :

1) Menangani rutinitas pekerjaan yang berulang-ulang dari departemen

pembelian dan penerimaan.

2) Mendukung kebutuhan pengambilan keputusan dari orang-orang yang

mengatur departemen pembelian dan penerimaan.

3) Membantu dalam penyiapan laporan internal dan eksternal.

Menurut Mulyadi (2010: 299), pembelian adalah pengadaan barang

yang diperlukan oleh perusahaan. Fungsi yang terkait dengan akuntansi

pembelian adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Gudang

Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab

untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi

persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang

telah diterima oleh fungsi penerimaan.

2. Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi

mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam

pengadaan barang dan mengeluarkan order pembelian kepada

pemasok yang dipilih.

3. Fungsi Penerimaan

Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab

untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kualitas

barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau

tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Selain itu, fungsi

ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli

yang berasal dari transaksi retur penjualan.

15

4. Fungsi Akuntansi

Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah

fungsi pencatatan persediaan. Fungsi pencatatan utang bertanggung

jawab untuk mencatat transaksi pembelian kedalam register bukti kas

keluar. Dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen bukti kas keluar

dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen bukti kas keluar yang

berfungsi sebagai catatan utang. Sedangkan fungsi persediaan

bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan barang

yang dibeli ke dalam kartu persediaan.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelian

adalah pengadaan barang yang diperlukan oleh perusahaan yang terdiri

dari struktur interaksi antara orang-orang, peralatan, metode-metode, dan

pengendalian yang dirancang. Fungsi yang terkait dengan akuntansi

pembelian di antaranya adalah fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi

penerimaan, dan fungsi akuntansi.

2.3.2 Siklus Pembelian

Considine, Parkes, Olesen, Blount dan Speer (2013: 451) membagi

siklus pembelian menjadi empat proses utama, yaitu :

1. Menentukan permintaan barang

Dalam proses permintaan barang terdapat urutan aktivitas sebagai

berikut.

a) Mengumpulkan permintaan (collect requisition)

Pembelian mulai terjadi ketika permintaan telah diterima untuk

membeli barang atau meminta suatu jasa. Permintaan timbul dari

berbagai area organisasi, termasuk gudang yang meminta barang

yang dibutuhkan untuk persediaan. Permintaan pembelian

biasanya didasarkan pada reorder point (ROP).

b) Membuat permintaan pembelian

Setelah permintaan telah diterima dan diakumulasi (bila perlu),

permintaan pembelian (purchase requisition / PR) dapat dibuat.

Permintaan pembelian adalah dokumen yang digunakan hanya

secara internal. PR adalah permintaan dari salah satu bagian dari

16

organisasi ke bagian lain untuk meminta barang agar dipesan.

Sebelum membuat PR, data stok barang harus dicek terlebih

dahulu untuk menentukan apakah barang yang diminta termasuk

dalam persediaan, dan berapa banyak jumlah barang tersebut yang

masih ada dalam stok.

2. Memesan barang

Terdapat tiga aktivitas dalam proses pemesanan barang, yaitu adalah

sebagai berikut.

a) Memilih supplier

Proses ini adalah kegiatan di mana bagian pembelian menentukan

kepada siapa pemasok barang yang akan dipesan oleh perusahaan.

Perusahaan biasanya memiliki daftar supplier terotorisasi untuk

dipilih dari berbagai produk.

b) Membuat purchase order

Ketika supplier telah dipilih, bagian pembelian akan membuat

purchase order. Purchase order menghasilkan komitmen untuk

membeli dan membayar barang dan dibuat berdasarkan purchase

requisition data seperti detail produk dan jumlah barang yang

dibutuhkan.

3. Menerima barang

Dua kegiatan terkait proses penerimaan barang dalam siklus

pembelian antara lain adalah sebagai berikut.

a) Menerima barang

Barang yang diterima oleh bagian penerimaan menentukan

apakah barang dapat disetujui berdasarkan pada purchase order.

Bagian penerimaan barang harus mengecek barang untuk

memastikan bahwa barang tidak rusak dan jumlah yang dipesan

telah sesuai. Bagian penerimaan barang menandatangani berita

acara penerimaan barang untuk mengindikasikan bahwa barang

melalui pengiriman telah diterima.

b) Mencatat barang yang diterima

Pada bagian ini bagian penerimaan barang akan mencatat

informasi detail mengenai barang yang diterima.

17

4. Membayar barang

Aktivitas pembayaran barang meliputi :

a) Menyetujui pembayaran

Bagian pembayaran utang mengecek invoice dari supplier untuk

melihat ketepatan dan membandingkannya dengan purchase

order dan data barang yang diterima untuk memastikan bahwa

barang yang dipesan telah diterima, dan data telah sesuai dengan

invoice. Ketika bagian pembayaran telah menentukan bahwa

invoice harus dibayar maka pembayaran telah tercipta.

b) Melakukan pembayaran

Setelah persetujuan pembayaran, pembayaran akan diproses oleh

bagian pembayaran.

2.3.3 Catatan Akuntansi yang Digunakan

Menurut Mulyadi (2010: 308-310), catatan akuntansi yang digunakan

untuk mencatat transaksi pembelian adalah sebagai berikut :

a. Register bukti kas keluar (voucher register).

b. Jurnal pembelian.

c. Kartu utang.

d. Kartu persediaan.

2.3.4 Risiko dan Prosedur Pengendalian pada Siklus Pembelian

Menurut Romney dan Steinbart (2012: 395-412) risiko yang dapat terjadi

dan prosedur pengendalian pada siklus pembelian dalam 4 tahap, yaitu :

1. Ordering Materials, Supplies and Services

Tujuan dari proses pembelian ini adalah untuk meminimalisasi biaya

berkaitan dengan mengatur persediaan yang mencukupi untuk semua

proses bisnis. Risiko yang mungkin terjadi dari tahap ini serta

alternatif pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasinya

adalah sebagai berikut :

a. Pencatatan persediaan yang tidak akurat

Salah satu risiko yang dihadapi pada tahap ini adalah pencatatan

persediaan yang tidak akurat yang dapat mengakibatkan habisnya

persediaan. Metode perpetual inventory dapat diterapkan untuk

18

memastikan informasi tentang jumlah persediaan yang terdapat

di gudang. Untuk mengurangi kesalahan pada saat memasukkan

data persediaan pada metode perpetual inventory, sebaiknya

input data secara manual dihindari dan diganti dengan

menggunakan teknologi infomasi untuk memastikan keakuratan

data. Perhitungan fisik secara periodik merupakan salah satu

pengendalian yang penting untuk membandingkan antara total

persediaan di gudang dengan pencatatan pada sistem.

b. Memesan barang-barang yang tidak dibutuhkan

Memesan barang-barang yang tidak dibutuhkan dapat

mengakibatkan tingginya biaya pembelian dan kegagalan untuk

mendapatkan diskon volume yang tersedia. Pencatatan yang

akurat pada metode perpetual inventory dapat memastikan

validitas dari permintaan pembelian yang secara otomatis

dihasilkan oleh pengendalian pada sistem. Permasalahan

selanjutnya adalah kemungkinan terjadinya pembelian barang

yang sama namun dari divisi yang berbeda sehingga fungsi yang

tersentralisasi dalam proses pembelian perlu untuk diterapkan.

Selain itu, supervisor harus melakukan review dan menyetujui

setiap PR yang terbentuk.

c. Membeli barang pada saat harga tinggi

Membeli barang pada saat harga tinggi dapat menyebabkan total

biaya menjadi semakin tinggi karena biaya pembelian barang

mendapat porsi paling besar dari total biaya produksi

manufaktur. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk

mengamankan harga terbaik terhadap barang – barang yang

dibeli. Adanya daftar harga untuk barang yang sering dibeli yang

disimpan di dalam sistem dan dikonsultasikan ketika akan

membuat pesanan merupakan sebuah pengendalian agar

perusahaan tidak membayar terlalu banyak untuk suatu barang

yang dibeli. Untuk barang khusus dengan biaya yang tinggi dapat

dilakukan competitive bidding dimana penawaran tertulis dari

supplier harus diminta oleh perusahaan. Pengendalian anggaran

juga sangat membantu dalam mengendalikan beban pembelian.

19

Pembelian harus dibebankan kepada akun divisi pembeli yang

bertanggung jawab menyetujui permintaan pembelian. Selain itu,

pengendalian anggaran juga dapat dilakukan dengan

membandingkan biaya aktual dengan anggaran, jika terdapat

deviasi yang cukup signifikan, maka harus diambil tindakan

investigasi.

d. Membeli barang dengan kualitas rendah

Dalam upaya untuk mendapatkan harga paling rendah, risiko

yang mungkin terjadi adalah membeli barang dengan kualitas

rendah. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

keterlambatan produksi dan menimbulkan total biaya yang

tinggi. Perusahaan harus mencari tahu supplier mana yang

menyediakan barang dengan kualitas terbaik dengan harga yang

kompetitif dengan melakukan pemeriksaan dan pemantauan

kualitas produk dari supplier. Pengendalian lainnya adalah

membuat daftar supplier yang telah disetujui dan diyakini

memberikan barang dengan kualitas terbaik. Setiap pembelian

kepada supplier yang baru harus dilakukan review dan diberikan

persetujuan oleh supervisor.

e. Supplier yang tidak dapat diandalkan

Supplier yang tidak dapat diandalkan dapat mengakibatkan

terjadinya keterlambatan produksi dan menimbulkan total biaya

yang tinggi. Memilih supplier yang memiliki sertifikasi mutu,

misalnya ISO 9000, merupakan salah satu bentuk pengendalian

yang dapat dilakukan. Namun, sistem informasi akuntansi juga

harus dirancang untuk dapat melihat dan melacak informasi

tentang kinerja supplier. Misalnya sistem Enterprise Resource

Planning (ERP) dikonfigurasikan untuk dapat menghasilkan

laporan secara otomatis mengenai PO yang belum dikirimkan

dalam jangka waktu yang sudah dijanjikan.

f. Membeli dari supplier yang tidak terotorisasi

Risiko membeli dari supplier yang tidak terotorisasi dapat

menimbulkan banyak masalah. Barang yang dibeli dari supplier

tersebut memiliki kemungkinan berkualitas rendah atau memiliki

20

harga yang tinggi. Selain itu, risiko ini juga dapat menimbulkan

masalah hukum, apabila melakukan transaksi bisnis terhadap

supplier illegal. Oleh karena itu, semua PO harus ditinjau ulang

untuk memastikan pembelian hanya dilakukan kepada supplier

yang telah disetujui. Pemeliharaan daftar supplier yang sudah

disetujui penting untuk dilakukan dan sistem harus dikonfigurasi

agar pembelian hanya dapat dilakukan kepada supplier yang

disetujui. Penggunaan pengendalian spesifik dari Electronic Data

Interchange (EDI), seperti penggunaan user IDs, password,

dapat membatasi otorisasi personal agar hanya dapat mengakses

hal-hal yang memang tanggung jawabnya.

g. Kickbacks

Kickbacks adalah hadiah atau bingkisan yang diberikan supplier

ke agen-agen pembelian untuk mempengaruhi pemilihan pada

supplier mana barang akan dibeli. Risiko ini dapat

mengakibatkan munculnya subjektivitas bagian pembelian dalam

memilih supplier mana saja yang akan menyalurkan barang

kebutuhan perusahaan. Untuk kickback yang memiliki pengertian

ekonomi, supplier harus menemukan beberapa cara untuk

memulihkan uang yang dihabiskan untuk suap kepada pembeli.

Hal ini biasanya dilakukan dengan menggelembungkan harga

pembelian selanjutnya atau mengganti barang pembelian dengan

yang berkualitas rendah. Untuk menghindari hal tersebut,

perusahaan harus melarang bagian pembelian menerima hadiah

dari supplier sehingga perlu diadakannya pelatihan terhadap

karyawan dalam hal ini, melakukan rotasi pekerjaan dan

mewajibkan karyawan untuk mengambil liburan sejenak.

2. Receiving and Storing Goods

Tujuan dari fungsi ini adalah melakukan verifikasi penerimaan

pesanan persediaan dan mengamankan persediaan terhadap

kehilangan atau pencurian. Risiko yang mungkin timbul dari tahap

ini serta alternatif pengendalian yang dapat digunakan untuk

mengatasinya adalah sebagai berikut :

21

a. Menerima barang yang tidak dipesan

Risiko menerima barang yang tidak dipesan dapat menimbulkan

penambahan biaya ketika harus membongkar barang yang

dikirimkan, menyimpan dan mengirimkan kembali barang

tersebut. Pengendalian paling baik untuk mengurangi risiko

tersebut adalah memerintahkan bagian penerimaan barang untuk

menerima barang yang dilengkapi dengan salinan PO yang telah

disetujui sehingga bagian penerimaan barang membutuhkan

akses kepada PO yang outstanding.

b. Kesalahan dalam menghitung barang yang diterima.

Melakukan kesalahan dalam menghitung barang yang diterima

dapat mempengaruhi akurasi pencatatan dengan metode

perpetual inventory sehingga harus dipastikan bahwa perusahaan

hanya membayar untuk barang yang benar-benar telah diterima.

Sebagai salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah

tidak memberi tahu bagian penerimaan jumlah barang yang

dipesan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengkomunikasi

dengan jelas kepada bagian penerimaan barang akan pentingnya

perhitunggan penerimaan barang secara hati-hati dan akurat.

Selain itu, perusahaan harus meminta karyawan bagian

penerimaan untuk menandatangani bukti penerimaan. Beberapa

perusahaan memberikan insentif kepada karyawan yang

menemukan perbedaan kuantitas antara packing slip dengan

jumlah barang aktual berdasarkan hasil perhitungan fisik.

Penggunaan metode Bar-code atau RFID juga dapat

meminimalisasi risiko dalam menghitung barang yang diterima.

c. Verifikasi penerimaan jasa

Perbedaan prosedur dibutuhkan dalam mengendalikan pembelian

jasa. Tantangan utama dalam hal ini adalah memastikan bahwa

pengadaan jasa benar-benar telah dilakukan dan hal ini memang

sulit untuk dipastikan. Salah satu pengendaliannya adalah

menunjuk seorang supervisor yang bertanggung jawab terhadap

semua biaya yang dibebankan kepada departemen terkait.

Supervisor diperlukan untuk mengakui penerimaan jasa dan

22

biaya terkait kemudian akan dibebankan ke akun di mana dia

bertanggung jawab. Selain itu, penting untuk dilakukannya

perbandingan biaya aktual dengan anggaran secara rutin untuk

menginvestigasi apabila terjadi perbedaan biaya.

d. Pencurian barang persediaan

Risiko pencurian barang persediaan dapat mengakibatkan

hilangnya persediaan yang dapat merugikan perusahaan. Untuk

mengatasi risiko ini dapat dilakukan beberapa prosedur

pengendalian. Pertama, persediaan harus disimpan pada lokasi

yang aman dengan akses yang terbatas. Kedua, seluruh

pemindahan persediaan harus didokumentasikan sehingga bagian

penerimaan dan bagian penyimpanan mengetahui akan adanya

pemindahan persediaan. Pendokumentasian tersebut juga harus

dilakukan ketika ingin melakukan pemindahan barang persediaan

dari bagian penyimpanan kepada bagian produksi. Ketiga,

penting untuk dilakukannya perhitungan fisik persediaan yang

dimiliki dan membandingkannya dengan pencatatan persediaan

secara periodik. Terakhir, perlunya pemisahan tanggung jawab

antara bagian penerimaan dan penyimpanan persediaan.

3. Approving Supplier Invoices

Tujuan tahap ini adalah memastikan perusahaan membayar hanya

pada barang dan jasa yang dipesan dan diterima. Risiko yang

mungkin timbul dari tahap ini serta alternatif pengendalian yang

dapat digunakan untuk mengatasinya adalah sebagai berikut :

a. Gagal menangkap kesalahan dalam tagihan supplier

Risiko gagal menangkap kesalahan dalam tagihan supplier dapat

terjadi karena adanya perbedaan antara kuota dengan harga yang

dibebankan atau terjadinya salah hitung terhadap jumlah tagihan.

Untuk menghindari hal tersebut, maka penting untuk

dilakukannya pengecekan keakuratan tagihan supplier serta

harga dan kuantitas barang pada tagihan harus dibandingkan

dengan purchase order dan bukti penerimaan yang sesuai.

23

b. Kesalahan dalam melakukan posting ke akun hutang

Kesalahan dalam melakukan posting ke akun hutang dapat

mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pelaporan keuangan

dan kinerja perusahaan yang selanjutnya dapat mengakibatkan

kesalahan dalam pengambilan keputusan. Pengendalian data

entry dan pemrosesan data sangat dibutuhkan untuk mencegah

risiko ini. Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah

membandingkan saldo akun supplier sebelum dan sesudah cek

diproses dengan tagihan yang sedang diproses serta saldo akun

supplier dibandingkan secara periodik dengan jumlah akun

hutang di buku besar.

4. Cash Disbursement

Tujuan pada tahap ini adalah organisasi harus mengamankan kas

perusahaan. Risiko yang mungkin timbul dari tahap ini serta

alternatif pengendalian yang dapat digunakan untuk mengatasinya

adalah sebagai berikut :

a. Membayar untuk barang yang tidak diterima

Risiko ini dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan kas

secara sia-sia atau terjadinya kesalahan perhitungan persediaan.

Pengendalian yang paling baik untuk mencegah hal tersebut

adalah membandingkan kuantitas barang pada tagihan supplier

dengan kuantitas yang dimasukkan pada sistem oleh bagian

persediaan yang menerima pemindahan barang persediaan dari

bagian penerimaan. Beberapa perusahaan mengharuskan bagian

persediaan untuk melakukan verifikasi terhadap bukti

penerimaan sebelum dokumen tersebut digunakan sebagai

dokumen pendukung pembayaran tagihan supplier. Melakukan

verifikasi terhadap pengadaan jasa akan lebih sulit dilakukan

apabila hanya dilakukan berdasarkan tagihan supplier. Oleh

karena itu, sebagian besar perusahaan bergantung pada

pengendalian anggaran dan melakukan review secara akurat

terhadap beban-beban dari setiap departemen untuk

24

menunjukkan potensi kecurangan yang perlu diinvestigasi lebih

lanjut.

b. Gagal dalam mengambil diskon pembelian

Risiko ini dapat mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan

uang lebih banyak untuk mendapatkan barang dalam jumlah

besar. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan adalah

pengajuan tagihan dengan tanggal jatuh tempo untuk mendapat

diskon. Tagihan yang telah disetujui harus dilengkapi dengan

tanggal jatuh tempo dan sistem harus dirancang untuk dapat

melacak tagihan yang telah jatuh tempo dan dapat mencetak

daftar semua tagihan yang outstanding secara periodik.

Anggaran arus kas yang menunjukkan arus kas masuk yang

diekspetasi dan komitmen yang masih outstanding juga dapat

membantu perusahaan membuat perencanaan dalam

memanfaatkan diskon pembelian yang tersedia.

c. Membayar tagihan yang sama dua kali

Risiko ini dapat mempengaruhi kebutuhan arus kas dan terjadi

pencatatan keuangan yang tidak sesuai. Hal ini terjadi dengan

berbagai cara, misalnya terdapat duplikat invoice yang dikirim

setelah cek perusahaan dikirimkan ke supplier. Pengendalian

yang dapat dilakukan adalah memastikan bahwa tagihan yang

akan dibayar adalah hanya tagihan yang dilengkapi dengan

invoice asli dan dokumen pendukung lainnya seperti purchase

order dan bukti penerimaan serta membatalkan semua dokumen

pendukung saat pembayaran telah dilakukan.

d. Pencurian kas

Kas merupakan aset paling likuid yang sangat mudah untuk

disalahgunakan. Pencurian kas dapat mengakibatkan kerugian

perusahaan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah

terdapatnya pemisahan tanggung jawab antara bagian yang

melakukan verifikasi tagihan dengan bagian yang melakukan

pembayaran. Selain itu penting untuk dilakukannya pembatasan

akses ke kas dan cek kosong serta penandatanganan cek oleh dua

otorisasi untuk jumlah yang lebih banyak. Pengendalian lainnya

25

adalah seseorang yang independen dari prosedur pembayaran

melakukan rekonsiliasi dengan akun bank.

e. Penyalahgunaan cek

Penyalahgunaan cek dapat mengakibatkan pengeluaran cek

untuk supplier fiktif. Pengendalian yang perlu dilakukan adalah

melindungi mesin pencetak cek dan membatasi akses kepadanya

serta menggunakan tinta khusus pada saat mencetak cek.

Melakukan rekonsiliasi bank merupakan pengendalian paling

penting untuk mendeteksi penipuan cek.

f. Permasalahan arus kas

Penting untuk dilakukannya perencanaan dan pengawasan

pengeluaran untuk mencegah permasalahan arus kas.

Permasalahan arus kas dapat mengakibatkan tingginya arus kas

keluar dibandingkan dengan arus kas masuk perusahaan. Oleh

karena itu, anggaran arus kas merupakan pengendalian terbaik

untuk mengurangi risiko ini. Anggaran arus kas menunjukkan

arus kas masuk yang diekspetasi dan komitmen yang masih

outstanding untuk membantu perusahaan membuat perencanaan

dalam melakukan pembayaran supplier.

2.3.5 Retur Pembelian

Menurut Mulyadi (2010:339), retur pembelian terdiri dari beberapa

prosedur berikut ini:

a. Prosedur perintah retur pembelian, retur pembelian terjadi atas

perintah fungsi pembelian kepada fungsi pengiriman untuk

mengirimkan kembali barang yang telah diterima oleh fungsi

penerimaan kepada pemasok yang bersangkutan.

b. Prosedur pengiriman barang, dalam prosedur ini fungsi

pengiriman menginginkan barang kepada pemasok sesuai dengan

perintah retur pembelian yang tercantum dalam memo debit dan

membuat laporan pengiriman barang untuk transaksi retur

pembelian tersebut.

c. Prosedur pencatatan utang, dalam prosedur ini fungsi akuntansi

memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan retur

26

pembelian (memo debit dan laporan pengiriman barang) dan

menyelenggarakan pencatatan berkurangnya utang dalam kartu

utang atau mengarsipkan dokumen memo debit sebagai

pengurang utang.

2.3.6 Dokumen Retur Pembelian

Dokumen yang digunakan dalam sistem retur pembelian adalah:

a. Memo debit, merupakan formulir yang diisi oleh fungsi

pembelian yang memberikan otorisasi bagi fungsi pengiriman

untuk mengirimkan kembali barang yang telah dibeli oleh

perusahaan dan bagi fungsi akuntansi untuk mendebit rekening

utang karena transaksi retur pembelian.

b. Laporan pengiriman barang, dokumen ini dibuat oleh fungsi

pengiriman untuk melaporkan jenis dan kuantitas barang yang

dikirimkan kembali kepada pemasok sesuai dengan perintah retur

pembelian dalam memo debit dari fungsi pembelian.

2.4 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Persediaan

2.4.1 Pengertian Persediaan

Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011: 250), perusahaan

mengklasifikasikan persediaan bergantung pada jenis perusahaannya.

Dalam perusahaan dagang, persediaan memiliki dua karakteristik :

1. Persediaan dimiliki oleh perusahaan tersebut.

2. Persediaan dalam bentuk siap untuk dijual kepada pelanggan dalam

kegiatan usaha normal dan hanya dalam satu bentuk klasifikasi, yaitu

persediaan (merchandise inventory) untuk mendeskripsikan

banyaknya barang yang merupakan total dari persediaan.

Dalam perusahaan manufaktur, beberapa persediaan dapat tidak siap

dijual. Perusahaan manufaktur biasanya membagi persediaan menjadi

tiga kategori :

1. Barang jadi (finished goods) adalah barang pabrik yang sudah

lengkap dan siap dijual.

27

2. Barang dalam proses (work in process) bagian dalam barang pabrik

yang sudah diserahkan dalam proses produksi tetapi belum selesai.

3. Bahan baku (raw material) adalah bahan dasar yang akan digunakan

dalam produksi tetapi belum diserahkan dalam proses produksi.

Menurut Sartono (2010: 443), persediaan pada umumnya merupakan

salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu

perusahaan, karena persediaan merupakan faktor penting dalam

menentukan kelancaran operasi perusahaan. Ditinjau dari segi neraca,

persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada

tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan

atau diproses dalam periode normal perusahaan.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, persediaan

adalah salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam

suatu perusahaan dan bergantung pada jenis perusahaannya. Jenis

perusahaan tersebut yaitu, perusahaan dagang dan perusahaan

manufaktur.

2.4.2 Prosedur Persediaan

Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi

persediaan menurut Mulyadi (2010: 559-575) adalah:

1. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang : Prosedur ini

merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi

biaya produksi.

2. Sistem perhitungan fisik persediaan : Sistem perhitungan fisik

persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk menghitung

secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya

digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian gudang

mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggung

jawaban bagian kartu persediaan mengenai keandalan (adjustment)

terhadap catatan persediaan di bagian kartu persediaan.

28

2.4.3 Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Weygant, Kimmel, dan Kieso (2011: 201) perusahaan dapat

menggunakan satu dari dua sistem untuk mencatat persediaan. Dua

sistem tersebut antara lain adalah:

1. Perpetual System

Dalam sistem perpetual, perusahaan melakukan pencatatan biaya

detail dari setiap persediaan yang dibeli dan dijual. Pencatatan ini

secara kontinyu menunjukkan persediaan yang ada di tangan untuk

setiap barang. Dalam metode perpetual, perusahaan menentukan

harga pokok barang (cost of goods sold) setiap penjualan terjadi.

2. Periodic System

Dalam sistem periodik, perusahaan tidak terus melakukan pencatatan

biaya detail dari setiap periode. Penentuan harga pokok hanya pada

saat akhir dari periode akuntansi.

2.5 Pajak Pertambahan Nilai

2.5.1 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2011: 273), Pajak Pertambahan Nilai

merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini

karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk

menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan

pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara,

mendorong ekspor, dan pembebanan pajak.

2.5.2 Dasar Hukum

Undang-Undang yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009. Undang-

undang ini disebut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984,.

29

2.5.3 Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Mardiasmo (2011: 286-287) menyatakan bahwa, tarif PPN yang

berlaku saat ini adalah 10%, sedangkan tarif PPN sebesar 0% diterapkan

atas:

a. Ekspor BKP Berwujud

b. Ekspor BKP Tidak Berwujud

c. Ekspor JKP

Pengenaan tarif 0% tidak berarti pembebasan dari pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar

untuk perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat

dikreditkan.

Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan peningkatan

kebutuhan dana untuk pembangunan, pemerintah diberi wewenang

mengubah tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi paling rendah 5% dan

paling tinggi 15% dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan

tarif sebagaimana dimaksud ini dikemukakan oleh pemerintah kepada

Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pembahasan dan penyusunan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2.6 Teori Analisa dan Perancangan Sistem Informasi

2.6.1 Requirement Analysis

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 122-123), Requirements

Analysis terbagi sebagai berikut :

- System Requirements adalah spesifikasi yang mendefinisikan fungsi

yang akan disediakan oleh sistem.

- Functional Requirements adalah persyaratan fungsional sistem yang

menggambarkan kegiatan atau proses yang harus sistem lakukan.

- Nonfunctional Requirements adalah sebuah karekteristik dari sistem

selain kegiatan yang mendukung proses bisnis.

30

2.6.2 Modeling and The Requirements Discipline

2.6.2.1 Activity Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 141), activity

diagram adalah sebuah tipe workflow yang menggambarkan

aktivitas pengguna mengenai proses bisnis. Workflow adalah

urutan langkah-langkah untuk memproses transaksi bisnis.

2.6.2.2 Event Table

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 168), event

table adalah sebuah katalog dari use cases yang mendaftarkan

kejadian-kejadian dalam baris dan potongan informasi mengenai

setiap kejadian dalam kolom. Event table termasuk baris dan

kolomnya, mewakili kejadian dan rinciannya masing-masing.

2.6.2.3 Domain Model Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 187), domain

model class Diagram adalah sebuah diagram UML yang

menggambarkan semua yang penting dalam pekerjaan user,

kelas-kelas problem domain, atribut, serta hubungan antar kelas.

Class diagram digunakan untuk menunjukkan kelas-kelas objek

pada sistem.

2.6.2.4 Use Case Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 242), usecase

diagram adalah sebuah diagram menunjukkan berbagai peran

pengguna dan cara para pengguna berinteraksi dengan sistem.

Sebuah use case digambarkan dengan sebuah bentuk elips yang

berada di dalam ruang segi empat yang disebut lifeline. Aktor

digambarkan dengan stick figure, dan hubungan antara keduanya

digambarkan dengan sebuah garis yang menghubungkan antara

aktor dan use case.

31

2.6.2.5 Use Case Description

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 171), Use Case

Description adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses

dari sebuah Use Case.

Use Case Description dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Brief Description

Brief Description dapat digunakan untuk Use Case yang

sangat sederhana dan bila sistem yang sedang dibangun

berskala kecil.

2. Intermediate Description

Intermediate Description merupakan pengembangan dari

Brief Description untuk meyertakan aliran internal dari

aktivitas untuk sebuah Use Case Exception dapat digunakan.

3. Fully Developed Description

Fully Developed Description adalah metode paling formal

yang dapat digunakan dalam mendokumentasikan Use Case.

2.6.2.6 Statechart Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 260), Statechart

Diagram adalah sebuah diagram yang memungkinkan untuk

pedeskripsian berbagai masalah domain class yang memiliki

perilaku kompleks/status kondisi yang perlu diacak. Statechart

Diagram terdiri dari oval yang mewakili bagian objek dan panah

yang mewakili transisi.

2.6.2.7 First Cut Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 413), First Cut

Design Class Diagram adalah diagram yang dikembangkan

dengan memperpanjang Domain Model Class Diagram. Hal ini

membutuhkan dua langkah:

1. Menguraikan atribut dengan tipe dan informasi nilai awal

2. Menambahkan arah panas navigasi

32

2.6.2.8 System Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 252), System

Sequence Diagram (SSD) adalah diagram yang digunakan untuk

menggambarkan aliran informasi ke dalam dan keluar dari sistem

yang otomatis. SSD juga menggambarkan bagaimana aktor

berinteraksi kepada sistem dengan melakukan input data dan

menerima output data.

2.6.2.9 Three Layer Sequence Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 434), tahapan

selanjutnya adalah pengembangan System Sequence Diagram

dengan memperluas objek-objek yang terlibat dengan membuat

three layer design, termasuk view layer dan data access layer.

Three layer adalah desain yang sangat kuat dan fleksibel untuk

sistem.

2.6.2.10 Updated Design Class Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 457), Update

design class diagram dapat dikembangkan untuk setiap layer.

Pada view dan data access layer, harus ditambahkan beberapa

class baru. Domain layer juga memiliki class baru yang

ditambahkan sebagai use case controller.

2.6.2.11 Package Diagram

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 459), Package

diagram adalah suatu diagram tingkat tinggi yang sederhana

yang memungkinkan perancang untuk menghubungkan kelas-

kelas dengan grup yang terelasi. Diagram ini mengilustrasikan

three-design layer, yaitu view layer, domain layer, dan data

access layer dan memperlihatkan setiap lapisan sebagai paket

yang terpisah.

33

2.6.2.12 User Interface

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 531) User

Interface adalah bagian dari sebuah sistem informasi yang

membutuhkan interaksi pengguna untuk membuat input dan

ouput. Sebuah user interface memungkinkan pengguna untuk

berinteraksi dengan komputer.

2.6.2.13 Persistent Object

Persistent object menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009:

504) adalah obyek yang tersedia untuk dapat digunakan

sepanjang waktu. Persistent object disebut juga relational

database yang digunakan dalam bentuk tabel yang diisi atribut

beserta dengan masing – masing nilai dari atribut tersebut. Di

tiap tabel tersebut memeiliki primary key, di mana primary key

tersebut merupakan sebuah atribut yang unik.

2.6.2.14 Deployment and Software Architecture

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 291-340)

deployment environment terdiri dari hardware, software,

network. Deployment environment terbagi atas dua tipe, yaitu:

1. Single Computer Architecture

Single computer architecture menggunakan sistem komputer

tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama

single computer architecture adalah kesederhanaannya.

Sistem informasi yang dijalankan pada single computer

architecture umumnya mudah dirancang, dibangun,

dioperasikan dan dikelola.

2. Multitier Computer Architecture

Multitier computer architecture merupakan tipe arsitektur

yang menggunakan proses pengeksekusiannya terjadi di

beberapa komputer. Multitier computer architecture dapat

dibagi menjadi dua, yaitu:

34

a. Clustered Architecture

Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang

menggunakan beberapa komputer dengan model dan

produksi yang sama.

b. Multicomputer Architecture

Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur

yang menggunakan beberapa komputer namun dengan

spesifikasi yang berbeda-beda.

Deployment architecture menurut Satzinger, Jackson, dan

Burd (2009: 341-342) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Centralized Architecture

Centralized Architecture merupakan arsitektur yang

menggambarkan penyebaran sistem komputer pada satu

lokasi. Centralized Architecture umumnya digunakan untuk

proses aplikasi berskala besar termasuk batch dan real-time

application.

2. Distributed Architecture

Distributed Architecture merupakan arsitektur yang

menggambarkan penyebaran sistem komputer pada beberapa

tempat dengan menggunakan jaringan komputer.

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 342-344),

software architecture terdiri atas dua, yaitu:

1. Client/server architecture

Client/server architecture membagi software ke dalam dua

tipe, client dan server. Server berfungsi untuk mengolah

sumber informasi atau menyediakan services. Sedangkan

client berfungsi untuk berkomunikasi dengans server untuk

meminta sumber daya atau services dan server akan

merespon terhadap permintaan tersebut.

35

2. Three-layer client/server architecture

Three-layer client/server architecture merupakan

pengembangan dari client/server architecture yang terdiri

dari tiga layer, yaitu:

a. Data layer

Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada

satu atau lebih database.

b. Business logic layer

Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan

prosedur dari proses bisnis.

c. View layer

Merupakan layer yang menerima input dan menampilkan

hasil proses.

2.7 Database

2.7.1 Pengertian Database

Menurut Connolly dan Begg (2010: 65), database adalah suatu

kumpulan data yang saling berhubungan secara logis dan penjelasan

tentang data yang terhubung tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh organisasi. Database

tidak hanya menyimpan data operasional organisasi tetapi juga deskripsi

data tersebut.

Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2009: 488), database adalah

kumpulan terintegrasi dari data yang disimpan yang dikelola dan

dikendalikan secara terpusat. Database umumnya menyimpan informasi

tentang puluhan atau ratusan jenis entitas atau kelas.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, database

adalah kumpulan data yang terintegrasi sehingga dapat memberikan

informasi yang diperlukan oleh organisasi. Database menyimpan entitas

atau atribut kelas, hubungan antar entitas atau kelas, dan juga deskripsi

data tersebut.

36

2.7.2 Database Management System (DBMS)

Menurut Connolly dan Begg (2010: 66), DBMS adalah sistem

perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk menjelaskan,

membuat, memelihara, dan mengatur akses ke database.

DBMS menyediakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. DBMS memperbolehkan pengguna untuk mendefinisikan

database melalui Data definition Language (DDL).

2. DBMS memperbolehkan pengguna untuk menyisipkan,

memperbaharui, menghapus, dan mengambil data dari database

melalui Data Manipulation Language (DML).

3. DBMS menyediakan akses ke dalam database. Sebagai contoh,

DBMS menyediakan:

a) Sistem keamanan, yang mencegah pengguna yang tidak

berwenang mengakses database.

b) Sistem integritas, yang mempertahankan konsistensi data

yang disimpan.

c) Sistem pengendalian konkurensi, yang memungkinkan

pengguna dapat mengakses database bersama.

d) Sistem pengendalian perbaikan, yang mengembalikan

database ke keadaan sebelumnya.

e) Katalog yang dapat diakses pengguna, yang berisi deskripsi

data dalam database.

37

2.7.3 Komponen DBMS

Adapun komponen DBMS menurut Connolly (2010: 68) sebagai

berikut:

1. Hardware (Perangkat Keras)

DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras untuk

menjalankannya. Perangkat keras dapat melingkupi komputer

pribadi, mainframe, dan sebuah jaringan komputer.

2. Software (Perangkat Lunak)

Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS itu

sendiri dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi,

termasuk perangkat lunak jaringan jika DBMS digunakan melalui

jaringan.

3. Data

Komponen penting dalam lingkungan DBMS, ditentukan dari sudut

pandang dari pengguna akhir mengenai data. Data merupakan

jembatan antara komponen mesin dengan komponen manusia.

4. Procedure (tata cara)

Prosedur merupakan petunjuk dan aturan dalam membangun dan

menggunakan database.

5. People (manusia)

Komponen terakhir adalah manusia yang terlibat dalam sistem

tersebut.

38

2.7.4 Keuntungan DBMS

Menurut Connolly dan Begg (2010: 77), keuntungan DBMS adalah

sebagai berikut:

a. Mengendalikan data yang berulang

b. Konsistensi data

c. Informasi lebih dari jumlah data yang sama

d. Berbagi data

e. Meningkatkan integrasi data

f. Meningkatkan keamanan

g. Penguatan standar

h. Skala ekonomis

i. Menyeimbangkan kebutuhan yang konflik

2.7.5 Kerugian DBMS

Menurut Connolly dan Begg (2010, p80), kerugian DBMS adalah

sebagai berikut:

a. Kompleksitas

b. Ukuran

c. Biaya dari DBMS

d. Biaya dari perangkat keras tambahan

e. Biaya konversi

f. Kinerja

g. Pengaruh yang besar dari kegagalan

39

2.8 Kerangka Berpikir

Penentuan Awal:

1. Latar Belakang

2. Ruang Lingkup

3. Tujuan dan Manfaat

4. Metodologi Penelitian

5. Sistematika Penulisan

Metodologi Penelitian:

1. Studi kepustakaan

2. Metode Pengumpulan Data, terdiri dari :

- Observasi

- Wawancara

- Dokumentasi

3. Metode Analisis yang Berjalan

4. Metode Analisis dan Perancangan yang Diusulkan

5. Metode Pencatatan Jurnal

Data-data yang dibutuhkan:

1. Profil Perusahaan

2. Struktur organisasi beserta tugasnya

3. Prosedur sistem yang berjalan

Teori yang digunakan:

1. Sistem informasi akuntansi siklus pembelian dan persediaan

2. Object-oriented Analysis and Design (OOAD)

Identifikasi masalah pada sistem yang berjalan

Usulan pemecahan masalah pada sistem yang berjalan

Perancangan dengan metode Object-Oriented Analysis and Design (OOAD):

1. Activity Diagram

2. Event Table

3. Use case diagram

4. Use case description

5. Statechart diagram

6. Domain class diagram

7. First-cut design class diagram

8. System sequence diagram

9. Three layer sequence diagram

10. Updated design class diagram

11. Package diagram

12. User interface

13. Data Structure

14. Persistent object

Membuat aplikasi dengan bahasa pemrograman

Visual Studio C# dan database SQL Server

Membuat Deployment, Software architecture, dan

Schedule Project untuk implementasi dan pelatihan

sistem baru

Gambar 2.15 Kerangka Berpikir

40