AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA
Transcript of AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA
AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA
Sugianto dan Siti Rohmah Soekarba
Program Studi Arab, FIB, UI, Depok, 16424, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Jurnal ini membahas tentang aksi-aksi Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan survey. Aksi-aksi yang dilakukan Front Pembela Islam meliputi aksi sosial, konsolidasi dengan kalangan militer, aksi pembatasan tayangan media, aksi dalam dunia politik di Indonesia, aksi penutupan tempat hiburan selama bulan Ramadhan, kegiatan internal, aksi penolakan terhadap Ahmadiyah dan aksi penutupan kantor majalah Playboy. Hasil penelitian ini merekomendasikan terhadap pemerintah untuk mengawasi aksi-aksi Front Pembela Islam dengan ketat. Kata kunci: Aksi; amar ma’ruf nahi munkar; Front Pembela Islam.
Abstract
This paper explains the actions of Islamic Defender Front (FPI) in Jakarta. This research conducted with qualitative and survey method. The social actions, which are consolidation with military group in Indonesia run, delimitation of media publication, political action, closing bars, gambling area, and prostitution when Ramadhan, internal activity, rejection of the Ahmadiyah and closing Playboy magazine office.. The research suggested that government has to control the actions of Islamic Defender Front.
Key words: Islamic Defender Front; action; Islam; amar ma’ruf nahi munkar. Pendahuluan
Gerakan sosial pada dasarnya adalah sebuah upaya yang berasal dari sekelompok individu
atau masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi atau menuntut adanya
perubahan1. Salah satu gerakan sosial di Indonesia sebelum merdeka adalah Boedi Oetomo
(BO). Organisasi ini berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Wahidin Soedirohoesodo.
Organisasi ini berdiri dengan dukungan siswa-siswa STOVIA terhadap ide dan gagasan yang
dimiliki Wahidin. Gagasan tersebut adalah ingin memajukan pendidikan pribumi dengan ilmu
pengetahuan dari Barat tetapi tidak meninggalkan kebudayaan suku Jawa sendiri.2 Gerakan
sosial di Indonesia sebelum merdeka lainnya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) dan pada
tahun 1911 berubah nama menjadi Sarekat Islam. Sarekat Dagang Islam pada awalnya adalah
sebuah organisasi dagang kaum pribumi di daerah Surakarta. Organisasi ini didirikan dengan 1 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press, hlm 224. 2 Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia, Jakarta:Kompas, 2006, hlm. 246-‐256.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
tujuan memperkuat kedudukan industri asli pribumi dikarenakan pada saat itu orang-orang
Tionghoa menguasai perdagangan di Indonesia. Ketika masa Orde Lama, gerakan Partai
Masyumi menjadi salah satu gerakan besar. Pada saat pemilu yang dilaksanakan pada tahun
1955 adalah mereka berhasil mendapatkan perolehan kursi tertinggi kedua dengan 57 kursi
DPR sementara peringkat pertama diperoleh Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan 71
kursi.3
Gerakan-gerakan sosial tidak berhenti ketika Indonesia memasuki masa reformasi. Faktor
ekonomi, agama, keadilan dan kesejahteraan masih menjadi latar belakang munculnya
gerakan-gerakan sosial di Indonesia. Salah satu gerakan sosial yang lahir ketika reformasi dan
masih bertahan sampai sekarang adalah Front Pembela Islam. Organisasi masyarakat yang
terbentuk pada tahun 1998 masih terus melakukan gerakan-gerakan dan aksi-aksinya sampai
sekarang. Gerakan yang berasaskan “Amar ma’ruf nahi munkar” telah melakukan berbagai
aksi di Indonesia. Organisasi masyarakat yang dicetuskan oleh Habib Rizieq ini terkenal
dengan aksi sweeping ketika menjelang bulan Ramadhan. Aksinya ini berbentuk penertiban
tempat-tempat hiburan malam, tempat perjudian, diskotik dan kafe. Tujuan sweeping ini
adalah untuk mengkondisikan bulan Ramadhan yang merupakan bulan penting bagi umat
Islam juga langkah untuk mengurangi maksiat yang ada di Indonesia yang terkadang
menggunakan kekerasan4.
Di beberapa kesempatan lain, Front Pembela Islam juga terlibat dalam kerusuhan dan
kekerasan yang bermotif agama seperti yang terjadi di makam mbah Priuk dan pengusiran
Ahmadiyah di Jawa Barat5. Aksi-aksi FPI tersebut memiliki pelbagai dampak terhadap
perkembangan Islam di Indonesia. Sementara di sisi lain Front Pembela Islam lambat laun
menjadi salah satu gerakan sosial Islam yang mampu bertahan cukup lama di Indonesia.
Landasan Teori
Teori gerakan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gerakan sosial menurut
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. Mereka membagi teori gerakan sosial ke dalam 2
kelompok. Kelompok pertama yaitu teori gerakan sosial berdasarkan alasan sebuah gerakan
3 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin (1959-‐1965), Jakarta: Gema Insani Press, 1996, hlm. 34-‐43. 4 Andree Feillard dan Remy Madinier, op. cit., hlm. 143-‐145. 5 Ibid, hlm. 143.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
sosial tersebut lahir dan ditinjau dari teori psikologi dan sosial. Kelompok kedua yaitu teori
gerakan sosial tradisional dan teori gerakan sosial modern. 6
Teori gerakan sosial Islam yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dicetuskan
oleh David Snow dan Susan Marshal. Mereka menganalisis hubungan antara budaya
imperalisme dan gerakan Islam dengan menggunakan teori gerakan sosial yang di dalamnya
termasuk structural strains sebagai katalis, mobilizing ideologies dan resource mobilization7.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dan survei. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan cara pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumen/buku8. Metode pendukung lainnya adalah metode survey. Metode ini menggunakan
kuisioner dan dikumpulkan dari beberapa sampel yang mewakili semua populasi9.
Profil Front Pembela Islam
Front Pembela Islam resmi terbentuk setelah 3 bulan mundurnya Suharto dari posisi presiden
atau tepat pada tanggal 17 Agustus 1998/25 Robi’uts Tsani 1419 H. Pembentukan Front
Pembela Islam ini dihadiri oleh Habaib dan Ulama serta ribuan umat Islam yang ada di
Indonesia.10 Pendiri Front Pembela Islam adalah Muhammad Rizieq Syihab bin Husein
Syihab.11
Nama Front Pembela Islam dipilih dengan tiga alasan. Alasan pertama adalah kata “Front”
dipilih karena FPI bergerak dengan aksi yang frontal dan jelas dalam menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar. Alasan kedua adalah kata “pembela” dipilih dengan harapan FPI dapat
menjadi organisasi yang pro aktif dalam membela Islam dan menegakkan kebenaran. Alasan
terakhir adalah kata “Islam” dipilih untuk menunjukkan bahwa mereka bergerak dan berjuang
di atas ajaran Islam. Sehingga nama Front Pembela Islam dipilih untuk menunjukkan identitas
6 Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2, terj. Aminuddin Ram. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990, hlm. 196-‐201. 7 Quintan Wiktorowicz, Islamic Activism: A Social Movements Theory Approach. USA: Indiana Press University, 2004, hlm. 5. 8 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakaya, 2005, hlm. 9. 9 Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3S, 1983, hlm. 8. 10 Al-‐Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Dialog FPI: Amar ma’ruf nahi munkar, Jakarta: CV Ibnu Sidah, 2008, hlm. 126. 11 Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naispospos, The Faces of Islam ‘Defenders’, Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara, 2010, hlm. 88.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
bahwa gerakan ini berada di barisan terdepan dalam membela dan menegakkan syariat
Islam.12
Asas Front Pembela Islam adalah Islam dan berakidahkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.13 Visi
dari Front Pembela Islam adalah untuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar yang
merupakan satu-satunya solusi untuk menjauhkan kemaksiatan dan hal-hal yang tidak baik.
Misi dari Front Pembela Islam adalah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara kaffah di
segenap sektor kehidupan dengan tujuan menciptakan umat salihat yang hidup dalam baldah
thayyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhaan Allah.14
Struktur organisasi FPI posisi tertinggi adalah Imam Besar Front Pembela Islam yang diisi
oleh Habib Rizieq sendiri. Di bawah posisi Imam Besar terdapat Majelis Syura dan Majelis
Tanfidzi. Di setiap daerah di Indonesia, struktur organisasi FPI terdiri dari Dewan Perwakilan
Pusat (DPP), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Wilayah (DPD) dan
Dewan Pimpinan Cabang (DPC). FPI juga memiliki 12 departemen, 4 badan khusus, 4 badan
otonom dan 4 anak organisasi.15
Aksi-aksi Front Pembela Islam di Jakarta
a. Aksi-aksi Sosial
Pada tahun 2002, Front Pembela Islam menggelar program “FPI Peduli Pendidikan. Kegiatan
ini berisikan agenda berupa pembagian buku tulis secara cuma-cuma terhadap ribuan siswa
yang menjadi korban banjir. Selain itu diadakan pemberian bea siswa bagi pelajar yang
kurang mampu. Di tahun yang sama juga, Front Pembela Islam membuka posko pelayanan
kesehatan gratis terhadap korban banjir di Jakarta. Front Pembela Islam juga berhasil
mendirikan Hilal Merah Indonesia pada awal tahun 2003.16
Ketika tsunami menimpa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Front Pembela Islam
mengadakan program 1000 Relawan FPI untuk Aceh dengan motto Duka Aceh Duka Kita
12 Al-‐Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, op. cit., hlm. 127-‐129. 13 Ibid, hlm. 139-‐141. 14 Ibid, hlm. 142. 15 Ibid, hlm. 191-‐195. 16 Ibid, hlm. 393.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
Semua. Kegiatan ini selama satu bulan penuh. Para relawan mengevakuasi mayat sekaligus
melaksanakan tata cara pemakaman sesuai syariat Islam.17
b. Konsolidasi dengan Kalangan Militer
Pada ulang tahun pertama Front Pembela Islam yang diadakan tanggal 22 Agustus 1999,
mereka mengadakan arak-arakan keliling ibukota dengan membawa berbagai spanduk anti
maksiat. Sebelum perayaan tersebut, pada tanggal 17 Agustus 1999 diadakan Tabligh Akbar
yang dihadiri petinggi militer, antara lain:
1. Jendral TNI Wiranto (Panglima ABRI)
2. Mayjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono (Kaster ABRI)
3. Mayjen TNI Jaja Suparman (Pangdam Jaya)
4. Mayjen Pol. Nugroho Jayusman (Kapolda Metro Jaya)
5. Brigjen TNI Sudi Silalahi (Staf Ahli Panglima ABRI)
6. Mayjen Muchdi PR (Danjen Kopassus)
Kedatangan mereka adalah untuk bersilaturahmi dengan Front Pembela Islam dan juga
apresiasi atas bantuan FPI dalam penyelesaian masalah penegakkan syariat di Aceh.
Sebelumnya pada tanggal 14 Juli 1999, Front Pembela Islam mengajukan “Proposal
Penyelesaian Masalah Serambi Mekkah (Aceh) tanpa Kekerasan”. Di dalam proposal tersebut
terdapat isi yang menyebutkan bahwa ABRI sebagai institusi pertahanan dan keamanan
bangsa dan negara Indonesia harus merelakan Aceh menerapkan syariat Islam. Setelah
mengadakan diskusi atas proposal tersebut, akhirnya Aceh dapat melaksanakan syariat Islam
di daerahnya.18
c. Aksi Pembatasan Tayangan Media
Keresahan Front Pembela Islam terhadap tayangan-tayangan di media-media membuat
mereka melakukan antisipasi untuk membatasinya. Di tahun 2000, Front Pembela Islam
membuat Seruan Moral Media melalui Surat Seruan No: Istimewa/SS/DPP-FPI/V/2000
tertanggal 11 Shafar 1421 H/15 Mei 2000. Isi surat seruan tersebut berisikan penuntutan
penghentian terhadap tayangan:
17 Ibid, hlm. 396. 18 Ibid, hlm. 316-‐317.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
1. Iklan perdukunan, minuman keras, perjudian dan seks dengan segala bentuk dan
jenisnya.
2. Informasi dusta, fitnah dan yang tidak jelas sumbernya.
3. Penyajian kekerasan, kesadisan, kebrutalan dan kekejaman secara berlebihan.
4. Penyajian pornografi dan eksploitasi seks dengan segala cara dan macamnya.
5. Penggunaan nama-nama tokoh mulia umat Islam (seperti nama para Nabi dan Rasul)
untuk nama tokoh-tokoh jahat dalam sebuah drama baik sinetron, film, atau
sejenisnya.
Efek dari surat seruan tersebut, Front Pembela Islam berhasil menekan stasiun TV SCTV
untuk menghentikan penayangan telenovela berjudul Esmeralda karena dinilai melecehkan
Islam. Hal ini merujuk pada tokoh wanita jahat bernama Fathimah. Selain itu, Front Pembela
Islam juga berhasil menekan stasiun TV Indosiar untuk mengganti singkatan acara bernama
Sabu-sabu yang kepanjanganannya Saling Buka Saling Bungkam. Hal ini dikarenakan
singkatan tersebut dapat menjadi promosi barang haram yaitu sabu-sabu.19
d. Aksi dalam Pengupayaan Penutupan Tempat Hiburan Selama Bulan Ramadhan
Peristiwa penutupan tempat hiburan di bulan Ramadan adalah ketika Front Pembela Islam
bentrok dengan Forum Masyarakat Kemang. Salah satu kebiasaan Front Pembela Islam ketika
menjelang atau ketika bulan Ramadhan adalah melakukan sweeping. Pada tanggal 22
November 2004 malam, rombongan Front Pembela Islam melakukan sweeping ke berbagai
wilayah tempat hiburan di Jakarta. Salah satu tempat tersebut adalah daerah Kemang. Ketika
mereka sampai di sana, warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Kemang telah
menunggu mereka agar tidak terjadi kerugian atau pertikaian di sana.
“Bentrokan terjadi antara massa Front Pembela Islam (FPI) dengan warga, saat konvoi ratusan massa FPI melintas di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, sekitar pukul 23.00 WIB. Bentrokan baru dapat dihalau setelah Polisi Anti Huru Hara Polres Metro Jakarta Selatan, tiba dilokasi satu jam kemudian.
Menurut warga mereka terpaksa mengadakan perlawanan, karena sudah muak dengan aksi FPI yang kerap mengganggu ketenangan warga. Pada Ramadhan tahun lalu, sejumlah tempat hiburan di Kemang habis diobrak abrik massa FPI.”20
Bentrokan tersebut berakhir setelah Polisi Anti Huru Hara datang. Dampak dari bentrokan
tersebut sejumlah orang terluka dan beberapa café yang dinilai buka tidak sesuai ketentuan
pada bulan Ramadhan dirusak oleh Front Pembela Islam. Sehari setelah kejadian tersebut, 19 Ibid, hlm. 285. 20 Diakes dari portal berita http://www.indosiar.com/patroli/fpi-‐bentrok-‐dengan-‐warga-‐kemang_37844.html pada tanggal 20 Mei 2014 Pukul 16.20 WIB.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
para masyarakat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Kemang mengadakan konferensi
pers. Mereka menyesalkan apa yang dilakukan oleh Front Pembela Islam dan akan menolak
segala aksi penyerbuan Front Pembela Islam di masa yang akan datang.
"Kami menolak aksi penyerbuan yang dilakukan FPI yang menimbulkan korban luka-luka dan
kerugian harta benda pada Jumat (22/10) malam," kata anggota FMK, Shahlan.21
e. Aksi Penolakan terhadap Ahmadiyah
Pada tahun 2005, Front Pembela Islam bergabung dengan Forum Umat Islam (FUI) dan
memulai aksi penolakan terhadap Ahmadiyah. Mereka menganggap bahwa Ahmadiyah telah
melecehkan Islam dengan menyebarkan informasi bahwa ada nabi setelah Nabi Muhammad
SAW. Hal ini didukung dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia bahwa terdapat banyak bid’ah
dan kesesatan di Ahmadiyah pada Juli 2005. Di bulan itu, Front Pembela Islam bersatu
dengan Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) berhasil menutup salah satu tempat pergerakan
Ahmadiyah di Parung, Bogor.22
Aksi penolakan terhadap Ahmadiyah oleh FPI terus berlanjut. Di akhir tahun 2007,
Ahmadiyah memberikan 12 poin penjelasan bahwa ajaran mereka tidak melecehkan Islam,
tetapi penjelasan tersebut tidak memuaskan MUI, FPI dan FUI. Front Pembela Islam bersama
dengan FUI pun menyepakati bahwa Ahmadiyah harus dibubarkan. Mereka semakin yakin
dengan keputusannya setelah Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat
(Bakorpekam) menyatakan bahwa 12 poin penjelasan Ahmadiyah dapat menimbulkan konflik
karena ajarannya menyimpang dari ajaran agama Islam. Bakoperkam pun merekomendasikan
kepada pemerintah untuk menghentikan segala kegiatan Ahmadiyah atau Ahmadiyah
dibubarkan.23
Penolakan terhadap Ahmadiyah berujung kepada penyerangan terhadap Aliansi Kebangsaan
untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Penyerangan ini dilatarbelakangi
oleh dukungan AKKBB terhadap Ahmadiyah. Mereka menyatakan bahwa Indonesia
menjamin kebebasan beragama bagi masyarakat, sehingga tidak sepatutnya Ahmadiyah
dibubarkan. Pernyataan tersebut mengakibatkan ketegangan antara Front Pembela Islam (FPI)
dengan AKKBB. Ketegangan ini berujung kepada insiden Monas. Pada saat itu AKKBB
21 Diakses dari portal http://news.detik.com/read/2004/12/23/115143/261226/10/fpi-‐siap-‐buka-‐kembali-‐pintu-‐makam-‐keramat-‐tanjung-‐priok pada tanggal 20 Mei 2014 Pukul 16.36 WIB. 22 Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naispospos, op. cit., hlm. 140. 23 Ibid, hlm. 141.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
sedang mengkampanyakan penentangan mereka kepada keputusan pembubaran Ahmadiyah.
Di tengah-tengah acara tersebut, Laskar Pembela Islam menyerang AKKBB dan berujung
dengan banyaknya korban yang luka-luka. Kejadian ini mengakibatkan dipenjaranya Habib
Rizieq selama 1.5 tahun.24
f. Aksi Penutupan Kantor Majalah Playboy
Pada tahun 2006, salah satu majalah terkenal di dunia yaitu majalah Playboy akan terbit di
Indonesia. Aksi penentangan dari berbagai sudah diprediksi oleh penggagas berdirinya
majalah Playboy di Indonesia, yaitu Erwin Arnana. Di awal bulan Januari, dia mengutuskan
perwakilannya Ponty Corolus dan James Supanggat untuk mengungkapkan rencana
penerbitan majalah Playboy kepada Habib Rizieq. Mereka menjelaskan bahwa di Indonesia,
majalah Playboy akan memperhatikan adat dan budaya Indonesia. Penjelasan mereka berdua
mendapat penentangan oleh Habib Rieziq. Dia dengan tegas tidak menyetujui penerbitan
majalah tersebut di Indonesia.25
Meskipun pertemuan tersebut tidak mendapatkan persetujuan dari Habib Rizieq, majalah
Playboy tetap terbit untuk pertama kalinya pada tanggal 6 April 2006. Di hari yang sama,
puluhan laskar Front Pembela Islam datang ke kantor majalah Playboy di daerah Tb.
Simatupang. Mereka datang tidak untuk menutup atau menghancurkan tempat tersebut tetapi
mereka meminta konfirmasi dan klarifikasi dari pihak majalah Playboy. Hasil pertemuan
tersebut dianggap tidak memuaskan bagi pihak Front Pembela Islam dikarenakan pihak
majalah Playboy tidak menjelaskan dengan jelas apakah ada keterkaitan majalah Playboy di
Indonesia dengan luar negeri. Setelah itu, Front Pembela Islam memberikan peringatan
kepada pihak majalah Playboy untuk menghentikan produksi majalah tersebut. Pihak majalah
Playboy hanya merespon dengan mengatakan mereka menghargai pendapat-pendapat pihak di
Indonesia tetapi mereka akan tetap melakukan produksi selama kegiatan mereka tidak
bertentangan dengan hukum di Indonesia.26
Enam hari setelah mendapat respon majalah Playboy tersebut. Front Pembela Islam
mengadakan konsolidasi untuk melakukan penutupan terhadap majalah Playboy. Langkah
pertama mereka adalah melakukan aksi di Mabes Polri. Di sana mereka menegaskan kepada
24 Ibid, hlm. 142. 25 Yal Robbiansyah, “Kekerasan Massa Terhadap Tempat Hiburan: Kekerasan Massa Front Pembela Islam Terhadap Hiburan di Jakarta:, Tesis, UI: Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, 2006, hlm. 77. 26 Ibid, hlm. 80.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
99
1
Pengetahuan Masyarakat terhadap Organisasi Masyarakat Bernama Front Pembela Islam
responden yang menjawab ya
responden yang menjawab ddak
Polri untuk bertindak cepat dan tepat terhadap majalah Playboy. Setelah melakukan
demonstrasi di Mabes Polri, mereka berpindah ke depan Kejaksaan Agung dan melakukan
demo yang bertujuan sama. Selepas dari Kejaksaan Agung dan usai menunaikan salat Dzuhur,
rombongan Front Pembela Islam bergerak menuju kantor majalah Playboy.27
Di kantor majalah Playboy telah berjaga sejumlah aparat polisi untuk menjaga agar tidak
terjadi tindakan yang merugikan. Ketika Front Pembela Islam datang, mereka langsung
memaksa masuk ke dalam kantor majalah Playboy. Aparat polisi yang berjaga tidak mampu
melawan ratusan massa Front Pembela Islam tersebut. Akhirnya, massa Front Pembela Islam
tersebut berhasil masuk dan menghancurkan kantor majalah Playboy. Kantor majalah Playboy
menjadi rusak dan mengalami kerugian yang besar. Massa Front Pembela Islam pun mundur
dari tempat kejadian tersebut. Satu hari dari kejadian tersebut, pimpinan redaksi majalah
Playboy mengumumkan penghentian sementara produksinya dan polisi memanggil
koordinator lapangan aksi Front Pembela Islam.28
Hasil Penyebaran Kuisioner
Hasil dari penyebaran kuisioner menunjukkan bahwa 99 responden dari 100 responden
mengetahui keberadaan organisasi masyarakat bernama Front Pembela Islam. Adapun 1 orang
lainnya tidak mengetahui organisasi masyarakat bernama Front Pembela Islam. Data di atas
dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 1)
27 Ibid. 28 Ibid, hlm.81.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
85
15
Pengetahuan Masyarakat terhadap Aksi-‐aksi Front Pembela Islam
responden menjawab ya responden menjawab ddak
6
46
48
Persentase Pengetahuan Masyarakat tentang Aksi-‐aksi Posidf Front Pembela Islam
responden menjawab ya responden menjawab biasa saja responden menjawab ddak pernah
Hasil penyebaran kuisioner untuk pengetahuan masyarakat DKI Jakarta terhadap aksi-aksi
Front Pembela Islam menunjukkan bahwa 85 dari 100 responden menjawab mengetahui aksi-
aksi Front Pembela Islam dan 15 responden menjawab tidak mengetahui. Data di atas dapat
ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 2)
Hasil lainnya tentang intensitas masyarakat mendengar berita aksi-aksi positif dan negatif
menunjukkan hasil bahwa 6 dari 100 responden menjawab sering mendengar berita aksi-aksi
positif, sedangkan 46 responden menjawab biasa saja dan 48 responden menjawab tidak
pernah mendengar aksi-aksi positif Front Pembela Islam. Data di atas dapat digambarkan
melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 3)
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
71
26
3
Persentase Pengetahuan Masyarakat tentang Aksi-‐aksi Negadf Front Pembela Islam
responden menjawab ya responden menjawab biasa saja responden menjawab ddak pernah
14
81
5
Reaksi Masyarakat terhadap Aksi-‐aksi Posidf Front Pembela Islam
responden menjawab senang responden menjawab biasa saja responden menjawab ddak senang
Hasil kuisioner tentang intesitas masyarakat mendengar berita negatif tentang aksi-aksi Front
Pembela Islam menunjukkan hasil 71 dari 100 responden menjawab sering mendengar berita
aksi-aksi negatif Front Pembela Islam. 26 responden lain menjawab biasa saja dan 3
responden lain menjawab tidak pernah. Data di atas dapat dideskripsikan melalui grafik di
bawah ini.
(Gambar 4)
Hasil penyebaran kuisioner tentang reaksi masyarakat terhadap aksi-aksi Front Pembela Islam
di Indonesia menunjukkan hasil 14 dari 100 responden menyatakan senang jika mendengar
aksi-aksi positif Front Pembela Islam. Adapun 81 responden menyatakan biasa saja dan 5
responden tidak senang jika mendengar aksi-aksi positif Front Pembela Islam. Data di atas
dapat ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 5)
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
1
12
87
Reaksi Masyarakat terhadap Aksi-‐aksi Negadf Front Pembela Islam
responden menjawab senang responden menjawab biasa saja responden menjawab ddak senang
[VALUE]
[VALUE]
[VALUE] [VALUE]
Keinginan Masyarakat terhadap Aksi-‐aksi Posidf Front Pembela Islam
responden menjawab Front Pembela Islam diperbolehkan melanjutkan aksi-‐aksinya
responden menjawab Front Pembela Islam diperbolehkan melanjutkan aksi-‐aksinya tetapi diawasi ketat oleh pemerintah responden menjawab Front Pembela Islam dilarang melanjutkan aksi-‐aksinya
responden menjawab Front Pembela Islam harus dibubarkan oleh pemerintah
Hasil penyebaran kuisioner tentang reaksi masyarakat jika mendengar aksi-aksi negatif Front
Pembela Islam menunjukkan bahwa 87 dari 100 responden memilih tidak senang. Sisanya
yaitu sebanyak 1 responden memilih senang jika mendengar aksi-aksi negatif Front Pembela
Islam dan 12 responden memilih biasa saja. Data di atas dapat digambarkan melalui grafik di
bawah ini.
(Gambar 6)
Hasil survey selanjutnya adalah tentang keinginan masyarakat jika mereka mendengar aksi-
aksi positif Front Pembela Islam. 16 dari 100 responden memilih untuk memperbolehkan
Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya. 71 dari 100 responden memilih untuk
memperbolehkan Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya tetapi diawasi ketat oleh
pemerintah. 3 responden memilih untuk melarang Front Pembela Islam melakukan aksi-
aksinya kembali dan 10 orang memilih supaya pemerintah membubarkan Front Pembela
Islam. Data di atas dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 7)
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
[VALUE]
[VALUE]
[VALUE]
Keinginan Masyarakat terhadap Aksi-‐aksi Negadf Front Pembela Islam
responden menjawab Front Pembela Islam diperbolehkan melanjutkan aksi-‐aksinya tetapi diawasi ketat oleh pemerintah
responden menjawab Front Pembela Islam dilarang melanjutkan aksi-‐aksinya
responden menjawab Front Pembela Islam harus dibubarkan oleh pemerintah
85
15
Tanggapan Masyarakat tentang Dampak Aksi-‐aksi Front Pembela Islam
responden menjawab ya responden menjawab ddak
Hasil survey selanjutnya adalah tentang keinginan masyarakat jika mereka mendengar aksi-
aksi negatif Front Pembela Islam. Tidak ada responden yang memilih untuk memperbolehkan
Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya. 16 dari 100 responden memilih untuk
memperbolehkan Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya tetapi diawasi ketat oleh
pemerintah. 39 responden memilih untuk melarang Front Pembela Islam melakukan aksi-
aksinya kembali dan 45 orang memilih supaya pemerintah membubarkan Front Pembela
Islam. Data di atas dapat ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 8)
Hasil penyebaran kuisoner untuk data tentang pengaruh aksi-aksi Front Pembela Islam
terhadap Islam di Indonesia adalah 85 dari 100 responden menjawab bahwa aksi-aksi Front
Pembela Islam memiliki dampak terhadap Islam di Indonesia. Adapun 15 responden lainnya
menjawab bahwa tidak ada dampak apapun dari aksi-aksi Front Pembela Islam terhadap Islam
di Indonesia. Data di atas dapat dideskripsikan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 9)
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
84
5 11
Reaksi Masyarakat tentang Dampak Aksi-‐aksi Posidf Front Pembela Islam
responden menjawab senang terhadap Islam
responden menjawab senang terhadap FPI
responden menjawab senang terhadap keduanya
6
91
3
Reaksi Masyarakat tentang Dampak Aksi-‐aksi Negadf Front Pembela Islam
responden menjawab ddak senang terhadap Islam
responden menjawab ddak senang terhadap FPI
responden menjawab ddak senang terhadap keduanya
Hasil kuisioner selanjutnya menunjukkan bahwa jika Front Pembela Islam melakukan aksi-
aksi positif reaksi masyarakat adalah sebanyak 84 responden lebih menyenangi Islam
sedangkan hanya 5 responden yang menyenangi Front Pembela Islam. Sisanya sebanyak 11
responden menyenangi keduanya. Data di atas dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.
(Gambar 10)
Hasil kuisioner selanjutnya menunjukkan bahwa jika Front Pembela Islam melakukan aksi-
aksi negatif reaksi masyarakat adalah sebanyak 6 responden tidak menyenangi Islam
sedangkan 91 responden yang tidak menyenangi Front Pembela Islam. Sisanya sebanyak 3
responden tidak menyenangi keduanya. Data di atas dapat digambarkan melalui grafik di
bawah ini.
(Gambar 11)
Hasil penyebaran kuisoner untuk data tentang eksistensi Front Pembela Islam di masa depan
adalah sebanyak 76 dari 100 responden menjawab setuju Front Pembela Islam melakukan
perubahan dalam aksi-aksinya. Sisanya sebanyak 24 responden menjawab tidak setuju. Data
di atas dapat ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
76
24
Tanggapan Masyarakat terhadap Front Pembela Islam Melakukan Perubahan dalam Aksi-‐aksinya
responden menjawab setuju responden menjawab ddak setuju
(Gambar 12)
Pembahasan
Menurut teori gerakan sosial dari Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. Teori gerakan sosial
terbagi menjadi dua kategori yaitu teori berdasarkan alasan terbentuknya sebuah gerakan
sosial dan teori gerakan sosial berdasarkan periode waktu. Teori gerakan sosial berdasarkan
alasan mereka lahir adalah teori yang berdasarkan kondisi psikologis dan sosial masyarakat.
Adapun gerakan sosial berdasarkan periode waktu adalah teori gerakan sosial tradisional dan
modern.
Teori gerakan sosial yang pertama adalah teori yang didasarkan alasan lahirnya sebuah
gerakan sosial. Alasan pertama adalah teori gerakan sosial lahir dilatarbelakangi alasan
psikologis. Dalam teori ini Paul dan Chester menjelaskan bahwa gerakan sosial lahir
dikarenakan kesadaran pengikut gerakan sosial tersebut. Ada dua teori pendukung untuk
menjelaskan teori ini yaitu teori ketidakpuasan dan teori ketidakmampuan menyesuaikan diri.
Teori ketidakpuasan adalah kondisi sebuah gerakan sosial lahir dari kekecewaan individu-
individu atau kelompok terhadap sesuatu yang tidak membahagaikan mereka. Kondisi Front
Pembela Islam jika dilihat dari alasan terbentuknya organisisasi masyarakat ini didasarkan
atas kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak mampu mengendalikan kemaksiatan di
Indonesia. Selain itu alasan lain terbentuknya Front Pembela Islam adalah kekecewaan karena
umat Islam pada zaman orde baru tidak diperlakukan dengan baik.
Teori ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah sebuah gerakan sosial lahir dikarenakan
individu-individu tidak merasa puas dengan dirinya sendiri atau mereka tidak mampu untuk
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Front Pembela Islam berdiri atas
ketidakmampuan individu-individu di dalamnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Mereka menginginkan perubahan secara frontal terhadap kondisi lingkungannya yang
mereka nilai sudah tercampuri dengan maksiat.
Teori selanjuntya adalah teori lahirnya gerakan sosial berdasarkan alasan sosiologis. Dalam
teori ini terdapat dua penjelasan yaitu dengan teori deprivasi relatif dan teori mobilisasi
sumber daya. Teori deprivasi relatif adalah sebuah gerakan sosial lahir karena terdapat
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Individu-individu yang membentuk dan mengikuti
Front Pembela Islam memiliki harapan terhadap Indonesia agar negara ini terbebas dari
maksiat tetapi pada kenyataannya negara ini masih jauh dari harapan mereka. Perjudian,
peredaran obat terlarang, lokalisasi, dan banyaknya tempat hiburan masih ada di Indonesia.
Adapun teori mobilisasi sumber daya adalah teori yang menitikberatkan terhadap gerakan
sosial tersebut bagaimana mereka memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam mereka.
Habib Rizieq yang merupakan pendiri Front Pembela Islam telah membentuk struktur,
prosedur Front Pembela Islam dalam melakukan aksinya, kaderisasi dan pelatihan para
anggota baru, dan bagaimana Front Pembela Islam dapat tetap ada sampai sekarang. Dia tidak
hanya menciptakan tetapi memanfaatkan segala sumber daya tersebut untuk kelangsungan
keberadaan Front Pembela Islam di Indonesia.
Teori gerakan sosial terakhir oleh Paul dan Chester adalah teori gerakan sosial tradisional dan
modern. Perbedaannya terletak dari periode terjadinya gerakan sosial tersebut gerakan sosial
tradisional terjadi di akhir abad 18 dan gerakan sosial modern terjadi di abad ke-20.
Perbedaan lainnya adalah efek yang ditimbulkan oleh kedua gerakan sosial tersebut, gerakan
sosial tradisional hanya berefek pada lingkup area yang kecil dan gerakan sosial modern
berdampak ke dalam area yang sangat luas. Front Pembela Islam dilihat dari tahun
terbentuknya yaitu tahun 1998 dan tujuan mereka adalah amar ma’ruf nahi munkar di seluruh
wilayah Indonesia membuat penulis menyimpulkan bahwa Front Pembela Islam adalah
gerakan sosial modern.
Menurut teori gerakan sosial Islam dari David Snow dan Susan Marshal. Mereka menjelaskan
teori gerakan sosial Islam dengan menganalisa hubungan antara budaya imperalisme dan
gerakan Islam dengan menggunakan teori gerakan sosial. Di dalamnya termasuk structural
strains sebagai katalis, mobilizing ideologies dan resource mobilization. Structural strains
yang dimaksud David Snow dan Susan Marshal adalah sebuah gerakan sosial akan terjadi di
dalam sebuah institusi yang tidak dapat mengakomodasi permintaan sebuah lingkungan
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
sosial. Front Pembela Islam dalam hal ini adalah sebuah gerakan sosial yang bertujuan untuk
menghilangkan maksiat di Indonesia yang tidak dapat diakomodir oleh pemerintah Indonesia.
Kegagalan pemerintah ini menjadi katalis bagi Front Pembela Islam untuk tetap ada dan terus
melanjutkan aksi-aksinya
Mobilizing ideologies and resource mobilization atau yang disingkat RMT adalah teori yang
menjelaskan sebuah gerakan sosial dilihat dari sudut pandang pergerakan dengan rasional dan
teroganisir. Menurut David dan Susan, gerakan sosial Islam berdasarkan dari sumber yang
sama. Dalam hal ini bukan hanya al-Quran dan Hadis, tetapi awal mula tempat terjadinya
gerakan sosial adalah masjid. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, juga digunakan
sebagai tempat mendidik individu-individu, mengorganisir sebuah aksi kolektif dan tempat
perekrutan anggota baru bagi sebuah gerakan Islam. Masjid juga digunakan sebagai tempat
untuk menyatukan gerakan-gerakan sosial yang berbeda-beda dalam sebuah negara dan
menghubungkan berbagai aktifis-aktifis dari berbagai gerakan Islam. Front Pembela Islam
sama seperti gerakan sosial Islam lainnya, mereka berawal dari masjid dan kantor Front
Pembela Islam juga berdekatan dengan masjid yaitu masjid Al-Ishlah. Masjid tersebut selain
digunakan sebagai tempat pengajian mingguan dan bulanan, juga digunakan oleh Habib
Rizieq untuk menjadi tempat awal bagi mereka sebelum melakukan aksi-aksinya.
Selain dari penjelasan di atas, David dan Susan secara umum menjelaskan bahwa gerakan
sosial Islam adalah gerakan sosial yang bertujuan untuk menegakkan syariat Islam. Hal ini
sangat cocok dengan tujuan didirikanya Front Pembela Islam. Habib Rizieq mendirikan Front
Pembela Islam untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di Indonesia. Di samping itu
penggunakan nama “Islam” sebagai identitas mereka dikarenakan mereka berjuang atas nama
Islam dan untuk agama Islam. Dari semua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Front
Pembela Islam termasuk ke dalam gerakan sosial Islam.
Indonesia memiliki peraturan tentang Organisasi Masyarakat yang tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2013. Di dalam UU tersebut, dicantumkan dalam
Bab II pasal 2 tentang asas, ciri dan sifat organisasi masyarakat. Asas sebuah organisasi
masyarakat di Indonesia adalah tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Front Pembela Islam memilih untuk berasaskan Islam. Hal
ini bertentangan dengan Undang-Undang tersebut.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
Di bab XVI tentang larangan terhadap sebuah organisasi masyarakat tercantum di pasal 59
poin 2(a) bahwa sebuah organisasi masyarakat dilarang melakukan tindakan permusuhan
terhadap suku, agama, ras atau golongan. Front Pembela Islam telah melakukan aksi
penolakan terhadap Ahmadiyah. Aksi tersebut adalah penuntutan terhadap Ahmadiyah untuk
membubarkan diri dan tidak menyebarkan pahamnya kepada rakyat Indonesia. Aksi Front
Pembela Islam tersebut termasuk dalam tindakan permusuhan terhadap suku, agama, rasa tau
golongan di Indonesia.
Di bab XVI pasal 59 poin 4 juga terdapat larangan terhadap organisasi masyarakat untuk
menganut, mengembangkan serta menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan
Pancasila. Front Pembela Islam menganut asas Islam. Di dalam kaderisasi baik pendidikan
maupun pelatihan terhadap anggota-anggotanya, FPI mengajarkan “mujahid di atas para
musuhnya” paham ini mengajarkan bahwa kemenangan terhadap para musuh Islam adalah
sebuah kebaikan yang tidak ternilai sedangkan ketika kalah oleh musuh Islam adalah sebuah
pengorbanan yang sama seperti mujahid-mujahid Islam di zaman dahulu. Paham yang
diajarkan tersebut bertentangan dengan Pancasila pada sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Mereka diajarkan untuk memenangkan agama Islam daripada keutuhan bangsa Indonesia.
Di bab VI pasal 20 tentang hak dan kewajiban organisasi masyarakat dijelaskan bahwa
organisasi masyarakat berkewajiban menjaga ketertiban umum dan terciptanya kedamaian
dalam bermasyarakat. Aksi-aksi yang dilakukan Front Pembela Islam seringkali berujung
bentrok dengan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Penutupan kantor majalah
Playboy, konflik dengan warga Kemang dan peristiwa Ketapang adalah bukti bahwa mereka
seringkali melakukan aksi yang mengganggu ketertiban umum. Dari aksi-aksi tersebut FPI
telah melanggar kewajiban organisasi masyarakat sesuai Undang-Undang yang berlaku.
Di dalam struktur organisasi, FPI memiliki 12 departemen. Di antara departemen tersebut ada
beberapa departemen yang tidak berfungsi dengan baik sesuai tugasnya. FPI memiliki
Departemen Pertahanan dan Keamanan yang bertugas untuk menciptakan keamanan dan
menjaga ketertiban di masyarakat tetapi seringkali mereka melakukan aksi-aksi yang
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. FPI memiliki Departemen Sosial, Politik,
Hukum dan HAM yang bertugas untuk penegakkan keadilan dan memperjuangkan HAM bagi
masyarakat tetapi aksi penolakan terhadap Ahmadiyah adalah bentuk aksi yang tidak
memperjuangkan hak asasi manusia. FPI juga memiliki Departemen Penerangan yang
memiliki tugas untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan segenap komponen
masyarakat tetapi aksi penolakan Ahmadiyah, konflik dengan masyarakat Kemang, penutupan
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
kantor majalah Playboy dan peristiwa Ketapang adalah bentuk kegagalan departemen ini
untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat.
Kesimpulan
Ditinjau dari teori yang dicetuskan Paul dan Chester yang mengatakan bahwa sebuah gerakan
sosial berasal dari keadaan psikologis seseorang yang merasa kecewa terhadap lingkungannya
atau dirinya sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa FPI termasuk gerakan sosial. Front
Pembela Islam juga termasuk ke dalam sebuah gerakan sosial Islam. Hal ini didukung oleh
teori David Snow dan Susan Marshall yang mengatakan bahwa pada umumnya gerakan-
gerakan sosial Islam berasal dari satu tempat dan menyebar ke tempat lainnya.
Front Pembela Islam juga termasuk ke dalam gerakan Islam yang bersifat fundamentalis-
radikal. Hal ini karena Front Pembela Islam memiliki pemahaman terhadap Islam yang tidak
bisa ditolerir dan dari pemahaman tersebut mereka melakukan aksi-aksi yang frontal dan
ekstrim. Kasus Ahmadiyah adalah contoh bahwa mereka melakukan aksi intoleransi radikal
terhadap pemahaman Islam bagi sesama umat Muslim lainnya.
Penulis juga berkesimpulan bahwa Front Pembela Islam telah melanggar Undang-Undang
Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Bagian yang
telah dilanggar FPI adalah tentang asas, kewajiban dan larangan organisasi kemasyarakatan.
FPI juga melanggar konstitusi Indonesia dengan mengeluarkan Petisi Petamburan yang
berisikan tuntutan pencantuman syariat Islam dalam UUD 1945. Penulis juga mengkritisi
departemen-departemen yang ada di dalam FPI. Beberapa departemen tidak berfungsi dengan
baik seperti Departemen Dalam Negeri, Departermen Hukum dan HAM, dan Departemen
Penerangan yang memiliki tugas menjunjung tinggi toleransi dan keharmonisan antar umat
beragama. Hal ini dikarenakan FPI melakukan aksi penolakan terhadap Ahmadiyah yang
berdampak terhadap berkurangnya toleransi dan keharmonisan antar umat beragama.
Rekomendasi
Dalam penelitian ini direkomendasikan bahwa ke depan perlu dilakukan perubahan terhadap
Front Pembela Islam dalam melakukan aksi-aksi selama ini. Media-media Indonesia dalam
pemberitaan yang lebih menitikberatkan pada aksi-aksi negatif Front Pembela Islam tidak
dapat disalahkan karena media bekerja untuk mengangkat isu-isu negatif dengan alasan
mencari keuntungan secara ekonomi. Front Pembela Islam harus lebih sering melakukan aksi-
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014
aksi positif, sehingga paradigma masyarakat akan berubah terhadap Front Pembela Islam
meskipun belum tentu media akan memberitakannya.
Penelitian ini juga merekomendasikan agar Front Pembela Islam tidak segera dibubarkan. Hal
ini karena Front Pembela Islam berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap masyarakat dan
terdapat masyarakat yang masih toleransi terhadap aksi-aksi mereka kendati tidak dapat
dipungkiri bahwa ada beberapa responden yang menginginkan mereka dibubarkan. Selain itu
direkomendasikan juga kepada pemerintah Indonesia untuk menindak tegas segala aksi-aksi
Front Pembela Islam yang melanggar hukum dan melakukan pengawasan secara ketat agar
tidak terjadi kerusuhan dan kerugian bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern,dan Poskolonial. Jakarta: PT. Rajawali Pers. 2012.
Simbolon, Parakitri T. Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas. 2006.
Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Jakarta: Gema Insani Press. 1996.
Feillard, Andre dan Remy Madinier. The End Of Innocence? Indonesian Islam and The Temptations of Radicalism. Singapore: NUS Press. 2006.
Horton ,Paul B. dan Chester L. Hunt. Sosiologi Jilid 2, terj. Drs. Aminuddin Ram, M.Ed., Jakarta: Penerbit Erlangga.1990.
Wiktorowicsz. Quintan. Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach.
USA: Indiana University Press. 2004. Riduan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. 2006. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakaya. 2005.
Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S. 1983.
Syihab, Al Habaib Muhammad Rizieq bin Husein. Dialog FPI: Amar Ma’ruf Nahi Munkar.Jakarta: CV Ibnu Sidah. 2008.
Hasani, Ismail dan Bonar Tigor Naispospos. The Faces of Islam ‘Defenders’. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara. 2010.
Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014