10. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00125 AKSI Bab...
Transcript of 10. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00125 AKSI Bab...
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sistem
Pengertian sistem menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekumpulan dari
elemen yang saling berhubungan, bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama
dengan menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang
teratur.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p4) sistem adalah serangkaian dari dua
atau lebih komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Sistem biasanya tersusun atas subsistem yang lebih kecil, di mana masing-
masing melakukan fungsi spesifik yang penting dalam rangka mendukung sistem yang
lebih besar.
Serta menurut Stair dan Reynolds (2006,p8), sistem adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan yang berinteraksi untuk melakukan suatu pekerjaan
dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Melalui pengertian-pengertian dari sistem yang ada dapat disimpulkan bahwa
sistem merupakan komponen-komponen yang saling terkait, yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan dengan menerima masukan (input) dan menghasilkan keluaran
(output) dalam suatu proses (process) transformasi yang tersusun secara teratur. Sistem
memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi, antara lain:
11
1. Input (masukan), melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang
memasuki sistem untuk diproses. Input yang dimaksud dalam hal ini berupa
keseluruhan penginputan data yang berkaitan dengan transaksi dalam siklus
pendapatan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang.
2. Proses, melibatkan tahap transformasi yang mengubah input menjadi output.
Yang dimaksud tahap disini mencakup penghitungan dan kalkulasi dari data-data
transaksi siklus pendapatan yang masuk ke sistem.
3. Output (keluaran), melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh
proses. Output yang dimaksud adalah laporan keuangan dan laporan produk yang
berhasil dijual yang dihasilkan dari sistem informasi akuntansi revenue cycle.
2.2. Pengertian Informasi
Melalui pengertian-pengertian dari informasi yang ada dapat disimpulkan bahwa
informasi adalah merupakan sekumpulan data yang berisi fakta yang telah diproses
menjadi suatu bentuk yang memiliki arti bagi pengguna akhir. Pengertian diatas
dipertegas melalui pengertian O’Brien (2005, p5), informasi adalah data yang telah
diubah menjadi suatu konteks yang memiliki arti yang beguna bagi pemakai akhir.
Sedangkan menurut Stair dan Reynolds (2006, p5), informasi adalah sekumpulan dari
fakta yang diorganisasikan dalam berbagai cara yang telah memiliki nilai tambah
melebihi nilai dari fakta itu sendiri.
12
2.3. Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem informasi menurut O’Brien (2005, p5), “Information system
can be any organized combination of people, hardware, software, communications
networks and data resources that stores and retrieves, transforms, and disseminates
information in a organization.” Pengertian tersebut diterjemahkan menjadi, sistem
informasi merupakan sebuah kombinasi teratur dari berbagai elemen seperti orang-
orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Stair dan Reynolds (2006, p15), “Information System is a set of
interrelated elements or components that collect (input), manipulate (process) and store
and disseminates data and information and provide a feedback mechanism to meet an
objective.” Pengertian tersebut diterjemahkan menjadi, sistem informasi merupakan
sekumpulan elemen atau komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan serta
menghasilkan data dan informasi dan menghasilkan feedback.
Berdasarkan pengertian-pengertian dari sistem informasi yang ada, dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi teratur dari sumer daya manusia,
hardware, software dan jaringan komunikasi yang digunakan untuk menghasilkan input
(sumber daya data) yang kemudia dikumpulkan, disimpan, dan diproses untuk
menghasilkan output.
Dalam hal ini, input berarti mengumpulkan dan memasukan data-data untuk
diolah menjadi keluaran, misalnya staf bagian administrasi dari PT Dwi Karya Mandala
menginput data-data penjualan perusahaan. Proses berarti peristiwa mengubah masukan
13
menjadi keluaran, misalnya pada saat digunakan dalam aplikasi siklus pendapatan untuk
mengkalkulasi transaksi penjualan. Sedangkan output berarti hasil pengelolaan dari
masukan, misalnya pada saat staf PT Dwi Karya Mandala membuat dan mencetak
laporan keuangan.
2.4. Sistem Informasi Akuntansi
2.4.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones & Rama (2006, p5), “The Accounting Information System is a
subsystem of an MIS (Management Information System) that provides accounting and
financial information, as well as other information obtained in the routine processing of
accounting transactions.“ Pengertian tersebut diterjemahkan menjadi, sistem informasi
akuntansi merupakan subsistem dari MIS (sistem informasi manajemen) yang
menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi lainnya yang diperoleh
dalam proses rutin transaksi akuntansi.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), Sistem Informasi Akuntansi adalah
sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk
menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan.
Pengertian sistem informasi akuntansi tersebut dapat dijelaskan sebagai sebuah
sistem yang menyediakan informasi akuntansi, dan keuangan serta informasi lainnya
yang diperloleh dalam proses transaksi akuntansi. Sistem informasi akuntansi sendiri
merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen.
14
Berdasarkan definisi-definisi dari sistem informasi akuntansi, dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem berbasis komputer yang
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menyediakan
informasi keuangan bagi pembuat keputusan yang dibutuhkan oleh manajemen.
Menurut James A Hall (2001, p181), perputaran transaksi dan proses bisnis
terdiri dari 4 macam, yaitu:
1. Siklus Pendapatan (p180)
Perusahaan ekonomis, baik yang berorientasi profit maupun non-profit,
mendapatkan keuntungan melalui proses usaha yang merupakan siklus pendapatan
mereka. Dalam bentuk yang sangat sederhana siklus pendapatan merupakan
perubahan langsung dari produk akhir dan jasa menjad uang tunai. Oleh karenanya
siklus pendapatan sebenarnya terdiri atas dua subsistem utama yaitu:
a. Subsistem proses pesanan penjualan
b. Subsistem penerimaan kas
2. Siklus Pengeluaran (p262)
Tujuan dari siklus pengeluaran adalah untuk mengkonversi kas organisasi ke
bahan fisik dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.
Siklus pengeluaran terdiri dair 2 jenis:
a. Prosedur pembelian dan pengeluaran kas: memiliki dua subsistem utama yang
membentuk siklus pengeluaran yaitu subsistem pemrosesan pembelian dan
subsistem pengeluaran kas. (p.262)
15
b. Pemrosesan gaji dan prosedur aktiva tetap: digunakan untuk memroses
transaksi tenaga kerja dan aktiva tetap. (p.318)
3. Siklus Konversi (p368)
Siklus konversi suatu perusahaan menstranformasikan (mengkonversi) sumber
daya, input, seperti bahan baku, tenaga kerja dan overhead, ke barang jadi atau jasa
untuk dijual. Siklus konversi menjadi siklus yang paling formal dan nyata dalam
perusahaan manufaktur. Namun demikian, secara konseptual siklus ini terdapat
dalam industri jasa tertentu, seperti perawatan, kesehatan, konsultasi, dan akuntan
publik.
4. Sistem Buku Besar Umum, Sistem Pelaporan Keuangan, dan Sistem Pelaporan
Manajemen (p428)
Sistem Buku Besar Umum (general ledger system-GLS), Sistem Pelaporan
Keuangan (financial reporting system-FRS), dan Sistem Pelaporan Manajemen
(management reporting system-MRS) merupakan tiga sistem yang saling berkaitan.
Karena interdependensi operasional dari GLS dan FRS, pada umumnya lebih praktis
memandang mereka sebagai satu sistem yang terintegrasi (GL/FRS).
MRS memberikan informasi yang diperlukan manajemen untuk merencanakan
dan mengontrol aktivitas bisnis. MRS dapat dibedakan dari FRS dalam dua hal.
Pertama, buku besar umum tradisional. Oleh karena itu, aplikasi SIA lainnya seperti
sistem entri pesanan (order entry system) atau sistem pembelian (procurement
system).
16
Perbedaan yang kedua adalah bahwa pelaporan keuangan yang dilakukan oleh
FRS sifatnya wajib (mandatory) sedangkan aplikasi MRS sifatnya bebas
(discretionary). Baik aplikasi maupun isi, waktu atau format informasi yang
diproduksi tidak ditentukan atau diwajibkan oleh badan otoritatif seperti IRS, SEC
atau AICPA. Manajemen organisasi secara bebas menentukan dalam
mengimplementasikan aplikasi MRS berdasarkan kebutuhan informasinya.
2.4.2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p2). Sistem Informasi Akuntansi
terdiri dari lima komponen, yaitu :
1. People.
Untuk mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
2. Procedures.
Baik yang manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan
pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data tentang kegiatan
organisasi.
3. Data.
Tentang kegiatan atau proses bisnis organisasi.
4. Software.
Digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Information Technologies Infrastructures.
17
Termasuk di dalamnya komputer dan peralatan komunikasi jaringan yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses dan
mengirimkan data serta informasi.
2.4.3. Manfaat Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi sangatlah diperlukan. Lima kegunaan Sistem
Informasi Akuntansi menurut Jones & Rama (2006, p6), adalah :
1. Menghasilkan laporan eksternal.
Para pelaku bisnis menggunakan sistem indormasi akuntansi untuk
menghasilkan laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi
pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor, kreditor, pemerintah,
dan lain sebagainya.
2. Mendukung aktivitas rutin.
Para manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani
aktivitas operasi rutin selama siklus operasi perusahaan berjalan, seperti
menerima pesanan pelanggan, mengantar barang dan jasa, menagih
pelanggan, dan menerima kas.
3. Mendukung pengambilan keputusan.
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan
non-rutin pada semua tingkatan organisasi, seperti informasi mengenai
produk apa yang paling banyak terjual atau pelanggan mana yang
membeli dengan kuantitas terbanyak.
18
4. Mendukung perencanaan dan pengendalian.
Informasi yang berkenaan dengan anggaran dan biaya standar disimpan
dalam sistem informasi, kemudian laporan dirancang untuk
membandingkan antara anggaran dengan actual. Disinilah peran sistem
informasi untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian.
5. Menerapkan pengendalian internal.
Pengendalian internal termasuk kebijakan perusahaan, prosedur dan
sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari
kerugian atau kehilangan, dan untuk memelihara keakuratan data
finansial. Tujuan ini dapat dicapai dengan membangun sebuah sistem
informasi akuntansi yang terkomputerisasi.
Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p109), tujuan dan kegunaan
Sistem Informasi Akuntansi adalah :
1. Untuk melakukan pencatatan (recording) transaksi dengan biaya klerikal
seminimal mungkin dan menyediakan informasi (information value
added mechanism) bagi pihak internal untuk pengelolaan kegiatan usaha
(managers) serta para pihak terkait (Stockholder/Stakeholder).
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah
ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur
informasinya.
19
3. Untuk menerapkan (implementasi) Sistem Pengendalian Internal,
memperbaiki kinerja dan tingkat keandalan (reliability) informasi
akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggungjawaban (akuntabilitas)
4. Menjaga untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekayaan
perusahaan.
2.5. Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan (Revenue Cycle)
2.5.1. Pengertian Pendapatan
Pengertian pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007) yaitu
sebagai berikut:
• Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga, deviden, royalti dan sewa (PSAK 20 paragraf
tujuan).
• Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan entitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. (PSAK 23 paragraf 6).
20
2.5.2. Pengertian Penjualan
Standar Akuntansi Keuangan (2007) menyatakan bahwa pendapatan dari
penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan memindahkan
manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual;
c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal;
d) Besar kemungkingan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
e) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan
dapat diukur dengan modal. (PSAK no.23 paragraf 13)
2.5.3. Pengertian Piutang Dagang
Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p295), piutang dagang adalah uang
yang terhutang oleh konsumen atas barang yang telah dijual atau jasa yang
diberikan kepadanya.
Menurut Horngren et al (2002, p187), piutang merupakan sejumlah uang
yang dihutangkan kepada perusahaan oleh pelanggannya sebagai hasil dari
pengiriman barang atau jasa. Piutang itu merupakan suatu perjanjian untuk
menerima kas dari pelanggan, dimana perusahaan telah menjual atau
menyerahkan jasanya kepada pelanggan tersebut.
21
2.5.4. Pengertian Penerimaan Kas
Pengertian kas menurut Warren et al. (2005, p284) adalah termasuk juga
uang koin, uang kertas, cek, money order, dan deposito yang tersedia untuk
langsung digunakan baik yang ada di bank maupun institusi keuangan lainnya.
Untuk melindungi kas dari tindakan pencurian atau kecurangan lainnya,
perusahaan harus mampu untuk mengontrol kas mulai dari saat diterima sampai
dengan kas tersebut disetorkan ke bank. Perusahaan umumnya menerima kas dari
dua sumber, yaitu: (1) penerimaan kas tunai dari pelanggan dan (2) penerimaan
kas dari pelanggan melalui bank.
Setiap perusahaan harus dapat mencatat dan menyimpan kas yang telah
diterimanya dengan baik. Setiap mulai bekerja, setiap kasir harus mengetahui
berapa jumlah kas yang tersedia, sehingga bila terjadi kekeliruan nantinya dapat
ditelusuri. Dan setiap wakhir waktu kerja, kasir akan menghitung jumlah kas
yang ada dan diketahui oleh supervisor. Setelah kas dicatat dan dihitung dengan
benar, maka kas tersebut disimpan ditempat yang aman sampai nanti dapat
disetorkan ke bank.
2.5.5. Pengertian Siklus Pendapatan
Menurut Jones and Rama (2006, p354), “The revenue cycle, is a recurring
set of business activities and related information processing operations
associated with providing goods and services to customer and collecting cash in
payment for those sales.” Jika diartikan, siklus pendapatan adalah rangkaian
22
aktivitas dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang terus berulang dengan
menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan dan menagih kas sebagai
pembayaran dari penjualan-penjualan tersebut.
Revenue Cycle adalah kumpulan aktifitas bisnis yang mengatur proses
operasi informasi mulai dari penerimaan order dari pelanggan, pengiriman
barang atau jasa, proses billing, sampai pengumpulan pembayaran kas dari hasil
penjualan tersebut.
2.5.6. Prosedur-Prosedur dalam Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.356), prosedur atau kegiatan kerja
dalam siklus pendapatan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sales order entry (Proses Penerimaan Pesanan)
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.356-362), kegiatan siklus
pendapatan suatu perusahaan dimulai dari penerimaan pesanan
pelanggannya. Proses penerimaan pesanan pelanggan sendiri terdiri dari tiga
tahap, yaitu:
1. Taking customers order
Data pesanan pelanggan dicatat dalam sales order. Sales order berisi
sejumlah informasi mengenai nomor barang, jumlah barang, harga,
dan keterangan penjualan lainnya.
23
2. Credit approval
Bagi penjualan secara kredit, batasan kredit harus disetujui terlebih
dahulu sebelum diproses lebih lanjut. Bagi pelanggan yang sudah
lama, perusahaan melihat sejarah pembayaran kreditnya untuk
kemudian dapat diberikan atau dinaikan batasan kreditnya.
3. Checking inventory availability
Langkat ketiga adalah pengecekan ketersediaan barang yang dipesan
oleh pelanggan sehingga kemudian perusahaan menginformasikan
kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman.
b. Shipping (Proses Pengiriman Barang)
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.363-365), kegiatan setelah proses
penerimaan pesanan adalah pengisian pesanan pelanggan dan pengiriman
pesanan pelanggan. Proses pengiriman barang ini, dibagi menjadi dua tahap,
yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Picking and packing the order
Fungsi gudang menggunakan picking ticket untuk mengindentifikasi
produk yang akan dikeluarkan dari gudang. Barang yang dikeluarkan
dari gudang dihitung dan dicatat pada picking ticket kemudian akan
diserahkan ke fungsi pengiriman untuk dikirimkan.
24
2. Shipping the order
Fungsi pengiriman membandingkan jumlah fisik persediaan dengan
jumlah yang ada pada picking ticket dan sales order. Fungsi ini
membawa surat muat (bill of lading) yang merupakan perjanjian legal
dalam memberikan tanggung jawab terhardap barang yang dikirimkan.
c. Billing (Proses Penagihan)
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.367-369) dapat disimpulkan bahwa,
kegiatan utama yang ketiga berkaitan dengan billing customer, yang terbagi
dalam 2 (dua) tahap, yaitu :
1. Invoicing
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemrosesan informasi yang dikemas
kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order
sampai kegiatan pengiriman, dokumen yang digunakan adalah sales
invoice, yang menegaskan pada pelanggan jumlah yang harus dibayar
dan kemana pelanggan harus mengirimkan pembayaran.
2. Mantain accounts recievable
Fungsi piutang ini dibagi dalam 2 (dua) tugas utama diantaranya yaitu
menggunakan informasi dalam invoice untuk mendebit akun
pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran
diterima.
25
• Open invoice method
Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing-
masing invoice. Biasanya 2 (dua) rangkap invoice yang akan
dikirimkan ke pelanggan dimana 1 (satu) rangkap akan
dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini disebut
remittance advice.
• Balance forward method
Pelanggan biasanya membayar menurut jumlah yang ada pada
laporan bulanan, dibandingkan menurut invoice satuan. Laporan
bulanan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan
pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta
menginformasikan pada pelanggan jumlah saldo piutang
terakhir.
d. Cash Collection (Proses Penerimaan Kas)
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.371), kegiatan setelah proses
penagihan adalah proses penerimaan kas. Kegiatan ini merupakan aktivitas
siklus pendapatan terakhir. Kegiatan yang berkaitan dengan proses ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: fungsi kasir akan melaporkan penerimaan kas,
menangani remittance pelanggan dan menyetorkan uang yang diterimanya
ke bank.
26
2.6. Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.6.1. Pengertian Sistem Akuntansi Persediaan
Persediaan menurut Warren et al. (2005, p440), digunakan untuk
mengindikasikan barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam
operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau
yang disimpan untuk tujuan itu.
Melalui pengertian persediaan yang ada dapat disimpulkan bahwa, sistem
akuntansi persediaan merupakan suatu sistem yang dibangun untuk mendukung
kegiatan perusahaan sehubungan dengan pencatatan, pengendalian tingakat
persediaan, serta penyediaan laporan yang berhubungan dengan persediaan bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi yang dimiliki perusahaan.
2.6.2. Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Assauri (2008, p.244), ada dua sistem umum yang dikenal dalam
menentukan jumlah persediaan pada akhir periode, yaitu:
a. Periodic System
Sistem periodik merupakan metode pencatatan persediaan yang mana, pada
setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik untuk menentukan jumlah
persediaan akhir perusahaan. Sistem periodik umumnya diterapkan pada
perusahaan yang memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil.
27
Keuntungan penerapan sistem ini adalah sangat sederhana pada saat
pencatatan pembelian dan penjualannya. Sistem ini pada umumnya lebih tepat
digunakan untuk barang-barang yang tingkat perputarannya relatif cepat dan
mempunyai unit biaya relatif rendah. Namun demikian sistem ini memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya kuantitas barang tidak
dapat diketahui sewaktu-waktu, untuk menyusun laporan harus melakukan stock
opname terlebih dahulu, kurang ideal untuk perencanaan dan pengawasan
persediaan.
b. Perpetual System
Sistem perpetual disebut juga book inventories, yaitu setiap mutasi dari
persediaan sebagai akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat dan dilihat
dalam kartu administrasi persediaannya. Bila metode ini dipakai maka
perhitungan fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali, yang biasanya
dilakukan untuk keperluan counter checking antara jumlah persediaan
menurupencatatan dengan jumlah fisik.
Keuntungan dari sistem perpetual adalah tingkat pengendalian yang tinggi,
yang membantu manajemen untuk tingkat persediaan yang tepat dan
pemeriksaan fisik persediaan dapat dibandingkan dengan mudah. Kapanpun
kekurangan (misalnya hilang) dapat ditemukan. Metode ini juga dapat digunakan
untuk menghitung tingkat pemesanan kembali persediaan.
28
2.6.3. Metode Penilaian Persediaan
Menurut Assauri (2008, p.244), ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menilai suatu persediaan, diantaranya dengan:
1. FIFO Method (First-in, First-out)
Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual
dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan
demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang
terakhir masuk.
2. Weight Averaged Method
Cara ini didasarkan atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi
oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing harganya.
3. LIFO Method (Last-in, First-out)
Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai
menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan
yang masih ada atau stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang
terdahulu.
2.7. Jurnal
Menurut Weygandt et al.(2010, p.55), “The journal is reffered to as the
book of original entry. For each transaction the journal shows the debit and
credit effects on specific accounts.” Artinya, jurnal ini disebut sebagai buku entri
asli. Untuk pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa jurnal merupakan
29
catatan yang timbul sebagai efek dari transaksi yang terjadi, dimana terdapat
debit dan kredit untuk mencatatnya dengan akun yang spesifik.
Jurnal-jurnal yang berhubungan dengan transaksi penjualan, piutang usaha,
dan penerimaan kas serta retur penjualan adalah sebagai berikut:
Jurnal Penjualan
Dr-Piutang Usaha xxxx
Cr-Penjualan xxxx
Dr-Harga Pokok Penjualan xxxx
Cr-Persediaan xxxx
Jurnal Penerimaan Kas
Dr-Kas xxxx
Cr-Piutang Usaha xxxx
Jurnal Retur Penjualan
Dr-Retur Penjualan xxxx
Cr-Piutang Usaha xxxx
Dr-Persediaan xxxx
Cr-Harga Pokok Penjualan xxxx
30
2.8. Analisa Pemberian Kredit Pelanggan
Dalam upaya memperkecil tingkat risiko dalam pemberian kredit, syarat-syarat
yang harus terpenuhi oleh calon debitur menurut Munawir (2007, p235) adalah
5C, yaitu:
a. Character
Keterangan mengenai sifat-sifat pribadi pelanggan, watak dan kejujuran
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Adapun keterangan ini
didapat dari beberapa petunjuk dengan mengenal dari dekat, kumpulan
keterangan aktivitas perbankannya, dan dari pendapat rekan-rekan, pegawai
dan saingan mengenai reputasi, kebiasaan pribadi dan pergaulan sosialnya.
b. Capacity
Hal ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan pelanggan beserta
staffnya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang
usahanya. Kapasitas pelanggan dapat dilihat dari angka hasil produksi, angka
penjualan dan pembelian. Perhitungan laba-rugi dan data finansial lainnya.
c. Capital
Hal ini menunjuk pada posisi finasial perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukan dalam laporan keuangan dan rasio finansialnya. Dalam melakukan
penilaian ini perlu diperhatikan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas
dari calon pelanggan.
31
d. Collateral
Collateral berarti jaminan. Hal ini menunjukan besarnya aktiva yang akan
dijadikan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada pelanggan.
Untuk itu, perlu diperhatikan kemampuan jaminan untuk dijadikan uang
dalam waktu yang relatif singkat serta pengikatan barang yang menjadi
kepentingan jaminan.
e. Conditions
Hal ini mengacu pada kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor
usaha pelanggan yang dapat mempengaruhi perkembangan usahanya serta
kemampuan pelanggan untuk membayar.
Menurut Gitman (2006, p641), tujuan dari pengelolaan piutang usaha yaitu
untuk mengumpulkan piutang secepat mungkin tanpa kehilangan penjualan
akibat tekanan teknik penagihan. Dalam memenuhi tujuan tersebut, kebijakan
kredit yang pelu dilakukan perusahaan mencakup :
1. Credit selection and standard
a. Credit Selection
Seleksi kredit meliputi teknik aplikasi untuk menetukan pelanggan mana
yang layak diberi kredit. Teknik yang populer yaitu 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral dan Condition). Metode seleksi kredit
lainnya adalah dengan credit scoring, yaitu suatu metode yang
32
menggunakan ukuran highvolume/small-dollar dalam menanggapi
permintaan pemberian kredit.
2. Credit Terms
Kebijakan credit terms adalah periode penjualan kepada pelanggan dengan
perpanjangan kredit oleh perusahaan. Sebagai contoh, dengan meningkatkan
periode kredit dari net 30 hari menjadi net 45 hari akan meningkatkan
penjualan, dan secara positif akan mempengaruhi profit. Cara lain yang
ditawarkan perusahaan adalah cash discount, yaitu persentase pengurangan
dari harga pembelian untuk membayar pada waktu tertentu, contoh : 2/10 net
30, 4/10 net 30.
2.9. Sistem Pengendalian Internal
2.9.1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Jones dan Rama (2006, p103),
”Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding achievement of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operations; reliability of financial reporting; and compliance with applicable laws and regulations.”,
yang artinya pengendalian intern adalah sebuah proses, dipengaruhi oleh
keseluruhan jajaran direktur, manajemen, dan bagian lain, dirancang untuk
menyediakan jaminan sesuai pencapaian obyektif dalam bidang: efektifitas dan
efisiensi operasi, laporan keuangan yang dapat dipercaya, dan pelaksanaan sesuai
regulasi dan hukum.
33
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sistem pengendalian
internal meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang terkoordinasi yang
dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mengecek
kecermatan dan kehandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan
mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah
pengendalian dalam sebuah organisasi yang meliputi struktur organisasi, metode
dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.9.2. Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut COSO yang diambil dari Romney dan Steinbart (2006, p196),
internal control model memiliki 5 (lima) komponen penting yaitu :
1. Lingkungan pengendalian (Control Environment)
Inti dari setiap bisnis adalah sumber daya manusianya – sifat dari masing-
masing individu termasuk integritas, nilai etik dan kompetensi – dan
lingkungan dimana semua hal tersebut dijalankan. Lingkungan
merupakan alat untuk mengendalikan organisasi dan merupakan dasar
dari segala sesuatu.
34
2. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan
untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh
manajemen untuk menanggulangi risiko dan untuk mencapai tujuan
organisasi terlihat efektif.
3. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Perusahaan harus berhati-hati dan dapat mengatasi risiko yang
dihadapinya. Perusahaan harus menyusun tujuannya, terintegrasi dengan
kegiatan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya
agar perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan juga harus
membangun mekanisme unuk tujuan identifikasi, analisis dan mengatasi
risiko-risiko yang ada.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Aktivitas pengendalian memerlukan informasi dan sistem komunikasi
yang memungkinkan sumber daya manusia dalam organisasi untuk
menangkap dan bertukar informasi yang dibutuhkan untuk memimpin,
mengatur dan mengendalikan operasi yang ada.
5. Pemantauan (Monitoring)
Keseluruhan proses harus di-monitor dan perubahan sangat penting
dilakukan jika diperlukan. Dengan cara ini maka sistem akan bersifat
dinamis dimana terjadi perubahan sesuai dengan kondisi yang terjadi.
35
2.9.3. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO,
“Tujuan sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut :
• Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliability of
financial reporting).
• Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien (effectiveness and
efficiency of operations).
• Memenuhi hukum dan peraturan yang ditetapkan (compliance with
applicable laws and regulations.)”
2.10. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (OOA&D)
2.10.1. Pengertian Analisis Berorientasi Objek
Menurut Manthiassen et al (2000, p5), analysis objects describe
phenomena outside the system, such a people and things, which are typically
independent. Althought we cannot always command them, we must register the
events they perform or experience. Analisis menilai sistem dari sisi luarnya
dengan menguraikan fenomena di luar sistem, seperti orang dan barang, yang
secara khusus berdiri sendiri. Walaupun perintah tidak selalu dapat diberikan
mereka, event yang dijalankan harus didaftarkan. Dalam analisis, objek
dipergunakan untuk membantu pemahaman system context.
36
2.10.2. Pengertian Perancangan Berorientasi Objek
Menurut Mathiassen et al (2000, p5), design objects describe phenomena
within the system that we can control, we describe their behaviour as operations
for the computer to carry out. Artinya perancangan objek menguraikan fenomena
di dalam sistem yang dapat dikontrol dan dapat dideskripsikan behaviour-nya
sebagai operation untuk komputer yang menyelesaikannya.
2.10.3. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Dalam analisis dan perancangan berorientasi objek, dibagi menjadi empat
tahap, yaitu: Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis,
Architectural Design dan Component Design.
2.10.4. Problem Domain Analysis
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi-informasi yang
harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem
Domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau, dan
dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas ini
adalah system definition, yaitu deskripsi singkat dan jelas dari sistem
terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami (Matthiassen et al, 2000,
p24). Kegiatan dari problem-domain analysis dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
37
ClassesBehaviour
Structure
System Definition
Model
Gambar 2.1 Aktivitas dalam Problem Domain Analysis (Mathiassen et al, 2000, p46)
2.10.5. Application Domain Analysis
Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application
Domain merupakan bagian yang mengatur, memantau atau mengontrol Problem
Domain (Mathiassen et al, 2000, p6), atau dengan kata lain, berhubungan dengan
aktivitas yang dikerjakan oleh sistem. Prinsip dari Application Domain Analysis
adalah bekerja sama dengan user untuk menentukan usage, function dan
interface. Sumber dari aktivitas ini adalah system definition dan model dari tahap
sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam Application Domain
Analysis dapat dilihat pada gambar berikut ini.
38
Gambar 2.2 Aktivitas dalam Application Domain Analysis (Mathiassen et al, 2000, p117)
2.10.6. Architectural Design
Tujuan dari kegiatan desain arsitektur adalah untuk membangun sistem
yang terkomputerisasi. Arsitekur membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem
tersebut dan dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Mathiassen et al, (2000,
p.175) menyatakan, Didalam desain arsitektur, terdapat tiga dasar prinsip, yaitu
“define and prioritize criteria, bridge criteria and technical platform, and
evaluate designs early”. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam architecture
design dapat dilihat pada gambar berikut ini
39
Gambar 2.3 Aktivitas dalam Architectural Design (Mathiassen et al, 2000, p176)
2.10.7. Component Design
2.10.7.1. Tujuan Component Design
Menurut Mathiassen et al. (2000), tujuan dari kegiatan desain komponen
adalah untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam kerangka arsitektural.
Hasil dari kegiatan ini adalah pendeskripsian dari komponen sistem yang saling
berhubungan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam desain arsitektur adalah
menentukan komponen model, komponen fungsi, dan hubungan antar
komponen. Kegiatan dari Component Design dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
40
Design of componentconnection
Design of component
Architecturalspecifications
Componentspecifications
Gambar 2.4 Aktivitas dalam Component Design
2.10.7.2. Model Component
Adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem
domain (Mathiassen et al, 2000, p236). Tujuan dari model component design
adalah untuk menggambarkan model dari problem domain. Model tersebut
merupakan hasil dari kegiatan ini yang digambarkan dalam class diagram yang
telah direvisi dari hasil kegiatan analisis.
Revisi class diagram dapat dilakukan dengan memperhatikan private
events dan common events. Private events adalah event yang melibatkan hanya
satu abjad domain (Mathiassen et al, 2000, p239).
2.10.7.3. Function Component
Function component adalah bagian sistem yang mengimplementasikan
kebutuhan fungsional (Mathiassen et al, 2000, p252). Tujuannya adalah agar user
interface dan komponen-kompenen sistem lainnya dapat mengakses model.
Sedangkan tujuan dari function component design adalah menentukan
41
implementasi functions. Hasil dari kegiatan ini adalah class diagram dengan
operations dan spesifikasi dari operation yang kompleks.
2.10.7.4. Connecting Component
Mengacu pada Mathiassen et al. (2000) “connecting component
digunakan untuk menghubungkan komponen-komponen sistem.” Dalam
connecting component ada dua konsep, yaitu :
a. Coupling, adalah ukuran seberapa dekatnya hubungan antar dua class
atau komponen, coupling bersifat negatif, maka sebaiknya diminimisasi.
Ada empat jenis coupling, yaitu:
1) Outside coupling : class atau komponen menunjuk langsung ke
public property dari class atau komponen lain.
2) Inside coupling : Operasi menunjuk langsung ke yang lain, private
property pada class yang sama.
3) Coupling from below : subclass menunjuk langsung ke private
property pada superclass.
4) Sideways coupling : class menunjuk langsung ke private property
pada class lain.
b. Cohesion, adalah ukuran seberapa baik ikatan dari sebuah class atau
komponen dihubungkan, cohesion bersifat positif, maka sebaiknya ada
cohesion yang tinggi dalam perancangan class atau komponen. Beberapa
42
sifat untuk meninggikan cohesion, apabila dilihat dari class dan object,
yaitu:
1) Operasi merupakan keseluruhan functional.
2) Attribute dan object structure menggambarkan object dengan state.
3) Operasi yang digunakan bersama (p273).
2.10.8. Delapan Diagram Utama dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi
Objek
2.10.8.1. Rich Picture
Rich Picture berisi sebuah pandangan menyeluruh dari people, object,
process, structure, dan problem dalam system problem dan application domain.
People dapat berupa system developer, user, pelanggan, dan pemain lainnya.
Object dapat berupa banyak benda seperti mesin, dokumen, lokasi, departemen,
dan yang lainnya. Process menguraikan aspek dari sebuah situasi yang berubah,
tidak stabil, atau di bawah pengembangan. Secara grafik, process diilustrasikan
dengan simbol panah. Structure menguraikan aspek dari sebuah situasi yang
terlihat stabil atau sulit untuk diubah dan secara grafik, structure dalam satu dari
dua cara : menggambar garis antara elemen-elemen atau menempatkan elemen-
elemen yang berhubungan dalam sebuah figure umum, seperti segi empat atau
lingkaran.
43
2.10.8.2. Class Diagram
Class diagram berisi kumpulan dari class dan hubungan strukturalnya
yang saling timbal balik. Class adalah uraian dari kumpulan object yang saling
berbagi structure, behavioral pattern, dan attribute.
Gambar 2.5 Notasi dasar Class Diagram (Mathiassen et al, 2000, p337)
Hasil dari aktivitas classes adalah sebuah event table yang berisi classes
yang telah dipilih dan events yang berhubungan dengan class tersebut.
Tabel 2.1 Contoh Event Table Events
Classes
Customer Assistant Apprentice Appointment Plan
Reserved Cancelled Treated Employed Resigned Graduated Agreed (Sumber: Mathiassen et al.(2000, p50))
44
Menurut Mathiassen et al. (2000, p69) struktur bertujuan
mendeskripsikan hubungan terstruktur antara classes dan objects in a problem-
domain.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p72, 74) terdapat dua tipe class
structures, yaitu :
1. Generalization Structure
Adalah sebuah relasi antara dua atau lebih spesialisasi class dan sebuah
general class.
Gambar 2.6 Generalization Structure (Sumber: Mathiassen, et al.(2000, p73))
2. Cluster Structure
Adalah kumpulan dari class yang membantu kita mendapatkan dan
menyediakan gambaran sebuah problem domain.
45
Gambar 2.7 Contoh Cluster Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75))
Mathiassen et al. (2000, p75-76), berpendapat bahwa terdapat dua tipe Objects
Structure :
1. Aggregation Structure
Adalah hubungan antara dua atau lebih objek yang mengekspresikan bahwa
suatu objek adalah bagian penting dan mendefinisikan bagian lainnya.
Gambar 2.8 Contoh Agregasi (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76))
46
2. Association Structure
Adalah hubungan antara dua atau lebih objek, tetapi berbeda dengan aggregation
dimana asosiasi objeknya tidak mendefinisikan property dari objects.
Gambar 2.9 Contoh Asosiasi (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76))
2.10.8.3. Statechart Diagram
Statechart diagram berisi behavioral pattern yang sah untuk semua
object dalam sebuah class, diuraikan oleh state dan event yang berpartisipasi.
Statechart diagram dapat juga menguraikan use case, yang transition-nya
menyimbolkan action. State dapat berisi substate yang dapat dipisahkan atau
bersama-sama. State transition dapat diperluas dengan menggunakan message
sebaik spesifikasi dari action yang ditujukkan pada state transistion.
Gambar 2.10 Notasi dasar Statechart Diagram
(Mathiassen et al, 2000, p341)
State
Name
State Initial State
Final State
Transition with event and condition
event (attributes) [conditions]
State with (disjoint) substates
Car Person 0..* 1..*
47
Menurut Mathiassen et al. (2000, p90) Behavior Pattern adalah Sebuah
deskripsi dari kemungkinan event traces untuk semua objek dalam sebuah class.
Mathiassen et al. (2000, p93) berpendapat bahwa behavioral pattern
memiliki struktur kontrol sebagai berikut :
• Sequence adalah events yang terjadi satu per satu. Notasinya:
“+”.
• Selection adalah sebuah event yang terjadi dari suatu set
events. Notasinya: “|”.
• Iteration adalah sebuah event yang terjadi sebanyak nol atau
berulang kali. Notasinya : “*”.
2.10.8.4. Use Case Diagram
Use case adalah sebuah model untuk interaksi antara sistem dan actor
dalam application domain. Use-case diagram berisi actor eksternal dalam
sebuah system context, use case dimana sistem mendukung, dan hubungan
strukturalnya yang saling timbal balik. Actor dan use case adalah dua elemen
utama dalam deskripsi, yang dapat dihubungkan satu sama lain, karena itu
menunjukkan bahwa sebuah actor yang diberikan berpartisipasi dalam sebuah
use case yang diberikan. Setiap use case menentukan beberapa urutan yang
penting dalam interaksi antara actor dan sistem, yang diuraikan secara rinci
menggunakan use-case specification atau state chart diagram.
48
Gambar 2.11 Notasi Use Case Diagram (Mathiassen et al, 2000, p343)
2.10.8.5. Sequence Diagram
Menurut Bennet et al. (2006, p232-233) sebuah sequence diagram
menunjukkan interaksi antar objek-objek yang disusun dalam urutan waktu
tertentu. Sequence diagram dapat digambarkan pada tingkatan rincian yang
berbeda dan sesuai dengan pencapaian tujuan yang berbeda pada beberapa tahap
dalam siklus pengembangan.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.340), Sequence diagram berisi
interaksi dari waktu ke waktu antara kumpulan object. Penekanan utama dapat
tepat waktu atau pada hubungan object. Sequence diagram dapat
menggambarkan perincian tentang sebuah situasi dinamis, kompleks yang
melibatkan beberapa dari banyak object yang dihasilkan dari class dalam class
diagram. Dalam sequence diagram, poros horizontal menunjukkan object yang
berpartisipasi dan poros vertikal menggambarkan urutan waktu dimana interaksi
yang diekspresikan oleh pesan yang dikirim diantara object. Lifeline untuk
49
sebuah object adalah sebuah bar, dengan object yang ditunjuk pada bagian atas.
Jika sebuah object diciptakan dalam putaran waktu yang diuraikan, maka
diidentifikasikan dengan meletakkan object simbol di point tersebut pada
waktunya. Jika sebuah object dihapus, sequence terminate pada waktu tersebut,
dan menandai termination dengan destruct simbol.
Object:Class
Lifeline for an object
Object:Class
recursive call()
return
procedure call()
Message in the form of an event
event
returnProcedure Call
Return
Destruction of an object
Gambar 2.12 Notasi Sequence Diagram (Mathiassen et al, 2000, p340)
Bennet et al. (2006, p.270) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa
notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence
diagram, antara lain sebagai berikut :
50
Tabel 2.2 Interaction Operator yang digunakan dalam Kombinasi Fragment
Interaction
Operator
Penjelasan dan Penggunaan
alt Alternatives menggambarkan alternative behaviours yang
menyatakan bahwa terdapat pilihan alternatif jalus eksekusi
untuk dijalankan.
opt Option menjelaskan pilihan tunggal atas operasi yang hanya
akan dijalankan bila syarat tertentu dipenuhi.
break Break mengindikasikan bahwa kombinasi fragment
dilakukan sebagai pengganti sisa interaksi fragment yang
terlampir.
par Parallel mengindikasikan bahwa eksekusi operasi dalam
kombinasi fragment bisa digabungkan dalam sequence
manapun.
seq Weak sequencing menghasilkan urutan dari tiap operasi yang
telah dijaga, tetapi suatu event dari operasi yang berbeda pada
lifeline yang berbeda dapat terjadi dalam urutan apapun.
strict Strict sequencing membuat sebuah strict sequence saat
eksekusi sebuah operasi, tapi tidak dilaksanakan pada nested
fragments.
neg Negatives menjelaskan sebuah operasi yang sifatnya invalid.
critical Critical region membuat sebuah batasan dari operasi yang
event-nya tidak satupun terjadi dalam lifeline.
ignore Ignore mengindikasikan tipe message, dispesifikasikan
sebagai parameter, yang harus diabaikan dalam sebuah
interaksi.
consider Consider menyatakan message mana yang harus
dipertimbangkan dalam sebuah interaksi.
51
SuSumber: Bennet et al. (2006, p.270)
2.10.8.6. Navigation Diagram
Navigation diagram berisi semua window user interface, dan hubungan
dinamisnya. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang
memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Sebuah window
digambarkan sebagai sebuah state. State tersebut memiliki nama dan
mengandung icon (sebuah miniature window). State transistion menghubungkan
ke sebuah switch antara dua window. Navigation diagram secara khusus
mengandung hanya window dan tidak ada state form yang lain, perincian ini
secara khusus menjadi berlebihan. Dalam sebuah state transition, action yang
user harus tunjukkan diindikasikan dalam window untuk mengaktifkan transition
tersebut.
assert Assertion menyatakan bahwa urutan pesan dalam operasi
hanyalah lanjutan yang sifatnya valid.
loop Loop digunakan untuk mengindikasikan sebuah operasi yang
dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
ref Ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan
bahwa frame mereferensikan operation yang terdapat
didalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu.
52
2.10.8.7. Component Diagram
Component adalah sekumpulan dari bagian program yang mewakili
keseluruhan dan memilki tanggung jawab yang dirumuskan dengan baik.
Component architecture adalah sebuah struktur sistem yang disusun dari
komponen yang saling berhubungan.
2.10.8.8. Deployment Diagram
Deployment diagram berisi komponen system program, external device,
dan hubungan structural timbal baliknya. Deployment diagram menguraikan
sebuah konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan object yang dihubungkan
ke processor. Processor adalah sebuah unit yang dapat menunjukkan proses.
Ketika membicarakan tentang sebuah konfigurasi konkrit, processor
digambarkan sebagai object. External device adalah stereotype khusus dari
sebuah processor. Program component adalah sebuah komponen yang
berhubungan yang menawarkan fasilitas yang pasti ke komponen lain dan
dilukiskan oleh sebuah interface yang dibuat dari class dan operation yang
diimplementasikan. Processor dapat mengandung program component.
Processor dan program component adalah object-nya sendiri dan dapat
mengandung object lain. Oleh karena itu, digunakan notasi untuk object dalam
deployment diagram.