BAB 123 Akar Alang-Alang
-
Upload
ryan-asyhari -
Category
Documents
-
view
236 -
download
2
Transcript of BAB 123 Akar Alang-Alang
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 1/28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bioteknologi saat ini maju dengan sangat pesat, hal ini
sejalan dengan berkembangnya industri-industri yang memanfaatkan produk
bioteknologi. Salah satu kajian dalam bidang enzimologi yang menarik untuk
pengembangan bioteknologi adalah pemanfaatan molekul enzim sebagai katalis,
baik dalam industri pangan maupun industri non pangan.
Penggunaan enzim dalam bidang industri di Indonesia sebagian besar
diimpor dari negara luar. Hal tersebut tidak menguntungkan dari segi devisa dan
pengembangan bioteknologi di Indonesia oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk produksi enzim sehingga kebutuhan dalam negeri dapat
terpenuhi.
Enzim dihasilkan oleh semua makhluk hidup untuk mengkatalisis reaksi
biokimia dalam tubuh makhluk hidup tersebut sehingga reaksi-reaksi itu dapat
berlangsung lebih cepat (Sianturi, 2008). Menurut Sutiamiharja (2008)
kemampuan enzim yang unik dalam melaksanakan transformasi kimianya yang
khas ketika telah meningkatkan penggunaan enzim dalam berbagai proses
industri.Salah satu enzim yang sangat dibutuhkan dalam industri adalah amilase
(α-amilase, β-amilase, dan γ-amilase atau glukoamilase).
Enzim β-amilase terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase
sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum
secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa (Poedjiadi,
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 2/28
2
1994).Menurut Oktiarni (2008), β-amilase (E.C 3.2.1.2) merupakan enzim yang
banyak ditemukan dalam tanaman dan bakteri. Enzim β-amilaseini banyak
digunakan karena kemampuannya mengkatalisis reaksi pengubahan pati menjadi
maltosa dari ujung gugus pereduksi rantai polisakarida, menghasilkan β-maltosa
dan β-limit dekstrin. β-amilase banyak ditemukan pada tanaman tingkat tinggi
seperti ubi jalar. Seperti sifat enzim pada umumnya, aktivitas amilase sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana enzim itu bekerja.Enzim amilase
dihasilkan oleh berbagai jenis organisme hidup, mulai dari tumbuhan, hewan,
manusia bahkan pada mikroorganisme seperti bakteri dan fungi (Sianturi, 2008).
Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari
industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk
industri farmasi (Aiyer, 2005). Kebutuhan amilase di dunia industri sangat tinggi,
pada tahun 2004 saja sudah mencapai penjualan sekitar US $2 milyar, sedangkan
amilase yang digunakan untuk industri makanan dan minuman pada tahun 2004
bernilai sekitar US $11 juta (Sivaramakrishnan dkk., 2006). Seiring dengan
meningkatnya penggunaan enzim amilase, maka perlu dicari sumber enzim
amilase dari bahan baku yang mudah didapatkan. Salah satu bahan yang memiliki
potensi untuk dieksplorasi sebagai sumber enzim amilase adalah tumbuhan
Alang-alang ( Imperata cylindrica).
Hasil penelitian terkait enzim amilase dari tanaman sudah banyak
dilakukan seperti:
1. Enzim amilase dari temulawak oleh Rinawati dkk., (2009)
2. Enzim β-amilase dari Akar Tunggang Alfalfa (Medicago sativa L.) oleh
Gana dkk., (1998)
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 3/28
3
3. Oktiarni (2008) berhasil mengisolasi enzim β-amilase dari ubi jalar
( Ipomoea batatas (L.) LAM)
4. Suarni dan Patong (2003) telah berhasil membuat ekstrak enzim amilase
dari kecambah kacang hijau
5. Bahri dkk, (2012) berhasil mengisolasi enzim amilase dari kecambah biji
jagung ketan ( Zea mays ceratina L.)
Alang-alang dengan nama ilmiah Imperata cylindrica menarik untuk
dieksplorasi karena di Indonesia Alang-alang tumbuh liar di hutan, ladang,
lapangan rumput, dan tepi jalan daerah kering yang mendapat sinar matahari, juga
bisa ditemukan pada ketinggian 1-2700 meter di atas permukaan laut (Dalimarta,
2006).Alang-alang merupakan gulma perennial, dengan sistem rhizoik yang meluas
serta tinggi batang mencapai 60-100 cm, daun agak tegak, pelepah daun lembut,
tulang daun utama keputihan, daun atas lebih pendek dari pada daun sebelah bawah,
ligula pendek. Rhizoma bersifat regeneratif yang kuat, dapat berpenetrasi 15-40 cm,
akar vertikal ke dalam sekitar 60-150 cm. Rhizoma berwarna putih, sukulen, terasa
manis, beruas pendek dengan cabang lateral membentuk jaring-jaring yang menyatu
dalam tanah (Rachmawaty, 2007).Hasil penelusuran pustaka, akar alang-alang
mengandung air (81,00714%), karbohidrat ( 6,3072%),serat (5,8580%), abu
(1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa, glukosa, malic acid, citric acid ,
arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol (Nana dkk., 2012).
Beberapa tumbuhan telah diketahui mengandung enzim amilase pada
akarnya baik itu akar rimpangnya maupun akar tunggangnya. Diantaranya adalah
enzim amilase dari temulawak oleh Rinawati dkk., (2009) dan Alfalfa (Medicago
sativa L.) oleh Gana dkk., (1998). Berdasarkan hal tersebut maka diduga dalam
akar rimpang alang-alang juga mengandung enzim amilase. Selain itu, menurut
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 4/28
4
Hanafiah dkk., (2005), enzim amilase juga berasal dari eksudat akar tanaman atau
dari aktivitas mikrobia di dalam tanah, hal ini juga menguatkan dugaan adanya
enzim amilase dalam akar rimpang alang-alang.
Mengingat adanya enzim amilase dalam kandungan akar rimpang alang-
alang serta penggunaan enzim sangat dibutuhkan dalam industri, maka perlu
dikaji lebih lanjut tentang eksplorasi enzim amilase dari tumbuhan alang-alang
sehingga menjadi bahan baku alternatif penghasil enzim amilase.
Eksplorasi enzim amilase dari akar rimpang tumbuhan alang-alang
dirancang dalam tiga tahap penelitian yang saling terkait. Setiap tahap merupakan
tindak lanjut dari tahap sebelumnya. Tahap pertama, isolasi dan pengujian
aktivitas ekstrak enzim amilase dan penentuan kadar protein. Tahap
kedua,pemurnian ekstrak enzim emilase berupa fraksionasi dengan amonium
sulfat dan dialisis dengan membran selofan.Tahap ketiga, karakterisasi enzim
amilase hasil dialisis.
Menurut Rahayu (1988) dan Richana, dkk (1999) dalam Suarni dan Patong
(2007), keberhasilan isolasi dan pengujian aktivitas enzim sangat tergantung pada
berbagai kondisi: sumber enzim, letak enzim, kecermatan kerja, bahan dan cara
ekstraksi yang dipergunakan serta pengertian sifat-sifat enzim tersebut, enzim
amilase termasuk ekstraseluler, sehingga mengekstraknya relatif mudah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka
dapatdiambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
a. Berapa persentase kandungan enzim amilase dalam akar rimpang alang-
alang?
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 5/28
5
b. Berapa potensi aktivitas enzim amilase dari akar rimpang alang-alang?
c. Bagaimana karakteristik sifat biokimia enzim amilase yang dihasilkan oleh
akar rimpang alang-alang?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi enzim amilase yang dihasilkan
oleh akar rimpang tumbuhan alang-alang.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengisolasi enzim amilase dari akar rimpang tumbuhan alang-alang
b. Mengetahui potensi aktivitas enzim amilase dari akar rimpang tumbuhan
alang-alang
c. Mengkarakterisasi sifat biokimia enzim amilase dari akar rimpang alang-
alang
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
akar rimpang tumbuhan alang-alang berpotensi sebagai penghasil enzim amilase
dan sebagai aset penting dalam upaya pengelolaan sumber daya hayati di
Indonesia.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 6/28
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Alang-alang
Alang-alang adalah rumput tahunan (Mac Donald dkk ., 2002dalam
Pudjiharta dkk., 2008) berakar rimpang yang tumbuh menyebar mendatar di
bawah permukaan tanah, bagian yang ada di atas permukaan tanah mudah
terbakar. Walaupun berulang kali terbakar, alang-alang tidak musnah, karena dari
akar rimpangnya akan tumbuh tunas baru.
Menurut Rachmawaty (2007), Alang-alang merupakan gulma perennial,
dengan sistem rhizoik yang meluas serta tinggi batang mencapai 60-100 cm, daun
agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas lebih
pendek dari pada daun sebelah bawah, ligula pendek. Rhizome bersifat regeneratif
yang kuat, dapat berpenetrasi 15-40 cm, akar vertikal ke dalam sekitar 60-150 cm.
Rhizome berwarna putih, sukulen, terasa manis, beruas pendek dengan cabang lateral
membentuk jaring-jaring yang menyatu dalam tanah.
Alang-alang dapat tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang
belum maupun yang sudah diolah, hal ini karena adanya sifat yang dimiliki, antara
lain :
a. Mudah beradaptasi pada keadaan cuaca yang beragam terutama pada tanah
terbuka. Pada tempat terlindung dan suhu pada kisaran -8°C alang-alang sulit
untuk hidup.
b. Mudah beradaptasi pada berbagai jenis tanah mulai dari ringan kering sampai
berat basah, tanah asam sampai basa.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 7/28
7
c. Tahan terhadap api, karena masih mempunyai rhizome dalam tanah, meskipun
bagian atas tanah habis terbakar (Rachmawaty, 2007).
Di seluruh kawasan Asia Tenggara, hutan merupakan vegetasi klimaks
yang asli dan alami, tetapi alang-alang pada saat ini sudah menyebar di mana-
mana. Ketika hutan dirusak karena adanya penebangan kayu, perladangan
berpindah, atau kebakaran, seringkali alang-alang menggantikannya. Biji alang-
alang mudah tersebar pada wilayah yang sangat luas karena ditiup angin, dan
mampu tumbuh pada tempat yang basah maupun kering, pada tanah yang subur
atau tandus sekalipun (Irwanto, 2006). Adapun bentuk tumbuhan alang-alang
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Tumbuhan alang-alang (Anonim, 2012)
Berdasarkan laju pertumbuhannya, alang-alang mempunyai fungsisebagai
penutup tanah, penyangga terhadap hujan, sehingga dapat
dinyatakansebagaipelindung tanah terhadap erosi (Rachmawaty, 2007).
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 8/28
8
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan alang-alang menurut Anonim, 2012
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica
2.2 Pati (Amilum)
Pati merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Pati
merupakan sumber utama karbohidrat dalam pangan. Pati adalah bentuk penting
polisakarida yang tersimpan dalam jaringan tanaman, berupa granula dalam
kloroplas daun serta dalam amiloplas pada biji dan umbi (Sajilata dkk., 2006
dalam Budiyati dkk., 2009).
Polisakarida terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun,
batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah
dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan rakyat di daerah Maluku. Umbi yang
terdapat pada ubi jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung
pati yang cukup banyak, sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 9/28
9
sebagai bahan makanan sumber karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku
dalam pabrik tapioka (Poedjiadi, 1994).
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dapat
dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana.
Daya cerna pati dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni ( soluble
starch). Pati murni diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran
pencernaan (Budiyati dkk., 2009).
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah
polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.
Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan α 1,4-
glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka (Poedjiadi, 1994).
Gambar 2. Struktur amilosa (Anonim, 2009)
Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar
mempunyai ikatan α 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan α 1,6-glikosidik.
Adanya ikatan α 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga
molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul
amilopektin lebihbesar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari
1000 unit glukosa (Poedjiadi, 1994).
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 10/28
10
Gambar 3. Struktur amilopektin (Anonim, 2009)
2.3 Enzim
Enzim adalah suatu katalisator protein yang dapat mempercepat reaksi
kimia yang terjadi pada makhluk hidup dalam sistem biologi. Dalam
mengkatalisis reaksi tersebut enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun
jumlah enzim ribuan dalam sel dan substratpun sangat banyak tidak akan terjadi
kekeliruan (Sutiamiharja, 2008). Menurut Poedjiadi (1994), enzim dibagi dalam
enam golongan besar. Enam golongan tersebut ialah oksidoreduktase, transferase,
hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.
Fungsisuatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi
dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai
1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi
enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu
mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka
enzim dapat menurunkan energi aktivitas suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada
yang membutuhkan energi (reaksi endorgonik) dan ada pula yang menghasilkan
energi atau mengeluarkan energi (eksergonik). Misalkan pembentukan ikatan
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 11/28
11
antara senyawa A dengan senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan
energi. Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan energi sebesar p,
yaitu selisih energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya, penguraian senyawa
AB menjadi A dan B mengeluarkan energi sebesar p pula. Terurainya senyawa
AB tidak dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk lebih dahulu
senyawa AB aktif. Untuk pembentukan AB aktif ini dibutuhkan energi sebesar a,
yang disebut energi aktivasi. Makin besar harga a, makin sukar terjadinya suatu
reaksi. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau
diturunkan, dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat
terjadinya suatu reaksi (Poedjiadi, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim adalah suhu, pH dari lingkungan tempat enzim bekerja, aktivator dan
inhibitor enzim, serta konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim.
2.4 Enzim Amilase
Amilase adalah kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk
memutuskan ikatanglikosida yang terdapat pada molekulpati untuk memberikan
produk yang beragam termasuk dekstrin,dan glukosasebagai unit terkecil (Reddy
dkk., 2003).Amilase (alfa, beta dan glukoamilase) merupakan enzim yang penting
dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti tanaman, binatang dan mikroorganisme. saat ini sejumlah enzim
amilase telah diproduksi secara komersial.
Penelitian enzim amilase dari tanaman telah banyak dilakukan seperti
enzim amilase dari temulawak oleh Rinawati dkk., (2009) diperoleh aktivitas
enzim optimum pada suhu 35 oC, pH 6,1 dan aktivitas spesifik 14,844 unit/mg
protein dengan tingkat kemurnian 14, 017. Oktiarni (2008) berhasil
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 12/28
12
mengisolasienzim β-amilase dari ubi jalar ( Ipomoea batatas (L.) LAM) dengan
aktivitas enzim optimum pada suhu 70 oC, pH 5,52 - 6,01, aktivitas spesifik 12,18
unit/mg protein, BM 26 kDa. Suarni dan Patong (2003) telah berhasil membuat
ekstrak enzim amilase dari kecambah kacang hijau, dengan aktivitas optimum
pada suhu 30 oC, pH 5,45, aktivitas enzim 4,09 Unit/mL dan aktivitas spesifik
1,73 Unit/mg protein. Bahri dkk, (2012) berhasil mengisolasi enzim amilase dari
kecambah biji jagung ketan ( Zea mays ceratina L.) dengan waktu perkecambahan
36 jam adalah waktu yang terbaik dengan aktivitas 0,0557 detik -1, serta aktivitas
enzim optimum pada suhu 70 oC, pH 9.
Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari
industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk
industri farmasi (Aiyer, 2005). Selain penggunaannya dalam saccaharification
pati, enzim ini juga berpotensi dalam aplikasi sejumlah proses industri seperti
makanan, kue, pembuatan bir, tekstil, detergen, dan industri kertas. Munculnya
batas baru dalam bioteknology, spektrum dari aplikasi amilase telah diperluas ke
bidang-bidang lainnya, seperti uji klinis dan medis (Pandey dkk., 2000 dalam
Heryanto, 2012). Namun berdasarkan kemampuannya dalam menghidrolisis pati
dan berbagai keuntungan dari aplikasi yang dapat diberikannya maka enzim
amilase tersebut harus diketahui aktivitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas enzim diantaranya adalah suhu dan pH. Suhu memiliki hubungan yang
kuat antara aktivitas dan stabilitas enzim, karena enzim sangat sensitif terhadap
perubahan suhu (Illaneus, 2008 dalam Heryanto, 2010).
Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa. Ada tiga macam enzim amilase menurut Poedjiadi (1994), yaitu:
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 13/28
13
a. α amilase (EC 3.2.1.1)
Enzim α amilase terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α
amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut
endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul
amilum. Menurut Suarni dan Patong (2003) enzim α-amilase (α-1,4-glukan-
glukanohidrolase; (EC3.2.1.1), enzim ini sangat berperan dalam industri
pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah
kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal
perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik
yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat
sebagai pengontrolperkecambahan tersebut.
Cara kerja α-amilase pada molekulamilosa terjadi 2 tahap pertama,
degradasiamilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yangterjadi secara acak.
Degradasi ini terjadi sangatcepat dan diikuti dengan menurunnyaviskositas degan
cepat pul. Yang kedua, relatifsangat lambat yaitu pembentukan glukosa
danmaltosa sebagai hasil akhir yang terjadi secaratidak acak. Sedangkan cara
kerja α-amilasepada molekul amilopektin akan menghasilkanglukosa, maltosa,
dan α-limit dextrin. Jenis α-limit dextrin yaitu oligosakarida yang terdiridari 4
atau lebih residu gula yang mengandungikatan α-1,6. Aktivitas α-amilase
ditentukan denganmengukur hasil degradasi pati, biasanya daripenurunan kadar
pati yang larut atau dari kadaramilosa bereaksi dengan iodium akan
berwarnacoklat. Selain itu keaktivan α-amilase dapatdinyatakan dengan cara
pengukuran viskositasdan jumlah pereduksi yang terbentuk.Sedangkan hidrolisis
amilosa akan lebihcepat dari pada hidrolisis rantai yangbercabang seperti
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 14/28
14
amilopektin atau glikogen.Laju hidrolisis akan meningkat bila tingkatpolimerisasi
menurun, dan laju hidrolisis akan lebih cepat pada rantai lurus (Risnoyatiningsih,
2011).
Pemanfaatan enzim amilase pada skala industri lebih dititikberatkan pada
peningkatan produksi dan efisiensi prosesnya. α-amilase termostabil dipandang
lebih penting dalam aplikasinya dibidang industri dibandingkan jenis α-amilase
yang tidak tahan suhu tinggi. Termostabilitas α-amilase biasanya disesuaikan
dengan pemanfaatannya, sebagai contoh α-amilase termolabil dapat digunakan
pada proses sakarifikasi pati, sedangkan α-amilase termostabil lebih sesuai
digunakan dalam likuifikasi pati (Purwandani, 2012).
b. β amilase (EC 3.2.1.2)
Enzim β amilase terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase
sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum
secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa. Menurut Oktiarni
(2008), enzim ini banyak digunakan karena kemampuannya mengkatalisis reaksi
pengubahan pati menjadi maltosa dari ujung gugus pereduksi rantai polisakarida,
menghasilkan β-maltosa dan β-limit dekstrin. Enzim β-amilase banyak ditemukan
pada tanaman tingkat tinggi seperti ubi jalar. Seperti sifat enzim pada umumnya,
aktivitas amilase sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana enzim itu
bekerja.
Menurut Risnoyatiningsih (2011), enzim β-amilase (β-1,4
glukanmaltohidrolase) dapat diisolasi dari kecambahbarley, ubi jalar, dan kacang
kedelai. Enzim β-amilase memecah ikatan glukosidaβ-1,4 padapati dan glikogen
dengan membalikkankonfigurasi karbon anomeri (C1) glukosa dari αmenjadi β,
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 15/28
15
maka di sebut β-amilase.Cara hidrolisis ikatan α-1,4 oleh β-amilase terjadi dengan
memotong 2 unitglukosa dan secara bertahap pemotongan dariujung rantai gula
yang bukan pereduksi,disebut Eksiamilase. Enzim β-amilase aktif pada pH 5-6.
Sejumlah mikroorganisme juga menghasilkan amilase untuk mendegradasi
pati ekstraseluler. Pada jaringan hewan tidak memiliki β-amilase, kecuali apabila
mikroorganisme terdapat dalam saluran pencernaannya (Purwandani, 2012).
c. γ amilase (EC 3.2.1.3)
Enzim γ amilase terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1 -4
dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa.Menurut Risnoyatiningsih
(2011), enzim Glukoamilase diproduksi dariAspergillus dan Rhizopus, dapat
memecahikatan α-1,3 dan α-1,4. Enzim glukoamilasememecah pati dari luar
dengan mengeluarkanunit-unit glukosa dari ujung bukan pereduksipolimer pati.
Hasil reaksinya hanya glukosa,sehingga dapat di bedakan dengan α-amilasedan β-
amilase. Dengan pengaruh enzim glukoamilaseposisi glukosa α dapat diubah
menjadi βdengan pH optimalnya 4-5 dan suhuoptimalnya 50°C-60°C.
2.5Isolasi Enzim
Isolasi enzim bertujuan untuk memisahkan enzim yang diinginkan dari
senyawa lain yang tidak dikehendaki. Untuk keperluan penelitian dan analisis,
hasil isolasi enzim tidak diperlukan dalam jumlah banyak, tetapi mempunyai
tingkat kemurnian yang tinggi.Isolasinya memerlukan teknologi isolasi enzim
yang mempunyai sifat dan aktivitas maksimum (Suhartono, 1989).
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 16/28
16
2.5.1 Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan suatu cara pemisahan yang berdasarkan kepada
perbedaan kecepatan sedimentasi dari partikel-partikel molekul yang disebabkan
oleh adanya gaya sentrifrugal. Cara ini terutama digunakan untuk memisahkan
endapan yang sukar disaring dengan saringan biasa (filter), dimana zat terlarut
dapat dipisahkan dengan cepat menuju pusat medan sentrifugal. Dalam hal ini
partikel-partikel mula-mula yang terdistribusi secara merata di dalam larutan,
pada suatu kecepatan perputaran tertentu akan bergerak meninggalkan larutan
induknya dan bila partikel-partikel terlarut tersebut lebih besar dari partikel
pelarut, maka akan memisah dan terjadi pengendapan. Sebaliknya partikel-
partikel yang memiliki berat jenis lebih kecil dari pelarutnya, akan terapung di
permukaan. Pada saat kesetimbangan tercapai, dimana konsentrasi zat terlarut di
bagian atas lebih kecil dari pada konsentrasi bagian bawahnya, maka pada saat
itulah terjadi pengendapan(Suhartono, 1989).
2.5.2 Fraksinasi dengan ammonium sulfat
Menurut Dali dkk., (2012) hasil sentrifugasi diperoleh suatu larutan enzim
kasar, selanjutnya dilakukan metode pemurnian. Pemurnian enzim pada dasarnya
bergantung pada beberapa variabel diantaranya: pH, suhu, komposisi pelarut dan
sifat dari protein itu sendiri (ukuran, kelarutan, muatan dan bentuknya).Fraksinasi
protein dengan menggunakan garam, berdasarkan atas kelarutan protein yang
merupakan interaksi antara gugus polar dengan air, interaksi ionik dengan garam
dan daya tolak menolak protein yang bermuatan sama. Dalam hal ini fenomena
kelarutan protein ada dua macam yaitu salting in dan salting out . Salting in adalah
peristiwa dimana dengan penambahan garam konsentrasi rendah pada larutan
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 17/28
17
protein dalam air, akan menurunkan koefisien aktivitas sehingga kelarutan protein
akan bertambah. Bila konsentrasi garam dinaikkan sehingga kekuatan ion
bertambah besar, maka interaksi ion dari garam dengan air akan bertambah, hal
ini akan menyebabkan interaksi antara protein dengan air menurun. Proses ini
disebut salting out .
Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein
akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa
pemisahan protein ini disebut salting out. Efek salting out disebabkan garam
dengan konsentrasi tinggi dapat menghidrasi air dari permukaan molekul protein
sehingga protein terendapkan. Proses fraksinasi bertujuan untuk memekatkan atau
menjenuhkan larutan sehingga diperoleh larutan pekat yang mengandung
endapan protein. Penambahan amonium sulfat dalam proses fraksinasi dilakukan
sedikit demi sedikit sambil diaduk di atas magnetic stirrer dengan kecepatan
konstan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya denaturasi protein (Sari,
2012).
Amonium sulfat adalah salah satu jenis garam yang paling banyak
digunakan untuk mengendapkan protein enzim. Keuntungannya adalah (1) dalam
keadaan jenuh molaritasnya cukup tinggi sehingga dapat mengendapkan sebagian
besar protein; (2) panas pelarutannya rendah, sehingga panas yang dihasilkannya
mudah hilang; (3) bahkan pada larutan jenuhnya (4,04 M pada 20 0C) memiliki
kerapatan sekitar 1,235 gram per cm3, yang tidak cukup besar mengganggu
sedimentasi sebagian besar protein yang mengendap karena sentrifugasi; (4)
larutan amonium sulfat yang pekat mencegah atau membatasi pertumbuhan
bakteri, dan (5) dalam larutan amonium sulfat sebagian besar protein terlindungi
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 18/28
18
dari denaturasi. Berdasarkan keuntungan terakhir ini, seringkali protein murni
disimpan sebagai suspensi dalam larutan amonium sulfat pekat (Englard dan
Seiffer, 1990).
2.5.3 Dialisis dengan membran selofan
Proses dialisis berguna untuk membebaskan protein dalam larutan dari
partikel-partikel penggangu lainnya. Dalam proses ini digunakan membran
semipermeabel untuk menahan molekul-molekul protein, sedangkan molekul
yang lebih kecil seperti garam dan air dapat melewati membran tersebut. Pada
penelitian, membran semipermeabel yang digunakan adalah selofan (Sari, 2012).
Menurut Dali dkk., (2012) Permeabilitas suatu kantong selofan tergantung
pada ukuran dan juga pada praperlakuan yang dilakukan. Permeabilitas suatu
kantong membran tidak tergantung pada lamanya dialisis. Jika suatu molekul
tidak dapat melalui selaput maka selamanya ia tidak akan lewat walaupun waktu
dialisisnya diperpanjang. Kondisi lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan
dialisis adalah pelarut. Secara umum dikatakan bahwa kecepatan dialisis
maksimal jika menggunakan akuades. Pada hal suatu larutan ditentukan oleh pH
dan kekuatan ionisasi zat terlarut yang diperlukan untuk menstabilisasikan kondisi
biomolekul dalam larutan tersebut. Proses dialisis yang menyebabkan masuknya
air ke kantong membran adalah tekanan osmotik, oleh karena itu selalu
diusahakan supaya volume kantong selofan setelah tercapai kesetimbangan masih
normal, tidak mengalami kerusakan akibat tekanan osmotik. Sebaliknya dapat
terjadi, misalnya jika biomolekul yang keluar meninggalkan kantong selofan lebih
cepat, sehingga kantong selofan menjadi kempes.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 19/28
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian
Bahan utama yang akandigunakan pada penelitian ini adalah akar rimpang
alang-alang dari bagian barat kota Makassar, amilum ( soluble starch), BSA
(Bovin serum Albumin), NaH2PO4, Na2HPO4, NaOH, (NH4)2SO4, glukosa
anhidrat, pereaksi Nelson-somogyi, pereaksi arsenomolibdat, pereaksi
folinclocalteau, EDTA, NaHCO3, Na2CO3, CuSO4.5H2O, Natium kalium tartrat,
dan I2.
3.2 Alat Penelitian
Peralatan utama yang akandigunakan adalah pH meter (Hanna
Instrument), timbangan analitik (Ohaus), freeze dryer , membran selofan (Sigma D
0655), magnetic stirer , sentrifuge, autoklaf (Yamato), inkubator (Memmert), oven
(Gallenkamp), spektronik 20 D+, dan alat gelas umum yang digunakan di
laboratorium.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai Mei 2013. Pengambilan sampel di bagian barat
kota Makassar. Selanjutnya dilakukan isolasi dan karakterisasi di Laboratorium
BiokimiaJurusan Kimia FMIPA-UNHAS.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 20/28
20
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Isolasi enzim amilase dari akar rimpang alang-alang
Sebanyak 250 g akar rimpang alang-alang yang sudah yang sudah
dipotong-potong kecil ditambahkan buffer fosfat 0,2 M pH 6,0 secukupnya
kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender pada kondisi dingin, setelah
hancur dibiarkan selama ± 30 menit sambil kadang kala diaduk, kemudian
disaring dengan penyaring nilon. Residu dibuang dan filtrat diambil kemudian
diukur volumenya selanjutnya disentrifugasi dengan keceptan 6000 rpm selama
30 menit pada suhu 4 oC, supernatan yang dihasilkan merupakan enzim amilase
kasar (ekstrak enzim amilase), diukur volumenya dan ditempatkan ke dalam
wadah untuk uji aktivitas, fraksinasi danpenentuan kadar protein.
3.4.2 Uji aktivitas enzim amilase secara kualitatif menggunakan larutan I2
a. Substrat yang akan digunakan larutan pati 2%. Melarutkan 2 g soluble
starch (Merck) ke dalam 100 mL akuades, diaduk dan dipanaskan hingga larutan
kelihatan jernih dan bercampur.
b. Sebanyak 6 tabung reaksi masing-masing diisi 1 mL substrat ditambahkan
0,5 mL larutan enzim lalu diinkubasi pada suhu 35 oC (Rinawati dkk., 2009),
masing- masing diinkubasi selama 10; 20; 30; 40; 50; dan 60 menit, setelah itu
didinginkan dan ditambahkan 2 tetes larutan iodin 1%. Pengamatan aktivitas
amilase didasarkan terjadinya perubahan warna biru menjadi bening setelah
ditambahkan iodin 1%.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 21/28
21
3.4.3 Uji aktivitas amilase secara kuantitatif
Prinsip uji aktivitas enzim amilase didasarkan pada perhitungan gula
pereduksi dari hasil hidrolisis pati dengan metode Nelson-Somogyi. Sebanyak 1
mL larutan pati 2% dan 1 mL buffer fosfat 0,2 M pH 6,0 ditambahkan 1 mL
larutan ekstrak amilase, diinkubasi pada suhu 35oC selama waktu optimum,
setelah itu dinonaktifkan pada suhu 100 oC selama 5-10 menit. Dinginkan,
lakukan pengenceran apabila diperlukan (catat faktor pengenceran). Selanjutnya
ditentukan kadar glukosanya dengan metode Nelson-Somogyi yakni ke dalam
tabung reaksi dimasukkan 1 mL campuran enzim tersebut kemudian ditambahkan
1 mL reagen Nelson-Somogyi. Kemudian dididihkan selama 5 menit. Selanjutnya
didinginkan dalam air es hingga suhu larutan sama dengan suhu kamar. Setelah
dingin ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat dan 7 mL air suling lalu dikocok
hingga bercampur rata. Absorbansi larutan diukur dengan spektronik 20 D+ pada
λmax. Untuk mengetahui kadar glukosa hasil hidrolisis pati oleh enzim dihitung
dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar glukosa pada berbagai
konsentrasi 0,002; 0,004; 0,006; 0,008; 0,010 mg/mL. Perhitungan aktivitas enzim
dilakukan dengan mensubtitusikan absorbansi larutan yang diperoleh pada
pengujian aktivitas enzim ke dalam persamaan regresi kurva kalibrasi larutan
standar glukosa.
Aktivitas enzim amilase = C x 1/T x 1 unit/1µmol
dimana:
C = Konsentrasi glukosa per mL ekstrak enzim (µmol/mL)
T = Waktu inkubasi (menit)
1 unit enzim amilase = besarnya aktivitas enzim yang dibutuhkan untuk
membebaskan 1 µmol glukosa per menit per mL enzim.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 22/28
22
3.4.4 Penentuan kadar protein enzim amilase dari akar rimpang alang-alang
Penentuan kadar protein ditentukan berdasarkan metode Lowry dalam
Sudarmaji dkk, (1984). Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL larutan ekstrak
enzim, ditambahkan 5 mL pereaksi Lowry B dan dihomogenkan, kemudian
dibiarkan selama 10 menit selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi Lowry A dan
dikocok sampai bercampur dengan baik, lalu dibiarkan selama 30 menit agar
reaksi berjalan sempurna, kemudian ditambahkan 3 mL akuades. Absorbansi
diukur pada λmax. Jumlah protein dalam enzim ditentukan dengan cara
mensubtitusi absorban larutan contoh ke dalam persamaan regresi dari kurva
standar protein.
Lowry A : Folin cioucalteu : H2O = 1: 1
Lowry B : 100 mL Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N ditambahkan dengan 1 mL
CuSO4.5H2O 1% dan 1 mL natrium kalium tartrat 2%
3.4.5 Perhitungan kadar protein enzim
Kadar protein enzim dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan
standar protein dengan berbagai konsentrasi. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan
1 mL larutan standar protein dengan konsentrasi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10
mg/mL (1 gram Bovin Serum Albumin dilarutkan ke dalam akuades tepat 100
mL, kemudian diencerkan hingga konsentrasi diinginkan), lalu ditambahkan 5 mL
pereaksi Lowry B dan dikocok segera agar bercampur rata, kemudian dibiarkan
selama 10 menit selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi Lowry A dan dikocok
sampai bercampur dengan baik, lalu dibiarkan selama 30 menit agar reaksi
berjalan sempurna kemudian ditambahkan 3 mL akuades. Absorbansi diukur pada
panjang gelombang maksimum. Perhitungan kadar protein enzim dilakukan
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 23/28
23
mensubtitusikan absorbansi larutan yang diperoleh pada penentuan kadar protein
enzim ke dalam persamaan regresi kurva kalibrasi larutan standar protein. Kadar
protein enzim yang diperoleh dari kurva tersebut, selanjutnya digunakan untuk
menentukan aktivitas spesifik enzim dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
x unit/mg protein
Keterangan:
As = Aktivitas spesifik dalam mg protein
[P] = Kadar enzim total dalam mg/mL
[Ti] = Waktu inkubasi dinyatakan dalam jam
3.4.6 Fraksinasi dengan amonium sulfat
Ekstrak enzim kasar hasil isolasi dari akar alang-alang difraksinasi dengan
amonium sulfat pada beberapa tingkat kejenuhan (0% - 80%) yaitu : 0-20%, 20-
40%, 40-60%, 60-80%, berdasarkan metode Bollag and Edelstein (1991) dalam
Natsir, 2010, dengan menggunakan tabel pada lampiran 2.Dalam perlakuan ini
ekstrak enzim kasar ditambahkan amonium sulfat pada beberapa tingkat
kejenuhan sambil diaduk dengan magnetic stirer sampai larut sempurna dan
dibiarkan semalam pada suhu dingin. Filtrat enzim dipisahkan dengan sentrifugasi
10.000 rpm, 20 menit suhu 4 oC, endapan yang diperoleh setiap fraksi dilarutkan
dalam buffer fosfat 0,1 M pH 6,0 kemudian diuji aktivitasnya seperti pada uji
aktivitas enzim kasar.
3.4.7 Dialisis dalam membran selofan
Dialisis dilakukan menggunakan membran selofan (Sigma D 0655)
dengan diameter 21 mm. Sebelum dilakukan dialisis, membran selofan
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 24/28
24
dipreparasi dengan cara sebagai berikut: 10 cm membran selofan direbus dalam
larutan 2,0% b/v Na-bikarbonat dan EDTA 1.0 mM selama 10 menit. Larutan
diganti dengan akuades dan kembali direbus selama 10 menit (diulang 2-3 kali).
Menurut Plummer (1979), membran disimpan dalam akuades atau larutan buffer
yang akan digunakan pada suhu 4 oC. Sebelum digunakan bagian dalam dan luar
dicuci kembali dengan akuades atau buffernya. Hasil fraksinasi dengan aktivitas
tertinggi selanjutnya dilarutkan ke dalam larutan buffer fosfat 0,2 M pH 6,0
(secukupnya). Larutan dimasukkan ke dalam kantong selofan kemudian
didialisis dengan buffer fosfat, konsentrasi 0,05 M, diaduk dengan pengaduk
magnetik stirer pada suhu 5 oC. Setiap 3 jam buffernya diganti dan setelah dialisis
dilakukan pengujian aktivitas amilase dan penentuan kadar protein.
3.4.8 Karakterisasi enzim amilase hasil dialisis
Enzim amilase hasil dialisis dikarakterisasi pada kondisi: suhu dan pH
optimum, dan konsentrasi substrat optimum enzim amilase. Cara pengujian
aktivitas enzim amilase yakni mencampurkan enzim, substrat, dan buffer
kemudian diinkubasi pada beberapa variasi perlakuan seperti diuraikan dalam
tahapan kerja karakterisasi berikut:
3.4.8.1 Konsentrasi substrat
Penentuan konsentrasi substrat dari enzim amilase dilakukan sesuai
dengan prosedur aktivitas enzim amilase pada suhu inkubasi optimum 35 oC
danpH optimum 6,1(Rinawati dkk.,2003), dengan menvariasikan konsentrasi
substrat berturut-turut yaitu: 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5 dan 4,0 mg/mL.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 25/28
25
3.4.8.2 Suhu optimum
Penentuan suhu optimum kerja enzim amilase dilakukan sesuai dengan
prosedur penentuan aktivitas enzim amilase, dengan menvariasikan suhu yaitu:
25, 30, 35, 40, dan 45 oC. Dengan menggunakan konsentrasi substrat optimum
dan pH optimum 6,1.
3.4.8.3 pH optimum
Penentuan pH optimum kerja enzim amilase dilakukan sesuai dengan
prosedur penentuan aktivitas enzim amilase, dengan menvariasikan pH
menggunakan buffer fosfat 0,2 M yaitu: pH 5,2; 5,4; 5,6; 5,8; 6,0; 6,2; 6,4; 6,6;
6,8 dan7,0. Denganmenggunakan suhu optimum yang didapatkan pada penentuan
suhu optimum dan konsentrasi substrat optimum yang didapatkan pada penentuan
substrat optimum.
Setelah didapatkan data-data tersebut, mulai dari penentuan konsentrasi
substrat, pH, dan suhu optimum enzim maka dilakukan pengujian aktivitas
menggunakan kondisi tersebut.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 26/28
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012a, Alang-Alang, (Online), (http://flora-faunaindonesia.blogspot.comdiakses 16 januari 2013).
Anonim, 2012b, Klasifikasi ilmiah tumbuhan alang-alang, (Online), (http://www. plantamor.com/index.php?plant=705, diakses 16 januari 2013).
Anonim, 2009, Karbohidrat, (Online), (http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606811/polisakarida.html, diakses 16 januari2013).Sianturi, D.C., 2008, Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase
Termofilik Kasar dari Sumber Air Panas Penen Sibirubiru Sumatera
Utara, Tesis diterbitkan, Sekolah Pascasarjana Universitas SumateraUtara, Medan.
Aiyer, P.V., 2005, Amylases and their applications, African Journal of
Biotechnology,4 (13) 1525-1529.
Bahri, S., Mirzan, M. dan Hasan, M., 2012, Karakterisasi Enzim Amilase DariKecambah Biji Jagung Ketan ( Zea mays ceratina L.), Jurnal Natural
Science, 1 (1) 132-143.
Budiyati, R., Santana, P., Afiandi, N. dan Mariska, S., 2009, Pengukuran DayaCerna Pati secara In Vitro, Pengukuran Kadar Serat Pangan MetodeEnzimatik-Gravimetrik, dan Pengukuran Kadar Pati Resisten, (Online),(https://docs.google.com/Lap.Prakt.4,5,6.DayaPati,SeratPangan,PatiResisten.docx+Pati+merupakan+zat+makanan+yang+sangat+penting+bagi+tubuh.+Budiyati+2009, diakses 16 januari 2013).
Dali, S., Patong, A.R., Jalaluddin, M.N. dan Pirman, A.P., 2012, Optimasi
Produksi Enzim Lipase dari Isolat Aspergillus Oryzae pada Kopra
Berjamur , Disertasi diterbitkan, Jurusan Kimia FMIPA UniversitasHasanuddin, Makassar.
Dalimarta, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat IndonesiaJilid 4, Puspaswara, Jakarta.
Englard, S. and Seiffer, S. 1990. Precipitation TechniquesIn Guide to Protein
Purification. (Deutscher., M.P. eds), Academic Press, Inc., San Diego.
Gana, J.A., Kalengamaliro, N.E., Cunningham, S.M. dan Volenec, J.J.,1998,Expression of β-Amylase from Alfalfa Taproots ,Plant
Physiology,118(4) 1495-1506.
Hanafiah, K.A., Napoleon, A. dan Ghofar, N., 2005, Biologi Tanah, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 27/28
27
Heryanto, T.E., 2012, Penentuan Aktivitas Amilase Kasar Termofil Bacillus
subtilis Isolat Gunung Darajat Garut , Skripsi diterbitkan, UniversitasPendidikan Indonesia, Jawa Barat.
Irwanto, 2006, Penggunaan Tanaman Actinorhizal Casuarina Equisetifolia L Pada Rehabilitasi Lahan Alang-Alang dengan Sistem Agroforestri, (Online), (http:// naturehealthy.webs.com/actinorhizal_casuarina.pdf,diakses 16 januari 2013).
Nana, A., Afwandi, D. dan Juliana, S., 2011, Pelatihan Pemanfaatan Akar Alang -
Alang menjadi Produk Olahan Sirup dan Bahan Campuran Pembuatan
Kertas Daur Ulang di Desa Bandar Khalifah, PKM diterbitkan,JurusanBiologi Universitas Negeri Medan, Medan.
Natsir, H., 2010, Kajian Enzim Kitinase Termostabil dari Bakteri Termofil:
Pemurnian,Karakterisasi dan Aplikasi dalam Hidrolisi Kitin, Disertasitidak diterbitkan, Program Pascasarjana FMIPA Universitas Hasanuddin,Makassar.
Oktiarni, D., 2008 , Isolasi, Pemurnian dan Karak terisasi β -amilase Ubi Jalar
(Ipomoea batatas (L.) LAM), (Online), (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php? Mod=browse&op =read&id=jbptitbpp-gdl-dwitaoktia-29965, diakses 16
januari 2013).
Plummer, D.T., 1979, An Introduction to Practical Biochemistry, Second Edition,Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pudjiharta, A., Widyati, E., Adalina, Y. danSyafruddin H.K., 2008, Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang ( Imperata cylindrica L. Beauv),(Online), (http:// www.forda-mof.org/index.php/content/download/info/957, diakses 16 januari 2013).
Purwandani, L.F., 2012, Isolasi dan Uji Aktivitas Enzim Amilase dari Isolat
Bakteri Termofilik Amilolitik Pasca Erupsi Merapi pada berbagai Variasi
Suhu dan pH , Skripsi diterbitkan, Jurusan Pendidikan Biologi FMIPAUniversitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Rachmawaty, W.S., 2007, Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma terhadap
Perkecambahan Biji Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Wilis,Skripsi diterbitkan, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas islam negeri, Malang.
Reddy, N.S., Nimmagadda, A. and Rao, K.R.R.S., 2003, An Overview of TheMicrobial α-amylase Family, African Journal of Biotechnology, 2 (12)645-648.
7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang
http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 28/28
Rinawati, M., Pipit, Wuryanti, Rahmanto, Wasino, 2009, Isolasi, Karakterisasi
dan Amobilisasi Enzim Amilase dari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.), (Online), (http://eprints.undip.ac.id/2923/, diakses 16 januari2013).
Risnoyatiningsih, S., 2011, Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning menjadi Glukosasecara Enzimatis, Jurnal Teknik Kimia,5 (2) 417-424.
Sari, D.K., 2012, Lipase Isolat Lokal pada Sintesis Biodiesel , (Online),(http://eprints.unsri.ac.id/195/3/makalah_DiahkartikaUnsri.pdf, diakses 16
januari 2013).
Sianturi, D.C., Isolasi Bakteri danUji Aktivitas Amilase Termofil Kasar dari
Sumber Air Panas Penen Sibirubiru Sumatera Utara, Tesis diterbitkan,Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sivaramakrishnan, S., Gangadharan, D., Nampoothiri, K.M., Soccol, C.R., andPandey, A., 2006, α-Amylases from Microbial Sources, Food Technol.
Biotechnol, 44(2) 173 – 184.
Suarni dan Patong, R., 2007, Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim α-Amilase, Indo. J. Chem., 2007, 7 (3), 332-336.
Sudarmadji, S., Bambang, H. dan Suhardji, 1984, Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Sutiamiharja, N., 2008, Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase Kasar dari
Sumber Air Panas Gurukinayan Karo Sumatera Utara, Tesis diterbitkan,
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.