BAB 123 Akar Alang-Alang

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bioteknologi saat ini maju dengan sangat pesat, hal ini sejalan dengan berkembangnya industri-industri yang memanfaatkan produk  bioteknologi. Salah satu kajian dalam bidang enzimologi yang menarik untuk  pengembangan bioteknologi adalah pemanfaatan molekul enzim sebagai katalis,  baik dalam industri pan gan maupun industri no n pangan. Penggunaan enzim dalam bidang industri di Indonesia sebagian besar diimpor dari negara luar. Hal tersebut tidak menguntungkan dari segi devisa dan  pengembangan bioteknologi di Indonesia oleh karena itu perlu dilakukan  penelitian untuk produksi enzim sehingga kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi. Enzim dihasilkan oleh semua makhluk hidup untuk mengkatalisis reaksi  biokimia dalam tubuh makhluk hidup tersebut sehingga reaksi-reaksi itu dapat  berlangsung lebih cepat (Sianturi, 2008). Menurut Sutiamiharja (2008) kemampuan enzim yang unik dalam melaksanakan transformasi kimianya yang khas ketika telah meningkatkan penggunaan enzim dalam berbagai proses industri.Salah satu enzim yang sangat dibutuhkan dalam industri adalah amilase (α-amilase, β-amilase, dan γ-amilase atau glukoamilase). Enzim β-amilase terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa (Poedjiadi,

Transcript of BAB 123 Akar Alang-Alang

Page 1: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 1/28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perkembangan bioteknologi saat ini maju dengan sangat pesat, hal ini

sejalan dengan berkembangnya industri-industri yang memanfaatkan produk 

 bioteknologi. Salah satu kajian dalam bidang enzimologi yang menarik untuk 

 pengembangan bioteknologi adalah pemanfaatan molekul enzim sebagai katalis,

 baik dalam industri pangan maupun industri non pangan.

Penggunaan enzim dalam bidang industri di Indonesia sebagian besar 

diimpor dari negara luar. Hal tersebut tidak menguntungkan dari segi devisa dan

 pengembangan bioteknologi di Indonesia oleh karena itu perlu dilakukan

 penelitian untuk produksi enzim sehingga kebutuhan dalam negeri dapat

terpenuhi.

Enzim dihasilkan oleh semua makhluk hidup untuk mengkatalisis reaksi

 biokimia dalam tubuh makhluk hidup tersebut sehingga reaksi-reaksi itu dapat

 berlangsung lebih cepat (Sianturi, 2008). Menurut Sutiamiharja (2008)

kemampuan enzim yang unik dalam melaksanakan transformasi kimianya yang

khas ketika telah meningkatkan penggunaan enzim dalam berbagai proses

industri.Salah satu enzim yang sangat dibutuhkan dalam industri adalah amilase

(α-amilase, β-amilase, dan γ-amilase atau glukoamilase).

Enzim β-amilase terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase

sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum

secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa (Poedjiadi,

Page 2: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 2/28

1994).Menurut Oktiarni (2008), β-amilase (E.C 3.2.1.2) merupakan enzim yang

 banyak ditemukan dalam tanaman dan bakteri. Enzim β-amilaseini banyak 

digunakan karena kemampuannya mengkatalisis reaksi pengubahan pati menjadi

maltosa dari ujung gugus pereduksi rantai  polisakarida, menghasilkan β-maltosa

dan β-limit dekstrin. β-amilase banyak ditemukan pada tanaman tingkat tinggi

seperti ubi jalar. Seperti sifat enzim pada umumnya, aktivitas amilase sangat

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana enzim itu bekerja.Enzim amilase

dihasilkan oleh berbagai jenis organisme hidup, mulai dari tumbuhan, hewan,

manusia bahkan pada mikroorganisme seperti bakteri dan fungi (Sianturi, 2008).

Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari

industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk 

industri farmasi (Aiyer, 2005). Kebutuhan amilase di dunia industri sangat tinggi,

 pada tahun 2004 saja sudah mencapai penjualan sekitar US $2 milyar, sedangkan

amilase yang digunakan untuk industri makanan dan minuman pada tahun 2004

 bernilai sekitar US $11 juta (Sivaramakrishnan dkk., 2006). Seiring dengan

meningkatnya penggunaan enzim amilase, maka perlu dicari sumber enzim

amilase dari bahan baku yang mudah didapatkan. Salah satu bahan yang memiliki

 potensi untuk dieksplorasi sebagai sumber enzim amilase adalah tumbuhan

Alang-alang ( Imperata cylindrica).

Hasil penelitian terkait enzim amilase dari tanaman sudah banyak 

dilakukan seperti:

1.  Enzim amilase dari temulawak oleh Rinawati dkk., (2009)

2.  Enzim β-amilase dari Akar Tunggang Alfalfa (Medicago sativa L.) oleh

Gana dkk., (1998)

Page 3: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 3/28

3.  Oktiarni (2008) berhasil mengisolasi enzim β-amilase dari ubi jalar 

( Ipomoea batatas (L.) LAM)

4.  Suarni dan Patong (2003) telah berhasil membuat ekstrak enzim amilase

dari kecambah kacang hijau

5.  Bahri dkk, (2012) berhasil mengisolasi enzim amilase dari kecambah biji

 jagung ketan ( Zea mays ceratina L.)

Alang-alang dengan nama ilmiah  Imperata cylindrica menarik untuk 

dieksplorasi karena di Indonesia Alang-alang tumbuh liar di hutan, ladang,

lapangan rumput, dan tepi jalan daerah kering yang mendapat sinar matahari, juga

 bisa ditemukan pada ketinggian 1-2700 meter di atas permukaan laut (Dalimarta,

2006).Alang-alang merupakan gulma perennial, dengan sistem rhizoik yang meluas

serta tinggi batang mencapai 60-100 cm, daun agak tegak, pelepah daun lembut,

tulang daun utama keputihan, daun atas lebih pendek dari pada daun sebelah bawah,

ligula pendek. Rhizoma bersifat regeneratif yang kuat, dapat berpenetrasi 15-40 cm,

akar vertikal ke dalam sekitar 60-150 cm. Rhizoma berwarna putih, sukulen, terasa

manis, beruas pendek dengan cabang lateral membentuk jaring-jaring yang menyatu

dalam tanah (Rachmawaty, 2007).Hasil penelusuran pustaka, akar alang-alang

mengandung air (81,00714%), karbohidrat ( 6,3072%),serat (5,8580%), abu

(1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa, glukosa, malic acid, citric acid ,

arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol (Nana dkk., 2012). 

Beberapa tumbuhan telah diketahui mengandung enzim amilase pada

akarnya baik itu akar rimpangnya maupun akar tunggangnya. Diantaranya adalah

enzim amilase dari temulawak oleh Rinawati dkk., (2009) dan Alfalfa (Medicago

 sativa L.) oleh Gana dkk., (1998). Berdasarkan hal tersebut maka diduga dalam

akar rimpang alang-alang juga mengandung enzim amilase. Selain itu, menurut

Page 4: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 4/28

Hanafiah dkk., (2005), enzim amilase juga berasal dari eksudat akar tanaman atau

dari aktivitas mikrobia di dalam tanah, hal ini juga menguatkan dugaan adanya

enzim amilase dalam akar rimpang alang-alang.

Mengingat adanya enzim amilase dalam kandungan akar rimpang alang-

alang serta penggunaan enzim sangat dibutuhkan dalam industri, maka perlu

dikaji lebih lanjut tentang eksplorasi enzim amilase dari tumbuhan alang-alang

sehingga menjadi bahan baku alternatif penghasil enzim amilase.

Eksplorasi enzim amilase dari akar rimpang tumbuhan alang-alang

dirancang dalam tiga tahap penelitian yang saling terkait. Setiap tahap merupakan

tindak lanjut dari tahap sebelumnya. Tahap pertama, isolasi dan pengujian

aktivitas ekstrak enzim amilase dan penentuan kadar protein. Tahap

kedua,pemurnian ekstrak enzim emilase berupa fraksionasi dengan amonium

sulfat dan dialisis dengan membran selofan.Tahap ketiga, karakterisasi enzim

amilase hasil dialisis.

Menurut Rahayu (1988) dan Richana, dkk (1999) dalam Suarni dan Patong

(2007), keberhasilan isolasi dan pengujian aktivitas enzim sangat tergantung pada

 berbagai kondisi: sumber enzim, letak enzim, kecermatan kerja, bahan dan cara

ekstraksi yang dipergunakan serta pengertian sifat-sifat enzim tersebut, enzim

amilase termasuk ekstraseluler, sehingga mengekstraknya relatif mudah.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka

dapatdiambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:

a.  Berapa persentase kandungan enzim amilase dalam akar rimpang alang-

alang?

Page 5: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 5/28

 b.  Berapa potensi aktivitas enzim amilase dari akar rimpang alang-alang?

c.  Bagaimana karakteristik sifat biokimia enzim amilase yang dihasilkan oleh

akar rimpang alang-alang?

1.3  Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi enzim amilase yang dihasilkan

oleh akar rimpang tumbuhan alang-alang.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a.  Mengisolasi enzim amilase dari akar rimpang tumbuhan alang-alang

 b.  Mengetahui potensi aktivitas enzim amilase dari akar rimpang tumbuhan

alang-alang

c.  Mengkarakterisasi sifat biokimia enzim amilase dari akar rimpang alang-

alang

1.4  Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

akar rimpang tumbuhan alang-alang berpotensi sebagai penghasil enzim amilase

dan sebagai aset penting dalam upaya pengelolaan sumber daya hayati di

Indonesia.

Page 6: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 6/28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Alang-alang

Alang-alang adalah rumput tahunan (Mac Donald dkk ., 2002dalam

Pudjiharta dkk., 2008) berakar rimpang yang tumbuh menyebar mendatar di

 bawah permukaan tanah, bagian yang ada di atas permukaan tanah mudah

terbakar. Walaupun berulang kali terbakar, alang-alang tidak musnah, karena dari

akar rimpangnya akan tumbuh tunas baru.

Menurut Rachmawaty (2007), Alang-alang merupakan gulma perennial,

dengan sistem rhizoik yang meluas serta tinggi batang mencapai 60-100 cm, daun

agak tegak, pelepah daun lembut, tulang daun utama keputihan, daun atas lebih

 pendek dari pada daun sebelah bawah, ligula pendek. Rhizome bersifat regeneratif 

yang kuat, dapat berpenetrasi 15-40 cm, akar vertikal ke dalam sekitar 60-150 cm.

Rhizome berwarna putih, sukulen, terasa manis, beruas pendek dengan cabang lateral

membentuk jaring-jaring yang menyatu dalam tanah.

Alang-alang dapat tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang

 belum maupun yang sudah diolah, hal ini karena adanya sifat yang dimiliki, antara

lain :

a. Mudah beradaptasi pada keadaan cuaca yang beragam terutama pada tanah

terbuka. Pada tempat terlindung dan suhu pada kisaran -8°C alang-alang sulit

untuk hidup.

 b. Mudah beradaptasi pada berbagai jenis tanah mulai dari ringan kering sampai

 berat basah, tanah asam sampai basa.

Page 7: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 7/28

c. Tahan terhadap api, karena masih mempunyai rhizome dalam tanah, meskipun

 bagian atas tanah habis terbakar (Rachmawaty, 2007).

Di seluruh kawasan Asia Tenggara, hutan merupakan vegetasi klimaks

yang asli dan alami, tetapi alang-alang pada saat ini sudah menyebar di mana-

mana. Ketika hutan dirusak karena adanya penebangan kayu, perladangan

 berpindah, atau kebakaran, seringkali alang-alang menggantikannya. Biji alang-

alang mudah tersebar pada wilayah yang sangat luas karena ditiup angin, dan

mampu tumbuh pada tempat yang basah maupun kering, pada tanah yang subur 

atau tandus sekalipun (Irwanto, 2006). Adapun bentuk tumbuhan alang-alang

dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tumbuhan alang-alang (Anonim, 2012)

Berdasarkan laju pertumbuhannya, alang-alang mempunyai fungsisebagai

 penutup tanah, penyangga terhadap hujan, sehingga dapat

dinyatakansebagaipelindung tanah terhadap erosi (Rachmawaty, 2007).

Page 8: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 8/28

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan alang-alang menurut Anonim, 2012

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Imperata

Spesies : Imperata cylindrica 

2.2 Pati (Amilum)

Pati merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Pati

merupakan sumber utama karbohidrat dalam pangan. Pati adalah bentuk penting

 polisakarida yang tersimpan dalam jaringan tanaman, berupa granula dalam

kloroplas daun serta dalam amiloplas pada biji dan umbi (Sajilata dkk., 2006

dalam Budiyati dkk., 2009). 

Polisakarida terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.

Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun,

 batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah

dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan rakyat di daerah Maluku. Umbi yang

terdapat pada ubi jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung

 pati yang cukup banyak, sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan

Page 9: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 9/28

sebagai bahan makanan sumber karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku

dalam pabrik tapioka (Poedjiadi, 1994).

Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dapat

dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana.

Daya cerna pati dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni ( soluble

 starch). Pati murni diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran

 pencernaan (Budiyati dkk., 2009).

Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah

 polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.

Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan α 1,4-

glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka (Poedjiadi, 1994).

Gambar 2. Struktur amilosa (Anonim, 2009)

Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar 

mempunyai ikatan α 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan α 1,6-glikosidik.

Adanya ikatan α 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga

molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul

amilopektin lebihbesar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari

1000 unit glukosa (Poedjiadi, 1994).

Page 10: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 10/28

10 

Gambar 3. Struktur amilopektin (Anonim, 2009)

2.3 Enzim

Enzim adalah suatu katalisator protein yang dapat mempercepat reaksi

kimia yang terjadi pada makhluk hidup dalam sistem biologi. Dalam

mengkatalisis reaksi tersebut enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun

 jumlah enzim ribuan dalam sel dan substratpun sangat banyak tidak akan terjadi

kekeliruan (Sutiamiharja, 2008). Menurut Poedjiadi (1994), enzim dibagi dalam

enam golongan besar. Enam golongan tersebut ialah oksidoreduktase, transferase,

hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.

Fungsisuatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi

dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai

1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi

enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu

mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka

enzim dapat menurunkan energi aktivitas suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada

yang membutuhkan energi (reaksi endorgonik) dan ada pula yang menghasilkan

energi atau mengeluarkan energi (eksergonik). Misalkan pembentukan ikatan

Page 11: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 11/28

11 

antara senyawa A dengan senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan

energi. Terjadinya senyawa AB dari A dan B membutuhkan energi sebesar p,

yaitu selisih energi antara A dan B dengan AB. Sebaliknya, penguraian senyawa

AB menjadi A dan B mengeluarkan energi sebesar p pula. Terurainya senyawa

AB tidak dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk lebih dahulu

senyawa AB aktif. Untuk pembentukan AB aktif ini dibutuhkan energi sebesar a,

yang disebut energi aktivasi. Makin besar harga a, makin sukar terjadinya suatu

reaksi. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau

diturunkan, dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat

terjadinya suatu reaksi (Poedjiadi, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja

enzim adalah suhu, pH dari lingkungan tempat enzim bekerja, aktivator dan

inhibitor enzim, serta konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim.

2.4 Enzim Amilase

Amilase adalah kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk 

memutuskan ikatanglikosida yang terdapat pada molekulpati untuk memberikan

 produk yang beragam termasuk dekstrin,dan glukosasebagai unit terkecil (Reddy

dkk., 2003).Amilase (alfa, beta dan glukoamilase) merupakan enzim yang penting

dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase dapat diperoleh dari berbagai

sumber seperti tanaman, binatang dan mikroorganisme. saat ini sejumlah enzim

amilase telah diproduksi secara komersial.

Penelitian enzim amilase dari tanaman telah banyak dilakukan seperti

enzim amilase dari temulawak oleh Rinawati dkk., (2009) diperoleh aktivitas

enzim optimum pada suhu 35 oC, pH 6,1 dan aktivitas spesifik 14,844 unit/mg

 protein dengan tingkat kemurnian 14, 017. Oktiarni (2008) berhasil

Page 12: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 12/28

12 

mengisolasienzim β-amilase dari ubi jalar ( Ipomoea batatas (L.) LAM) dengan

aktivitas enzim optimum pada suhu 70 oC, pH 5,52 - 6,01, aktivitas spesifik 12,18

unit/mg protein, BM 26 kDa. Suarni dan Patong (2003) telah berhasil membuat

ekstrak enzim amilase dari kecambah kacang hijau, dengan aktivitas optimum

 pada suhu 30 oC, pH 5,45, aktivitas enzim 4,09 Unit/mL dan aktivitas spesifik 

1,73 Unit/mg protein. Bahri dkk, (2012) berhasil mengisolasi enzim amilase dari

kecambah biji jagung ketan ( Zea mays ceratina L.) dengan waktu perkecambahan

36 jam adalah waktu yang terbaik dengan aktivitas 0,0557 detik -1, serta aktivitas

enzim optimum pada suhu 70 oC, pH 9.

Enzim amilase memiliki aplikasi untuk skala yang sangat luas mulai dari

industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup, produksi Cyclodextrins untuk 

industri farmasi (Aiyer, 2005). Selain penggunaannya dalam saccaharification 

 pati, enzim ini juga berpotensi dalam aplikasi sejumlah proses industri seperti

makanan, kue, pembuatan bir, tekstil, detergen, dan industri kertas. Munculnya

 batas baru dalam bioteknology, spektrum dari aplikasi amilase telah diperluas ke

 bidang-bidang lainnya, seperti uji klinis dan medis (Pandey dkk., 2000 dalam

Heryanto, 2012). Namun berdasarkan kemampuannya dalam menghidrolisis pati

dan berbagai keuntungan dari aplikasi yang dapat diberikannya maka enzim

amilase tersebut harus diketahui aktivitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

aktivitas enzim diantaranya adalah suhu dan pH. Suhu memiliki hubungan yang

kuat antara aktivitas dan stabilitas enzim, karena enzim sangat sensitif terhadap

 perubahan suhu (Illaneus, 2008 dalam Heryanto, 2010).

Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk 

maltosa. Ada tiga macam enzim amilase menurut Poedjiadi (1994), yaitu:

Page 13: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 13/28

13 

a.  α amilase (EC 3.2.1.1)

Enzim α amilase terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α

amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut

endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul

amilum. Menurut Suarni dan Patong (2003) enzim α-amilase (α-1,4-glukan-

glukanohidrolase; (EC3.2.1.1), enzim ini sangat berperan dalam industri

 pembuatan roti dan sirup. Enzim α-amilase banyak terdapat pada kecambah

kacang-kacangan. Enzim α-amilase dalam biji dibentuk pada waktu awal

 perkecambahan oleh asam giberilik. Asam giberilik adalah suatu senyawa organik 

yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena bersifat

sebagai pengontrolperkecambahan tersebut.

Cara kerja α-amilase pada molekulamilosa terjadi 2 tahap pertama,

degradasiamilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yangterjadi secara acak.

Degradasi ini terjadi sangatcepat dan diikuti dengan menurunnyaviskositas degan

cepat pul. Yang kedua, relatifsangat lambat yaitu pembentukan glukosa

danmaltosa sebagai hasil akhir yang terjadi secaratidak acak. Sedangkan cara

kerja α-amilasepada molekul amilopektin akan menghasilkanglukosa, maltosa,

dan α-limit dextrin. Jenis α-limit dextrin yaitu oligosakarida yang terdiridari 4

atau lebih residu gula yang mengandungikatan α-1,6. Aktivitas α-amilase

ditentukan denganmengukur hasil degradasi pati, biasanya daripenurunan kadar 

 pati yang larut atau dari kadaramilosa bereaksi dengan iodium akan

 berwarnacoklat. Selain itu keaktivan α-amilase dapatdinyatakan dengan cara

 pengukuran viskositasdan jumlah pereduksi yang terbentuk.Sedangkan hidrolisis

amilosa akan lebihcepat dari pada hidrolisis rantai yangbercabang seperti

Page 14: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 14/28

14 

amilopektin atau glikogen.Laju hidrolisis akan meningkat bila tingkatpolimerisasi

menurun, dan laju hidrolisis akan lebih cepat pada rantai lurus (Risnoyatiningsih,

2011).

Pemanfaatan enzim amilase pada skala industri lebih dititikberatkan pada

 peningkatan produksi dan efisiensi prosesnya. α-amilase termostabil dipandang

lebih penting dalam aplikasinya dibidang industri dibandingkan jenis α-amilase

yang tidak tahan suhu tinggi. Termostabilitas α-amilase biasanya disesuaikan

dengan pemanfaatannya, sebagai contoh α-amilase termolabil dapat digunakan

 pada proses sakarifikasi pati, sedangkan α-amilase termostabil lebih sesuai

digunakan dalam likuifikasi pati (Purwandani, 2012).

 b.  β amilase (EC 3.2.1.2)

Enzim β amilase terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase

sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum

secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa. Menurut Oktiarni

(2008), enzim ini banyak digunakan karena kemampuannya mengkatalisis reaksi

 pengubahan pati menjadi maltosa dari ujung gugus pereduksi rantai polisakarida,

menghasilkan β-maltosa dan β-limit dekstrin. Enzim β-amilase banyak ditemukan

 pada tanaman tingkat tinggi seperti ubi jalar. Seperti sifat enzim pada umumnya,

aktivitas amilase sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana enzim itu

 bekerja.

Menurut Risnoyatiningsih (2011), enzim β-amilase (β-1,4

glukanmaltohidrolase) dapat diisolasi dari kecambahbarley, ubi jalar, dan kacang

kedelai. Enzim β-amilase memecah ikatan glukosidaβ-1,4 padapati dan glikogen

dengan membalikkankonfigurasi karbon anomeri (C1) glukosa dari αmenjadi β,

Page 15: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 15/28

15 

maka di sebut β-amilase.Cara hidrolisis ikatan α-1,4 oleh β-amilase terjadi dengan

memotong 2 unitglukosa dan secara bertahap pemotongan dariujung rantai gula

yang bukan pereduksi,disebut Eksiamilase. Enzim β-amilase aktif pada pH 5-6.

Sejumlah mikroorganisme juga menghasilkan amilase untuk mendegradasi

 pati ekstraseluler. Pada jaringan hewan tidak memiliki β-amilase, kecuali apabila

mikroorganisme terdapat dalam saluran pencernaannya (Purwandani, 2012).

c.  γ amilase (EC 3.2.1.3) 

Enzim γ amilase terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1 -4

dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa.Menurut Risnoyatiningsih

(2011), enzim Glukoamilase diproduksi dariAspergillus dan Rhizopus, dapat

memecahikatan α-1,3 dan α-1,4. Enzim glukoamilasememecah pati dari luar 

dengan mengeluarkanunit-unit glukosa dari ujung bukan pereduksipolimer pati.

Hasil reaksinya hanya glukosa,sehingga dapat di bedakan dengan α-amilasedan β-

amilase. Dengan pengaruh enzim glukoamilaseposisi glukosa α dapat diubah

menjadi βdengan pH optimalnya 4-5 dan suhuoptimalnya 50°C-60°C.

2.5Isolasi Enzim 

Isolasi enzim bertujuan untuk memisahkan enzim yang diinginkan dari

senyawa lain yang tidak dikehendaki. Untuk keperluan penelitian dan analisis,

hasil isolasi enzim tidak diperlukan dalam jumlah banyak, tetapi mempunyai

tingkat kemurnian yang tinggi.Isolasinya memerlukan teknologi isolasi enzim

yang mempunyai sifat dan aktivitas maksimum (Suhartono, 1989).

Page 16: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 16/28

16 

2.5.1 Sentrifugasi

Sentrifugasi merupakan suatu cara pemisahan yang berdasarkan kepada

 perbedaan kecepatan sedimentasi dari partikel-partikel molekul yang disebabkan

oleh adanya gaya sentrifrugal. Cara ini terutama digunakan untuk memisahkan

endapan yang sukar disaring dengan saringan biasa (filter), dimana zat terlarut

dapat dipisahkan dengan cepat menuju pusat medan sentrifugal. Dalam hal ini

 partikel-partikel mula-mula yang terdistribusi secara merata di dalam larutan,

 pada suatu kecepatan perputaran tertentu akan bergerak meninggalkan larutan

induknya dan bila partikel-partikel terlarut tersebut lebih besar dari partikel

 pelarut, maka akan memisah dan terjadi pengendapan. Sebaliknya partikel-

 partikel yang memiliki berat jenis lebih kecil dari pelarutnya, akan terapung di

 permukaan. Pada saat kesetimbangan tercapai, dimana konsentrasi zat terlarut di

 bagian atas lebih kecil dari pada konsentrasi bagian bawahnya, maka pada saat

itulah terjadi pengendapan(Suhartono, 1989). 

2.5.2 Fraksinasi dengan ammonium sulfat

Menurut Dali dkk., (2012) hasil sentrifugasi diperoleh suatu larutan enzim

kasar, selanjutnya dilakukan metode pemurnian. Pemurnian enzim pada dasarnya

 bergantung pada beberapa variabel diantaranya: pH, suhu, komposisi pelarut dan

sifat dari protein itu sendiri (ukuran, kelarutan, muatan dan bentuknya).Fraksinasi

 protein dengan menggunakan garam, berdasarkan atas kelarutan protein yang

merupakan interaksi antara gugus polar dengan air, interaksi ionik dengan garam

dan daya tolak menolak protein yang bermuatan sama. Dalam hal ini fenomena

kelarutan protein ada dua macam yaitu salting in dan salting out . Salting in adalah

 peristiwa dimana dengan penambahan garam konsentrasi rendah pada larutan

Page 17: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 17/28

17 

 protein dalam air, akan menurunkan koefisien aktivitas sehingga kelarutan protein

akan bertambah. Bila konsentrasi garam dinaikkan sehingga kekuatan ion

 bertambah besar, maka interaksi ion dari garam dengan air akan bertambah, hal

ini akan menyebabkan interaksi antara protein dengan air menurun. Proses ini

disebut salting out .

Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein

akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa

 pemisahan protein ini disebut salting out. Efek salting out disebabkan garam

dengan konsentrasi tinggi dapat menghidrasi air dari permukaan molekul protein

sehingga protein terendapkan. Proses fraksinasi bertujuan untuk memekatkan atau

menjenuhkan larutan sehingga diperoleh larutan pekat yang mengandung

endapan protein. Penambahan amonium sulfat dalam proses fraksinasi dilakukan

sedikit demi sedikit sambil diaduk di atas magnetic stirrer dengan kecepatan

konstan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya denaturasi protein (Sari,

2012).

Amonium sulfat adalah salah satu jenis garam yang paling banyak 

digunakan untuk mengendapkan protein enzim. Keuntungannya adalah (1) dalam

keadaan jenuh molaritasnya cukup tinggi sehingga dapat mengendapkan sebagian

 besar protein; (2) panas pelarutannya rendah, sehingga panas yang dihasilkannya

mudah hilang; (3) bahkan pada larutan jenuhnya (4,04 M pada 20 0C) memiliki

kerapatan sekitar 1,235 gram per cm3, yang tidak cukup besar mengganggu

sedimentasi sebagian besar protein yang mengendap karena sentrifugasi; (4)

larutan amonium sulfat yang pekat mencegah atau membatasi pertumbuhan

 bakteri, dan (5) dalam larutan amonium sulfat sebagian besar protein terlindungi

Page 18: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 18/28

18 

dari denaturasi. Berdasarkan keuntungan terakhir ini, seringkali protein murni

disimpan sebagai suspensi dalam larutan amonium sulfat pekat (Englard dan

Seiffer, 1990).

2.5.3 Dialisis dengan membran selofan

Proses dialisis berguna untuk membebaskan protein dalam larutan dari

 partikel-partikel penggangu lainnya. Dalam proses ini digunakan membran

semipermeabel untuk menahan molekul-molekul protein, sedangkan molekul

yang lebih kecil seperti garam dan air dapat melewati membran tersebut. Pada

 penelitian, membran semipermeabel yang digunakan adalah selofan (Sari, 2012).

Menurut Dali dkk., (2012) Permeabilitas suatu kantong selofan tergantung

 pada ukuran dan juga pada praperlakuan yang dilakukan. Permeabilitas suatu

kantong membran tidak tergantung pada lamanya dialisis. Jika suatu molekul

tidak dapat melalui selaput maka selamanya ia tidak akan lewat walaupun waktu

dialisisnya diperpanjang. Kondisi lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan

dialisis adalah pelarut. Secara umum dikatakan bahwa kecepatan dialisis

maksimal jika menggunakan akuades. Pada hal suatu larutan ditentukan oleh pH

dan kekuatan ionisasi zat terlarut yang diperlukan untuk menstabilisasikan kondisi

 biomolekul dalam larutan tersebut. Proses dialisis yang menyebabkan masuknya

air ke kantong membran adalah tekanan osmotik, oleh karena itu selalu

diusahakan supaya volume kantong selofan setelah tercapai kesetimbangan masih

normal, tidak mengalami kerusakan akibat tekanan osmotik. Sebaliknya dapat

terjadi, misalnya jika biomolekul yang keluar meninggalkan kantong selofan lebih

cepat, sehingga kantong selofan menjadi kempes.

Page 19: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 19/28

19 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan utama yang akandigunakan pada penelitian ini adalah akar rimpang

alang-alang dari bagian barat kota Makassar, amilum ( soluble starch), BSA

(Bovin serum Albumin), NaH2PO4, Na2HPO4, NaOH, (NH4)2SO4, glukosa

anhidrat, pereaksi Nelson-somogyi, pereaksi arsenomolibdat, pereaksi

folinclocalteau, EDTA, NaHCO3, Na2CO3, CuSO4.5H2O, Natium kalium tartrat,

dan I2.

3.2 Alat Penelitian

Peralatan utama yang akandigunakan adalah pH meter (Hanna

Instrument), timbangan analitik (Ohaus), freeze dryer , membran selofan (Sigma D

0655), magnetic stirer , sentrifuge, autoklaf (Yamato), inkubator (Memmert), oven

(Gallenkamp), spektronik 20 D+, dan alat gelas umum yang digunakan di

laboratorium.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dimulai Mei 2013. Pengambilan sampel di bagian barat

kota Makassar. Selanjutnya dilakukan isolasi dan karakterisasi di Laboratorium

BiokimiaJurusan Kimia FMIPA-UNHAS.

Page 20: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 20/28

20 

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Isolasi enzim amilase dari akar rimpang alang-alang

Sebanyak 250 g akar rimpang alang-alang yang sudah yang sudah

dipotong-potong kecil ditambahkan buffer fosfat 0,2 M pH 6,0 secukupnya

kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender pada kondisi dingin, setelah

hancur dibiarkan selama ± 30 menit sambil kadang kala diaduk, kemudian

disaring dengan penyaring nilon. Residu dibuang dan filtrat diambil kemudian

diukur volumenya selanjutnya disentrifugasi dengan keceptan 6000 rpm selama

30 menit pada suhu 4 oC, supernatan yang dihasilkan merupakan enzim amilase

kasar (ekstrak enzim amilase), diukur volumenya dan ditempatkan ke dalam

wadah untuk uji aktivitas, fraksinasi danpenentuan kadar protein.

3.4.2 Uji aktivitas enzim amilase secara kualitatif menggunakan larutan I2 

a.  Substrat yang akan digunakan larutan pati 2%. Melarutkan 2 g  soluble

 starch (Merck) ke dalam 100 mL akuades, diaduk dan dipanaskan hingga larutan

kelihatan jernih dan bercampur.

 b.  Sebanyak 6 tabung reaksi masing-masing diisi 1 mL substrat ditambahkan

0,5 mL larutan enzim lalu diinkubasi pada suhu 35 oC (Rinawati dkk., 2009),

masing- masing diinkubasi selama 10; 20; 30; 40; 50; dan 60 menit, setelah itu

didinginkan dan ditambahkan 2 tetes larutan iodin 1%. Pengamatan aktivitas

amilase didasarkan terjadinya perubahan warna biru menjadi bening setelah

ditambahkan iodin 1%.

Page 21: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 21/28

21 

3.4.3 Uji aktivitas amilase secara kuantitatif 

Prinsip uji aktivitas enzim amilase didasarkan pada perhitungan gula

 pereduksi dari hasil hidrolisis pati dengan metode Nelson-Somogyi. Sebanyak 1

mL larutan pati 2% dan 1 mL buffer fosfat 0,2 M pH 6,0 ditambahkan 1 mL

larutan ekstrak amilase, diinkubasi pada suhu 35oC selama waktu optimum,

setelah itu dinonaktifkan pada suhu 100 oC selama 5-10 menit. Dinginkan,

lakukan pengenceran apabila diperlukan (catat faktor pengenceran). Selanjutnya

ditentukan kadar glukosanya dengan metode Nelson-Somogyi yakni ke dalam

tabung reaksi dimasukkan 1 mL campuran enzim tersebut kemudian ditambahkan

1 mL reagen Nelson-Somogyi. Kemudian dididihkan selama 5 menit. Selanjutnya

didinginkan dalam air es hingga suhu larutan sama dengan suhu kamar. Setelah

dingin ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat dan 7 mL air suling lalu dikocok 

hingga bercampur rata. Absorbansi larutan diukur dengan spektronik 20 D+ pada

λmax. Untuk mengetahui kadar glukosa hasil hidrolisis pati oleh enzim dihitung

dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan standar glukosa pada berbagai

konsentrasi 0,002; 0,004; 0,006; 0,008; 0,010 mg/mL. Perhitungan aktivitas enzim

dilakukan dengan mensubtitusikan absorbansi larutan yang diperoleh pada

 pengujian aktivitas enzim ke dalam persamaan regresi kurva kalibrasi larutan

standar glukosa.

Aktivitas enzim amilase = C x 1/T x 1 unit/1µmol

dimana:

C = Konsentrasi glukosa per mL ekstrak enzim (µmol/mL)

T = Waktu inkubasi (menit)

1 unit enzim amilase = besarnya aktivitas enzim yang dibutuhkan untuk 

membebaskan 1 µmol glukosa per menit per mL enzim.

Page 22: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 22/28

22 

3.4.4 Penentuan kadar protein enzim amilase dari akar rimpang alang-alang

Penentuan kadar protein ditentukan berdasarkan metode Lowry dalam

Sudarmaji dkk, (1984). Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 mL larutan ekstrak 

enzim, ditambahkan 5 mL pereaksi Lowry B dan dihomogenkan, kemudian

dibiarkan selama 10 menit selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi Lowry A dan

dikocok sampai bercampur dengan baik, lalu dibiarkan selama 30 menit agar 

reaksi berjalan sempurna, kemudian ditambahkan 3 mL akuades. Absorbansi

diukur pada λmax. Jumlah protein dalam enzim ditentukan dengan cara

mensubtitusi absorban larutan contoh ke dalam persamaan regresi dari kurva

standar protein.

Lowry A : Folin cioucalteu : H2O = 1: 1

Lowry B : 100 mL Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N ditambahkan dengan 1 mL

CuSO4.5H2O 1% dan 1 mL natrium kalium tartrat 2%

3.4.5 Perhitungan kadar protein enzim

Kadar protein enzim dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi larutan

standar protein dengan berbagai konsentrasi. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan

1 mL larutan standar protein dengan konsentrasi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10

mg/mL (1 gram Bovin Serum Albumin dilarutkan ke dalam akuades tepat 100

mL, kemudian diencerkan hingga konsentrasi diinginkan), lalu ditambahkan 5 mL

 pereaksi Lowry B dan dikocok segera agar bercampur rata, kemudian dibiarkan

selama 10 menit selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi Lowry A dan dikocok 

sampai bercampur dengan baik, lalu dibiarkan selama 30 menit agar reaksi

 berjalan sempurna kemudian ditambahkan 3 mL akuades. Absorbansi diukur pada

 panjang gelombang maksimum. Perhitungan kadar protein enzim dilakukan

Page 23: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 23/28

23 

mensubtitusikan absorbansi larutan yang diperoleh pada penentuan kadar protein

enzim ke dalam persamaan regresi kurva kalibrasi larutan standar protein. Kadar 

 protein enzim yang diperoleh dari kurva tersebut, selanjutnya digunakan untuk 

menentukan aktivitas spesifik enzim dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

 

x unit/mg protein

Keterangan:

As = Aktivitas spesifik dalam mg protein

[P] = Kadar enzim total dalam mg/mL

[Ti] = Waktu inkubasi dinyatakan dalam jam

3.4.6 Fraksinasi dengan amonium sulfat

Ekstrak enzim kasar hasil isolasi dari akar alang-alang difraksinasi dengan

amonium sulfat pada beberapa tingkat kejenuhan (0% - 80%) yaitu : 0-20%, 20-

40%, 40-60%, 60-80%, berdasarkan metode  Bollag and Edelstein (1991) dalam

 Natsir, 2010, dengan menggunakan tabel pada lampiran 2.Dalam perlakuan ini

ekstrak enzim kasar ditambahkan amonium sulfat pada beberapa tingkat

kejenuhan sambil diaduk dengan magnetic stirer  sampai larut sempurna dan

dibiarkan semalam pada suhu dingin. Filtrat enzim dipisahkan dengan sentrifugasi

10.000 rpm, 20 menit suhu 4 oC, endapan yang diperoleh setiap fraksi dilarutkan

dalam buffer fosfat 0,1 M pH 6,0 kemudian diuji aktivitasnya seperti pada uji

aktivitas enzim kasar.

3.4.7 Dialisis dalam membran selofan

Dialisis dilakukan menggunakan membran selofan (Sigma D 0655)

dengan diameter 21 mm. Sebelum dilakukan dialisis, membran selofan

Page 24: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 24/28

24 

dipreparasi dengan cara sebagai berikut: 10 cm membran selofan direbus dalam

larutan 2,0% b/v Na-bikarbonat dan EDTA 1.0 mM selama 10 menit. Larutan

diganti dengan akuades dan kembali direbus selama 10 menit (diulang 2-3 kali).

Menurut Plummer (1979), membran disimpan dalam akuades atau larutan buffer 

yang akan digunakan pada suhu 4 oC. Sebelum digunakan bagian dalam dan luar 

dicuci kembali dengan akuades atau buffernya. Hasil fraksinasi dengan aktivitas

tertinggi selanjutnya dilarutkan ke dalam larutan buffer fosfat 0,2 M pH 6,0

(secukupnya). Larutan dimasukkan ke dalam kantong selofan kemudian

didialisis dengan buffer fosfat, konsentrasi 0,05 M, diaduk dengan pengaduk 

magnetik stirer pada suhu 5 oC. Setiap 3 jam buffernya diganti dan setelah dialisis

dilakukan pengujian aktivitas amilase dan penentuan kadar protein.

3.4.8 Karakterisasi enzim amilase hasil dialisis

Enzim amilase hasil dialisis dikarakterisasi pada kondisi: suhu dan pH

optimum, dan konsentrasi substrat optimum enzim amilase. Cara pengujian

aktivitas enzim amilase yakni mencampurkan enzim, substrat, dan buffer 

kemudian diinkubasi pada beberapa variasi perlakuan seperti diuraikan dalam

tahapan kerja karakterisasi berikut:

3.4.8.1 Konsentrasi substrat

Penentuan konsentrasi substrat dari enzim amilase dilakukan sesuai

dengan prosedur aktivitas enzim amilase pada suhu inkubasi optimum 35 oC

danpH optimum 6,1(Rinawati dkk.,2003), dengan menvariasikan konsentrasi

substrat berturut-turut yaitu: 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5 dan 4,0 mg/mL.

Page 25: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 25/28

25 

3.4.8.2 Suhu optimum

Penentuan suhu optimum kerja enzim amilase dilakukan sesuai dengan

 prosedur penentuan aktivitas enzim amilase, dengan menvariasikan suhu yaitu:

25, 30, 35, 40, dan 45 oC. Dengan menggunakan konsentrasi substrat optimum

dan pH optimum 6,1.

3.4.8.3 pH optimum

Penentuan pH optimum kerja enzim amilase dilakukan sesuai dengan

 prosedur penentuan aktivitas enzim amilase, dengan menvariasikan pH

menggunakan buffer fosfat 0,2 M yaitu: pH 5,2; 5,4; 5,6; 5,8; 6,0; 6,2; 6,4; 6,6;

6,8 dan7,0. Denganmenggunakan suhu optimum yang didapatkan pada penentuan

suhu optimum dan konsentrasi substrat optimum yang didapatkan pada penentuan

substrat optimum.

Setelah didapatkan data-data tersebut, mulai dari penentuan konsentrasi

substrat, pH, dan suhu optimum enzim maka dilakukan pengujian aktivitas

menggunakan kondisi tersebut.

Page 26: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 26/28

26 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012a, Alang-Alang, (Online), (http://flora-faunaindonesia.blogspot.comdiakses 16 januari 2013).

Anonim, 2012b, Klasifikasi ilmiah tumbuhan alang-alang, (Online), (http://www. plantamor.com/index.php?plant=705, diakses 16 januari 2013).

Anonim, 2009, Karbohidrat, (Online), (http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606811/polisakarida.html, diakses 16 januari2013).Sianturi, D.C., 2008,  Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase

Termofilik Kasar dari Sumber Air Panas Penen Sibirubiru Sumatera

Utara, Tesis diterbitkan, Sekolah Pascasarjana Universitas SumateraUtara, Medan.

Aiyer, P.V., 2005, Amylases and their applications,  African Journal of 

 Biotechnology,4 (13) 1525-1529.

Bahri, S., Mirzan, M. dan Hasan, M., 2012, Karakterisasi Enzim Amilase DariKecambah Biji Jagung Ketan ( Zea mays ceratina L.),  Jurnal Natural 

Science, 1 (1) 132-143.

Budiyati, R., Santana, P., Afiandi, N. dan Mariska, S., 2009, Pengukuran DayaCerna Pati secara In Vitro, Pengukuran Kadar Serat Pangan MetodeEnzimatik-Gravimetrik, dan Pengukuran Kadar Pati Resisten, (Online),(https://docs.google.com/Lap.Prakt.4,5,6.DayaPati,SeratPangan,PatiResisten.docx+Pati+merupakan+zat+makanan+yang+sangat+penting+bagi+tubuh.+Budiyati+2009, diakses 16 januari 2013).

Dali, S., Patong, A.R., Jalaluddin, M.N. dan Pirman, A.P., 2012, Optimasi

 Produksi Enzim Lipase dari Isolat Aspergillus Oryzae pada Kopra

 Berjamur , Disertasi diterbitkan, Jurusan Kimia FMIPA UniversitasHasanuddin, Makassar.

Dalimarta, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat IndonesiaJilid 4, Puspaswara, Jakarta.

Englard, S. and Seiffer, S. 1990.  Precipitation TechniquesIn Guide to Protein

 Purification. (Deutscher., M.P. eds), Academic Press, Inc., San Diego.

Gana, J.A., Kalengamaliro, N.E., Cunningham, S.M. dan Volenec, J.J.,1998,Expression of β-Amylase from Alfalfa Taproots ,Plant 

 Physiology,118(4) 1495-1506. 

Hanafiah, K.A., Napoleon, A. dan Ghofar, N., 2005,  Biologi Tanah, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Page 27: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 27/28

27 

Heryanto, T.E., 2012,  Penentuan Aktivitas Amilase Kasar Termofil Bacillus

 subtilis Isolat Gunung Darajat Garut , Skripsi diterbitkan, UniversitasPendidikan Indonesia, Jawa Barat.

Irwanto, 2006,  Penggunaan Tanaman Actinorhizal Casuarina Equisetifolia L Pada Rehabilitasi Lahan Alang-Alang dengan Sistem Agroforestri, (Online), (http:// naturehealthy.webs.com/actinorhizal_casuarina.pdf,diakses 16 januari 2013).

 Nana, A., Afwandi, D. dan Juliana, S., 2011, Pelatihan Pemanfaatan Akar Alang -

 Alang menjadi Produk Olahan Sirup dan Bahan Campuran Pembuatan

 Kertas Daur Ulang di Desa Bandar Khalifah, PKM diterbitkan,JurusanBiologi Universitas Negeri Medan, Medan.

 Natsir, H., 2010,  Kajian Enzim Kitinase Termostabil dari Bakteri Termofil:

 Pemurnian,Karakterisasi dan Aplikasi dalam Hidrolisi Kitin, Disertasitidak diterbitkan, Program Pascasarjana FMIPA Universitas Hasanuddin,Makassar. 

Oktiarni, D., 2008 , Isolasi, Pemurnian dan Karak terisasi β -amilase Ubi Jalar 

(Ipomoea batatas (L.) LAM), (Online), (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php? Mod=browse&op =read&id=jbptitbpp-gdl-dwitaoktia-29965, diakses 16

 januari 2013).

Plummer, D.T., 1979, An Introduction to Practical Biochemistry, Second Edition,Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.

Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.

Pudjiharta, A., Widyati, E., Adalina, Y. danSyafruddin H.K., 2008, Kajian Teknik Rehabilitasi Lahan Alang-Alang ( Imperata cylindrica L. Beauv),(Online), (http:// www.forda-mof.org/index.php/content/download/info/957, diakses 16 januari 2013).

Purwandani, L.F., 2012,  Isolasi dan Uji Aktivitas Enzim Amilase dari Isolat 

 Bakteri Termofilik Amilolitik Pasca Erupsi Merapi pada berbagai Variasi

Suhu dan pH , Skripsi diterbitkan, Jurusan Pendidikan Biologi FMIPAUniversitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Rachmawaty, W.S., 2007,  Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma terhadap

 Perkecambahan Biji Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Wilis,Skripsi diterbitkan, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas islam negeri, Malang.

Reddy, N.S., Nimmagadda, A. and Rao, K.R.R.S., 2003, An Overview of TheMicrobial α-amylase Family,  African Journal of Biotechnology, 2 (12)645-648.

Page 28: BAB 123 Akar Alang-Alang

7/22/2019 BAB 123 Akar Alang-Alang

http://slidepdf.com/reader/full/bab-123-akar-alang-alang 28/28

Rinawati, M., Pipit, Wuryanti, Rahmanto, Wasino, 2009,  Isolasi, Karakterisasi

dan Amobilisasi Enzim Amilase dari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza

 Roxb.), (Online), (http://eprints.undip.ac.id/2923/, diakses 16 januari2013).

Risnoyatiningsih, S., 2011, Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning menjadi Glukosasecara Enzimatis, Jurnal Teknik Kimia,5 (2) 417-424.

Sari, D.K., 2012,  Lipase Isolat Lokal pada Sintesis Biodiesel , (Online),(http://eprints.unsri.ac.id/195/3/makalah_DiahkartikaUnsri.pdf, diakses 16

 januari 2013).

Sianturi, D.C., Isolasi Bakteri danUji Aktivitas Amilase Termofil Kasar dari

Sumber Air Panas Penen Sibirubiru Sumatera Utara, Tesis diterbitkan,Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sivaramakrishnan, S., Gangadharan, D., Nampoothiri, K.M., Soccol, C.R., andPandey, A., 2006, α-Amylases from Microbial Sources,  Food Technol.

 Biotechnol, 44(2) 173 – 184.

Suarni dan Patong, R., 2007, Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim α-Amilase, Indo. J. Chem., 2007, 7 (3), 332-336.

Sudarmadji, S., Bambang, H. dan Suhardji, 1984,  Prosedur Analisa untuk Bahan

 Makanan dan Pertanian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Suhartono, M.T. 1989.  Enzim dan Bioteknologi. Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Sutiamiharja, N., 2008,  Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase Kasar dari

Sumber Air Panas Gurukinayan Karo Sumatera Utara, Tesis diterbitkan,

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.