Bab-1 RTH Dmasraya

16
Perencanaan Master Plan RTH Kabupaten Dharmasraya 1.1. LATAR BELAKANG R uang Terbuka Hijau atau RTH merupakan Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota/kabupaten, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota/kabupaten dan jalur kota/kabupaten,sedangkan ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan, hutan, rekreasi, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan. Rua Terbuka Hijau memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kuali lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perkotaan terutama untuk rekreasi.Dan pengertian ruang publik publicspaces ! adalah suatu ruang dimana seluruh masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. "iri-#iri utama dari public spaces adalah$ terbuka mudah di#apai oleh masyarakat untuk melakukan kegia kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau, bentuknya dapat berupa malls,pla%a dan taman bermain. &adi RTH lebih menonjolkan unsur hija 'egetasi! dalam setiap bentuknya sedangkan public spaces dan ruang terbuka hanya berupa lahan terbuka belum dibangun yang tanpa tanaman. (ubli# spa#es adalah ruang yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sedangkan RTH dan ruang terbuka tidak selaludapat digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Ruang terbuka hijau membutuhkan peren#anaan yang lebih baik lagi untuk menjaga keseimbangan kualitas lingkungan perkotaan. Bab I - 1

description

bab 1 laporan akhir RTH Kab Damasraya

Transcript of Bab-1 RTH Dmasraya

Bab I

1.1. LATAR BELAKANG

Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan Ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar maupun didalam kota/kabupaten, dalam bentuk taman, halaman, areal rekreasi kota/kabupaten dan jalur kota/kabupaten,sedangkan ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan, hutan, rekreasi, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan. Ruang Terbuka Hijau memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, dan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam menunjang kegiatan perkotaan terutama untuk rekreasi.Dan pengertian ruang publik (public spaces) adalah suatu ruang dimana seluruh masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. Ciri-ciri utama dari public spaces adalah: terbuka mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak selalu harus ada unsur hijau, bentuknya dapat berupa malls,plaza dan taman bermain. Jadi RTH lebih menonjolkan unsur hijau (vegetasi) dalam setiap bentuknya sedangkan public spaces dan ruang terbuka hanya berupa lahan terbuka belum dibangun yang tanpa tanaman. Public spaces adalah ruang yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sedangkan RTH dan ruang terbuka tidak selalu dapat digunakan dan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Ruang terbuka hijau membutuhkan perencanaan yang lebih baik lagi untuk menjaga keseimbangan kualitas lingkungan perkotaan. Mempertahankan lingkungan perkotaan agar tetap berkualitas merupakan penjabaran dari GBHN 1993 dengan asas trilogi pembangunannya yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, dan stabilitas nasional melalui pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan memperhatikan faktor kelestarian dan estetika lingkungan hidup. Pada dasarnya RTH mempunyai fungsi dasar yaitu:1. Berfungsi secara fisik sebagai paru-paru kota, melindungi sistem air, peredam bunyi, pemenuhan kebutuhan visual, menahan perkembangan lahan terbangun/sebagai penyangga, melindungi warga kota dari polusi udara.2. Berfungsi sebagai estetika yaitu pengikat antar elemen gedung dalam kota, pemberi ciri dalam membentuk wajah kota/kabupaten dan unsur dalam penataan arsitektur perkotaan.

3. Berfungsi secara sosial yaitu fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi, pendidikan dan olahraga.

Adapun faktor penyebab perubahan RTH yaitu:

1. Terbatasnya lahan yang hendak dibangun pada daerah RTH yang mengalami perubahan.

2. Kebutuhan akan pemenuhan fasilitas yang ingin dibangun untuk melayani penduduk.

3. Kurangnya pengawasan dari pemerintah terhadap perubahan RTHTingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan akan RTH.

Masyarakat tingkat pendapatan rendah membutuhkan RTH sebagai sarana membina hubungan sosial antar keluarga karena keterbatasan luas rumah yang sempit, kebutuhan RTH bukan merupakan kebutuhan langsung yang dapat dirasakan sehingga menimbulkan ketidak pedulian terhadap ada atau tidak adanya penyediaan RTH. Masyarakat tingkat pendapatan sedang membutuhkan RTH untuk kenyamanan terhadap lingkungannya, sehingga kebutuhan RTH sudah menjadi kebutuhan yang dipentingkan. Masyarakat tingkat pendapatan tinggi membutuhkan RTH karena sebagai kepentingan aspek visual dan estetika, sehingga kebutuhan akan RTH sudah menjadi kebutuhan utama untuk kegunaan spiritual, keindahan dan kenyamanan.

Disamping itu dalam upaya mewujudkan ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, maka pemerintah telah membuat aturan untuk penyediaan ruang terbuka khususnya Ruang Terbuka Hijau yang dijabarkan didalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mempersyaratkan penyediaan RTH, seperti yang tercantum pada :

Pasal 28; Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota dengan menambahkan :

a. Rencana penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau;

b. Rencana penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau,

Pasal 29 ;

(1) RTH terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat

(2) Proporsi RTH pada wilayah kota minimal 30% dari luas wilayah kota/kabupaten(3) Proporsi RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota/kabupaten Pasal 30; Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.

Pasal 31; Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dan non hijau diatur dengan peraturan menteri.

Pasal 42 ayat (2); Dalam perencanaan tata ruang kawasan perkotaan berlaku ketentuan pasal 29 dan pasal 30

Ketentuan lebih lanjut tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, khususnya dikawasan perkotaan, telah diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan PerkotaanSecara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Non-Hijau, Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna mendukung fungsi ekologis, sosial budaya dan arsitektural yang dapat memberi manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakatnya, seperti

1. Fungsi ekologis, RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi populasi udara dan pengaturan iklim mikro.

2. Fungsi sosial budaya, keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai landmark kota.

3. Fungsi arsitektural, RTH dapat menilai keindahan dan kenyamanan kota/kabupaten melalui keberadaan taman taman kota dan jalur hijau jalan kota/kabupaten.

4. Fungsi ekonomi, RTH sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan yang dapat mendatangkan wisatawan.

Menanggapi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya suatu perencanaan, penyediaan dan pengelolaan RTH di kawasan perkotaan yang diharapkan nantinya dapat mewujudkan ruang kota/kabupaten yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Guna mewujudkan maksud tersebut diatas, maka diperlukan suatu perencanaan ruang terbuka hijau pada Kawasan kabupaten Dharmasraya yang saat ini semakin cenderung mengalami permasalahan yang tinggi yang dipicu dengan tingkat pertumbuhan penduduk sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kabupaten semakin berat, jumlah penduduk kabupaten yang tinggi dan terus meningkat dari waktu kewaktu tersebut akan merupakan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kabupaten sehingga pitu ruang kawasan kabupaten perlu dapat perhatian khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang terbuka publik di kawasan kabupaten yang dinamakan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Dikarenakan Kualitas ruang terbuka publik terutama Ruang Terbuka Hijau (RTH) belum terbentuk sehigga sampai saat ini akan dibentuk ruang terbuka publik, baik berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau mengakibatkan terjadinya banjir di kawasan kabupaten, tingginya populasi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas ,tawuran antar warga) serta menurunnya produktivitas masyarakat akibat strees karena terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial .Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) suatu wilayah kabupaten terdiri dari Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Non Hijau Ruang terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah kawasan kabupaten/kota yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemic maupun introdusi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekologis, sosial budaya dan arsitektural yang dapat menberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakat .

Sementara itu Ruang Terbuka Non-Hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras ( paved ) maupun Ruang Terbuka Biru ( RTB ) yang berupa permukaan sungai , danau, maupun areal-areal yang di peruntukan sebagai kolam-kolam retensi.

Dalam upaya mewujudkan ruang kawasan kabupaten yang nyaman ,produktif dan berkelanjutan, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup terhadap keberadaan ruang terbuka publik, khususnya RTH di kawasan kabupaten.

1.2 MAKSUD KEGIATAN

Kegiatan penyusunan Perencanaan Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Dharmasraya dimaksudkan sebagai panduan praktis dalam mewujudkan ruang Kabupaten yang nyaman dan berkelanjutan yang selaras dengan visi dan misi penataan ruang.

1.3 TUJUAN KEGIATAN

Tujuan dari kegiatan ini untuk menyusun dimana letak RTH dan penyusunan pedoman bagi pembangunan Ruang Terbuka Hijau di kawasan kabupaten, melalui proses kajian pustaka dipadukan dengan pengalaman emperis dilapangan, sehingga penyusunan dan pedoman yang dihasilkan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bersama bagi pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan RTH dikawasan Kabupaten yang terdiri dari :

a. Tersusunnya profil potensi Ruang Terbuka Hijau

b. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air.

c. Menciptakan aspek planologis melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

d. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.

e. Terwujudnya ruang-ruang yang lebih berkualitas, indah, nyaman, sehat dan berkelanjutan.

1.4 S A S A R A N

Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui pelaksanan pekerjaan ini adalah :

Terselenggaranya kajian pustaka mengenai tipe-tipe RTH, pembangunan dan cara pengelolaannya diberbagai kabupaten dan kabupaten lainnya

Terindentifikasinya kondisi eksisting RTH di Kabupaten Dharmasraya dan di kabupaten lainnya.

Terselenggaranya proses sintesa antara teori dan fakta lapangan, sebagai RTH dikawasan Kabupaten Dharmasraya .

Terselesaikannya/finalisasi buku mengenai RTH yang bersifat semipopuler.

Tersusunnya pedoman pembangunan dan pemeliharaan RTH di kawasan Kabupaten Dharmasraya.

1.5 MANFAAT

Pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan akan menghasikan buku dan pedoman yang dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

Sebagai referensi untuk memudahkan pemangku kepentingan RTH baik pemerintah kabupaten, perencanaan maupun pihak-pihak terkait, dalam merencanakan dan membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH ) .

Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan RTH baik pemerintah kabupaten, perencanaan maupun pihak-pihak terkait, dalam tatacara pembangunan dan tatacara pemeliharaan RTH.

Memberikan bahan untuk kampanye publik mengenai arti pentingnya RTH bagi kehidupan masyarakat .

Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan

pihak-pihak terkait untuk penyadaran perlunya RTH sebagai pembentuk ruang yang nyaman untuk beraktivitas dan bertempat tinggal .

1.6 LINGKUP WILAYAH STUDY

Untuk menyelesaikan perkerjaan ini, diperlukan serangkaian kegiatan

dengan lingkup sebagai berikut :

Tahap persiapan, meliputi : pembentukan tim, kajian terhadap KAK dan menyiapkan konsep serta rencana kerja.

Melakukan kajian pustaka mengenai RTH baik yang diluar maupun

didalam negeri. Kajian ini mencakup : tipe / jenis RTH, fungsi RTH, nilai perbandingan luasan RTH terhadap luas kota atau jumlah

penduduk ,kajian lansekap (estetika), dan lain-lain.

- Melakukan observasi lapangan dibeberapa kota yang mewakili kondisi RTH : Bukit Tinggi, Padang dan lain-lain.

- Melakukan sintesa antara hasil kajian teoritik dengan hasil observasi dilapangan .

- Merumuskan pedoman pembangunan RTH di kawasan kabupaten/kota

dan menyiapkan materi kampanye publik mengenai RTH.

- Finalisasi dokumen perencanaan RTH

- Melakukan konsultasi / pembahasan mengenai hasil pekerjaannya.

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan perencanaan adalah di wilayah Kabupaten Dharmasraya. Gambar 1.1 : Peta Orientasi Wilayah Perencanaan

1.7 Ruang lingkup kegiatan1.7.1 Lingkup Kegiatan

Lingkup Kegiatan adalah :

Bidang Pertamanan dan Kebersihan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dharmasraya, Tahun Anggaran 20121.7.2 Lingkup Pekerjaan

Lingkup Pekerjaan adalah :

MASTER PLAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KABUPATEN DHARMASRAYA

Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan adalah membantu Bidang Pertamanan dan Kebersihan dalam merumuskan Usulan Kebijakan dan Kegiatan Penataan Ruang Terbuka Hijau yang terdapat pada Kabupaten/Kota yang termasuk dalam lingkup kegiatan ini.

Secara lebih detail, ruang lingkup Perkerjaan Ruang Terbuka Hijau adalah sebagai berikut :

1). Melakukan review dokumen-dokumen pengaturan tata ruang terkait (RTRW, RDTR, RTBL, dll)

2). Menyiapkan format-format pendataan secara lengkap dan dapat mengakomodir permasalahan lapangan

3). Melakukan kajian dan evaluasi terhadap literatur tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH).

4). Melakukan kajian dan evaluasi terhadap perencanaan RTH.

5). Melakukan kajian dan evaluasi terhadap penyediaan RTH yang ada saat ini (existing), termasuk pengelolaannya saat ini.

6). Melakukan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun sekunder sebagai bahan analisis.

7). Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif maupun aspek kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai dasar Master Plan Ruang Terbuka Hijau.1.7.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang Lingkup Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana adalah seperti tahap-tahap sebagai berikut :

a. Persiapan perencanaan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan

b. Survey dan observasi lapangan

c. Pengumpulan data lapangan, peta dan informasi terkait

d. Evaluasi dan analisis terhadap data-data hasil survey dan observasi.

e. Penyusunan data potensi dan kebutuhan RTH

f. Penyusunan Peta Rencana Sebaran RTH

g. Evaluasi terhadap pelaksanaan/pengelolaan RTH yang ada.

h. Perumusan potensi dan permasalahan serta pemecahan masalah.

i. Menyusun Rekomendasi pengelolaan dan pembangunan RTH Kab./Kota

j. Melakukan penyuluhan/sosialisasi workshop atas hasil evaluasi, analisis serta rekomendasi pengelolaan RTH Kab./Kota.

1.8 DASAR HUKUM RUANG TERBUKA HIJAUDasar Hukum (Peraturan Perundang-undangan) terkait dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah sebagai berikut :

1.8.1 UNDANG-UNDANG DASAR (UUD)

UUD 1945, terutama Bab VI Pemerintahan Daerah Pasal 18A tentang wewenang dan pemanfaatan SDA, Bab XA HAM Pasal 28A, 28B (2), 28C (1), 28H (1), tentang hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, Bab XIV Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 (3) tentang pengelolaan bumi dan air dan kekayaan alam dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat.

1.8.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU-RI)

1) Undang-Undang RI No. 168 Staatsblad 1948 tentang Pembentukan Kota (UU Zaman Kolonial Belanda)

2) Undang-Undang RI No. 4/1982 yang disempurnakan dalam UU No. 23/1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3) Undang-Undang RI No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

4) Undang-Undang RI No. 4/1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

5) Undang-Undang RI No. 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.

6) Undang-Undang RI No. 24/1992 tentang Penataan Ruang.

7) Undang-Undang RI No.5/1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati.

8) Undang-Undang RI No. 6/1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim.

9) Undang-Undang RI No. 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

10) Undang-Undang RI No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi.

11) Undang-Undang RI No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.

12) Undang-Undang RI No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.

13) Undang-Undang RI No. 63/2002 tentang Hutan Kota.

14) Undang-Undang RI No. 7/2004, tentang Sumber Daya Air.

15) Undang-Undang RI No. 26/2007, tentang Penataan Ruang.

1.8.3 PERATURAN PEMERINTAH (PP)

1) PP No.18/1953 tentang Pelaksanaan Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Pusat mengenai Pekerjaan Umum kepada Provinsi-provinsi serta Penegasan Tugas Mengenai Pekerjaan Umum dari Daerah Otonom Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil di Jawa.

2) PP No. 69/1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.

3) PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

4) PP No.4/2000 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan.

5) PP No. 28/2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.

6) PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

7) PP No. 36/2005, tentang Hutan Kota.

8) PP No. 34/2005, tentang Jalan.

1.8.4 KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES)

1) Keppres RI No. 23/1979 tentang Peningkatan Peran Serta Generasi Muda dalam Pelestarian Sumber Daya Alam.

2) Keppres No. 1/1987 tentang Pengesahan Amandemen 1979 atas Konvensi Perdagangan Internasional Flora Fauna Langka (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna, 1973).

3) Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

4) Keppres No 23/1992 tentang Pengesahan Konvensi Viena dan Protokol Motreal tentang Lapisan Ozon (Vienna Convention for the Ozone Layer, dan Montreal Protocol on Substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted and Amanded by The Second Meeting of Parties London, 27-29 June 1990).

1.8.5 KEPUTUSAN MENTERI (KEPMEN)

1) SKB Menhut dan Mendikbud No.967A/Menhut-V/90 dan No. 0387/U/1990 tentang Peningkatan Peran Serta Pelajar, Mahasiswa dan Generasi Muda dalam Melestarikan Hutan, Tanah dan Air serta Lingkungan Hidup melalui Pendidikan Nasional.

2) Kepmen PU No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota.

3) Kepmen PU No. 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, khususnya pada lampiran 22 mengenai Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Dengan Permen PU No. 41/PRT/89 maka Standar Konstruksi ini telah disahkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) 1733-1989-F (Kebijaksanaan Teknis Menyangkut Ruang Terbuka Hijau, seperti Standar Perencanaan Sarana Olahraga dan Daerah Terbuka).

4) Kepmendagri No. 39/1992 tentang Organisasi Dinas Daerah.

5) Kepmendagri No. 80/1994 tentang Pedoman Organisasi dan tata Kerja Dinas Lingkup Pekerjaan Umum Daerah.

1.8.6 PERATURAN MENTERI (PERMEN)

1) Permendagri No. 2/1987 tentang Rencana Tata Ruang Kota.

2) Permendagri No. 4/1996 tentang Pedoman Perubahan Pemanfaatan Lahan Perkotaan.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan.1.8.7 INSTRUKSI MENTERI (INMEN)

1) Inmendagri No. 14/1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

2) Inmen PU No. 31/IN/N/1991 tentang Penghijauan dan Penanaman Pohon di Sepanjang Jalan di Seluruh Indonesia.

1.9 SISTIMATIKA PEMBAHASAN

Sistimatika Pembahasan dalam Laporan Pendahuluan yang kami sajikan ini disusun dengan urutan sebagai berikut :

BAB 1PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tujuan dan dasar Penyusunan Master Plan RTH ini yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan serta sasaran dari kegiatan Penyusunan Master Plan RTH ini, ruang lingkup kegiatan dan pekerjaan, dasar hukum terkait dengan RTH serta sistematika dari penulisan laporan yang disusun.BAB 2GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum wilayah perencanaan yang meliputi Kabupaten Dharmasraya, yang berisikan Administrasi wilayah, Topografi, Jumlah Penduduk, Karakteristik ruang terbuka hijau dan aspek-aspek lainnya yang mendukung dalam kegiatan ini serta kondisi eksisting RTH yang adaBAB 3LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau diwilayah perkotaan dalam penataan ruang terbuka hijau.

BAB 4TAHAPAN DAN METODE PENDEKATANBerisikan kerangka pemikiran, tahapan pekerjaan dari tahap persiapan, survey lapangan, sistematika atau kompilasi data, analisa dan penyusunan rencana serta materi dalam metodologi pendekatan Penyusunan Master Plan RTH.

BAB 5JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Menjelaskan tentang jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disusun berdasarkan metodologi dan rencana kerja yang diajukan, dilengkapi dengan jangka waktu dari masing-masing kegiatan.

BAB 6PENUGASAN TENAGA AHLI DAN URAIAN TUGAS

Menjelaskan tentang kualifikasi Tenaga Ahli yang akan dilibatkan dalam pekerjaan ini beserta uraian tugas dari masing-masing Tenaga Ahli dan Asisten Tenaga AhliBAB 7JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI

Menjelaskan jadwal penugasan Tenaga Ahli dan Staf Pendukung sesuai dengan jangka waktu penugasan (Man Month) yang ditetapkan dalam KAK

BAB 8SISTIM PELAPORAN

Menjelaskan rencana kerja yang akan dilakukan dalam penyusunan Penyusunan Master Plan RTH ini serta menjelaskan hubungan bentuk-bentuk laporan yang akan disampaikan kepada Pengguna Jasa selama berlangsungnya pekerjaan dan keluaran yang dihasilkan dalam pekerjaan ini.

KABUPATEN

DHARMASRAYA

1 Bab I - 15