06 Lap Akhir - Bab 1 RTH Cilegon
-
Upload
astri-yulia-djaps -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
Transcript of 06 Lap Akhir - Bab 1 RTH Cilegon
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Laporan Akhir
BAB I
I.1. Latar Belakang
Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas. permintaan akan pemanfaatan lahan
kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai
fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain
sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-
lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya.
Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan
alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari
peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar
dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk
mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu
teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relative lebih murah, aman, sehat,
dan menyamankan.
Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga
efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya.
Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai
berbagai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan,
sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam
menata ruang kota.
Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan
permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan
I - 1
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan,
kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.
Ruang Terbuka Hijau perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai
fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan
arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya
dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan
perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk
mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka
luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi
pertimbangan dalam membangun dan pengembangannya. Karakter ekologis, kondisi
dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan
kota merupakan faktor (determinan) utama dalam menentukan besaran RTH
fungsional ini.
Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan
kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan
secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan
fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai
dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan
rancangannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Cilegon ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-
impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; berfungsi atau berpotensi
sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi; dan/atau berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala
nasional atau melayani beberapa provinsi.
Penetapan Kota Cilegon sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) membawa implikasi
terhadap meningkatnya investasi pada sektor industri, perdagangan dan jasa, serta
perumahan. Dengan hadirnya investasi ini akan memacu pertumbuhan ekonomi di
Kota Cilegon yang membawa dampak meningkatnya permintaan akan lahan. Namun,
hingga saat ini pemanfaatan ruang baik untuk sektor perdagangan dan jasa, industri
dan perumahan di Kota Cilegon masih belum sesuai dengan harapan yakni
terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Laporan Akhir I - 2
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Pemanfaatan ruang yang tidak terkendali memberikan kontribusi negatif terhadap
kualitas lingkungan hidup sebagaimana terjadi pada Ruang Terbuka Hijau/RTH (Green
openspace) di Kota Cilegon. Kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik terutama
Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang berdampak pada
berbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan
pencemaran udara, berkembangnya kawasan kumuh dan menurunnya produktivitas
masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial. Ruang
Terbuka Hijau/RTH sangat dibutuhkan bukan hanya sebagai wadah interaksi sosial
atau komunikasi publik, namun juga dapat menjadi sarana edukasi, bermain dan
wisata, tempat berolahraga, elemen estetika kota dan unsur penunjang kesehatan
masyarakat.
Kebijakan Penataan Ruang Kota Cilegon menuntut adanya upaya pengembangan
RTH publik dan privat sebagai bagian dari pengembangan fasilitas umum dan sebagai
kawasan mitigasi bencana, jalur hijau dan sempadan, serta sebagai pembatas antara
kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan
permukiman. Selain itu Pemerintah Kota dan pemilik lahan dan/atau investor
diharuskan melakukan intensifikasi dan ektensifikasi RTH. Intensifikasi RTH dilakukan
dengan melakukan pemilihan jenis tanaman, letak tanaman, ruang antar permukiman,
dan lain-lain. Selain itu dilakukan juga diantaranya melalui penataan ulang taman
dan/atau jalur hijau. Sedangkan ekstensifikasi RTH dilakukan dengan cara menambah
luas lahan RTH dari yang sudah ada.
Berdasarkan perhitungan planimetris peta Kota Cilegon, alokasi ruang untuk RTH dan
Kawasan Lindung diperoleh luas 5.727,30 Ha atau sekitar 32.64% dari luas wilayah
Kota Cilegon. Mengingat luas kota adalah statis dan terbatas, sedangkan perubahan
guna lahan dari kawasan lindung dan RTH menjadi kawasan/lahan budidaya sangat
dinamis, maka diperlukan perangkat berupa rencana induk dalam menjaga konsistensi
alokasi ruang bagi RTH dan kawasan lindung di Kota Cilegon dengan didukung peran
aktif pihak investor/swasta untuk menjaga RTH yang sudah ada bahkan meningkatkan
luas lahan RTH yang sudah ada.
Sementara itu, ada sebagian pendapat bahwa RTH merupakan lahan cadangan untuk
memenuhi tuntutan pertumbuhan kota yang mendesak. Kebutuhan lahan untuk
pembangunan ruang terbuka hijau ini akan mengalami kendala sejalan dengan
Laporan Akhir I - 3
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
perkembangan nilai lahan, baik secara sosial maupun ekonomi. Kendala ini akan
berjalan seiring dengan belum mantapnya ketentuan legalitas yang menyangkut
pengaturan, pengendalian dan pengawasan yang juga menyebabkan beberapa bagian
dari lahan ruang terbuka hijau kota dimanfaatkan dan dipergunakan secara tidak
semestinya. Belum adanya kesamaan pemahaman antara pemerintah kota, dunia
usaha dan masyarakat akan pentingnya RTH menjadi salah satu faktor yang paling
dirasakan ketika berhadapan dengan pilihan untuk menjaga eksistensi RTH ataukah
mengubah RTH tersebut menjadi lahan sebagai aset yang lebih bernilai ekonomi.
Selain itu, keterbatasan lahan untuk peruntukan RTH serta keterbatasan anggaran
pemerintah kota untuk menyediakan RTH menjadi kendala tersendiri yang memicu
belum optimalnya pemanfaatan lahan terbuka menjadi RTH fungsional. Seringkali
keterbatasan anggaran pemerintah kota menjadi alasan untuk tidak memasukkan RTH
sebagai skala prioritas pendanaan. Untuk itu dibutuhkan suatu rencana dan strategi
untuk menyelesaiakan kendala tesebut dengan meningkatkan peran stakeholder/dunia
usaha di Kota Cilegon dalam mendukung segi pendanaan, sehingga tidak terlalu
membebani APBD Kota Cilegon.
Lemahnya peran kelembagaan dalam mengelola RTH di kawasan perkotaan juga
menjadi salah satu unsur penyebab degradasi lingkungan hidup berupa penurunan
kapasitas dan daya dukung alami wilayah yang meliputi: menurunnya ketersediaan
dan kualitas air tanah, meningkatnya suhu kota/kawasan dan meningkatnya polusi
(udara, debu, dan kebisingan). Apabila diperinci lemahnya peran kelembagaan
tersebut adalah belum adanya tata kerja pengelolaan RTH, belum terdapat aturan
hukum dan perundang-undangan yang tepat, belum optimalnya aturan main
pengelolaan RTH, serta belum jelasnya bentuk kelembagaan pengelola RTH.
Keseriusan dalam pengelolaan RTH perlu diakomodir dalam suatu pedoman
pengelolaan RTH dan diperkuat secara perundang-undangan berupa perda serta
tertuang dalam setiap dokumen rencana tata ruang seperti RTRW, RDTR maupun
RTBL di Kota Cilegon.
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di di Kawasan
Perkotaan dan Pasal 28, Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, bahwa perencanaan ruang wilayah kota harus merinci adanya rencana
penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dan rencana penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka non hijau, maka diperlukan suatu Rencana Induk atau
Laporan Akhir I - 4
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Master Plan Ruang Terbuka Hijau yang berisi rujukan untuk penyediaan RTH, kriteria
vegetasi untuk RTH, ketentuan penanaman dan pemeliharaan tanaman, pemanfaatan
RTH, prosedur perencanaan dan pengelolaan serta peran masyarakat dalam
penyediaan dan pemanfaatan RTH.
Beberapa isu terkait dengan permasalahan penyediaan dan pemanfaatan RTH yang
berkembang di Kota Cilegon tersebut diatas, mempertegas perlunya sebuah pedoman
dalam bentuk Master Plan RTH Kota Cilegon guna menjaga ketersediaan dan
kelestarian RTH di kawasan Kota Cilegon..
I.2. Dasar Hukum
Dasar hukum aturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau acuan dalam
penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Cilegon ini adalah sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3828);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723)
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
Laporan Akhir I - 5
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan;
13. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi kewenangan Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Nomor 4);
14. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Nomor 6);
15. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas
Teknis Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Nomor 7);
16. Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi Banten Tahun 2010 2030 (Lembaran Daerah Propinsi
Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Propinsi Banten
Nomor 32);
17. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Cilegon Tahun 2010 2030
I.3. Pengertian Umum
Definisi atau pengertian umum dari beberapa istilah yang akan dipergunakan dalam
kajian Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon ini adalah sebagai berikut :
Laporan Akhir I - 6
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
5. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
6. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
7. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
8. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
9. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
10. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional,
atau beberapa provinsi.
11. Pusat Pelayanan Kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi dengan skala pelayanan seluruh wilayah kota dan/atau regional.
12. Sub Pusat Pelayanan Kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi dengan skala pelayanan pada sub wilayah kota atau setara dengan
satu BWK.
13. Pusat Lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi
dengan skala pelayanan lingkungan dan/atau kelurahan.
14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
15. Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disebut BWK adalah wilayah yang secara
geografis berada dalam satu pelayanan pusat sekunder.
16. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
Laporan Akhir I - 7
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
17. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
18. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
19. Ruang Terbuka Hijau, yang selanjutnya disingkat RTH, adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
20. Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa
badan air.
21. Sarana kota adalah kelengkapan kawasan permukiman perkotaan yang berupa
fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan
pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan
terbuka, serta pemakaman umum.
22. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang
ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.
23. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.
24. Daya dukung lingungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain.
25. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat atau badan hukum.
26. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan prakarsa masyarakat.
I.4. Maksud, Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kajian
I.4.1. Maksud
Maksud dari kegiatan penyusunan Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Cilegon ini adalah menyediakan pedoman atau acuan yang memudahkan pemangku
kepentingan/stakeholder baik Pemerintah Kota Cilegon, masyarakat, pihak swasta
Laporan Akhir I - 8
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam perencanaan, penyediaan, pemanfaatan,
dan pengelolaan RTH sehingga terwujud ruang kota yang nyaman dan berkelanjutan.
I.4.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon adalah
1. untuk mendukung pemangku kepentingan ruang terbuka hijau dalam penyusunan
rencana dan rancangan pembangunan dan pengelolaan ruang terbuka hijau;
2. memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait
tentang pentingnya ruang terbuka hijau sebagai pembentuk ruang yang nyaman
untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.
I.4.3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan kajian ini adalah :
1. Teridentifikasi dan terinventrisasinya kondisi RTH baik publik maupun privat yang
ada di Kota Cilegon.
2. Terwujudnya keserasian ruang Kota Cilegon yang selaras dengan visi dan misi
penataan ruang yaitu tercipta ruang kota yang berkualitas, nyaman dan
berkelanjutan.
3. Terciptanya aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
4. Tersusunnya Masterplan RTH Kota Cilegon sebagai pedoman pembangunan,
pengelolaan dan pemeliharaan RTH Kota Cilegon.
I.4.4. Manfaat
Pelaksanaan kegiatan penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Cilegon ini diharapkan akan menghasilkan buku dan pedoman yang dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai referensi untuk memudahkan pemangku kepentingan RTH
baik Pemerintah Kota Cilegon, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam
merencanakan dan membangun ruang terbuka hijau (RTH).
Laporan Akhir I - 9
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
2. Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan RTH baik Pemerintah
Kota Cilegon, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam tata cara
pembangunan dan tata cara pemeliharaan RTH.
3. Memberikan bahan untuk kampanye publik mengenai arti pentingnya RTH bagi
kehidupan masyarakat perkotaan.
4. Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk penyadaran perlunya RTH sebagai pembentuk ruang yang nyaman
untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.
I.5. Ruang Lingkup Kajian
Pelingkupan kajian bertujuan untuk mengarahkan kajian penyusunan Masterplan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Cilegon agar subtansi (kedalaman materi) dan
wilayah kajian sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, sehingga
akan dihasilkan keluaran yang sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini. Ruang lingkup
dalam kegiatan ini terdiri dari ruang lingkup wilayah, materi, kegiatan dan waktu
perencanaan.
I.5.1. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan dalam kegiatan ini adalah wilayah Kota Cilegon dengan luas
17.550 Ha dan terbagi menjadi 8 Kecamatan serta 43 Kelurahan, dengan letak
geografis pada posisi 5o 52 24 6o 04 07 Lintang Selatan (LS) dan 105o 54 05
106o 05 11 Bujur Timur (BT).
Batas-batas wilayah administrasi Kota Cilegon meliputi :
Sebelah Utara
: Selat Sunda, Kecamatan Pulo Ampel dan Kecamatan
Bojonegara (Kabupaten Serang)
Sebelah Timur : Kecamatan Kramatwatu (Kabupaten Serang) Sebelah Selatan
: Kecamatan Waringinkurung, Kecamatan Mancak dan
Kecamatan Anyar (Kabupaten Serang)
Sebelah Barat : Selat Sunda
Laporan Akhir I - 10
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Untuk lebih jelasnya, orientasi lokasi dan wilayah administrasi Kota Cilegon dapat
dilihat dalam Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
Gambar 1.1 Peta Orientasi Kota Cilegon
Laporan Akhir I - 11
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Gambar 1.2. Peta Wilayah Administrasi Kota Cilegon
MASTTERB
Laporan AERPLAN RUANG UKA HIJAU KOTA
CILEGON
TAHUN 2011
khir G
AMBAR 1.2
WILAYAH ADMINISTRASI KOTA CILEGON
I - 12
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
I.5.2. Ruang Lingkup Materi
Materi atau subtansi yang dibahas dalam kegiatan penyusunan Masterplan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) Kota Cilegon adalah sebagai berikut :
1. Peraturan perundangan terkait dengan penyediaan, pemanfaatan dan pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau. Tinjauan terhadap peraturan perundangan ini berguna untuk
menemukenali atau mengidentifikasi berbagai ketentuan yang mengatur tentang
penyediaan, pengelolaan, pengembangan maupun pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau.
2. Kebijakan pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Kebijakan
pengembangan yang terkait dengan RTH di Kota Cilegon dapat berupa kebijakan
spasial seperti rencana tata ruang dalam berbagai tingkatan (RTRW sampai
Rencana Rinci) maupun rencana sektoral.
3. Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cilegon. Pembahasan
kondisi eksisting RTH meliputi kondisi, jenis, lokasi dan luasan RTH di Kota Cilegon
pada saat kajian ini dilaksanakan.
4. Konsepsi Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Ciegon. Konsepsi
masterplan ini berisi mengenai konsep, strategi serta rencana pengembangan,
pembiayaan dan pengelolaan RTH sesuai dengan jenis, lokasi, dan kepemilikan
RTH di Kota Cilegon.
I.5.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Untuk menyelesaikan pekerjaan Penyusunan Master Plan RTH Kota Cilegon ini,
diperlukan serangkaian kegiatan dengan lingkup sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan, yang meliputi pembentukan tim, kajian/pemahaman terhadap
KAK, menyiapkan konsep dan Rencana Kerja.
2. Melakukan studi literatur/kajian teoritis mengenai RTH, kajian ini meliputi type/jenis
RTH, fungsi dan klasifikasi RTH, nilai perbandingan luas RTH terhadap luas Kota
Cilegon atau jumlah penduduk, kajian lansekap (estetika).
Melakukan identifikasi dan inventarisasi RTH Kota Cilegon berdasarkan kepemilikannya (publik dan privat),
sifat/karakter ekologisnya, bobot kealamiannya (alami dan non alami/budidaya), penggunaan lahan/kawasan fungsional,
Laporan Akhir I - 13
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
3. Melakukan observasi lapangan di beberapa lokasi tertentu di Kota Cilegon
terhadap kriteria-kriteria yang meliputi :
Fungsi dan manfaat RTH, baik RTH publik maupun RTH privat. Elemen pengisi RTH, baik vegetasinya sebagai soft material dan lansekap
buatan sebagai hard material.
Pola dan struktur RTH 4. Melakukan analisis dan sintesa antara studi litertatur/kajian teoritis, identifikasi dan
inventarisasi RTH yang ada di Kota Cilegon dan hasil observasi di lapangan.
5. Merumuskan pedoman pembangunan, pemeliharaan/pengelolaan RTH di Kota
Cilegon berdasarkan teknis perencanaan pengembangan dan pembangunan RTH
yang alamiah dan budidaya (fungsional).
6. Melakukan konsultasi/pembahasan hasil pekerjaan penyusunan Master Plan RTH
Kota Cilegon.
I.6. Kedudukan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Sebelum melakukan perencanaan penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Kota Cilegon, perlu diketahui keterkaitan dokumen yang akan dihasilkan
(Masterplan RTH) dalam kegiatan ini dengan dokumen perencanaan spasial lainnya.
Hal ini bertujuan untuk memadukan berbagai arahan yang ada dalam dokumen
perencanaan spasial tersebut, sebab RTH merupakan salah satu arahan yang telah
ditetapkan dalam dokumen tersebut.
Selain itu, dengan melihat keterkaitan dokumen ini dengan dokumen perencanaan
spasial lainnya (RTRW, RDTR) akan diketahui hirarki atau tingkat kedalaman subtansi
dari masterplan ini. Tingkat kedalaman subtansi akan berpengaruh terhadap output
yang dihasilkan, data yang dibutuhkan, waktu pengerjaan, serta aspek teknis lainnya.
Keterkaitan dokumen masterplan RTH ini dengan RTRW maupun rencana rinci lainnya
dapat dilihat dalam Gambar dibawah ini
Laporan Akhir I - 14
-
Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon
Gambar 1.3 Kedudukan Masterplan RTH terhadap Dokumen Rencana Tata Ruang
Masterplan RTH
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2011
Laporan Akhir I - 15