06 Lap Akhir - Bab 1 RTH Cilegon

15
 Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon  Laporan Akhir  BAB I  I.1. Latar Belakang Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas. permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan- lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan siste m utilitas, s ebagai b agian da ri peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relative lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan. Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai berbagai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan I - 1

Transcript of 06 Lap Akhir - Bab 1 RTH Cilegon

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Laporan Akhir

    BAB I

    I.1. Latar Belakang

    Kota mempunyai luas yang tertentu dan terbatas. permintaan akan pemanfaatan lahan

    kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk untuk pembangunan berbagai

    fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain

    sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-

    lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya.

    Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang

    sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan

    alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari

    peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar

    dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk

    mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu

    teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relative lebih murah, aman, sehat,

    dan menyamankan.

    Tata ruang kota penting dalam usaha untuk efisiensi sumberdaya kota dan juga

    efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya.

    Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai

    berbagai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan,

    sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam

    menata ruang kota.

    Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan

    permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan

    I - 1

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan,

    kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya.

    Ruang Terbuka Hijau perkotaan mempunyai manfaat kehidupan yang tinggi. Berbagai

    fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan

    arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya

    dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan

    perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk

    mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka

    luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi

    pertimbangan dalam membangun dan pengembangannya. Karakter ekologis, kondisi

    dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan

    kota merupakan faktor (determinan) utama dalam menentukan besaran RTH

    fungsional ini.

    Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan

    kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan

    secara proporsional dan berada dalam keseimbangan antara pembangunan dan

    fungsi-fungsi lingkungan. Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai

    dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan

    rancangannya.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Cilegon ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan

    Nasional (PKN) yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-

    impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; berfungsi atau berpotensi

    sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa

    provinsi; dan/atau berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala

    nasional atau melayani beberapa provinsi.

    Penetapan Kota Cilegon sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) membawa implikasi

    terhadap meningkatnya investasi pada sektor industri, perdagangan dan jasa, serta

    perumahan. Dengan hadirnya investasi ini akan memacu pertumbuhan ekonomi di

    Kota Cilegon yang membawa dampak meningkatnya permintaan akan lahan. Namun,

    hingga saat ini pemanfaatan ruang baik untuk sektor perdagangan dan jasa, industri

    dan perumahan di Kota Cilegon masih belum sesuai dengan harapan yakni

    terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan.

    Laporan Akhir I - 2

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Pemanfaatan ruang yang tidak terkendali memberikan kontribusi negatif terhadap

    kualitas lingkungan hidup sebagaimana terjadi pada Ruang Terbuka Hijau/RTH (Green

    openspace) di Kota Cilegon. Kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik terutama

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat ini mengalami penurunan yang sangat signifikan dan

    mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang berdampak pada

    berbagai sendi kehidupan perkotaan antara lain sering terjadinya banjir, peningkatan

    pencemaran udara, berkembangnya kawasan kumuh dan menurunnya produktivitas

    masyarakat akibat terbatasnya ruang yang tersedia untuk interaksi sosial. Ruang

    Terbuka Hijau/RTH sangat dibutuhkan bukan hanya sebagai wadah interaksi sosial

    atau komunikasi publik, namun juga dapat menjadi sarana edukasi, bermain dan

    wisata, tempat berolahraga, elemen estetika kota dan unsur penunjang kesehatan

    masyarakat.

    Kebijakan Penataan Ruang Kota Cilegon menuntut adanya upaya pengembangan

    RTH publik dan privat sebagai bagian dari pengembangan fasilitas umum dan sebagai

    kawasan mitigasi bencana, jalur hijau dan sempadan, serta sebagai pembatas antara

    kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan

    permukiman. Selain itu Pemerintah Kota dan pemilik lahan dan/atau investor

    diharuskan melakukan intensifikasi dan ektensifikasi RTH. Intensifikasi RTH dilakukan

    dengan melakukan pemilihan jenis tanaman, letak tanaman, ruang antar permukiman,

    dan lain-lain. Selain itu dilakukan juga diantaranya melalui penataan ulang taman

    dan/atau jalur hijau. Sedangkan ekstensifikasi RTH dilakukan dengan cara menambah

    luas lahan RTH dari yang sudah ada.

    Berdasarkan perhitungan planimetris peta Kota Cilegon, alokasi ruang untuk RTH dan

    Kawasan Lindung diperoleh luas 5.727,30 Ha atau sekitar 32.64% dari luas wilayah

    Kota Cilegon. Mengingat luas kota adalah statis dan terbatas, sedangkan perubahan

    guna lahan dari kawasan lindung dan RTH menjadi kawasan/lahan budidaya sangat

    dinamis, maka diperlukan perangkat berupa rencana induk dalam menjaga konsistensi

    alokasi ruang bagi RTH dan kawasan lindung di Kota Cilegon dengan didukung peran

    aktif pihak investor/swasta untuk menjaga RTH yang sudah ada bahkan meningkatkan

    luas lahan RTH yang sudah ada.

    Sementara itu, ada sebagian pendapat bahwa RTH merupakan lahan cadangan untuk

    memenuhi tuntutan pertumbuhan kota yang mendesak. Kebutuhan lahan untuk

    pembangunan ruang terbuka hijau ini akan mengalami kendala sejalan dengan

    Laporan Akhir I - 3

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    perkembangan nilai lahan, baik secara sosial maupun ekonomi. Kendala ini akan

    berjalan seiring dengan belum mantapnya ketentuan legalitas yang menyangkut

    pengaturan, pengendalian dan pengawasan yang juga menyebabkan beberapa bagian

    dari lahan ruang terbuka hijau kota dimanfaatkan dan dipergunakan secara tidak

    semestinya. Belum adanya kesamaan pemahaman antara pemerintah kota, dunia

    usaha dan masyarakat akan pentingnya RTH menjadi salah satu faktor yang paling

    dirasakan ketika berhadapan dengan pilihan untuk menjaga eksistensi RTH ataukah

    mengubah RTH tersebut menjadi lahan sebagai aset yang lebih bernilai ekonomi.

    Selain itu, keterbatasan lahan untuk peruntukan RTH serta keterbatasan anggaran

    pemerintah kota untuk menyediakan RTH menjadi kendala tersendiri yang memicu

    belum optimalnya pemanfaatan lahan terbuka menjadi RTH fungsional. Seringkali

    keterbatasan anggaran pemerintah kota menjadi alasan untuk tidak memasukkan RTH

    sebagai skala prioritas pendanaan. Untuk itu dibutuhkan suatu rencana dan strategi

    untuk menyelesaiakan kendala tesebut dengan meningkatkan peran stakeholder/dunia

    usaha di Kota Cilegon dalam mendukung segi pendanaan, sehingga tidak terlalu

    membebani APBD Kota Cilegon.

    Lemahnya peran kelembagaan dalam mengelola RTH di kawasan perkotaan juga

    menjadi salah satu unsur penyebab degradasi lingkungan hidup berupa penurunan

    kapasitas dan daya dukung alami wilayah yang meliputi: menurunnya ketersediaan

    dan kualitas air tanah, meningkatnya suhu kota/kawasan dan meningkatnya polusi

    (udara, debu, dan kebisingan). Apabila diperinci lemahnya peran kelembagaan

    tersebut adalah belum adanya tata kerja pengelolaan RTH, belum terdapat aturan

    hukum dan perundang-undangan yang tepat, belum optimalnya aturan main

    pengelolaan RTH, serta belum jelasnya bentuk kelembagaan pengelola RTH.

    Keseriusan dalam pengelolaan RTH perlu diakomodir dalam suatu pedoman

    pengelolaan RTH dan diperkuat secara perundang-undangan berupa perda serta

    tertuang dalam setiap dokumen rencana tata ruang seperti RTRW, RDTR maupun

    RTBL di Kota Cilegon.

    Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 tentang

    Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di di Kawasan

    Perkotaan dan Pasal 28, Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan

    Ruang, bahwa perencanaan ruang wilayah kota harus merinci adanya rencana

    penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dan rencana penyediaan dan

    pemanfaatan ruang terbuka non hijau, maka diperlukan suatu Rencana Induk atau

    Laporan Akhir I - 4

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Master Plan Ruang Terbuka Hijau yang berisi rujukan untuk penyediaan RTH, kriteria

    vegetasi untuk RTH, ketentuan penanaman dan pemeliharaan tanaman, pemanfaatan

    RTH, prosedur perencanaan dan pengelolaan serta peran masyarakat dalam

    penyediaan dan pemanfaatan RTH.

    Beberapa isu terkait dengan permasalahan penyediaan dan pemanfaatan RTH yang

    berkembang di Kota Cilegon tersebut diatas, mempertegas perlunya sebuah pedoman

    dalam bentuk Master Plan RTH Kota Cilegon guna menjaga ketersediaan dan

    kelestarian RTH di kawasan Kota Cilegon..

    I.2. Dasar Hukum

    Dasar hukum aturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau acuan dalam

    penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Cilegon ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah

    Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 3828);

    2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan

    Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

    3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir

    dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4844);

    4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723)

    5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4725);

    Laporan Akhir I - 5

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

    Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

    Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran

    Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

    11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Penyediaan

    dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;

    12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar

    Pelayanan Perkotaan;

    13. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang

    Menjadi kewenangan Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Nomor 4);

    14. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

    Lembaga Teknis Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Nomor 6);

    15. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas

    Teknis Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Nomor 7);

    16. Peraturan Daerah Propinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Propinsi Banten Tahun 2010 2030 (Lembaran Daerah Propinsi

    Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Propinsi Banten

    Nomor 32);

    17. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kota Cilegon Tahun 2010 2030

    I.3. Pengertian Umum

    Definisi atau pengertian umum dari beberapa istilah yang akan dipergunakan dalam

    kajian Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon ini adalah sebagai berikut :

    Laporan Akhir I - 6

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

    termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

    makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

    2. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan

    pengendalian pemanfaatan ruang.

    3. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang

    dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

    4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

    5. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

    6. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

    prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

    masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

    7. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

    peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi

    daya.

    8. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola

    ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

    program beserta pembiayaannya.

    9. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata

    ruang.

    10. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan

    perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional,

    atau beberapa provinsi.

    11. Pusat Pelayanan Kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau

    administrasi dengan skala pelayanan seluruh wilayah kota dan/atau regional.

    12. Sub Pusat Pelayanan Kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau

    administrasi dengan skala pelayanan pada sub wilayah kota atau setara dengan

    satu BWK.

    13. Pusat Lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi

    dengan skala pelayanan lingkungan dan/atau kelurahan.

    14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

    terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif

    dan/atau aspek fungsional.

    15. Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disebut BWK adalah wilayah yang secara

    geografis berada dalam satu pelayanan pusat sekunder.

    16. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

    Laporan Akhir I - 7

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    17. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

    melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan

    sumber daya buatan.

    18. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

    manusia, dan sumber daya buatan.

    19. Ruang Terbuka Hijau, yang selanjutnya disingkat RTH, adalah area

    memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

    terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

    sengaja ditanam.

    20. Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak

    termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa

    badan air.

    21. Sarana kota adalah kelengkapan kawasan permukiman perkotaan yang berupa

    fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan

    pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan

    terbuka, serta pemakaman umum.

    22. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang

    ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.

    23. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

    dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

    kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.

    24. Daya dukung lingungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

    mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lain.

    25. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat

    hukum adat atau badan hukum.

    26. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas

    kehendak dan prakarsa masyarakat.

    I.4. Maksud, Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kajian

    I.4.1. Maksud

    Maksud dari kegiatan penyusunan Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

    Cilegon ini adalah menyediakan pedoman atau acuan yang memudahkan pemangku

    kepentingan/stakeholder baik Pemerintah Kota Cilegon, masyarakat, pihak swasta

    Laporan Akhir I - 8

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam perencanaan, penyediaan, pemanfaatan,

    dan pengelolaan RTH sehingga terwujud ruang kota yang nyaman dan berkelanjutan.

    I.4.2. Tujuan

    Tujuan dari penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon adalah

    1. untuk mendukung pemangku kepentingan ruang terbuka hijau dalam penyusunan

    rencana dan rancangan pembangunan dan pengelolaan ruang terbuka hijau;

    2. memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait

    tentang pentingnya ruang terbuka hijau sebagai pembentuk ruang yang nyaman

    untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.

    I.4.3. Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan kajian ini adalah :

    1. Teridentifikasi dan terinventrisasinya kondisi RTH baik publik maupun privat yang

    ada di Kota Cilegon.

    2. Terwujudnya keserasian ruang Kota Cilegon yang selaras dengan visi dan misi

    penataan ruang yaitu tercipta ruang kota yang berkualitas, nyaman dan

    berkelanjutan.

    3. Terciptanya aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan

    alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.

    4. Tersusunnya Masterplan RTH Kota Cilegon sebagai pedoman pembangunan,

    pengelolaan dan pemeliharaan RTH Kota Cilegon.

    I.4.4. Manfaat

    Pelaksanaan kegiatan penyusunan Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

    Cilegon ini diharapkan akan menghasilkan buku dan pedoman yang dapat memberikan

    manfaat sebagai berikut:

    1. Sebagai referensi untuk memudahkan pemangku kepentingan RTH

    baik Pemerintah Kota Cilegon, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam

    merencanakan dan membangun ruang terbuka hijau (RTH).

    Laporan Akhir I - 9

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    2. Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan RTH baik Pemerintah

    Kota Cilegon, perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam tata cara

    pembangunan dan tata cara pemeliharaan RTH.

    3. Memberikan bahan untuk kampanye publik mengenai arti pentingnya RTH bagi

    kehidupan masyarakat perkotaan.

    4. Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk penyadaran perlunya RTH sebagai pembentuk ruang yang nyaman

    untuk beraktivitas dan bertempat tinggal.

    I.5. Ruang Lingkup Kajian

    Pelingkupan kajian bertujuan untuk mengarahkan kajian penyusunan Masterplan

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Cilegon agar subtansi (kedalaman materi) dan

    wilayah kajian sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, sehingga

    akan dihasilkan keluaran yang sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini. Ruang lingkup

    dalam kegiatan ini terdiri dari ruang lingkup wilayah, materi, kegiatan dan waktu

    perencanaan.

    I.5.1. Ruang Lingkup Wilayah

    Wilayah perencanaan dalam kegiatan ini adalah wilayah Kota Cilegon dengan luas

    17.550 Ha dan terbagi menjadi 8 Kecamatan serta 43 Kelurahan, dengan letak

    geografis pada posisi 5o 52 24 6o 04 07 Lintang Selatan (LS) dan 105o 54 05

    106o 05 11 Bujur Timur (BT).

    Batas-batas wilayah administrasi Kota Cilegon meliputi :

    Sebelah Utara

    : Selat Sunda, Kecamatan Pulo Ampel dan Kecamatan

    Bojonegara (Kabupaten Serang)

    Sebelah Timur : Kecamatan Kramatwatu (Kabupaten Serang) Sebelah Selatan

    : Kecamatan Waringinkurung, Kecamatan Mancak dan

    Kecamatan Anyar (Kabupaten Serang)

    Sebelah Barat : Selat Sunda

    Laporan Akhir I - 10

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Untuk lebih jelasnya, orientasi lokasi dan wilayah administrasi Kota Cilegon dapat

    dilihat dalam Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

    Gambar 1.1 Peta Orientasi Kota Cilegon

    Laporan Akhir I - 11

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Gambar 1.2. Peta Wilayah Administrasi Kota Cilegon

    MASTTERB

    Laporan AERPLAN RUANG UKA HIJAU KOTA

    CILEGON

    TAHUN 2011

    khir G

    AMBAR 1.2

    WILAYAH ADMINISTRASI KOTA CILEGON

    I - 12

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    I.5.2. Ruang Lingkup Materi

    Materi atau subtansi yang dibahas dalam kegiatan penyusunan Masterplan Ruang

    Terbuka Hijau (RTH) Kota Cilegon adalah sebagai berikut :

    1. Peraturan perundangan terkait dengan penyediaan, pemanfaatan dan pengelolaan

    Ruang Terbuka Hijau. Tinjauan terhadap peraturan perundangan ini berguna untuk

    menemukenali atau mengidentifikasi berbagai ketentuan yang mengatur tentang

    penyediaan, pengelolaan, pengembangan maupun pemanfaatan Ruang Terbuka

    Hijau.

    2. Kebijakan pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Kebijakan

    pengembangan yang terkait dengan RTH di Kota Cilegon dapat berupa kebijakan

    spasial seperti rencana tata ruang dalam berbagai tingkatan (RTRW sampai

    Rencana Rinci) maupun rencana sektoral.

    3. Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cilegon. Pembahasan

    kondisi eksisting RTH meliputi kondisi, jenis, lokasi dan luasan RTH di Kota Cilegon

    pada saat kajian ini dilaksanakan.

    4. Konsepsi Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Ciegon. Konsepsi

    masterplan ini berisi mengenai konsep, strategi serta rencana pengembangan,

    pembiayaan dan pengelolaan RTH sesuai dengan jenis, lokasi, dan kepemilikan

    RTH di Kota Cilegon.

    I.5.3. Ruang Lingkup Kegiatan

    Untuk menyelesaikan pekerjaan Penyusunan Master Plan RTH Kota Cilegon ini,

    diperlukan serangkaian kegiatan dengan lingkup sebagai berikut :

    1. Tahap Persiapan, yang meliputi pembentukan tim, kajian/pemahaman terhadap

    KAK, menyiapkan konsep dan Rencana Kerja.

    2. Melakukan studi literatur/kajian teoritis mengenai RTH, kajian ini meliputi type/jenis

    RTH, fungsi dan klasifikasi RTH, nilai perbandingan luas RTH terhadap luas Kota

    Cilegon atau jumlah penduduk, kajian lansekap (estetika).

    Melakukan identifikasi dan inventarisasi RTH Kota Cilegon berdasarkan kepemilikannya (publik dan privat),

    sifat/karakter ekologisnya, bobot kealamiannya (alami dan non alami/budidaya), penggunaan lahan/kawasan fungsional,

    Laporan Akhir I - 13

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    3. Melakukan observasi lapangan di beberapa lokasi tertentu di Kota Cilegon

    terhadap kriteria-kriteria yang meliputi :

    Fungsi dan manfaat RTH, baik RTH publik maupun RTH privat. Elemen pengisi RTH, baik vegetasinya sebagai soft material dan lansekap

    buatan sebagai hard material.

    Pola dan struktur RTH 4. Melakukan analisis dan sintesa antara studi litertatur/kajian teoritis, identifikasi dan

    inventarisasi RTH yang ada di Kota Cilegon dan hasil observasi di lapangan.

    5. Merumuskan pedoman pembangunan, pemeliharaan/pengelolaan RTH di Kota

    Cilegon berdasarkan teknis perencanaan pengembangan dan pembangunan RTH

    yang alamiah dan budidaya (fungsional).

    6. Melakukan konsultasi/pembahasan hasil pekerjaan penyusunan Master Plan RTH

    Kota Cilegon.

    I.6. Kedudukan Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Sebelum melakukan perencanaan penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

    (RTH) di Kota Cilegon, perlu diketahui keterkaitan dokumen yang akan dihasilkan

    (Masterplan RTH) dalam kegiatan ini dengan dokumen perencanaan spasial lainnya.

    Hal ini bertujuan untuk memadukan berbagai arahan yang ada dalam dokumen

    perencanaan spasial tersebut, sebab RTH merupakan salah satu arahan yang telah

    ditetapkan dalam dokumen tersebut.

    Selain itu, dengan melihat keterkaitan dokumen ini dengan dokumen perencanaan

    spasial lainnya (RTRW, RDTR) akan diketahui hirarki atau tingkat kedalaman subtansi

    dari masterplan ini. Tingkat kedalaman subtansi akan berpengaruh terhadap output

    yang dihasilkan, data yang dibutuhkan, waktu pengerjaan, serta aspek teknis lainnya.

    Keterkaitan dokumen masterplan RTH ini dengan RTRW maupun rencana rinci lainnya

    dapat dilihat dalam Gambar dibawah ini

    Laporan Akhir I - 14

  • Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Cilegon

    Gambar 1.3 Kedudukan Masterplan RTH terhadap Dokumen Rencana Tata Ruang

    Masterplan RTH

    Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 2011

    Laporan Akhir I - 15