BAB 1 pend

14
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transfusi darah merupakan satu dari banyak kegiatan yang sering dilakukan di Rumah Sakit pada penyakit – penyakit tertentu. Tindakan transfusi darah merupakan tindakan invasif dengan memasukan darah atau komponen darah dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien akan akan komponen darah (HTA, 2009). Transfusi darah merupakan proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang orang lain berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar dan merupakan tindakan pengobatan pada pasien dengan anemia berat (Bakta, 2003). Kesalahan dalam pemberian transfusi darah lebih banyak disebabkan mistransfusi dibandingkan resiko penularan infeksi. Mistransfusi bertanggung jawab terhadap 66% kejadian tidak diharapkan (KTD) berkaitan dengan inkompatibilitas golongan darah A,B,O. Masalah inkompatibilatas banyak disebabkan kesalahan pengisian lembaran permintaan darah, kesalahan dalam pengambilan sampel darah (diambil dari pasien yang salah), kesalahan dalam pemberian label tabung sampel darah yang dikirimkan ke bank darah/PMI dan kesalahan pada saat proses check dan re- check, (Cahyono,2008)

description

2

Transcript of BAB 1 pend

1

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangTransfusi darah merupakan satu dari banyak kegiatan yang sering dilakukan di Rumah Sakit pada penyakit penyakit tertentu. Tindakan transfusi darah merupakan tindakan invasif dengan memasukan darah atau komponen darah dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien akan akan komponen darah (HTA, 2009). Transfusi darah merupakan proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang orang lain berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar dan merupakan tindakan pengobatan pada pasien dengan anemia berat (Bakta, 2003).

Kesalahan dalam pemberian transfusi darah lebih banyak disebabkan mistransfusi dibandingkan resiko penularan infeksi. Mistransfusi bertanggung jawab terhadap 66% kejadian tidak diharapkan (KTD) berkaitan dengan inkompatibilitas golongan darah A,B,O. Masalah inkompatibilatas banyak disebabkan kesalahan pengisian lembaran permintaan darah, kesalahan dalam pengambilan sampel darah (diambil dari pasien yang salah), kesalahan dalam pemberian label tabung sampel darah yang dikirimkan ke bank darah/PMI dan kesalahan pada saat proses check dan re- check, (Cahyono,2008)Studi di Inggris untuk mengetahui resiko transfusi melalui Serious Hazard of Transfusion (SHOT), melaporkan ada 366 kasus reaksi transfusi berat diantaranya pasien mendapat transfusi dengan golongan darah yang salah sebanyak 191 kasus (52%), Reaksi akut 55 kasus (15%), reaksi transfusi lambat 51 kasus (14%), Injury paru akut 27 kasus (8%), Purpura post transfusi 22 kasus (6%), Infeksi yang ditularkan akibat transfusi 12 kasus (3%) dan graft versus disease 8 kasus (Cahyono,2008. hal,350)Sentinel Event Alert Issue 10 Blood Transfusion Errors Preventing future occurencesdisebutkan bahwa dalam tiga tahun terakhir lebih observasi, setidaknya terdapat 12 kasus kesalahan pelaksanaan transfusi darah dari 12 kasus 10 mengalami kematian (The Joint Commision, 2010). Kejadian purpura post transfusion bisa terjadi pada1:50.000 tindakan transfusi darah, hal ini mengakibatkan10-20% kematian pasien ( Shtalrid et al, 2006).WHO dalam Guidelines for Quality Assurance Programmes for Blood Transfusion Servise (1993) mendefinisikan tentang mutu pelayanan transfusi harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan /SPO. Pentingnya penggunaan SPO transfusi darah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu keamanan namun keberadaan SPO tidaklah cukup yang lebih penting adalah bagaimana SPO tersebut di patuhi/ditaati oleh petugas kesehatan/perawat. Peranan komite mutu managemen resiko (KMMR) secara teratur perlu melakukan audit dan memberikan feed back kepada petugas mengenai ketaatan terhadap SPO yang telah disusun (Cahyono,2008). Tindakan transfusi selain menimbulkan kematian juga dapat menimbulkan reaksi imonologik komplikasi seperti panas, reaksi anafilaktif, reaksi alergi pada pasien dan infeksi bakteri (Cahyono, 2008). Komplikasi yang timbul akibat pelaksanaan transfusi darah dapat memberikan dampak negatif pada peningkatan morbiditas dan peningkatan length of Stay di rumah sakit pada pasien bedah jantung dari delapan hari post operasi menjadi tiga belas hari post operasi (Dorneles et al,2011).Peneliti memperoleh data mengenai gambaran pasien safety dari komite mutu managemen risiko (KMMR) RSUP. Fatmawati (2014): Kejadian tidak diharapkan (KTD) sebanyak 9%, Kejadian nyaris cedera (KTC) 84,99%, Kejadian Tidak Cedera (KTC) sebanyak 6% dan kejadian Sentinel sebanyak 0,003%. Berdasarkan pelaku tindakan paska insiden: perawat 21%, dokter 2%, Petugas lain 2%, tim terdiri dari perawat dan dokter sebanyak 75%, berdasarkan tempat kejadian instalasi rawat inap 39%, instalasi penunjang kedokteran 2%, bedah sentral 39%, instalasi rawat jalan 3%, instalasi rehabilitasi medik 1%, instalasi gawat darurat 5% dan farmasi 17%. Berdasarkan insiden pita resiko pada bulan Januari Desember 2014: warna Hijau 13%, Biru 26%, Kuning 60,99% dan Merah 0,003%. Data transfusi darah di RSUP. Fatmawati (2014) sebanyak 9144 dan dinyatakan patuh melaksanakan SPO transfusi sebanyak 92,02% dan dinyatakan tidak patuh sebanyak 7,98%.Penelitian Widodo (2006) dari 51 pengamatan yang dilakukan di Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta dalam pemberian transfusi darah terdapat 62,75% dinyatakan tidak patuh dalam pemberian transfusi darah sesuai SPO seperti monitoring transfusi terhadap alergi dengan alasan perawat sibuk dan tidak ada keluhan dari pasien.Depkes RI telah memberlakukan adanya standar prosedur operasional (SPO) diantaranya SPO profesi, SPO pelayanan dan SPO administrasi. Pentingnya penerapannya SPO di rumah sakit berarti tenaga kesehatan yang bertugas harus mematuhi adanya SPO tersebut.Gedung Prof.Dr.Soelarto RSUP Fatmawati adalah ruang rawat inap dengan kapasitas 147 tempat tidur terdiri dari enam lantai. Tiap lantai ruang perawatan dipimpin oleh seorang perawat berpendidikan S1. Rawat inap gedung Profesor Dr.Soelarto dipimpin oleh seorang perawat sebagai Kepala Instalasi dan membawahi tiga Koordinator pelayanan, diantaranya Koordinator Pelayanan Keperawatan, Koordinator Pelayanan Sarana Prasarana administrasi dan Koordinator Pelayanan Medik, Lima Kepala Ruangan dan Enam Wakil Kepala Ruangan.

IRNA Gedung prof.Dr. Soelarto mempunyai 113 orang perawat pelaksana dengan tingkat pendidikan S1: 38 orang, D3 : 75 orang, pegawai honorer/kontrak sebanyak 53 orang dan pegawai tetap 60 orang berstatus PNS. BOR perbulan rata rata 80 %, dengan program mutasi triwulan untuk setiap pegawai baru. Adapun tugas dan fungsi ruang rawat inap gedung prof. Dr. Soelarto adalah unit pelayanan non struktural yang mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rawat inap kelas tiga, kelas dua, kelas satu, VIP, Super VIP dengan layanan unggulan orthopaedi dan rehabilitasi medik.

Gedung Prof. Dr.Soelarto merupakan gedung instalasi rawat inap dengan berbagai kasus penyakit seperti: kasus medikal, medikal bedah, bedah orthopedi, rehabilitasi medik dan ruang intesif dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan, senantiasa bekerjasama, berkoordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan satuan kerja lain untuk evaluasi pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan diharapkan patuh dengan standar operasional prosedur (SPO) yang sudah ditetapkan oleh instansi masing masing dimana tempat perawat tersebut bekerja. Seperti halnya perawat pelaksana di RSUP. Fatmawati yang akan melaksanakan transfusi darah harus sesuai dengan standar prosedur operasional transfusi darah yang ada dirumah sakit fatmawati tersebut. Sebab hal tersebut harus mengacu pada pada kemampuan mempertahankan program-program kesehatan yang ditentukan oleh badan penyelenggara perawatan kesehatan dalam hal ini adalah RSUP. Fatmawati.Kepatuhan perawat dalam penerapan standar prosedur operasional (SPO) sebagai salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan dan merupakan komponen penting dalam manajemen keselamatan pasien. Kepatuhan merupakan perilaku sesuai aturan dan kedisiplinan (Pranoto,2007). Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan untuk mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional (SPO) tergantung dari perilaku perawat itu sendiri (Sarwono,2007). Dalam hal ini sikap profesionalisme perawat menerapkan standar prosedur operasional pemberian transfusi darah yang aman buat pasien. Kepatuhan perawat dalam menjalankan standar prosedur operasional dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengetahuan, sikap, motivasi, kemampuan dan faktor ekternal seperti karateristik organisasi, karateristik kelompok, karateristik pekerjaan, karateristik lingkungan. Faktor-faktor yang berkontribusi pada rendahnya kepatuhan tersebut adalah umur, lama kerja, kurangnya pengetahuan, tingkat pendidikan, motivasi serta sikap perawat terhadap kepatuhan dalam SOP (Muhammad, 2013; Natasha, 2014).Penerapan standar prosedur operasional pelayanan keperawatan pada prinsipnya adalah bagian dari kinerja dan perilaku individu dalam bekerja sesuai tugasnya dalam organisasi, dan biasanya berkaitan dengan kepatuhan (Ulum dan Wulandari, 2013). Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, standar pelayanan keperawatan dan standar prosedur operasional yang harus dilakukan atau ditaati sebagai salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan.Berdasarkan pernyataan diatas peneliti menyimpulkan kepatuhan merupakan suatu tindakan yang mengikuti aturan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan di suatu instansi tempat perawat bertugas guna untuk meningkatkan akuntabilitas dari lembaga tersebut. Kepatuhan perawat itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Keselamatan pasien merupakan komponen kritis managemen mutu pelayan kesehatan di Rumah Sakit dan telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian bagi sistem pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam menerapkan standar prosedur operasional tranfusi darah di ruang rawat inap gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawati Jakarta tahun 2015.I.2 Perumusan Masalah

Pemberian transfusi secara aman dapat mencegah terjadinya resiko akibat pemberian transfusi seperti: kematian, reaksi imunologik, demam, reaksi anafilaktik, dan reaksi alergi. Penelitian Dorneles et al (2011) menuliskan reaksi transfusi pada pasien bedah jantung dapat meningkatkan Length of Stay dan meningkatkan morbiditas pasien di rumah sakit. Data yang peneliti dapatkan dari Komite Mutu dan Managemen Resiko di rumah sakit Fatmawati sebanyak 9144 pasien yang ditranfusi. sebanyak 92,02% sesuai SPO dan yang dilakukan transfusi tidak sesuai SPO sebanyak 7,97% dalam bentuk ketidak lengkapan daftar tilik transfusi. Kejadian KTD/KNC berdasarkan prilaku petugas yaitu perawat sebanyak 21%, dan berdasarkan tim perawat dan dokter sebanyak 75%.Mistransfusi bertanggung jawab terhadap 66% reaksi transfusi KTD seperti reaksi imonologik, inkompatibilitas golongan darah ABO. Inkompatibitas disebabkan beberapa hal yang terdapat dalam SPO transfusi darah seperti pengisian lembaran permintaan transfusi darah, proses identifikasi, kesalahan dalam pelabelan kesalahan dalam pemberian darah yang bisa menyebabkan kematian. Data tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam menerapkan standar prosedur operasional tranfusi darah di ruang rawat inap gedung Prof.Dr.Soelarto RSUP. Fatmawati Jakarta tahun 2015.. Beberapa pertanyaan penelitian dari peneliti adalah sebagai berikut:a. Bagaimana gambaran karateristik perawat pelaksana yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP.Fatmawati.b. Bagaimana gambaran kepatuhan perawat pelaksana dalam menerapkan SPO Transfusi darah di IRNA gedung Prof. Dr.Soelarto RSUP.Fatmawatic. Bagaimana hubungan pengetahuan sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan standar prosedur operasional transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawati.d. Bagaimana hubungan sikap sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatie. Bagaimana hubungan motivasi sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedug Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawati.f. Bagaimana kemampuan sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatig. Bagaimana hubungan karateristik organisasi sebagai faktor eksternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatih. Bagaimana hubungan karateristik kelompok sebagai faktor eksternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatii. Bagaimana karateristik pekerjaan sebagai faktor eksternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO tranfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawaij. Bagaimana karateristik lingkungan sebagai faktor esternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan standar prosedur operasional transfusi darah di IRNA gedung Porf.Dr. Soelarto RSUP. FatmawatiI.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam menerapkan SPO Transfusi darah di IRNA gedung Prof..Dr. Soelarto RSUP. Fatmawati. I.3.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Mengetahui gambaran karateristik perawat pelaksana yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP.Fatmawati.b. Mengetahui gambaran kepatuhan perawat pelaksana dalam menerapkan SPO Transfusi darah di IRNA gedung Prof. Dr.Soelarto RSUP.Fatmawatic. Mengetahui hubungan pengetahuan sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan standar prosedur operasional transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawati.d. Mengetahui hubungan sikap sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatie. Mengetahui hubungan motivasi sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedug Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawati.f. Mengetahui kemampuan sebagai faktor internal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatig. Mengetahui hubungan karateristik organisasi sebagai faktor eksternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatik. Mengetahui hubungan karateristik kelompok sebagai faktor eksternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO transfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawatil. Mengetahui hubungan karateristik pekerjaan sebagai faktor eksternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan SPO tranfusi darah di IRNA gedung Prof.Dr. Soelarto RSUP. Fatmawaim. Mengetahui hubungan karateristik lingkungan sebagai faktor esternal perawat pelaksana dengan kepatuhan menerapkan standar prosedur operasional transfusi darah di IRNA gedung Porf.Dr. Soelarto RSUP. FatmawatiI.4 Manfaat PenelitianI.4.1 Bagi Rumah SakitPenelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran /bahan masukan bagaimana gambaran kepatuhan staf perawat pelaksana dalam menerapkan SPO transfusi dan mengetahui penyebab ketidakpatuhan perawat pelaksana dalam menerapkan SPO transfusi. Dalam rangka meningkatkan mutu keselamatan pasien mencegah KTD dan KNC1.4.2Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman pertama dalam melakukan penelitian.I.4.2 Bagi Perawata. Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu keselamatan pasien.b. Menghindari penuntutan yang berujung pada kerugian dan citra perawat maupun institusi dengan melakukan tindakan sesuai standar prosedur operasional yang sudah di tetapkan.c. Mengetahui karateristik perawat di IRNA gedung Prof.DrA .Soelarto RSUP. Fatmawati.d. Dapat memberi gambaran dan informasi buat peneliti selanjutnya.e. Mengembangkan budaya pelaporan insiden

f. Memberikan nilai yang positif bagi perawat bahwa keselamatan pasien adalah hal yang harus diutamakan.I.4.3 Bagi Pasien a. Klien/pasien dapat menerima pelayanan yang berkualitas dan menjamin keselamatan dirinya.

b. Klien merasa aman dan nyaman selama proses perawatan di rumah sakit yang akan membantu proses penyembuhannya.

c. Melindungi hak-hak klien dan mencegah cedera akibat kesalahan suatu prosedur.

d. Mencegah kerugian pasien akibat dari kesalahan suatu prosedur dan memperpendek hari rawat pasien.

6