Atho Bin Abi Rabah

12
Atho’ bin Abi Rabah Pada sepuluh hari terakhir dari bulan dzulhijjah, tahun 97 hijriyah. Ka’bah telah dipenuhi oleh tamu-tamu Allah yang datang dari segala penjuru; Pejalan kaki maupun penunggang kuda; Orang tua, muda, laki-laki, ataupun wanita; Berkulit putih atau hitam; Orang arab ataupun non arab; majikan ataupun hamba sahaya; Mereka semua datang kepada raja seluruh manusia dengan khusyu’ bertalbiyah mengharapkan pahala. Adalah Sulaiman bin Abdil malik pemimpin kaum muslimin dan raja yang agung sedang melakukan thawaf di ka’bah tanpa penutup kepala, dan tanpa alas kaki, beliau hanya mengenakan izar dan rida’. Keadaan beliau saat itu sama dengan rakyatnya dari saudara seimannya. Dibelakang beliau terdapat kedua anaknya. Mereka berdua adalah dua pemuda yang seperti rembulan keelokannya, seperti mawar merekah yang segar dan harum. ketika telah selesai dari thawafnya, beliau menengok kepada pengawal dan berkata : “ Dimana mufti kalian ? “ Maka pengawalnya berkata : “Dia disana sedang sholat …. “ Ia menunjuk ke arah barat masjidil haram. Kholifah pun berjalan menuju kepadanya, dan dibelakangnya kedua anaknya 1 www.umam.web.id

description

Kisah teladan Atha bin abi robah

Transcript of Atho Bin Abi Rabah

Page 1: Atho Bin Abi Rabah

Atho’ bin Abi Rabah

Pada sepuluh hari terakhir dari bulan

dzulhijjah, tahun 97 hijriyah. Ka’bah telah

dipenuhi oleh tamu-tamu Allah yang

datang dari segala penjuru; Pejalan kaki

maupun penunggang kuda; Orang tua,

muda, laki-laki, ataupun wanita; Berkulit

putih atau hitam; Orang arab ataupun

non arab; majikan ataupun hamba

sahaya; Mereka semua datang kepada raja seluruh manusia dengan khusyu’ bertalbiyah

mengharapkan pahala.

Adalah Sulaiman bin Abdil malik pemimpin kaum muslimin dan raja yang agung sedang

melakukan thawaf di ka’bah tanpa penutup kepala, dan tanpa alas kaki, beliau hanya

mengenakan izar dan rida’. Keadaan beliau saat itu sama dengan rakyatnya dari saudara

seimannya. Dibelakang beliau terdapat kedua anaknya. Mereka berdua adalah dua pemuda

yang seperti rembulan keelokannya, seperti mawar merekah yang segar dan harum. ketika

telah selesai dari thawafnya, beliau menengok kepada pengawal dan berkata :

“ Dimana mufti kalian ? “

Maka pengawalnya berkata : “Dia disana sedang sholat …. “

Ia menunjuk ke arah barat masjidil haram. Kholifah pun berjalan menuju kepadanya, dan

dibelakangnya kedua anaknya mengikutinya. Pengawalnya berniat untuk mengikuti kholifah

agar ia bisa melapangkan jalan untuknya dan menjaganya dari gangguan keramaian, maka

kholifah menolaknya dan berkata :

“Ini adalah tempat dimana tidak ada perbedaan antara raja dan rakyat, Dan tidak ada

seorang pun yang lebih mulia kecuali dengan ketaqwaannya. Mungkin orang yang datang

dengan rambut penuh debu Allah akan menerimanya, tidak seperti menerima seorang raja.”

Kemudian kholifah berjalan mendekati lelaki tersebut, ia mendapati lelaki itu masih dalam

sholatnya, tenggelam dalam ruku’ dan sujudnya. Para manusia pun duduk dibelakangnya,

disisi kanan dan kiri. Maka duduklah kholifah sampai selesai majlis itu dan kedua anaknya

1 www.umam.web.id

Page 2: Atho Bin Abi Rabah

pun ikut duduk bersamanya. Kedua pemuda quraisy tersebut mulai memperhatikan lelaki

yang dimaksud oleh kholifah, dan beliau duduk bersama manusia menunggu lelaki itu

selesai dari sholatnya. Dia adalah seorang syaikh dari habasyah, mukanya hitam, rambutnya

keriting, hidungnya tidak mancung, jika ia duduk bagaikan seekor burung gagak yang hitam.

***

Ketika lelaki tersebut selesai dari sholatnya, beliau miring kesamping yang khalifah duduk

disebelah tersebut, maka beliau mengucapkan salam kepada khalifah Sulaiman bin Abdil

malik, khalifah pun membalasnya. Lelaki itu menghadap khalifah dan beliau mulai ditanya

tentang tata cara haji, ia pun menjawab semua pertanyaan, Merincikan semua

perkataannya, serta menyandarkan semua perkataannya terhadap Rasulullah. Ketika

khalifah telah selesai bertanya ia mengucapakan rasa syukurnya kepada lelaki tersebut.

Kemudian khalifah mengajak kedua anaknya menuju tempat sa’i. Dan ditengah perjalanan

sa’i mereka antara shafa dan marwa, kedua pemuda tersebut mendengar orang-orang

berseru :

“Wahai kaum muslimin… Janganlah kalian meminta fatwa di tempat ini kecuali kepada

Atho’ bin Abi Rabah… Jika ia tidak ada maka mintalah kepada Abdullah bin Abi najih.”

Salah seorang anaknya menoleh kepada ayahnya, dan berkata :

“Bagaimana pengawal menyuruh amirul mukminin untuk tidak meminta fatwa kecuali pada

Atho’ bin Abi Rabah dan Abdullah bin Abi najih. Sedangkan kita barusan telah datang

meminta fatwa dari seseorang yang tidak mementingkan khalifah dan tidak menunaikan

haknya dengan pengagungan !”

Berkatalah Sulaiman kepada anaknya :

“Dia adalah orang yang kita lihat tadi - wahai anakku- dan kau lihat ketundukan kita

dihadapannya, itulah Atho’ bin Abi Rabah orang yang berhak untuk berfatwa di masjidil

haram ini. Dialah pewaris Abdullah bin Abbas pada kedudukan yang agung ini…. “

Kemudian beliau meneruskan ucapannya :

2 www.umam.web.id

Page 3: Atho Bin Abi Rabah

“Wahai anak-anakku. Pelajarilah ilmu… Maka dengan itulah seseorang memiliki kedudukan

yang mulia. Menjadikan seseorang yang tidak dikenal menjadi terkenal…Dan meninggikan

derajat para budak daripada para raja…”

***

Atho’ bin Abi Rabah pada masa kecilnya adalah seorang budak milik seorang wanita

penduduk Makkah. Allah memuliakan pemuda habasyah ini dengan menuntunnya dari kecil

di atas jalan ilmu. Beliau membagi waktunya menjadi tiga bagian :

Bagian pertama dia peruntukkan pada majikannya, melayaninya dengan sebaik-baik

pelayanan, dan menunaikan hak-haknya sesempurna mungkin.

Bagian kedua dia peruntukkan pada Rabbnya, menghabiskan waktu untuk beribadah

kepada-Nya, dengan peribadatan yang paling murni dan ikhlas hanya untuk Allah semata.

Bagian ketiga dia gunakan untuk memuntut ilmu, dengan menemui sahabat-sahabat

Rasulullah yang masih hidup pada waktu itu, dan dia mulai mengisi dirinya dengan ilmu-ilmu

yang sangat banyak dan murni.

Beliau mengambil ilmu dari Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah

bin Zubair, dan dari selain mereka dari sahabat Rasulullah yang ada pada zamanya. Sehingga

dadanya dipenuhi dengan ilmu, fiqih, dan riwayat dari Rasulullah.

***

Ketika tuannya melihat bahwa budaknya telah menjual dirinya untuk Allah dan telah

menjadikan hidupnya untuk menuntut ilmu, Tuannya pun merelakan hak-haknya pada

budaknya, dan memerdekakan budaknya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah,

berharap semoga Allah menjadikan budaknya itu bermanfaat bagi islam dan kaum

muslimin.

Semenjak hari itu Atho’ bin Abi Rabah menjadikan baitul haram sebagai tempat tinggalnya…

Menjadikannya rumah yang ia datang kepadanya… Sebagai sekolahnya yang ia belajar

3 www.umam.web.id

Page 4: Atho Bin Abi Rabah

didalamnya… Dan sebagai tempat sholatnya yang ia mendekatkan diri kepada Allah dengan

ketaqwaan dan ketaatan didalamnya.

Sampai-sampai ahli sejarah berkata :

“ Masjid adalah kasur bagi Atho’ bin Abi Rabah selama 20 tahun…”

***

Seorang tabiin yang mulia Atho’ bin Abi Rabah telah mencapai kedudukan ilmu yang tinggi.

Dia telah mencapai tingkatan yang tidak dapat diraih kecuali oleh beberapa orang saja pada

zamannya.

Diceritakan bahwa Abdullah bin Umar datang ke Makkah untuk melaksanakan umrah. Kaum

muslimin pun berdatangan kepadanya untuk bertanya dan meminta fatwa, maka ia berkata:

“sungguh aku heran kepada kalian wahai penduduk Makkah… Apakah kalian berkumpul

untuk menanyakan masalah padaku, sedangkan Atho’ bin Abi Rabah berada diantara kalian

?!”

***

Atho’ bin Abi Rabah telah mencapai tingkatan tinggi dalam agama dan ilmu dengan dua

sifatnya yang agung :

Pertama : dia menjaga kebebasan yang ada pada dirinya, maka dia tidak membiarkan

dirinya bersenang-senang untuk hal yang tidak bermanfaat.

Kedua : dia menjaga kebebasan waktunya, maka ia tidak melebihi kebutuhannya dalam

perkataan maupun perbuatan…

Muhammad bin Suqoh mengajak bicara sekelompok dari pengawalnya dan berkata :

“Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang akan bermanfaat untuk kalian sebagaimana

bermanfaat bagiku ?”

Mereka berkata : “tentu”

Beliau berkata :

“Atho’ bin Abi Rabah menasehatiku pada suatu hari, ia berkata :

4 www.umam.web.id

Page 5: Atho Bin Abi Rabah

“Wahai anak saudaraku, sesungguhnya orang-orang sebelum kita membenci berlebihan

dalam bicara.”

Maka aku berkata :

“apa yang dimaksud dengan berlebihan dalam bicara menurut mereka ?”

Maka ia berkata :

“mereka menganggap semua perkataan itu berlebihan, kecuali kitab Allah azza wa jalla,

yang dibaca dan dipahami… Dan hadits rasulullah diriwayatkan dan dipahami…

Memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran… Ilmu yang dapat mendekatkan diri

kepada Allah… Atau berkatalah sesuai kebutuhanmu sewajarnya saja”

Kemudian dia menatap wajahku dan berkata :

“Apakah kamu akan mengingkari :

اف�ظ�ين� إ�ن� ع�ل�ي�ك م� ل�ح� اما� ك�ات�ب�ين� و� ك�ر�

“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi

(pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu)” (Al Infithar:

10-11)

Bahawasanya ada dua malaikat yang selalu bersama kalian

�ق�يب� ع�ت�يد و�ل% إ�ال� ل�د�ي�ه� ر� ظ م�ن ق� ا ي�ل�ف� م�“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas

yang selalu hadir.”(Qaf: 18)

***

Sungguh Allah telah menjadikan ilmu Atho’ bin Abi Rabah bermanfaat bagi banyak golongan

dari manusia. Imam Abu Hanifah An-nu’man bercerita tentang Atho’ bin Abi Rabah dan

berkata :

Aku telah melakukan kesalahan pada 5 bab manasik haji di Makkah, maka seorang tukang

cukur rambut mengajariku… waktu itu aku ingin menggundul kepalaku untuk keluar dari

ihram, maka aku mendatangi tukang cukur rambut dan aku berkata :

“Berapa yang harus aku bayar untuk menggundul kepalaku ?”

5 www.umam.web.id

Page 6: Atho Bin Abi Rabah

Maka dia berkata : “semoga Allah member petunjuk kepadamu. Ibadah itu tidak disyaratkan

untuk itu, duduklah dan beri aku bayaran semampu kamu…”

Aku merasa malu dan duduk. Aku duduk tidak menghadap kiblat. Maka dia memerintahkan

kepadaku untuk menghadap kiblat, maka aku lakukan dan bertambahlah rasa malu pada

diriku. Kemudian aku memberikan sisi kiri kepalaku padanya agar ia mulai menggundul,

Maka dia berkata :

“Putar bagian kanan kepalamu.”

Akupun memutarnya. Dia mulai menggundul kepalaku dan aku diam melihatnya, serta

takjub padanya, Maka dia berkata kepadaku :

“Kenapa kamu diam ? Bertakbirlah…”

Maka aku pun bertakbir sampai aku berdiri untuk pergi. Maka dia berkata :

“Mau kemana kamu ?”

Aku berkata : “Aku akan melanjutkan perjalananku.”

Maka dia berkata :

“Sholatlah dua raka’at kemudian pergilah kemanapun yang kamu kehendaki.”

Maka aku sholat dua rakaat, dan aku berkata pada diriku :

“Tidak selayaknya seorang tukang cukur rambut bertindak seperti itu kecuali dia seorang

yang berilmu.”

Maka aku berkata kepadanya : “Darimana kau perintahkan aku tentang manasik tadi ?”

Dia berkata :

“Demi Allah. Aku telah melihat Atho’ bin Abi Rabah melakukannya, maka aku mengambil

ilmu ini darinya, dan aku mengajarkannya pada manusia.”

***

Dunia telah ada dihadapan Atho’ bin Abi Rabah, maka dia menolaknya dengan sangat keras,

dan menjauhinya… sepanjang hidupnya beliau hanya mengenakan pakaian yang harganya

tidak lebih dari 5 dirham. Para penguasa mengajaknya untuk bekerja sama dengan mereka,

beliau tidak memenuhi ajakan mereka karena takut agamanya akan dirusak oleh dunia

mereka. Akan tetapi beliau hanya menjadi utusan untuk memberikan manfaat dan

kemaslahatan kepada kaum muslimin.

6 www.umam.web.id

Page 7: Atho Bin Abi Rabah

Diceritakan oleh Utsman bin Atho’ Al- Khurosany, beliau berkata :

Aku pergi bersama ayahku menuju kepada Hisyam bin Abdil Malik, maka ketika kami telah

mendekati Damaskus, ada seorang syaikh menunggang keledai, hitam mengenakan gamis

yang tebal, jubah yang lusuh, penutup kepala yang menempel di kepalanya, dan pelananya

terbuat dari kayu. Aku dibuat tertawa karenanya, dan aku berkata pada ayahku :

“Siapa ini ?”

Ayahku berkata :

“Diam kamu, beliau adalah tuan dari para fuqoha’ hijaz, Atho’ bin Abi Rabah...”

Ketika beliau telah mendekati kami, ayahku turun dari keledainya, syaikh tersebut juga

turun dari keledainya, maka mereka berdua pun berpelukan, dan saling bertanya, kemudian

mereka menungganggi kendaraannya masing-masing. mereka berdua pun pergi sampai di

pintu istana Hisyam bin Abdil Malik.

Mereka pun duduk sampai mereka berdua dapat izin, maka ketika ayahku telah keluar aku

berkata padanya :

“Ceritakan kepadaku apa yang terjadi pada kalian berdua.”

Maka ayahku berkata :

“Ketika Khalifah mengetahui bahwasanya Atho’ bin Abi Rabah di pintu, dia segera

mengizinkannya, Demi Allah aku tidak akan masuk kecuali karenanya.”

Saat Khalifah melihatnya dia berkata : “Selamat datang…..Mari duduk sini..”

Dia terus mengulangi kata tersebut sampai beliau duduk bersamanya di atas singgasananya,

sehingga lututnya bersentuhan dengan lutut Hisyam. Di majlis tersebut terdapat orang-

orang mulia, mereka berbincang dan orang-orang pun diam. Kemudian Hisyam menghadap

kepadanya dan berkata :

“Apa keperluanmu wahai Abu Muhammad (Atho’ bin Abi Robah) ?”

Dia berkata :

“Wahai amirul mukminin, penduduk haramain… penduduk rumah Allah dan tetangga

Rasulullah… bagikan atas mereka rizki-rizki dan upah mereka…”

Maka Khalifah berkata :

“Baik… Wahai Juru tulis.. Catatlah untuk penduduk Makkah dan Madinah upah mereka dan

jatah mereka selama setahun.. apakah ada keperluan yang lain wahai Abu Muhammad?”

Maka dia menjawab :

7 www.umam.web.id

Page 8: Atho Bin Abi Rabah

“iya wahai amirul mukmini.. Penduduk Hijaz dan Najd adalah asal bangsa arab dan pemimpin kaum

muslimin.. Kembalikanlah pada mereka kelebihan shadaqah mereka”

Kemudian Khalifah berkata:

“Baik.. wahai juru tulis.. Catatlah untuk penduduk HIjaz dan Najd akan dikembalikan kelebihan

shadaqah mereka.. Apakah ada keperluan lain selain itu wahai Abu Muhammad ?”

Maka Dia menjawab :

“iya wahai amirul mukminin. Penduduk perbatasan yang berjaga-jaga untuk menghadapi musuh

mereka dan memerangi orang yang mempunyai niat buruk terhadap kaum muslimin, berilah rizki

kepada mereka untuk mencukupi kehidupan mereka… Jika mereka binasa maka hilanglah

perbatasan…”

Maka khalifah berkata :

“Baik.. Wahai juru tulis.. catatlah untuk membawakan rizki kepada mereka… Apakah ada keperluan

lain selain itu wahai Abu Muhammad ?”

Maka Dia menjawab :

” iya, wahai amirul mukminin.. Ahlu dzimmah (orang kafir yang bayar uang jaminan) janganlah

dibebani dengan apa-apa yang mereka tidak mampu untuk melakukannya.. Sesungguhnya apa

yang kamu kumpulkan dari mereka bisa menjadi pertolongan untuk mu dari musuh-musuh mu”

Maka Khalifah berkata :

“Wahai juru tulis.. catat untuk para penduduk yang dalam jaminan untuk tidak dibebani diluar

kemampuan mereka. Apakah ada keperluan lain wahai Abu Muhammad ?

Maka Dia menjawab :

“ iya… Bertaqwalah kepada Allah terhadap jiwamu wahai amirul mukminin.. Ketahuilah bahwa kau

diciptakan sendiri… Dan akan wafat sendiri… Dan akan dibangkitkan sendiri… Dan akan dihisab

sendiri… Demi Allah, tak seorang pun yang kau kenal akan menemanimu..”.

Maka Hisyam menelungkupkan badannya ke tanah, dan ia menangis. Atho’ pun berdiri, maka aku

juga berdiri bersamanya. Ketika kami telah di pintu, seorang lelaki mengikutinya dengan membawa

kantong yang aku tidak tahu apa isinya, dan ia berkata kepada Atho’ :

“Amirul mukminin telah menyuruhku untuk membawakan ini padamu…”

Beliau berkata :

“jauhkan dariku…”

ب* ر�ي� إ�ال� ع�ل�ى ر� ر% إ�ن� أ�ج� أ�ل ك م� ع�ل�ي�ه� م�ن� أ�ج� س�ا أ� و�م�

ال�ع�ال�م�ين�

8 www.umam.web.id

Page 9: Atho Bin Abi Rabah

“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain

hanyalah dari Tuhan semesta alam.”(Asy Syuaraa : 109)

Demi Allah, sesungguhnya beliau telah masuk kepada khalifah…. Dan keluar dari sisinya… sedang

beliau tak minum setetes air pun…

***

Atho’ bin Abi Rabah hidup mencapai 100 tahun…

Beliau penuhi umurnya dengan ilmu dan amal…

Mengisinya dengan kebaikan dan ketaqwaan…

Mensucikan umurnya dengan kezuhudan terhadap apa yang ada pada manusia dan selalu

mengharap apa yang di sisi Allah…

Maka ketika kematian menghampirinya didapatinya dengan beban dunia yang sangat ringan…

Banyak membawa bekal dari amalan akhirat…

Lebih dari itu… beliau telah berhaji 70 kali… Di sela-sela haji tersebut beliau wukuf di Arafah 70 kali…

Beliau selalu mengaharap keridhoan Allah dan surge Nya…

Dan berlindung dari kemurkaan Allah dan api neraka Nya…

**********

Disarikan dari:

Potret Kehidupan Tabi’in ( التابعين حياة من ) صور

Dr. Abdurrahman Ra’fat Al Basya

Kementrian Pengetahuan, Kerajaan Saudi Arabia.

Diterjemahkan oleh:

Lailatul Hidayah & Khairul Umam

www.umam.web.id

9 www.umam.web.id

Page 10: Atho Bin Abi Rabah

10 www.umam.web.id