ATELEKTASIS PARU

5
ATELEKTASIS PARU I. PENDAHULUAN Atelektasis pertama kali di jelaskan oleh Laennec pada tahun 1819. Atelektasis berasal dari kata ateles yang berarti “tidak sempurna” dan ektasis yang berarti “ekspansi”. Secara keseluruhan atelektasis mempunyai arti ekspansi yang tidak sempurna. Atelektasis di definisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di dalam ruang intrapulmonal atau kolapsnya semua atau sebagian paru. Keadaan ini sering menjadi komplikasi paru pasca operasi dengan bukti pemeriksaan radiografi mencapai 70% pada pasien yang sedang menjalani thorakotomy dan celiotomy. 1,2,3,4 Komplikasi pada paru relatif sering terjadi pasca operasi dan dapat dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, yang paling umum terjadi adalah setelah operasi thorakoabdominal, dan operasi jantung. Kejadian ini dilaporkan bahwa komplikasi paru pasca operasi berkisar 5 hingga 80%, diantaranya adalah : atelektasis, bronkospasme, pneumonia, dan penyakit paru eksarserbasi kronis. Komplikasi pada paru merupakan resiko pasca operasi, dimana keadaan ini tergantung oleh faktor anastesia, faktor bedah, dan pasiennya sendiri. 4,5 Penyebab atelektasis bervariasi, diantaranya adalah sumbatan mukus pada bronkus, kompresi ekstrinsik dari hemopneumothoraks dan hipoventilasi alveolus. Keadaan ini timbul karena penurunan volume tidal pernapasan yang sering dicetuskan oleh nyeri insisi selama beberapa hari pertama setelah operasi. Terdapat tiga faktor utama yang merupakan

description

kedokteran

Transcript of ATELEKTASIS PARU

Page 1: ATELEKTASIS PARU

ATELEKTASIS PARU

I. PENDAHULUAN

Atelektasis pertama kali di jelaskan oleh Laennec pada tahun 1819. Atelektasis

berasal dari kata ateles yang berarti “tidak sempurna” dan ektasis yang berarti

“ekspansi”. Secara keseluruhan atelektasis mempunyai arti ekspansi yang tidak sempurna.

Atelektasis di definisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di dalam

ruang intrapulmonal atau kolapsnya semua atau sebagian paru. Keadaan ini sering

menjadi komplikasi paru pasca operasi dengan bukti pemeriksaan radiografi mencapai

70% pada pasien yang sedang menjalani thorakotomy dan celiotomy.1,2,3,4

Komplikasi pada paru relatif sering terjadi pasca operasi dan dapat dikaitkan

dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, yang paling umum terjadi adalah setelah

operasi thorakoabdominal, dan operasi jantung. Kejadian ini dilaporkan bahwa

komplikasi paru pasca operasi berkisar 5 hingga 80%, diantaranya adalah : atelektasis,

bronkospasme, pneumonia, dan penyakit paru eksarserbasi kronis. Komplikasi pada paru

merupakan resiko pasca operasi, dimana keadaan ini tergantung oleh faktor anastesia,

faktor bedah, dan pasiennya sendiri. 4,5

Penyebab atelektasis bervariasi, diantaranya adalah sumbatan mukus pada bronkus,

kompresi ekstrinsik dari hemopneumothoraks dan hipoventilasi alveolus. Keadaan ini

timbul karena penurunan volume tidal pernapasan yang sering dicetuskan oleh nyeri insisi

selama beberapa hari pertama setelah operasi. Terdapat tiga faktor utama yang merupakan

faktor pencetus pada perkembangan terjadinya atelektasis pada pasien pasca bedah, yaitu

posisi terlentang untuk waktu yang lama, ventilasi dengan gas tinggi dalam konsentrasi

oksigen yang tinggi, dan pengurangan surfaktan paru setelah operasi.6

II. ANATOMI & FISIOLOGI PARU

Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga

dada atau toraks. Jaringan paru terdiri dari serangkaian saluran napas yang bercabang-

cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat elastik.

Satu-satunya otot di dalam paru adalah otot polos di dinding arteriol dan bronkiolus.

Tidak terdapat otot di dalam dinding alveolus yang dapat menyebabkan alveolus

mengembang atau menciut selama proses bernapas. Perubahan volume paru ditimbulkan

oleh perubahan dimensi-dimensi toraks. 1

Page 2: ATELEKTASIS PARU

Gambar 1. (a) Paru menempati sebagian besar volume rongga toraks. (b) Zona konduksi

trakeobronkial tree, dimulai pada trakea dan berakhir pada bronkhiolus terminalis.2,3,4

Dinding toraks dibentuk oleh dua belas pasang iga yang melengkung dan menyatu

di sternum di sebelah anterior dan vertebra torakalis di posterior. Diafragma, yang

membentuk dasar (lantai) rongga toraks, adalah lembaran besar otot rangka berbentuk

kubah yang memisahkan secara total rongga toraks dari rongga abdomen. Diafragma

hanya di tembus oleh esofagus dan pembuluh darah yang melintas di antara rongga toraks

dan-abdomen. Rongga toraks ditutup di daerah leher oleh otot-otot dan jaringan ikat.

Satu-satunya komunikasi ( antara toraks dan atmosfer adalah melalui saluran pernapasan

ke dalam alveolus. Seperti paru, dinding dada mengandung sejumlah besar jaringan ikat

elastik.4

Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, dan berbentuk

seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan. Dinding alveolus

terdiri dari satu lapisan sel alveolus Tipe I yang gepeng. Jaringan padat kapiler paru yang

mengelilingi setiap alveolus juga hanya setebal satu lapisan sel. Ruang interstisium

antara alveolus dan jaringan kapiler di sekitarnya membentuk suatu sawar yang sangat

tipis, dengan ketebalan hanya 0,2 µm yang memisahkan udara di dalam alveolus dan

darah di dalam kapiler paru. (Selembar kertas minyak tipis untuk menjiplak yang

tebalnya lima puluh kali dibandingkan ketebalan sawar udara-ke-darah ini.) Ketipisan

sawar tersebut mempermudah pertukaran gas. 4

Page 3: ATELEKTASIS PARU

Gambar 2. (a) Alveolus, merupakan tempat pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida. Oksigen dan karbondioksida menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh

darah dengan cara difusi. (b) Sel Alveolar Tipe I yang tipis dan membentuk dinding

alveolus, epitel alveolus mengandung sel alveolus Tipe II, diaman sel tipe 2 yang

mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah

pengembangan (ekspansi) paru. Di dalam lumen kantung udara juga terdapat makrofag

alveolus untuk pertahanan tubuh.3,4,5

Selain itu, pertemuan udara-darah di alveolus membentuk permukaan yang sangat

luas untuk pertukaran gas. Di paru terdapat sekitar 300 juta alveolus, masing-masing

bergaris tengah sekitar 300 µm (1/3 mm). Sedemikian padatnya jaringan kapiler paru,

sehingga setiap alveolus dikelilingi oleh suatu lapisan darah yang hampir kontinu.

Dengan demikian, luas permukaan total yang terpajan antara udara alveolus dan darah

kapiler paru adalah sekitar 75 meter persegi (seukuran lapangan tenis). Sebaliknya,

apabila paru terdiri dari hanya sebuah ruang berongga dengan ukuran sama dan tidak

terbagi-bagi menjadi satuan-satuan alveolus yang sangat banyak tersebut, luas

permukaan totalnya hanya akan mencapai 1/100 meter persegi.

Di dinding alveolus terdapat pori-pori Kohn berukuran kecil yang memungkinkan

aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, suatu proses yang dikenal sebagai

ventilasi kolateral. Saluran-saluran ini penting untuk mengalirkan udara segar ke suatu

alveolus yang salurannya tersumbat akibat penyakit.4

Terdapat kantung tertutup berdinding ganda, yang disebut kantung pleura, yang

memisahkan tiap-tiap paru dari dinding toraks dan struktur di sekitarnya. Permukaan

pleura mengeluarkan cairan intrapleura encer, yang membasahi permukaan pleura

sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu sama lain saat gerakan bernapas.4

Page 4: ATELEKTASIS PARU

Gambar 3. Pleura, melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap

paru (pleura viseralis). Di antara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan

tipis cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama

pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru.4,6