Askep Atelektasis Hampir Jadi

60
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital, infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain. Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti “pengembangan paru-paru yang tidak sempurna” dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang tidak mengandung udara dan kollaps. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkeolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (atau kolaps) dari suatu 1

description

adi mayantri putra

Transcript of Askep Atelektasis Hampir Jadi

Page 1: Askep Atelektasis Hampir Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital,

infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system

organ tubuh lain.

Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya

dengan penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti “pengembangan

paru-paru yang tidak sempurna” dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian

paru-paru yang terserang tidak mengandung udara dan kollaps. Atelektasis adalah

pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara

( bronkus maupun bronkeolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi

subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan

dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda

daripada anak yang lebih tua dan remaja.

Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan

atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu

bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir

selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan

posisi yang disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.

Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi dan

bronkografi, dapat menentukan atau menegakkan diagnosis dari atelektasis.

Dari uraian di atas maka penulis mencoba mengangkat masalah tentang

Atelektasis.

1

Page 2: Askep Atelektasis Hampir Jadi

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umun

Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

Atelektasis.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kosep dasar teoritis penyakit Atelektasis..

2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien

dengan Atelektasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

dan intervensi.

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan

Atelektasis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat

1. Dalam pembuatan makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Atelektasis.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan Atelektasis.

2

Page 3: Askep Atelektasis Hampir Jadi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep dasar teori

2.1.1. Pengertian

Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami

hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi berkurang atau sama sekali

tidak berisi udara. Hilangnya volume paru secara parsial ataupun komplit dapat

diartikan sebagai kolaps atau atelektasis.

Akhir-akhir ini kolaps atau atelektasis telah menjadi sinonim dan kedua hal

tersebut diartikan sebagai berkurangnya volume udara di dalam paru dan berkaitan

dengan menurunnya volume paru. Hal ini bertolak belakang dengan konsolidasi yang

berarti berkurangnya udara di paru namun volume paru tetap normal. Ada beberapa

mekanisme yang berbeda yang dapat menyebabkan paru menjadi kolaps.

Meskipun atelektasis bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitanya dengan

penyakit parenkim paru. Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru

yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang

terserang tidak mengandung udara dan kolaps.

Menurut kamus kedokteran (Ed, 2005), atelektasis adalah pengembangan paru-

paru secara tak sempurna pada bayi baru lahir. Meskipun atelektasis sebenarnya bukan

merupakan penyakit,tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru.

Menurut kamus keperawatan (Ed.17,penerbit buku kedokteran, EGC) atelektasis

adalah sejumlah alveoli paru tidak mengandung udara akibat kegagalan ekspansi

(atelektasis kongenital) atau kegagalan resorpsi udara dari alveoli (collapse).

Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang

secara sempurna (Somantri, 2008).

Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang

secara sempurna (somantri, 2008).

3

Page 4: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna

dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak

mengandung udara dan kolaps. (Keperawatan Medikal Bedah,vol.2,penerbit buku

kedokteran.EGC.2002).

Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat

mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak

mengandung udara.

2.1.2 Etiologi

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan

juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan

oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus.

Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau

pembesaran kelenjar getah bening.

Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam

aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang

mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan

mengalami infeksi.

Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan:

a. Bronkus tersumbat

penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan

sekresi yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus

akibat penengkanan dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).

b. Tekanan ekstrapulmoner

Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma,

herniasi alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner

(tumor mediastinum).

c. Paralisis atau paresis gerak pernapasan,

4

Page 5: Askep Atelektasis Hampir Jadi

akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada

kasus poliomiolitis dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan

mempengaruhi kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan

penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.

d. Hambatan gerak pernapasan

kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga

akan menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya

atelektasis.

Atelektasis seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun

kolaps alveolar terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat

dibedakan dengan jelas. Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang

atau tidak berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam

rongga pleura. Pada kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan

perawatan yang tepat .

2.1.3. Klasifikasi atelektasis

Atelektasis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Atelektasis Absorpsi

b. Atelektasis Kompresi

2.1.4. Patofisiologi

Pada atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara

ke dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat

dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan

alveolus kolaps. Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan

udara yang lebih besar, seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada

waktu mulai mengembangkan balon.

5

Page 6: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus intrinsik atau

ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsik paling sering disebabkan oleh secret atau eksudat

yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh neoplasma,

pembesaran kelenjar getah benih, aneurisma atau jaringan parut.

Mekanisme pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas

saluran nafas bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi

terjadinya obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang beperan adalah kerja gabungan dari

“tangga berjalan silia” yang dibantu oleh batuk untuk memindahkan partikel-partikel

dan bakteri yang berbahaya ke dalam faring posterior, tempat partikel dan bakteri

tersebut ditelan atau dikeluarkan.

Mekanisme lain yang bertujuan mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral.

Hanya inspirasi dalam saja yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn dan

menimbulkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami

penyumbatan. Dengan demikian kolaps akibat absorpsi gas-gas dalam alveolus yang

tersumbat dapat dicegah (dalam keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih

mudah karena tekanan parsial total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada tekanan

atmosfer akibat lebih banyaknya O2 yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2

yang diekskresikan).

Selama ekspirasi, pori-pori Kohn menutup, akibatnya tekanan di dalam alveolus

yang tersumbat meningkat, sehingga membantu pengeluaran sumbat mucus. Bahkan

dapat dihasilkan gaya ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis

tertutup dan kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal. Sebaliknya

pori-pori Kohn tetap tertutup sewaktu inspirasi dangkal; sehingga tidak ada ventilasi

kolateral menuju alveolus yang tersumbat; dan tekanan yang memadai untuk

mengeluarkan sumbat mucus tidak akan tercapai. Absorpsi gas-gas alveolus ke dalam

aliran darah berlangsung terus, dan mengakibatkan kolaps alveolus. Dengan keluarnya

gas dari alveolus, maka tempat yang kosong itu sedikit demi sedikit akan terisi cairan

edema.

Atelektasis pada dasar paru sering kali muncul pada mereka yang pernapasannya

dangkal karena nyeri, lemah atau peregangan abdominal. Sekret yang tertahan dapat

mengakibatkan pneumonia dan atelektasis yang lebih luas. Atelektasis yang

berkepanjangan dapat menyebabkan penggantina jaringan paru yang terserang dengan

6

Page 7: Askep Atelektasis Hampir Jadi

jaringan fibrosis. Untuk dapat melakukan tindakan pencegahan yang memadai

diperlukan pengenalan terhadap faktor-faktor yang mengganggu mekanisme pertahanan

paru normal.

Atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian paru

atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps.

Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi pleura, pneumothoraks, atau peregangan

abdominal yang mendorong diafragma ke atas. Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi

dibandingkan dengan atelektasis absorpsi.

Hilangnya surfaktan dari rongga udara terminal menyebabkan kegagalan paru

untuk mengembang secara menyeluruh dan disebut sebagai mikroatelektasis. Hilangnya

surfaktan merupakan keadaan yang penting baik pada sindrom distress pernapasan akut

(ARDS) dewasa maupun bayi.

Atelektasis dapat terjadi pada satu tempat yang terlokalisir di paru, pada seluruh

lobus atau pada seluruh paru. Penyebab yang palig sering adalah:

Atelektasis biasanya merupakan akibat dari sumbatan bronki kecil oleh mucus

atau sumbatan bronkus besar oleh gumpalan mucus yang besar atau benda padat seperti

kanker. Udara yang terperangkap di belakang sumbatan diserap dalam waktu beberapa

menit sampai beberapa jam. Oleh darah yang mengalir dalam kapiler paru. Jika jaringan

paru cukup lentur (pliable), alveoli akan menjadi kolaps.

Tetapi, jika paru bersikap kaku akibat jaringan fibrotik dan tidak dapat kolaps,

maka absorpsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan negatif yang hebat dalam alveoli

dan mendorong cairan keluar dari kapiler paru masuk ke dalam alveoli, dengan

demikian menyebabkan alveoli terisi penuh dengan cairan edema. Ini merupakan efek

yang paling sering terjadi bila seluruh paru mengalami atelektasis, suatu keadaan yang

disebut kolaps masif dari paru, karena kepadatan dinding dada dan mediastinum

memungkinkan ukuran paru berkurang hanya kira-kira separuh dari normal, dan tidak

mengalami kolaps sempurna.

Efek terhadap fungsi paru seluruhnya disebabkan oleh kolaps masif (atelektasis)

pada suatu paru dilukiskan pada gambar dibawah ini. Kolaps jaringan paru tidak hanya

menyumbat alveoli tapi hampir selalu juga meningkatkan tahanan aliran darah yang

melalui pembuluh darah paru. Meningkatan tahanan ini sebagian tejadi karena kolaps

7

Page 8: Askep Atelektasis Hampir Jadi

itu sendiri, yang menekan dan melipat pembuluh darah sehingga volume paru

berkurang. Selain itu, hipoksia pada alveoli yang kolaps menyebabkan vasokonstriksi

bertambah.

Akibat vasokonstriksi pembuluh darah, maka aliran darah yang melalui paru

atelektasis menjadi sedikit kebanyakan darah mengalir melalui paru yang terventilasi

sehingga tejadi aerasi dengan baik. Pada keadaan diatas lima per enam darah mengalir

melalui paru yang teraerasi dan hanya satu per-enam melalui paru yang tidak teraerasi.

Sebagai akibatnya, rasio ventilasi/perkusi seluruhnya hanya sedang saja, sehingga darah

aorta hanya mempunyai sedikit oksigen yang tidak tersaturasi walaupun terjadi

kehilangan ventilasi total pada satu paru.

Sekresi dan fungsi surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke

dalam cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada

alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang peranan penting dalam mencegah

kolapsnya alveolus.

Tetapi, pada berbagai keadaan, seperti penyakit membrane hialine (juga disebut

sindrom gawat napas), yang sering terjadi pada bayi-bayi premature yang baru lahir,

jumlah surfaktan yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang. akibatnya tegangan

permukaan cairan alveolus meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi

cenderung mengempis, atau menjadi terisi cairan, kebanyakan bayi ini mati lemas

karena bagian paru yang atelektasis menjadi semakin luas.

.

Pada atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian

paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan

kolpas. Sebab-sebab yang paling sering adalah efusi pleura, pneumotoraks, atau

peregangan abdominal yang mendorong diapragma keatas. Atelektasis tekanan lebih

jarang terjadi di bandingkan dengan atelektasis absorbsi.

Berbeda dengan atelektasis absorpsi, pada atelektasis kompresi (tekanan) terjadi

akibat adanya tekanan ekstrinsik pada bagian paru, sehingga mendorong udara keluar

dan menyebabkan bagian tersebut kolaps. Tekanan ini biasa terjadi akibat efusi pleura,

pneumotoraks atau peregangan abdominal yang mendorong diafragma ke atas.

8

Page 9: Askep Atelektasis Hampir Jadi

2.1.5 WOC

9

Penengkanan dari luar tubuh

Penyumbatan bronkus

Jaringan paru-paru terisi seldarah dan lendir

infeksi

Obstruksi jalan nafas

Obstruksi bronkusintrinsik

Atelektasis

Hambatan gerak pernafasan

Menghambat pengeluaran sekret

Inspirasi dangkal

Alveolus terisi cairan odema

Mengurangi nafsu makan

Peningkatan denyut jantung

sesaknafas

Gangguan suplai O2

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Kerusakan pertukaran gas

infeksi

Lemah, penurunan energi

Sputum, tumor

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Page 10: Askep Atelektasis Hampir Jadi

2.1.6 Manifestasi klinik

Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas

yang ringan.

Gejalanya bisa berupa :

gangguan pernafasan

nyeri dada

batuk

Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung,

kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

Manifestasi klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya

atelektasis.

Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,

neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,

bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali

jika ada obstruksi pada bronkus utama.

Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi :

dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal,

takikardi dan sering sianosis,

napas tertinggal,

temperatur yang tinggi, dan

jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.

Pada palpasi didapatkan fremitus vokal melemah sampai menghilang. Pada

perkusi pekak dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi, batas

jantung dan mediastinum bergerak ke lateral/bergeser ke sisi yang sakit, dan letak

diafragma meninggi.

Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus

10

Page 11: Askep Atelektasis Hampir Jadi

suara napas menurun,

bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar,

biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thoraks, gerak sela iga

dan diafragma.

Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas

yang ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama

sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.

Jika disertai infeksi, bisa terjadi :

demam dan peningkatan denyut jantung,

kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan diagnostik

a. Radiologi Konvensional

Pemeriksaan rontgen thoraks adakalanya dapat memberikan petunjuk untuk

mendiagnosis atelektasis. Bentuk-bentuk kolaps pada atelektasis secara klinis dan

radiologi, sebagai berikut:

1. Kolaps paru menyeluruh

a. Opasifikasi hemithoraks

b. Pergeseran mediastinum ke sisi yang terkena

c. Diafragma terangkat

2. Kolaps lobus kanan atas

a. Fisura horizontal normal terletak pada anterior kanan iga ke empat

b. Pada kolaps yang parah, lobus menjadi datar berlawanan dengan mediastinum

posterior.

3. Kolaps lobus tengah kanan

a. Sumbatan pada perbatasan jantung kanan sering tampak

b. Proyeksi Lordotik AP memperlihatkan pergeseran fisura.

4. Kolaps lobus bawah

11

Page 12: Askep Atelektasis Hampir Jadi

a. Opasitas terlihat pada proyeksi frontal

b. Gambaran wedge-shaped shadows

c. Hilus tertekan dan terputar ke medial.

5. Kolaps lingula

a. Gambaran radiologi mirip dengan gambaran kolaps lobus tengah kanan

b. Proyeksi frontal perbatasan jantung kiri menjadi kabur.

6. Kolaps lobus kiri atas

a. Terlihat jelas pada proyeksi frontal

b. Pergeseran anterior di seluruh celah obliq, hampir sejajar pada dinding dada

anterior

c. Opasitas kabur terlihat di bagian atas, tengah dan kadang-kadang pada daerah

bawah

d. Opasitas yang paling padat di dekat hilus

e. Elevasi hilus

f. Trakea sering menyimpang ke kiri

b. Computed Tomography Scan (CT-SCAN)

1. Kolaps lobus bawah

Adanya campuran densitas pada paru yang mengalami kolaps diakibatkan

bronkus berisi cair

2. Kolaps lobus kiri atas

a. Opasitas kabur terlihat dibagian atas, tengah dan kadang-kadang pada daerah

bawah

b. Opasitas yang paling padat di dekat hilus

c. Kadang seperti nodus limfatik yang mengalami klasifika

3. Kolaps paru menyeluruh

a. Opasifikasi hemithoraks

12

Page 13: Askep Atelektasis Hampir Jadi

b. Adanya herniasi di kedua paru retrosternal dan refleksi azygo-esofagus.

Esophagus berisi sedikit udara

2. Pemeriksaan laboratorium

13

Page 14: Askep Atelektasis Hampir Jadi

2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali

mengembangkan jaringan paru yang terkena.

Tindakan yang biasa dilakukan :

a. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali

bisa mengembang

b. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya

c. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )

d. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak

e. Postural drainase

f. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi

g. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya

h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan

atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena

mungkin perlu diangkat.

Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang

mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut

ataupun kerusakan lainnya.

Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:

1. Medis

Pemeriksaan bronkoskopi

Pemberian oksigenasi

Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan

kortikosteroid)

Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)

Pemeriksaan bakteriologis

2. Keperawatan

Teknik batuk efektif

Pegaturan posisi secara teratur

14

Page 15: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Melakukan postural drainase dan perkusi dada

Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur

2.1.9 KOMPLIKASI

Pada pasien yang mengalami atelektasis maka akan terjadi :

1. Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan

udara ke dalam rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara

lingkungan keluar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara

melalui mediastinum yang disebabkan oleh trauma.

2. Efusi pleura

Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru

yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau

(jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat

menyebabkan hipoksemia.

2.2.1. Konsep Dasar Askep

2.2.1.1. Pengkajian teoritis

1. Indentitas klien

(nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,

tanggal dan jam masuk RS, no register dan diagnosis medis).

2. Keluhan utama

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas

15

Page 16: Askep Atelektasis Hampir Jadi

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Data Dasar pengkajian

2.2.1.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret ( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh

sekresi, spasme bronchus

c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia

yang berhubungan dengan muntahan dan bau.

2.2.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Nama klien : Tn. H

Ruang Rawat : Kemuning

Diagnosa medic : Atelektasis

n

o

Diagnosa

keperawatan

Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional

16

Page 17: Askep Atelektasis Hampir Jadi

2

a. Bersihan

jalan

nafas

tidak

efektif

berhubu

ngan

dengan

peningk

atan

produksi

sekret

( bronko

spasme )

, lemah,

penurun

an

energi.

Kerusakan

pertukaran

gas

berhubunga

n dengan

obstruksi

jalan nafas

oleh sekresi,

spasme

bronchus.

Setelah

dilakukan

intervensi

keperawa

tan

selama

3x 24 jam

diharapka

n jalan

nafas

paten/

kembali

efektik,

dahak

dapat

dikeluark

an dan

tidak sulit

dalam

bernafas

Setelah di

lakukan

intervensi

keperawa

tan

selama 3

x 24 jam

di

harapkan

pertukara

n gas atau

Jalan nafas

bebas atau

dahak dapat

dikeluarkan .

Dispnea dan

takipnea

tidak ada.

Kesulitan

bernapas

tidak ada.

Penggunaan

otot bantu

pernapasan

tidak ada.

TTV DBN:

TD:120-

130/80-

85mmHg

ND;60-

100x/i

RR:16-24x/i

Berpartisipas

i dalam

program

pengobatan

dalam tingkat

kemampuan/

situasi

Dispnea &

takipnea

tidak ada.

Kesulitan

bernafas

Berbaring

pada sisi

paru-paru

yang sehat

sehingga

paru-paru

yang

terkena

kembali bisa

mengemban

g

Perkusi

(menepuk-

nepuk) dada

Menghilang

kan

penyumbata

n, baik

melalui

bronkoskopi

maupun

prosedur

lainnya

Berbari

ng pada

posisi

yang

sehat

akan

akan

mencipt

akan

kenyam

anan

pasien

Perkusi

akan

mengen

cerkan

dahak

Melaui

bronkos

copy

akan

bisa

melihat

penyum

atan

( obstru

ksi

jalan

17

Page 18: Askep Atelektasis Hampir Jadi

3Perubahan

nutrisi,

kurang dari

kebutuhan

tubuh, risiko

tinggi

terhadap

anoreksia

yang

berhubunga

n dengan

muntahan

dan bau.

oksigenas

i ade

kuat,

tidak ada

lagi

obtruksi

jalan

nafas

Setelah di

lakukan

intervensi

keperawa

tan

selama 3

x 24 jam

di

harapkan

kebutuha

n nutrisi

terpenuhi

/ intake

ade kuat.

tidak ada.

Gelisah tidak

ada.

TTV DBN :

TD : 120-

130/80-85

mmHg

ND : 80-100

x /i

RR :16-24

x/i

Hb : 14 -18

dr/dL

Menunjukka

n

peningkatan

nafsu makan

Mempertaha

nkan/

meningkatka

n berat

badan.

Klien tidak

mual lagi.

BB stabil

/tidak turun

atau naik.

Klien dapat

menghabiska

n ¾ - 1 porsi

Jadwalkan

pengobatan

pernapasan

sedikitnya 1

jam sebelum

makan

Auskultasi

bunyi usus.

Observasi/

nafas

Menuru

nkan

efek

mual

yang

berhub

ungan

dengan

pengob

atan ini.

Bunyi

18

Page 19: Askep Atelektasis Hampir Jadi

makan yang

di berikan.

Mukosa bibir

lembab.

Nilai lab

DBN :

Hb : 14-18

gr/dL

Albumin :

3,5-5,5 gr/dL

Protein total :

6,0-8,0 gr/dL

palpasi

distensi

abdomen.

Berikan

makan porsi

kecil dan

sering

termasuk

makanan

usus

mungki

n

menuru

n/ tak

ada bila

proses

infeksi

berat/

memanj

ang.

Distensi

abdome

n terjadi

sebagai

akibat

menelan

udara

atau

menunj

ukkan

pengaru

h toksin

bakteri

pada

saluran

GI.

Tindaka

n ini

dapat

mening

19

Page 20: Askep Atelektasis Hampir Jadi

kering atau

makanan

yang

menarik

untuk

pasien.

katkan

masuka

n

meskipu

n nafsu

makan

mungki

n

lambat

untuk

kembali

.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Format Pengkajian

1. Data Biografi

Identitas Klien:

Nama : Tuan H

Umur : 51 th

Suku/bangsa : Rejang

20

Page 21: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Status Perkawinan : kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl.Padang harapan

Tanggal masuk RS : 02 April 2011

Tanggal Pengkajian : 04 April 2011

Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :

Nama/Umur : Tn E/ 30 No Telepon : (0736) 46833

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl lingkar barat

Sumber Informasi : Pasien, keluarga.

2. Riwayat Kesehatan/keperawatan

1) Keluhan utama/alasan masuk RS:

Tn H datang ke RS pada tanggal 02 April 2011 dengan keluhan utama

nyeri dan sesak nafas.

2) Riwayat kesehatan sekarang:

Faktor pencetus:

21

Page 22: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Pasien mengatakan bahwa sesak nafas karena penyumbatan bronkus.

Sifat keluhan (mendadak/pelahan-lahan/terus-menerus/hilang timbul atau

berhubungan dengan waktu) :

Sifat keluhan hilang timbul

Lokalisasi dan sifatnya (menjalar/menyebar/berpindah-pindah/menetap):

lokasi nyeri pada bagian hidung dan menetap

Berat ringannya keluhan (menetap/cenderung bertambah atau berkurang)

:

Nyeri yang timbul bersifat menetap.

Lamanya Keluhan:

Nyeri dirasakan 3 hari sebelum masuk RS.

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi :

pasien beristirahat dan mengkonsumsi obat anti nyeri.

Keluhan saat pengkajian:

Nyeri yang dirasakan Tn H hilang timbul

Diagnosa medik :

Obstruksi saluran napas ( polip

hidung )

Tanggal: 03 April 2011

22

Page 23: Askep Atelektasis Hampir Jadi

TBC Tanggal : 03 April 2011

3) Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya untuk

mengatasi, riwayat masuk RS): ATELEKTASIS dialami pasien dalam

kurun waktu 1 tahun terakhir. Upaya yang dilakukan pasien dengan

mengkonsumsi obat menghilang nyeri dengan Salbutamol dosis 12,5

Mg.

Alergi : Pasien alergi terhadap antibiotik penisilin.

Obat-obatan

(Resep/obat

bebas)

Dosis Dosis Terakhir Frekuensi

Salbutamol 12,5 mg 12,5 mg 3x sehari

4) Riwayat Kesehatan keluarga :

Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga:

Tidak ada.

3. Pola Fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Persepsi terhadap penyakit :

Pasien merasakan dengan penyakit yang ia alami menyebabkan

hilangnya kenyamanan.

23

Page 24: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Penggunaan :

Tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berhenti) :

Pasien adalah seorang perokok. Pasien biasanya merokok sebanyak 1

bungkus perhari. Pasien mulai merokok sejak umur 18 tahun. Pasien

belum berniat untuk berhenti.

Alkohol (jenis, jumlah/hari/minggu/bulan):

Pasien mengkonsumsi alkohol jenis anggur merah, sebanyak 1 botol

dalam seminggu.

Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): pasien alergi terhadap

antibiotik yaitu penisilin.

Reaksi alergi:

Gatal-gatal seluruh badan dan timbul ruam merah.

2) Pola nutrisi dan metabolism

Diet/suplemen khusus: pasien biasa mengkonsumsi minuman berenergi

seperti hemaviton, kartingdeng, extra joss.

Intruksi diet sebelumnya: belum ada intruksi diet sebelumnya.

Nafsu makan (nomal, meningkat, menurun): menurun

Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mengalami

stomatitis, mual dan muntah.

Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turu) : BB pasien menurun sebanyak

5 kg (60 kg menjadi 55 kg).

Kesulitan menelan (disfagia): ada

Gigi (lenkap/tidak,gigi palsu): lengkap

Riwayat masalah kulit/penyembuhan (ruam,kering,keringat berlebihan,

penyembuhan abnormal: tidak ada

Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada

24

Page 25: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Frekuensi makan: menurun (2x sehari)

Jenis makanan: Karbohidrat, protein, lemak

Pantangan/alergi : pasien tidak boleh makan-makanan yang berminyak

seperti goreng-gorengan.

Lain-lain : -

3) Pola Eliminasi

Buang air besar (BAB) :

Frekuensi : 1x/hari Waktu : pagi hari

Warna : kuning Konsistensi: lunak

Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak terdapat kesulitan

Buang air kecil (BAK) :

Frekuensi : 4-6x/hari Warna : kuning jernih

Kesulitan : tidak ada

4) Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri :

0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan

1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan/ tidak mampu

2 = dibantu orang lain

Kegiatan / aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Mandi √

Berpakaian/ berdandan √

25

Page 26: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Toileting √

Mobilisasi di tempa tidur √

Berpindah √

Berjalan √

Menaiki tangga √

Berbelanja √

Memasak √

Pemeliharaan rumah √

Alat bantu ( kruk, pispot, tongkat, kursi roda) : tidak ada

Kekuatan otot : masih lemah

Kemampuam ROM : mampu

Keluhan saat beraktivitas : nafas semakin sesak,

Lain-lain : -

5) Pola istirahat dan tidur

Lama tidur : 6 jam/malam, 1-2 jam tidur siang

Waktu : 22.00-04.00 Wib

Kebiasan menjelang tidur : berwudhu

Masalah tidur ( insomnia, terbangun dini, mimpi buruk ) : terbangun dini

6) Pola kognitif dan persepsi

Status mental : sadar, compos mentis

Bicara : normal (√ ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspesif ( )

Kemampuan berkomunikasi : ya (√ ), tidak ( )

Kemampuan memahami : ya (√ ), tidak ( )

26

Page 27: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Tingkat ansietas : ringan (√ ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )

Pendengaran : DBN (√ ), tuli ( ),kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu

dengar ( )

Penglihatan : DBN, buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll ) :

kacamata

Vertigo : Tidak ada

Ketidaknyamanan/ nyeri (akut/kronik) : adanya ketidaknyama dan ada

nyeri

i. Penatalaksanaan nyeri : Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi

maupun prosedur lainnya

7) Persepsi diri dan konsep diri

Perasan klien tentang masalah ini : klien mengatakan sesak nafas sangat

dirasakan karena akibat penyakit atelektasis

8) Pola peran dan hubungan

Pekerjaan : petani

Sistem pendukung : pasangan/istri

Serumah (√ ), tinggal berjauhan ( )

Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di RS : klien mengatakan

mengalami kesulitan dengan masalah biaya berkenaan dengan perawatan

di RS

Kegiatan sosial : klien masih bisa untuk datang menghadiri undangan

tapi tidak bisa membantu aktivitas yang berat

9) Pola sexual dan reproduksi

Tanggal menstruasi terakhir : -

Masalah menstruasi : -

Pap Smear terakhir : -

27

Page 28: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Masalah sexual b/d penyakit : -

Lain-lain : -

10) Pola koping dan toleransi stress

Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (Finansial,

perawatan diri) : baik, tetapi klien sedikit terpikir dengan masalah biaya

perawatan

Kehilangan/ perubahan besar dimasa lalu : tidak ada

Hal yang dilakukan saat ada masalah ( sumber koping ) : musyawarah

dengan istri dan keluarga

Penggunaan obat yang dilakukan untuk menghilangkan stress : tidak ada

Keadaan emosi dalam sehari-hari ( santai/ tegang ): santai

11) Keyakinan dan kepercayaan

Agama : islam

Pengaruh agama dalam kehidupan : baik, pasien mengatakan agama

adalah pedoman hidup pasien dan juga keluarga

4. Pemerikasaan Fisik

a. Keadaan umum :

Penampilan umum: Penampilan tidak baik, gaya bicara tidak terkoordinasi,

bicara tidak jelas.

Klien tampak sehat/sakit/sakit berat: Klien tampak sakit berat.

Kesadaran : Tidak komposmentis

BB : 55 Kg

TB : 167 Cm

b. Tanda-tanda vital :

28

Page 29: Askep Atelektasis Hampir Jadi

TD : 100/80 mmHg

ND : 50/menit

RR : 14/menit

S : 36,5 °C

c. Kulit

Warna kulit (sianosis,ikterus,pucat,eritema,dll) : Warna kulit pucat.

Kelembapan: Kering

Turgor kulit: Elastis

Ada/tidaknya oedema: Tidak ada

d. Kepala/ rambut

Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut kusam, distribusi tidak merata,

kurang bersih dan tidak berketombe.

Palpasi : Textur tidak halus dan kering, tidak berminyak, tidak ada

benjolan atau masa.

e. Mata

Fungsi pengelihatan : Baik, visus 6/6.

Ukuran pupil : 2mm

Konjungtiva : anemis

Lensa/iris : Lensa warna hitam, tidak ada kekeruhan lensa

Oedema palpebra : tidak ada odema palpebra

Palpebra : Terbuka

29

Page 30: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Skelera : Tidak ikterik

f. Telinga

Fungsi pendengaran : Baik

Kebersihan : bersih

Daun telinga : simetris, elastis, lesi tidak ada, tidak ada tanda-tanda

mastoiditis

Fungsi keseimbangan : baik

Secret : tidak ada

g. Hidung dan sinus

Infeksi : Bentuk simetris, tidak ada deformitas

Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau

Pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada

Kebersihan : bersih

Perdarahan : tidak ada

Sekret : ada

h. Mulut dan tenggorokan

Membrane mukosa : Kering dan pucat

Keadaan gigi : Lengkap

Tanda radang (bibir,gusi,lidah) : tidak ada

Trismus : tidak ada kesulitan buka mulut.

Kesulitan menelan : disfagia tidak ada

30

Page 31: Askep Atelektasis Hampir Jadi

i. Leher

Trakea(simetris/tidak) : Simetris saat dilakukan palpasi

Carotid bruid : ada bunyi bruid

JVP : 5-2 cm H2O

Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Kelenjar toroid : tidak ada pembengkakan

Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk dan kepala mpasien bias fleksi ke

dada

j. Thorak/paru

Inspeksi :inspeksi dada tidak simetri, RR : 14x/menit, menggunakan otot

Bantu pernafasan

Palpasi : Fremitus Ka≠Ki, ekspansinparu tidak simetris

Perkusi : resonan pada kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler

k. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Paspasi : ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke5.

Perkusi : batas atas jantung RIC ke2

- batas kanan : linea sternalis dextra

- batas kiri : 1 jari linea mid clavikula sinistra

- batas bawah : 1 jari LMCS RIC ke5

Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada bunyi tambahan S3ndan S4,

murmur dan gallop tidak ada

31

Page 32: Askep Atelektasis Hampir Jadi

l. Abdomen

Inspeksi : Simetris, jaringan parut tidak ada, vena tidak menonjol, asites

tidak ada

Auskultasi : B.U, 12x/i

Perkusi : Tympani

Palpasi : hepar dan limfa tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan

limfa

m. Genitalia : bersih, tanda-tanda radang tidak ada. Lesi tidak ada

n. Rectal : haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada, massa tidak

ada

o. Ekstrimitas

Ekstrimitas atas : akral hangat, oedema tidak ada, genggaman tangan kuat

Ekstrimitas bawah : Akral hangat, oedema tidak ada, kekuatan penuh

ROM : gerakan aktif tanpa dibantu

Kekuatan otot : otot lemah

p. Vascular perifer

Capilari refille : tidak normal

Clubbing : tidak menonjol

Perubahan warna(kuku,kulit,bibir) : kilit sedikit pucat

32

Page 33: Askep Atelektasis Hampir Jadi

q. Neurologis

Kesadaran(GCS) :

Status mental : compos mentis/15

Motorik : normal; gerak menurut perintah

Sensorik : normal, percakapan adekuat

Tanda rangsangan meningeal : -

Saraf ransangan meningea l: normal

Saraf cranial : normal

Refleks fisiologis : baik, ekstremitas semua bias digerakkan

Refleks patologis : -

33

Page 34: Askep Atelektasis Hampir Jadi

3.2 Analisis data

Nama klien : Tn. H

Ruang Rawat : Kemuning

Diagnosa medic : Atelektasis

No Data Etologi Masalah

1

2

Ds : Klien mengatakan batuk

berdahak dan sesak nafas

Klien mengatakan

dahaknya terasa lengket di

tengkorokan dan sulit

dikeluarkan.

Klien mengatakan kesulitan

bernafas.

Do : klien tampak kesulitan

bernafas

TTV: TD : 120/80

ND : 40 x/i

RR : 30 x/i

Do : pernafasan cuping hidung

: Takipnea (+)

: dispnea (+)

: pernafasan dangkal

Penggunaan otot bantupernafasan (

+ )

DS : klien mengatakan batuk

berdahak dan sesak nafas

: klien mengatakan kesulitan

bernafas

: klienmengatakanbadannya terasa

lemah

Peningkatan

produksi sekret,

bronkospasme,

lemah, penurunan

energy

Gangguan suplai

oksigen akibat

obtruksi jalan nafas

oleh secret,

bronkospasme

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Resiko tinggi

kerusakan

pertukaran gas

34

Page 35: Askep Atelektasis Hampir Jadi

3

DS : klien tampak lemah

: klien tampak kesulitan bernafas

: TTV: TD : 120/80

ND : 40 x/i

RR : 30 x/i

: mukosa bibir kering

: takipnea (+)

: Dispnea (+)

: HB : 10,5 gr/dl

DS : klien mengatakan batuk

berdahak dan lengket di

tenggorokan

: klien mengatakaniamerasa mual

sehingga tidak nafsu untuk makan

: klienmengatakan iahanyabisa

menghabiskan ¼ porsi

: klien mengatakan BB nya turun 4

kg dalam bulan terakhir

DO : klien tampak lemah

: BB turun 4 kg

: HB : 10,5 gr/dl

Albumin : 3,2 gr/dl

Protein total : 5,78 gr/dl

Dispnea,

kelemahan, mual,

produksi sputum

Perubahan nutrisi,

kurang dari

kebutuhan tubuh

35

Page 36: Askep Atelektasis Hampir Jadi

3.2 Diagnosa keperawatan yang muncul

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sekret ( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.

b. Resiko tinggi Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan

nafas oleh sekresi, spasme bronchus

c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap

anoreksia yang berhubungan dengan muntahan dan bau.

3.3 Rencana Asuhan keperawatan

Nama klien : Tn. H

Ruang Rawat : Kemuning

Diagnosa medic : Atelektasis

n

o

Diagnosa

keperawatan

Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional

1 Bersihan

jalan nafas

tidak efektif

berhubunga

n dengan

peningkatan

produksi

sekret

( bronkospas

me ), lemah,

penurunan

energi.

Setelah

dilakukan

intervensi

keperawa

tan

selama

3x 24 jam

diharapka

n jalan

nafas

paten/

kembali

efektif,

dahak

Jalan nafas

bebas atau

dahak dapat

dikeluarkan .

Dispnea dan

takipnea

tidak ada.

Kesulitan

bernapas

tidak ada.

Penggunaan

otot bantu

pernapasan

Berbaring

pada sisi

paru-paru

yang sehat

sehingga

paru-paru

yang

terkena

kembali bisa

mengemban

g

Berbarin

g pada

posisi

yang

sehat

akan

akan

mencipta

kan

kenyama

nan

pasien

36

Page 37: Askep Atelektasis Hampir Jadi

2

Kerusakan

pertukaran

gas

berhubunga

n dengan

obstruksi

jalan nafas

oleh sekresi,

spasme

bronchus.

dapat

dikeluark

an dan

tidak sulit

dalam

bernafas

Setelah di

lakukan

intervensi

keperawa

tan

selama 3

x 24 jam

di

harapkan

pertukara

n gas atau

oksigenas

i ade

kuat,

tidak ada

lagi

obtruksi

jalan

nafas

tidak ada.

TTV DBN:

TD:120-

130/80-

85mmHg

ND;60-

100x/i

RR:16-24x/i

Berpartisipas

i dalam

program

pengobatan

dalam tingkat

kemampuan/

situasi

Dispnea &

takipnea

tidak ada.

Kesulitan

bernafas

tidak ada.

Gelisah tidak

ada.

TTV DBN :

TD : 120-

130/80-85

mmHg

ND : 80-100

x /i

RR :16-24

x/i

Perkusi

(menepuk-

nepuk) dada

Menghilang

kan

penyumbata

n, baik

melalui

bronkoskopi

maupun

prosedur

lainnya

Perkusi

akan

mengenc

erkan

dahak

Melaui

bronkosc

opy akan

bisa

melihat

penyuma

tan

( obstruk

si jalan

nafas

37

Page 38: Askep Atelektasis Hampir Jadi

3Perubahan

nutrisi,

kurang dari

kebutuhan

tubuh, risiko

tinggi

terhadap

anoreksia

yang

berhubunga

n dengan

muntahan

dan bau.

Setelah di

lakukan

intervensi

keperawa

tan

selama 3

x 24 jam

di

harapkan

kebutuha

n nutrisi

terpenuhi

/ intake

ade kuat.

Hb : 14 -18

dr/dL.

Menunjukka

n

peningkatan

nafsu makan

Mempertaha

nkan/

meningkatka

n berat

badan.

Klien tidak

mual lagi.

BB stabil

/tidak turun

atau naik.

Klien dapat

menghabiska

n ¾ - 1 porsi

makan yang

di berikan.

Mukosa bibir

lembab.

Nilai lab

DBN :

Hb : 14-18

gr/dL

Albumin :

3,5-5,5 gr/dL

Protein total :

6,0-8,0 gr/dL

Jadwalkan

pengobatan

pernapasan

sedikitnya 1

jam sebelum

makan

Auskultasi

bunyi usus.

Observasi/

palpasi

distensi

abdomen.

Menurun

kan efek

mual

yang

berhubun

gan

dengan

pengobat

an ini.

Bunyi

usus

mungkin

menurun/

tak ada

bila

proses

infeksi

berat/

memanja

ng.

Distensi

abdomen

terjadi

sebagai

akibat

38

Page 39: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Berikan

makan porsi

kecil dan

sering

termasuk

makanan

kering atau

makanan

yang nenarik

untuk

pasien.

menelan

udara

atau

menunjuk

kan

pengaruh

toksin

bakteri

pada

saluran

GI.

Tindakan

ini dapat

meningka

tkan

masukan

meskipun

nafsu

makan

mungkin

lambat

untuk

kembali.

3.4 Catatan Perkembangan

Nama klien : Tn. H

Ruang Rawat : Kemuning

39

Page 40: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Diagnosa medik : Atelektasis

Hari/tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi

Rabu, 05

April 2011

Bersihan jalan nafas

tidak efektif dengan

peningkatan produksi

secret (bronkospasme),

lemah, penurunan

energy

Jam :10.00

Mengkaji

frekuensi/kedalama

n pernafasan dan

gerakan dada

Hasil : RR : 24 x/i

Mengauskultasikan

area paru, mencatat

area penurunan

/tidak ada aliran

udara dan bunyi

nafas

krekels,mengistridor

ada

Menganjurkan

pasien latihan nafas

dalam dan batuk

efektif sementara

posisi duduk tinggi

Misal : klien

dapatmendemontras

ikan batuk efektif

dan dapat

mengeluarkan

dahak

Menganjurkan

pasien untuk minum

air hangat sdikitnya

2500 ml/hari.

Jam : 14.00

S : klien

mengatakan sudah

dapat

mengeluarkan

dahaknya

: klienmngatakan

sesaknya sudah

agak berkurag

: klien

mengatakan sudah

dapat bernafas

dengan agak lega

O : klien dapat

mngeluarkan

dahaknya

: dispnea

berkurang

: penggunaan otot

bantu tidak ada

: kesulitan

bernafas tidak ada

TTV DBN :

TD : 120/80

mmHg

40

Page 41: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Kerusakan pertukaran

gas berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas

oleh sekresi, spasme

bronchus.

Hasil : pasien mau

minum air hangat

Memberikan obat

sesuai indikasi,

mukolitik

ekspektoran,

bronkodolator,

analgesik.

Memberikan

oksigen tambahan 2

liter / hari

Memberikan

pengobatan

pernapasan kepada

pasien dengan

latihan nafas

ND : 90 x /i

RR :24 x/i

A : masalah

teratasi

P : Intervensi

dihentikan

S : Klien

mengatakan sudah

tidak sulit nafas

lagi

: klien mengatakan

BB stabil

O : pasien sudah

tidak sulit bernafas

lagi

S : Klien

mengatakan sudah

tidak mual lagi

A : masalah

teratasi

41

Page 42: Askep Atelektasis Hampir Jadi

Perubahan nutrisi,

kurang dari kebutuhan

tubuh, risiko tinggi

terhadap anoreksia yang

berhubungan dengan

muntahan dan bau.

memberikan makan

porsi kecil dan

sering

memberikan

makanan kering dan

makanan yang

menarik untuk

pasien.

P : intervensi

dihentikan

S : klien

mengatakan sudah

menghabiskan ¼

porsi

: klien mengatakan

sudah tidakmual

lagi

O : pasien sudah

tidak muntah lagi

: pasien bias

menghabiskan ¼

porsi

: BB pasie

nstabil/tidak

naik dan tidak

turun

A : masalah

teratasi

P : intervensi

dihentikan

TTD Perawat

42

Page 43: Askep Atelektasis Hampir Jadi

BAB IV

PENUTUP

2.2 KESIMPULAN

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang

sangat dangkal.

Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.

Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran

pernafasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi

jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan akhirnya mengalami

kolaps.

Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan

fisik. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda

pengempisan lobus.

4.2 SARAN

Atelektasis merupakan penyakit yang harus ditangani dengan cepat dan tepat

karena sebagian angka mortalitas dari penyakit gangguan pola nafas adalah penyakit

atelektasis. Penanganan yang baik dan pendiagnosaan yang tepat akan memberikan

ketepatan dalam pencegahan penyakit ini.

43

Page 44: Askep Atelektasis Hampir Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 1994. Keperawatan Medikal Bedah I, edisi 8, Vol. 1.

EGC : Jakarta.

Doenges Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . EGC :

Jakarta.

Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29. EGC :

jakarta.

Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. FKUI :

Jakarta.

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI : Jakarta.

Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.

Hamsafir, Evan. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Atelektasis.

Available from : www.infokedokteran.com. Accessed 08 April 2011.

44