Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

48
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DEMAM TYPOID DI RUANG INTERNE RSUD M. ZEIN PAINAN Oleh Kelompok IV (Empat) INTERNE : 1. Alpian Rodison 2. Amelia Florida 3. Delwisnovriaty 4. Dia Trisnawati 5. Tiya Monica Baminda 6. Megiko Putra Mengetahui Mengetahui Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik ( ) ( )

description

KEPERAWATAN

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DEMAM TYPOID DI RUANG INTERNE

RSUD M. ZEIN PAINAN

Oleh

Kelompok IV (Empat) INTERNE :

1. Alpian Rodison2. Amelia Florida3. Delwisnovriaty 4. Dia Trisnawati5. Tiya Monica Baminda6. Megiko Putra

Mengetahui Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH

2014

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi

Demam Typoid adalah penyakit infeksi otot usus halus dengan gejala demam

minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran cerna dengan atau tanpa

gangguan kesadaran.

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada

saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan

kesadaran.

2. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A, B dan C.

Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid

dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid

dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama 1

tahun.

Penyebab dari demam typoid adalah salmonella typosa, merupakan hasil

gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.

3. Anatomi fisiologi

Traktus digestivus adalah suatu system yang mengurus tentang pemasukan

zat makanan ke dalam tubuh. Zat makanan yang dikonsumsi pada umumnya

karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin sebagian besar air. Zat tersebut

kecuali air akan mengalami saluran-saluran dari makanan itu:

1. Rongga mulut

2. Rongga pharing

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

3. Esophagus

4. Usus besar

5. Usus kecil

6. Rectum dan anus

Makanan akan dicerna dan disimpan dahulu di lambung sebelum diserap,

fungsi lambung adalah :

- Tempat penumpukan makanan sementara.

- Tempat proses pencernaan makanan.

- Untuk menghasilkan zat intrinsik yang berfungsi membentuk darah.

Makanan yang dari lambung akan diserap oleh usus halus terdiri dari

duodenum, jejenum dan ileum lapisan-lapisan dari usus halus :

a. Lapisan mukosa

b. Lapisan sub mukosa

c. Lapisan muskularis

d. Lapisan serosa

Fungsi usus halus adalah :

1. Tempat penumpukan sementara makanan sebelum diserap.

2. Tempat berlangsungnya pencernaan makanan.

3. Tempat terjadinya penyerapan segala macam zat makanan.

4. Patofisiologi

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella typhi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui

perantara lalat, dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi

oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan

dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella

thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melaui mulut.

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

Salmonella typosa masuk melalui mulut sebagian akan dimusnahkan

dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian lagi diserap usus halus melalui

pembuluh limfe terus masuk ke peredaran darah sampai ke organ-organ terutama

hati dan organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada abdomen.

Kemudian masuk kembali dalam darah (bakteriomia) dan menyebar ke seluruh

tubuh terutama ke dalam kelenjer limfoid usus halus, menimbulkan tukak

berbentuk lonjong pada mukosa, tukak tersebut dapat mengakibatkan

pendarahan dan perforasi pada usus, gejala demam disebabkan oleh endotoksin

yang mempunyai peranan pembantu proses peradangan lokal, salmonella typosa

dan endotoksin merangsang sintesa dan pelepasan zat progenik dan leukosit,

jaringan yang meradang mempengaruhi pusat pengatur suhu di hiphotalamus

sehingga mengakibatkan demam, jika suhu tubuh semakin meningkat lidah yang

khas akan kotor, splenomegali, gejala toksemia berat akan terjadi penurunan

kesadaran. Sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan

pada usus halus

Semula disangka demam biasa dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan

oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitan eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama pada demam typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses

inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan

endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

WOC

Penularan melalui mulut oleh makanan dan

minuman yang terkontaminasi kuman

salmonella typhosa

Masuk ke lambung

Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung

Sebagian lagi diserap usus halus

Bakteri memasuki aliran darah (bakteriomia)

Kelenjer limfoid Endotoksin

usus halus

Merusak epitel usus Mempengaruhi

menembus mukosa usus regulator di hiphotalamus

Tukak usus

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

- Demam suhu tubuh meningkat

Pendarahan dan perforasi - Penurunan kesadaran

pada usus halus

MK : Gangguan rasa nyaman

Anoreksi, mual, muntah,

diare, rasa tidak enak pada

perut

MK : Gangguan Nutrisi

Pengetahuan dan informasi

yang kurang

MK : Kecemasan MK : Penularan penyakit

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

5. Tanda dan Gejala

1). Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama tiga minggu

- Minggu I peningkatan suhu tubuh sore dan malam hari, dan menurun

pada pagi hari dan siang hari karena kuman salmonella typosa bekerja

pada malam hari pada individu istirahat.

- Minggu II suhu tubuh terus maningkat

- Minggu III suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali.

2. Terjadi gangguan pada saluran cerna bibir kering dan pecah-pecah,

hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri abdomen.

3. Adanya bintik-bintik merah pada kulit akibat dari emboli dalam kapiler kulit.

4. Nyeri kepala, lemah, letih lesu.

5. Gangguan kesadaran, penurunan kesadaran, apatis, samnolen.

6. Manifestasi Klinik

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam

hari. Dengan keluhan dan gejala demam,nyeri otot, nyeri kepala,

anorexia dan mual, batuk epitaksis, obstipasi/ diare, perasaan tidak

enal di perut.

Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,

lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,

meteorismus, penurunan kesadaran.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

7. Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus

2. Perporasi usus

3. Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

2. Komplikasi darah : anemia hermolotik, trobositopenia dan

syndroma uremia hemolitik.

3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis.

4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,

kolesistitis.

5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan

perinepritis.

6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis

dan arthritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,

polyneuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

8. Penatalaksanaan

1. Pemberian antibiotik yang bertujuan untuk menghentikan dan memusnahkan

penyebaran kuman seperti kloram penikol, ampicilin.

2. Isolasi pasien.

3. Istirahatkan selama demam hingga dua minggu.

4. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat, pada

penderita akut diberi bubur saring.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

5. mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila

ada komplikasi perdarahan. (Suryadi dan Rita Yullami: 2001 : 283)

5. Obat-obatan : klorampenikol, tiampenikol, kontrimoxazol, amoxilin dan

ampicillin.

9. Pencegahan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typoid adalah cuci tangan

setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,

hindari minum susu mentah yang (belum yang belum dipasteurisasi), hindari

minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

10. Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan darah tepi

Leukopenia, limfositosis, anemia

2. Pemeriksaan sumsum tulang

Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang.

3. Biakan empedu ditemukan kuman dalam darah, urine dan feses.

4. Tes widal positif dikatakan positif apabila aglutinin abnormal 1/200 atau

lebih.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium,yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leucopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit

pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi

sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk

diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa

faktor :

1) Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium

yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan

yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat

demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu

kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

4) Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil

biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody

(aglutunin). Aglutunin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutunin dalam serum klien yang

disangka menderita typhoid. Akibat infeksi salmonella thypi, klien membuat

antibody atau aglutinin yaitu :

Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

Aglutunin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

fagel kuman).

Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman).

Dari ketiga kuman tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya

untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi uji widal :

Faktor yang berhubungan dengan klien :

i. Klien umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan

antibodi.

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

ii. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit : aglutinin baru

dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai

puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

iii. Penyakit-penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat

menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan

antibody seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma

lanjut.

iv. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan

obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibody.

v. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat

tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi

karena supresi system retikuloendotelial.

vi. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi

dengan kotipa atau tipa, titer agglutinin O dan H dapat

meningkat. AglutininO biasanya menghilang setelah 6 bulan

sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-

lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada

orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai

diagnostic.

vii. Infeksi klien dengan klinis/ subklinis oleh salmonella sebelumnya

: keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif ,

walaupun dengan hasil titer yang rendah.

viii. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer

agglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi

dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah

tertular salmonella di masa lalu.

Faktor-faktor teknis

1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat

mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi

pada spesies yang lain.

2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan

mempengaruhi hasil uji widal.

3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada

penelitian yag berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi

antigen dari saluran strain salmonella setempat lebih baik dari

suspensi dari strain lain.

:

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat kesehatan

Riwayat Kesehatan Dahulu

Kemungkinan klien pernah menderita penyakit tifus abdominalis dan

klien pernah dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit yang akut

atau kronis.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh badan terasa panas terutama pada sore dan malam hari,

nyeri kepala, pusing dan lesu.

Klien Mual, nafsu makan kurang, terjadi diare, bibir pecah-pecah, lidah

kotor.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Kemungkinan salah satu keluarga pernah menderita penyakit tipus

abdomimalis, kebiasaan keluarga mengolah makanan yang kurang

mempertahankan kebersihan.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala dilihat higlena kepala warna rambut apakah ada lesi atau tidak

pada kepala.

2. Mata simetris kiri dan kanan, tidak terjadi edeme, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik dan penglihatan tajam.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

3. Hidung

Dilihat dari higiene hidung, ada lesi atau tidak apakah ada kelainan pada

hidung atau tidak.

4. Mulut

Nafas klien berbau tidak sedap

Bibir kering dan pecah-pecah.

Lidah kotor ditutupi selaput putih kotor, pinggir lidah merah saat

diperintahkan mengangkat lidah.

5. Leher dilihat terjadi peningkatan JVP atau tidak.

6. Dada atau thorax

I : Dada simetris kiri atau kanan.

P : Fremitus kiri kanan

P : Menentukan apakah terjadi konsumsi paru atau tidak.

A : Mendengarkan bunyi nafas apakah ada kelainan atau tidak.

7. Cardiovaskuler

I : Ictus cordis tampak/ tidak.

P : Ictus teraba di LMCS Ric V.

P : Menentukan batas-batas jantung.

A : Bunyi jantung normal.

8. Abdomen

I : Perut tampak membuncit/ tegang.

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

P : Bunyi sonor.

P : Hepar teraba, lien teraba.

A : Bising usus lemah.

9. Genito urinaria

Terpasang kateter atau tidak, apakah ada kelainan.

10. Muskuloskeletal

Lemah pada otot, kekuatan otot kurang.

Pada kulit terdapat bintik-bintik.

11. Terjadi penurunan kesadaran pada keadaan yang lebih berat.

12. Data Psikososial

Emosi klien labil, gelisah, tidak tenang.

13. Data Sosial Ekonomi

Umumnya keadaan ekonomi rendah cenderung mudah diserang

penyakit typus abdominalis karena kurang mampu memelihara

kesehatan.

14. Pola Kehidupan Sehari-hari

a. Nutrisi

Terjadinya penurunan nafsu makan dikarenakan mual dan rasa

pahit pada lidah.

b. Pola Tidur

Klien akan mengalami kesukaran untuk tidur karena mengalami

gangguan rasa nyaman karena peningkatan suhu tubuh.

c. Pola Eleminasi

Biasanya terjadi konstipasi atau diare dan sedikit aliran urine

karena pemasukan yang kurang.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

d. Pola Aktifitas

Terbatas, aktifitas klien harus dibantu.

e. Higiene

Kebersihan mandi dan gosok gigi.

15. Data laboratorium

a. Pemeriksaan leukosit

Terdapat leukopinia, leukosit normal 5000-10000/mm³.

b. Tes widal positif

Tes widal positif bila tinin O bernilai 1/200 lebih.

II. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungana dengan adanya peradangan pada usus

halus. (Marilyn E. Doengoes : 875).

2. Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

3. Gangguan dalam perawatan diri berhubungan dengan imobilasi.

4. Kecemasan tingkat sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang penyakit dan perawatannya.

III. Intervensi Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan pada usus

halus. Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

Intervensi :

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

a. Berikan kompres dingin

Rasional : Dengan kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara

konduksi dari tubuh klien ke alat kompres.

b. Anjurkan klien banyak minum

Rasional : Diharapkan panas tubuh klien dapat keluar melalui urine dan

keringat.

c. Anjurkan klien memakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat.

Rasional : Pakaian yang longgar akan meyerap keringat, panas tubuh akan

dapat keluar.

d. Kontrol tanda-tanda vital

Rasional: Pengontrolan TTV dapat diketahui keadaan umum klien dan

membantu menentukan tindakan selanjutnya.

e. Jaga ventilasi yang adekuat

Rasional : Ventilasi yang adekuat akan terjadi pemindahan panas secara

konveksi.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan :

Nutrisi terpenuhi

Intervensi :

1. Tmbang berat badan.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

2. Beri diit sesuai dengan program diit.

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

Rasional : Dengan memberikan diit sesuai program yang diharapkan gula

darah terkontrol dan menghindari penyimpangan dari kebutuhan yang

berlebihan.

3. Identifikasi bersama klien makan yang disukai

Rasional : Makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam perencanaan

makanan.

3. Kecemasan orang tua terhadap kondisi anak berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang perawatan.

Tujuan : Kecemasan berkurang, pengetahuan klien dan keluarga

bertambah.

Intervensi :

c. Berikan kesempatan pada orang tua klien untuk mengekspresikan

perasaannya.

Rasional : Ekspresi perasaan dapat menguraikan strees.

d. Libatkan keluarga dalam pengawaan klien.

Rasional : Membantu dalam perawatan klien.

e. Pantau mekanisme koping yang digunakan bila ibu cemas.

Rasional : Menentukan apakah koping yang digunakan struktif atau

tidak.

f. Jelaskan pada ibu tentang penyakit anaknya.

Rasional : Menambah pengetahuan orang tua tentang penyakit

anaknya.

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

IV. Implementasi

Implementasi adalah penerapan dari rencana tindakan keperawatan

yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Diharapkan untuk mengatasi

masalah guna untuk tercapainya suatu tujuan atas tindakan yang telah

dilakukan perawat terhadap kliennya dan juga kolaborasi yang dilakukan

dengan tim medis dan ahli gizi.

V. Evaluasi

Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dan merupakan

umpan balik dari proses keperawatan itu sendiri. Di sini perawat dapat

menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan

sejauh mana msalah klien dapat teratasi.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. K DENGAN DEMAM TYPOID

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 54 tahun

Status : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Lumpo

No. MR : 171518

2. Identitas keluarga klien

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi segera : (orang tua, suami/istri)

Nama : Tn. A

Umur : 47 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Lumpo

3. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Klien masuk dari IDG tanggal 27 April 2014. Klien mengatakan sakit

perut ± 10 hari yang lalu, klien mengatakan demam ± 10 hari yang

lalu. Klien mengatakan mual, klien emngatakan nafsu makannya

menurun. Klien mengatakan sakit kepala, klien mengatakan batuk ± 10

hari yang lalu. Klien mengatakan panasnya naik turun, kalau sore dan

malam hari panasnya naik.

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

2. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada menderita penyakit ini

sebelumnya, dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

3. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga mengatakan belum pernah menderita penyakit ini

sebelumnya, dan ini kali pertama pasien dirawat di Rumah Sakit.

Genogram :

4. Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda vital

Td :110/70 mmHg N : 79 x/i

S : 37,5ºC R : 22 x/i

2. Pemeriksaan kepala

Inspeksi kepala : Bentuk

Karakteristik rambut : hitam, lurus

Kebersihan : bersih, tidak ada ketombe

Palpasi kepala : Adanya massa/ benjolan/ lesi = (-)

3. Pemeriksaan mata

Inspeksi : sclera : (-) reflek pupil : (-)

Conjungtiva : (+) mata cekung

Tanda-tanda radang : (-)

Edema palbebra : (-)

Rasa sakit : (-)

4. Telinga :

Inspeksi : Daun telinga : simetris

Liang telinga : bersih

Perdarahan (-), adanya serumen (-)

5. Hidung

Simetris/ tidak : simetris

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

6. Mulut dan tenggorokan

Inspeksi : mulut : tampak sedikit kotor

lidah : (+) tonsil : (-)

Mukosa mulut : (+) gigi : (-) kesulitan menelan(-)

7. Leher

Inspeksi leher : simetris kelenjar tyroid : (-)

Palpasi : pembesaran kelenjar (-)

Adanya kaku kuduk (-)

8. Thorak

Inspeksi : simetris warna kulit : sawo matang

pola nafas : efektif

palpasi : vocal fermitus (-)

perkusi : batas paru : sonor

auskultasi : suara nafas : vesikuler

9. Kardiovaskuler

Inspeksi : ictus cordis (+)

10. Abdomen

Inspeksi : membuncit (-), simetris

Palpasi : adanya massa (-), distensi (+)

11. Neurologi

Tingkat kesadaran : compos mentis

Pemeriksaan motorik : baik

Pemeriksaan sensorik : baik

Kekuatan otot : baik

12. Ekstremitas

Nyeri : nyeri

Kekakuan : (-)

13. Kulit

Warna kulit : sawo matang

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

turgor kulit :baik

Ada/ tidak jaringan parut / lesi (-)

5. Pola Nutrisi

1. BB = 70 Kg

2. Frekuensi makan = 3x sehari ½ porsi habis

3. Jenis makanan = lunak

4. Nafsu makan = sedang

6. Pola Eliminasi

a. BAB

Normal

b. BAK

Normal

7. Pola tidur dan istirahat

Waktu tidur : 22. 00 wib

Lama tidur : 8 jam

Kebiasaan saat tidur : (-)

8. Aspek psikosial

1. Pola pikir dan persepsi

Alat bantu yang digunakan (-)

Kesulitan yang dialami (-)

2. Persepsi diri

- Hal yang dipikirkan saat ini : klien ingin cepat sembuh dan

menjalankan aktivitas sehari-hari

- Harapan setelah menjalani perawatan : dapat membaik dan

segera pulang

- Perubahan yang dirasa : pergerakan terbatas

3. Hubungan/ komunikasi

- Bahasa utama : bahasa minang

- Bicara : jelas dan mampu mengekspresikan

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

9. Pemeriksaan laboratorium

Hasil lab : Hb : 112, 3

L : 12. 600 malaria: (-)

Ht : 40 GDR: 95 mg/dl

Tr : 375.000

Widal: H: 1/320 O: 1/160

10. Informasi penunjang

- Diagnose medis : demam typoid

- Terapi pengobatan :

pasang infus = IVFD RL 20 tetes/i

PCT 3x 1 tab

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

Inj. Ranitidin 3x1 ampul

- Pemeriksaan diagnostic : laboratorium (+)

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

1 DO :

- Klien tampak gelisah

- Panas badan klien naik turun, pada

sore dan malam hari panas klien naik

- S : 37, 5ᴼC

- Akral teraba dingin

DS :

- Klien mengatakan demam ± 10 hari

yang lalu

- Klien mengatakan panas badannya

naik turun, pada sore dan malam hari

panas badan klien naik.

- Klien mengatakan telapak kakinya

dingin

Proses inflamasi

Mempengaruhi

pusat di

hipotalamus

Zat pirigen beredar

dalam darah

Meransang

pelepasan zat

pirogen oleh

leukosit

Terjadi kerusakan

sel

Masuk dalam darah

Kontaminasi

salmonella thypi

pada makanan dan

minuman

Hyperthermi

berhubungan

dengan

proses

inflamasi

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

2 DO :

- Klien tampak lemah dan lesu

- Diit yang diberikan habis ½ porsi

- Bb sebelum sakit: 70 kg

- Bb setelah sakit: 68 kg

DS :

- Klien mengatakan sakit perut sejak ±

10 hari yang lalu

- Klien mengatakan mual

- Klien mengatakan nafsu makannya

turun

Asupan yang tidak

adekuat

Gangguan pola

eleminasi,

anoreksia, mual,

muntah

Konstipasi, diare,

peningkatan as.

Lambung

Peristaltik usus

meningkat

Peningkatan atau

penurunan

mobilitas usus

Splenomegali,

hepatomegali

Salmonella thypi

masuk ke hati dan

Perubahan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

asupan yang

tidak adekuat

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

limfa

3 DO :

- Klien tampak takut

- Klien tampak gelisah

- Klien tampak cemas

- Klien tampak bingung dengan

penyakit yang dideritanya

DS :

- Klien mengatakan sakit kepala

- Klien mengatakan tidak tahu dengan

penyakit yang dideritanya

- Klien mengatakan takut dengan

penyakit yang didertitanya

kurangnya

pengetahuan

tentang penyakit

dan perawatannya

Kecemasan

berhubungan

dengan

kurangnya

pengetahuan

tentang

penyakit dan

perawatannya

C. DIAGNOSA YANG MUNCUL

1. Hyperthermi berhubungan proses inflamasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

asupan yang tidak adekuat

3. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

dan perawatannya

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

D. INTERVENSI

NoDx. Kep

Rencana

Tujuan Intervensi Rasional

1. Hyperthermi

berhubungan

proses

inflamasi

Hyperthermi

berkurang

KH:

- Dalam 2x24

suhu tubuh

kembali

normal

1. Monitor TTV

2. Berikan kompres

dingin

3. Tab pct 3x3/4

4. Kolaborasi

dengan dokter

5. Berikan klien

pakaian yang

longgar

- Untuk mengetahui

perubahan TTV

pasien, untuk

keseimbangan tubuh

- Agar panas badan

klien dialirkan dan

untuk mengurangi

suhu tubuh klien

- sebagai antipireutik

- untuk memberikan

terapi lanjut

- agar panas badan

klien teralirkan dan

klien merasa nyaman

2. Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

Kebutuhan

nutrisi terpenuhi

KH:

- dalam 2x24

1. Timbang BB

2. Kontrol TTV

klien

- Untuk mengetahui

perkembangan status

gizi klien

- Untuk memnentukan

kenormalan tubuh,

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

dengan asupan

yang tidak

adekuat

jam nutrisi

terpenuhi

3. Berikan makanan

dalam porsi

hangat

4. Berikan makanan

sedikit tapi sering

5. Kontrol output

dan imput klien

6. Kolaborasi

dengan dokter

7. Kolaborasi

dengan tim gizi

untuk keseimbangan

tubuh

- Untuk meransang

nafsu makan klien

- Agar klien tidak

merasa mual

- Untuk mengetahui

keseimbangan status

nutrisi tubuh

- Untuk memberikan

terapi lanjut

- Untuk pemberian diit

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

3. Kecemasan

berhubungan

dengan

kurangnya

pengetahuan

tentang

penyakit dan

perawatannya

Rasa cemas dapat

berkurang atau

terkontrol dengan

KH:

- Dalam 2x24

jam rasa cemas

klien teratasi

1. Kaji tingkat

kecemasan klien

2. Berikan

pendidikan

kesehatan tentang

penyakit yang

diderita klien

3. Berikan

penjelasan

kepada keluarga

tentang

perawatan

penyakit klien

4. Berikan

kesempatan

kepada keluarga

untuk bertanya

5. Motivasi

keluarga dan

klien dalam hal

pengobatan

- Untuk

mengidentifikasi rasa

cemas klien

- Agar klien tahu

dengan penyakit yang

dideritanya

- Agar keluarga turut

serta dalam

perawatan klien

- Agar klien merasa

puas dengan

informasi yang

didapat

- Agar klien

termotivasi dalam

menjalani perawatan

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

E. CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal DX I, II, III Implementasi Evaluasi

29 April

2014

Hyperthermi

berhubungan

proses inflamasi

- Memonitor TTV

- Memberikan kompres

dingin

- Memberikan PCT tab

- Berkolaborasi dengan

dokter

- Menganjurkan klien

memakai pakaian

yang longgar

S :

- Klien mengatakan panas

badannya sudah mulai

turun

- Klien mengatakan

kepalanya sakit

O :

- Klien tampak mulai tenang

- Panas klien sudah mulai

turun

A : Setelah dilakukan

implementasi tujuan teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan asupan

yang tidak

adekuat

- Menimbang BB

- Mmengotrol TTV

- Memberikan makanan

dalam porsi hangat

- Memberikan makanan

sedikit tapi sering

- Mengontrol input dan

output klien

- Berkolaborasi dengan

dokter

- Berkolaborasi dengan

ahli gizi

S :

- Klien mengatakan nafsu

makannya sudah baik

- Klien mengatakan tidak

mual lagi

O :

- Klien tampak mulai

makan

- Klien tampak tidak mual

lagi

- Klien masih terpasang

infus

- Diit yang diberikan

tampak habis

A : Setelah dilakukan

implementasi tujuan tercapai

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Kecemasan

berhubungan

dengan

kurangnya

pengetahuan

tentang penyakit

- Mengkaji tingkat

kecemasan klien

- Memberikan

pendidikan kesehatan

pada klien dan

keluarga

- Memnerikan

S :

- Klien mengatkan tidak

cemas lagi

- Keluarga klien mengatakan

sudah tau apa yang harus

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

dan

perawatannya

penjelasan kepada

keluarga tentang

perawatan penyakit

klien

- Memberikan

kesempatan kepada

klien dan keluarga

untuk bertanya

- Memotivasi keluarga

dan klien dalam hal

pengobatan

dilakukan terhadap

perawatan klien

O :

- Klien tampak tidak cemas

lagi

- Klien tampak rileks

- Klien tampak sudah mulai

tenang

A : Setelah dilakukan

implementasi tujuan tercapai

P:Intervensi dihentikan

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Tn. a Demam Typoid Interne

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta.

EGC

2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku

Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC