Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

download Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

of 25

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    1/25

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan

    masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung

    dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Terdapat variasi

    angka insidensi dan outcome stroke diberbagai negara. Insidensi stroke di Asia

    umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan juga lebih

    banyak terjadi pada negara Eropa bagian timur dibandingkan bagian barat. Angka

    Insidensinya bervariasi dari 660/100.000 pria di Rusia sampai 303/100.000 pria di

    Swedia (Ali dkk,2009; Carandang dkk, 2006; Goldstein dkk, 2006).

    Di Indonesia, penelitian berskala cukup besar pernah dilakukan oleh ASNA

    (ASEAN Neurological Association) di 28 Rumah Sakit (RS) seluruh Indonesia.

    Studi epidemiologi stroke ini bertujuan untuk melihat profile klinis stroke dimana

    dari 2065 pasien stroke akut, dijumpai rata-rata usia adalah 58,8 tahun (range 18-

    95 tahun) dengan kasus pada pria lebih banyak dari pada wanita. Rata-rata waktumasuk ke RS adalah lebih dari 48,5 jam (range 1-968 jam) dari onset. Rekuren

    stroke dijumpai hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke iskemik adalah

    yang paling sering terjadi (Misbach dkk, 2007).

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit stroke ?1.2.2 Bagaimana cara pencegahan penyakit stroke ?

    1.2.3 Apa yang menyebabkan seseorang terkena penyakit stroke ?

    1.3 Tujuan

    Dengan adanya makalah ini, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan

    Asuhan Keperawatan pada klien stroke.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    2/25

    2

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Dasar

    2.1.1 Pengertian

    Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan

    yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah

    ke otak non tromatik

    Stroke, atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak

    yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.

    Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran

    darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

    mengakibabatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.

    Sedangkan menurut Hudak (1996), stroke adalah defisit neurologis yang

    mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari

    cardiovaskular disease.

    2.1.2 Etiologi

    2.1.2.1 Kurangnya suplai oksigen yang menuju otak

    2.1.2.2 Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah

    otak.

    2.1.2.3 Adanya sumbatan bekuan darah di otak

    2.1.3 Faktor Resiko

    2.1.3.1 Hipertensi

    2.1.3.2 Hipotensi

    2.1.3.3 Obesitas

    2.1.3.4 Kolesterol darah tinggi

    2.1.3.5 Riwayat penyakit jantung

    2.1.3.6 Riwayat penyakit diabetes mellitus

    2.1.3.7 Merokok

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    3/25

    3

    2.1.3.8 Stres

    2.1.4

    Patofisiologi

    Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan

    menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat

    menyebabkan iskemik otak iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat

    urang dari 1015 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan nukan defisit

    permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat

    menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.

    Setiap defisit vokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang

    terkenan. Daerah otak yang terkena akan mengambarkan pembuluh darah otak

    yang terkena. Pembuluh darah paling sering mengalami iskemik adalah arteri

    serebral tengah dan arteri karotis internal. Defisit fokal permanen dapat tidak

    diketahui juga klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat

    teratasi.

    Jika aliran darah ketiap bagian otak terhambat karena trumbus atau emboli,

    maka terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen

    dalam 1 menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan

    kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama

    menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron neuron. Area yang mengalami

    nekrosis di sebut infark.

    Gangguan pada aliran darah otak akan menimbulkan gangguan pada

    metabolisme selsel neuron, di mana selsel neuron tidak mampu menyimpan

    glikogen sehingga kebutuhan metabolisme terganggu dari glukosa dan oksigen

    yang terdapat pada arteriarteri yang menuju otak.

    Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan di dalam ruang subarakhnoid

    atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya

    penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya

    arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan

    perubahan setempat serta ititasi pada pembuluh darah otak.

    Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin

    trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai di

    reabsorbsi. Ruptur ulang merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 710 hari

    setelah perdarahan pertama.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    4/25

    4

    Ruptur ulang mengakibatkan berhentinya aliran darah ke bagian tertentu,

    menimbulkan iskemia fokal, dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat

    menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran, peningkatan tekanan cairan

    serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang

    serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan

    otak.

    Perubahan siklus CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan

    tekanan intrakranial yang dapat membahayakan jiwa denagn cepat. Peningkatan

    tekanan intrakranial yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau

    serebellum. Di samping itu, terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dangangguan pernapasan.

    2.1.5 Manifestas klinis

    Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.

    2.1.5.1 Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa :

    Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang

    terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi.

    Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran

    Terjadi terutama pada usia > 50 tahun.

    Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya

    gangguan pembuluh darah dan lokasinya.

    2.1.5.2 Gejala klinis pada stroke akut berupa :

    Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)

    yang timbul mendadak.

    Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan

    hemisensorik).

    Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium,

    letargi, stupor, atau koma).

    Afasia (tidak lancar dan tidak dapat bicara).

    Disartria (bicara pelo atau cadel).

    Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran).

    Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    5/25

    5

    2.1.6 Komplikasi

    2.1.6.1 Gangguan otak yang berat

    2.1.6.2 Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernapasan atau

    kardiovaskular.

    2.1.7 Pencegahan

    2.1.7.1 Hindari merokok, kopi dan alkohol

    2.1.7.2 Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal

    2.1.7.3 Batasi intake garam bagi penderita hipertensi

    2.1.7.4 Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, dll)

    2.1.7.5 Pertahahnkan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan

    sayuran)

    2.1.7.6 Olahraga yang teratur

    2.1.8

    Pemeriksaan Diagnostik

    2.1.8.1 Pemeriksaan penunjang

    Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke

    secara spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.

    Skan tomografi komputer. Mengetahui adanya tekanan normal

    dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan intraknial

    (TIK). TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukkanadanya perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial.

    Magnetic Resonance Imaging (MRI). Menunjukkan daerah infark,

    perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).

    Ultrasonografi doppler (USG doppler). Mengidentifikasi penyakit

    arteriovena (masalah sistem arteri karotis {aliran darah atau

    timbulnya plak}) dan arteriosklerosis.

    Elektroensefalogram (EEG). Mengidentifikasi masalah pada

    gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

    Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng

    pienal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas,

    kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral ;

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    6/25

    6

    kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan

    subarakhnoid.

    2.1.8.2

    Pemeriksaan laboratorium

    Darah rutin

    Gula darah

    Urine rutin

    Cairan serebrospinal

    Analisa gas darah (AGD)

    Biokimia darah

    Elektrolit

    2.1.9 Penatalaksanan Medis

    2.1.9.1 Terapi stroke hemoragik pada serangan akut

    Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan

    Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat di bagian

    bedah saraf. Penatalaksanaan umum dibagian saraf

    Penatalaksanaan khusus pada kasus :

    Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular

    hemorrhage

    Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid

    hemorrhage

    Parenchymatous hemorrhage.

    Neurologis

    Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya

    Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan

    kematian jaringan otak.

    Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah

    Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis

    kecil.

    -

    Aminocaproic acid 100-150 ml0/0 dalam cairan

    isotonik 2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali

    selama 1-3 hari.

    -

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    7/25

    7

    - Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox

    dosis pertama 300.000 IU kemudian 100.000 IU 4 x

    per hari IV; Contrical dosis pertama 30.000 ATU,

    kemudian 10.000 ATU x 2 per hari selama 5-10 hari.

    Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai

    10 hari.

    Kalsium mengandung obat; Rutinium, Vicasolum,

    Ascorbicum.

    Profilaksis Vasospasme

    -

    Calcium-channel antagonis (Nimotop 50 ml {10mgper hari IV diberikan 2 mg per jam selama 10-14

    hari})

    - Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-10

    mg, koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit

    jantung komorbid.

    - Profilaksis hipostatis pneumonia, emboli arteri

    pulmonar, luka tekan, cairan purulen, pada luka

    kornea, kontraksi otot dini; lakukan perawatan

    respirasi, jantung, penatalaksanaan cairan dan

    elektrolit, kontrol terhadap tekanan edema jaringan

    otak dan peningkatan TIK, perawatan klien secara

    umum, dan penatalaksanaan pencegahan komplikasi.

    - Terapi infus, pemantauan (monitoring) AGD,

    tromboembolisme arteri pulmonal, keseimbangan

    asam basa, osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan

    biokimia darah.

    - Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa

    DM, perdarahan internal, hipertensi maligna) atau

    osmotik diuretik (2 hari sekali Rheugloman [manitol]

    15 0/0 200 ml IV diikuti oleh 20 mg Lasix minimal

    10-15 hari kemudian).

    Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan

    kematian jaringan otak.

    Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    8/25

    8

    3.1 Manajemen Keperawatan

    3.1.1 Pengkajian

    3.1.1.1 Perubahan pada tingkat kesadaran atau responsivitas yang dibuktikan oleh

    gerakan, menolak terhadap perubahan posisi, dan respon terhadap

    stimulus; berorientasi terhadap tempat.waktu, dan orang.

    3.1.1.2 Adanya atau tidak adanya gerakan volunter atau involunter ekstremitas;

    tonus otot; postur tubuh dan posisi kepala.

    3.1.1.3 Kekakuan atau flaksiditas leher.

    3.1.1.4 Pembukaan mata ukuran pupil komparatif dan reaksi pupil terhadap

    cahaya dan posisi okular.

    3.1.1.5 Warna wajah dan ekstremitas; suhu dan kelembaban kulit

    3.1.1.6 Kualitas dan frekuensi nadi dan pernapasan; gas darah arteri sesuai

    indikasi, suhu tubuh, dan tekanan arteri.

    3.1.1.7 Kemampuan untuk bicara

    3.1.1.8 Tanda vital

    3.1.1.9 Volume cairan yang diminum atau diberikan dan volume urine yang

    dikeluarkan setiap 24 jam.

    3.1.2 Diagnosa Keperawatan

    3.1.2.1 Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan

    perfusi ventilasi dan perubahan membran alveolar-kapiler.3.1.2.2 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan

    peningkatan tekanan intrakranial.

    3.1.2.3 Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

    neurovaskular

    3.1.2.4 Resiko aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

    menelan.

    3.1.2.5 Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan

    sirkulasi serebral

    3.1.2.6 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

    berhubungan dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap

    paralisis.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    9/25

    9

    3.1.2.7 Kurang perawatan diri (mandi, gigi, berpakaian) yang berhubungan

    dengan paralisis.

    3.1.2.8 Resiko cedera atau trauma yang berhubungan dengan paralisis

    3.1.3 Intervensi Keperawatan

    Diagnosa 1 :

    Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbanganperfusi ventilasi dan perubahan membran alveolar-kapiler.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam, gangguan pertukaran gas

    teratasi.

    Kriteria hasil :

    -Klien akan merasa nyaman

    Intervensi Rasional

    1. Istirahatkan klien dalam posisi

    semifowler

    1. Posisi semifowler membantu

    dalam ekspansi otot-otot

    pernapasan dengan pengaruh

    gravitasi.

    2. Pertahankan oksigenasi NRM 8-

    10 l/mnt

    2. Oksigen sangat penting untuk

    reaksi yang memelihara suplaiATP. Kekurangan oksigen

    pada jaringan akan

    menyebabkan lintasan

    metabolisme yang normal

    dengan akibat terbentuknya

    asam laktat (asidosis

    metabolik) ini akan bersama

    dengan asidosis respiratorik

    akan menghentikanmetabolisme. Regenarasi ATP

    akan berhenti sehingga tidakada lagi sumber energi yang

    terisi dan terjadi kematian.

    3. Observasi tanda vital tiap jam atau

    melindungi respon klien

    3. Normalnya tekanan darah akan

    sama pada berbagai posisi.

    Nadi menandakan tekanan

    dinding arteri.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    10/25

    10

    Diagnosa 2 :

    Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan

    peningkatan tekanan intrakranial.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien tidak menunjukkan

    peningkatan TIK.

    Kriteria hasil :

    -Klien tidak mengalami sakit kepala lagi dan merasa nyaman

    -Mencegah cedera

    -Peningkatan pengetahuan pupil membaik

    Intervensi Rasional

    1. Ubah posisi klien secara bertahap 1. Klien dengan paraplegia

    berisiko mengalami luka

    tekan (dekubitus). Perubahan

    posisi setiap 2 jam dan

    melindungi respon klien dapat

    mencegah terjadinya luka

    tekan akibat tekanan yang

    lam karena jaringan tersebutakan kekurangan nutrisi dan

    oksigen yang dibawa oleh

    darah.

    2. Atur posisi klien bedrest 2. Bedrest bertujuan mengurangi

    kerja fisik, beban kerja

    jantung.

    3. Jaga suasana tenang 3. Suasanan tenang akan

    memberikan rasa nyaman

    pada klien dan mencegahketegangan

    4. Kurangi cahaya ruangan 4. Cahaya merupakan salah satu

    rangsangan yang berisiko

    terhadap peningkatan TIK.

    5. Tinggikan kepala 5. Membantu drainase vena

    untuk mengurangi kongesti

    serebrovaskular.

    6.

    Hindari rangsangan oral 6.

    Rangsangan oral berisiko

    terjadi peningkatan TIK.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    11/25

    11

    7. Kaji respon pupil: pergerakan mata

    konjugasi diatur oleh saraf bagian

    korteks dan batang otak.7. Perubahan pupil

    menunjukkan tekanan pada

    saraf okulomotorius atauoptikus

    8. Periksa pupil dengan senter 8. Saraf kranial VI atau saraf

    berhubungan dengan abdusen,

    mengatur dan berhubungan

    dengan abduksi mata.

    Diagnosa 3 :

    Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

    neurovaskular.

    Tujuan :

    Klien akan memiliki mobilitas fisik maksimal

    Kriteria hasil :

    -Tidak ada kontraktur otot

    -Tidak terjadi penyusutan otot

    -Efektif pemakaian alat

    Intervensi Rasional

    1. Kaji fungsi sensori dan motorik

    dengan mengobservasi setiap

    ekstremitas secara terpisah terhadap

    kekuatan dan gerakan normal,

    respon terhadap rangsang.

    1. Lobus frontal dan parietal

    berisi saraf-saraf yang

    mengatur fungsi motorik dan

    sensorik dan dapat

    dipengaruhi oleh iskemia atau

    perubahan tekanan.

    2. Lakukan latihan secara teratur dan

    letakkan telapak kaki klien dilantai

    saat duduk di kursi atau papan

    penyanggah saat tidur di tempat

    tidur. Topang kaki saat mengubah

    posisi dengan meletakkan bantai di

    satu sisi saat membalikkan klien.

    2. Dapat terjadi dislokasi

    panggul jika melatakkan kaki

    terkulai dan jatuh serta

    mencegah fleksi.

    3. Letakkan tangan dalam posisi

    berfungsi dengan jari-jari sedikit

    fleksi dan ibu jari dalam posisi

    berhubungan dengan abduksi.

    3. Membantu klien latihan di

    tempat tidur berarti

    memberikan harapan dan

    mempersiapkan aktivitas di

    kemudian hari akan perasaan

    optimis sembuh.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    12/25

    12

    Diagnosa 4 :

    Resiko aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

    menelan.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam klien tidak

    menunjukkan tanda-tanda aspirasi.

    Kriteria hasil :

    -Tidak tersendak ketika makan, tidak batuk ketika makan, tidak demam.

    -Tidak ada perubahan warna kulit.

    Intervensi Rasional

    1. Kaji tanda aspirasi seperti

    demam, bunyi crackles, bunyi

    ronkhi, bingung, penurunan

    PaO2 pada AGD, memberikan

    makan dengan oral dan NGT

    dengan senter pada bagian pipi

    dengan spatel, lemaskan otot

    lidah, gunakan tisu lembutdibawah mandibula dan angkat

    ujung lidah dari belakang

    1. Klien dengan himiplegia

    mengalami kelemahan menelan

    sehingga resiko aspirasi

    2. Kaji perubahan warna kulit

    seperti sianosis, pucat

    2. Jika terjadi aspirasi klien akan

    mengalami kesulitan bernapas

    sehingga terjadi gangguan

    pertukaran gas yang di tandai

    denga sesak napas, sianosis, dan

    pucat.

    Diagnosa 5 :

    Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi

    serebral.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan, klien akan dapat berkomunikasi

    secara efektif.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    13/25

    13

    Kriteria hasil :

    -Klien memahami dan membutuhkan komunikasi.

    -Klien menunjukkan pemahaman komunikasi dengan orang lain.

    Intervensi Rasional

    1. Lakukan terapi bicara 1. Komunikasi membantumeningkatkan proses

    penyampaian dan penerimaan

    bahasa. Beberapa klien afasia

    perlu terapi bicara sehingga

    perlu dilakukan sedini

    mungkin komunikasi akan

    efektif. Klien yang memahamibahasa akan merespon bahasa

    atau pesan dari komunikasi.

    2. Gunakan petunjuk terapi bicara

    (jika klien tidak memahami

    bahasa lisan, ulangi petunjuk

    sederhana sampai mereka

    mengerti seperti minum jus)

    klien akan mendengar secara

    perlahan dan jelas. Gunakan

    komunikasi nonverbal.

    Diagnosa 6 :

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

    dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan nutrisi terpenuhi melindungikebutuhan tubuh.

    Kriteria hasil :

    -Klien mengatakan keinginan untuk makan

    -Makanan yang disediakan sesuai kebutuhan nutrisi habis.

    -Berat badan dalam batas maksimal

    Intervensi Rasional

    1. Kaji kebiasaan makan klien 1. Kebiasaan makan klien akan

    mempengaruhi keaadannutrisinya.

    2. Catat jumlah makanan yang

    dimakan

    2. Makanan yang telah

    disediakan disesuaikan

    dengan kebutuhan klien.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    14/25

    14

    3. Kolaborasi dengan tim gizi dan

    dokter untuk penentuan kalori. Diet

    melindungi dengan ebab stroke

    seperti hipertensi, DM, dan penyakit

    lainnya.

    3. Pemberian makanan pada klien

    disesuaikan dengan

    kebutuhan nutrisi dan

    diagnosis penyakit.

    Pemberian makandisesuaikan usia, jenis

    kelamin, BB dan TB,

    aktivitas, suhu tubuh,

    metabolik. Kebutuhan

    karbohidrat disesuaikan

    dengan kesanggupan tubuh

    untuk menggunakannya.

    Diagnosa 7:

    Resiko cedera atau trauma yang berhubungan dengan paralisis.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 7 x 24 jam klien tidak akan

    mengalami trauma.

    Kriteria hasil :

    -Tidak jatuh

    -Tidak terdapat luka bakar atau luka lecet.

    Intervensi Rasional

    1. Pasang tempat tidur, gunakan

    cahaya yang cukup, anjurkan

    klien berjalan perlahan, dan

    anjurkan periode istirahat saat

    berjalan.

    1. Pagar tempat tidur melindungi

    klien dengan hemiplegia

    terjatuh dari tempat tidur.

    Klien dengan gangguan

    sensasi resiko trauma.

    2. Kaji adanya tanda trauma pada

    kulit.

    2. Gangguan visual

    meningkatkan resiko klien

    dengan hemiplegia mengalamitrauma.

    Diagnosa 8 :

    Resiko cedera atau trauma yang berhubungan dengan paralisis.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan intervensi selama 7 x 24 jam klien tidak akan mengalami

    trauma.

    Kriteria hasil :

    -Tidak jatuh

    -Tidak dapat terluka bakar atau lecet

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    15/25

    15

    Intervensi Rasional

    1.

    Pasang pagar tempat tidur 1.

    Pagar tempat tidur melindungiklien dengan hemiplegia terjatuh

    dari tempat tidur.

    2. Gunakan cahaya yang cukup,

    anjurkan klien berjalan perlahan,

    anjurkan periode istrahat saat

    berjalan, kaji adanya trauma

    pada kulit.

    2. Gangguan visual meningkatkan

    resiko klien dengan hemiplegia

    mengalami trauma.

    3.1.4Implementasi

    Implementasi merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan

    dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

    telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat

    harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan

    pada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahamantentang hak-hak pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam

    pelaksaan tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tidakan jenis mandii dan

    tindakan kolaborasi (Hidayat, 2004).

    3.1.5Evaluasi

    Pada tahap ini yang perlu di evaluasi dari klien adalah mengacu pada tujuan

    yang hendak dicapai.

    3.1.6Perencanaan pasien pulang

    3.1.6.1 Berobat secara teratur ke dokter

    3.1.6.2 Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa

    petunjuk dokter

    3.1.6.3 Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan

    kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh

    3.1.6.4 Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    16/25

    16

    3.1.6.5 Bantu kebutuhan klien

    3.1.6.6 Multipasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik

    3.1.6.7

    Periksa tekanan darah secara teratur

    3.1.6.8 Segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala

    stroke

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    17/25

    17

    BAB 3

    TINJAUAN KASUS

    Ny. X (53 tahun) ibu rumah tangga dirawat di ruang penyakit dalam dengan

    keluhan utama ditemukan pingsan di kamar mandi pada pagi hari oleh anaknya.

    Klien mengatakan merasa pusing dan tiba-tiba pingsan. Klien langsung dibawa ke

    RS oleh anaknya. Di RS dilakukan pemeriksaan TD= 180/110mmHg, N=97x/m,

    R=18x/m, T= 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar kolesterol

    klien 572mg/dL, GDS 220mg/dL. Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun

    yang lalu, sekitar setahun yang lalu klien pernah melakukan mengalami serangan

    stroke pertama dan dilakukan pemeriksaan CT-scant dan klien dinyatakan

    mengalamai aterosklerosis. Ayah klien meninggal karena seranggan stroke, dan ibu

    klien menderita diabetes melitus. Klien memiliki berat badan 75kg dan tinggi badan

    155cm.

    4.1Pengkajian

    4.1.1 Riwayat penyaki sekarang ( kapan timbulnya, lamanya serangan, gejala

    yang timbul)

    4.1.2 Riwayat penyakit dahulu Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 15 tahun

    yang lalu, sekitar setahun yang lalu klien pernah melakukan mengalami

    serangan stroke pertama dan dilakukan pemeriksaan CT-scant dan klien

    dinyatakan mengalamai aterosklerosis.

    4.1.3 Riwayat penyakit keluarga Ayah klien meninggal karena seranggan

    stroke, dan ibu klien menderita diabetes melitus.

    4.1.4 Sirkulasi ( hipertensi, dan dibetes militus )

    4.1.5 Neurosensorik ( pusing dan tiba-tiba pingsan )

    4.1.6 Kenyamanan (pusing)

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    18/25

    18

    4.2 Pemeriksaan fisik

    TD= 180/110mmHg, N=97x/m, R=18x/m, T= 36,8oC.

    4.3 Analisa data

    No Analisa data Etiologi Problem

    1 DS : Klien mengatakan

    merasa pusing dan

    tiba-tiba pingsan.

    DO : TTV :TD=180/110mmHg,

    N=97x/m,

    R=18x/m,

    T= 36,8oC.

    Kolestrol : 572mg/dL,

    GDS : 220mg/dL.

    Klie memiliki BB : 75

    Kg, dan TB : 155 cm.

    Umur klien 53 tahun,

    Klien mengalami

    asterosklerosis

    Kekurangan suplai

    oksigen yang menuju

    otak

    Gangguan perfusi

    jaringan serebral

    2 DS : -

    DO :

    - Kelemahan,

    -penurunan

    kelemahan otot,

    Penurunan kekuatan

    otot

    Gangguan mobilitas

    fisik

    3 DS : klien dan / atau

    keluarga akan menanyakan

    masalah kesehatan;

    DO :

    -sulit mengikutipetunjuk

    - tidak melakukan

    pemeriksaan secara

    akurat

    - kurang mengenal

    masalah

    - kurang dapat

    mengingat

    - salah

    menginterpretasikan

    informasi- keterbatasan

    pengetahuan

    - tidak tertarik belajar

    - tidak familiar

    terhadap sumber-

    sumber informasi

    Kurangnya

    pengetahuan tentang

    perawatan stroke

    Kurangnya

    pengetahuan dan

    informasi

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    19/25

    19

    4.4 Diagnosa Keperawatan

    Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya suplai

    oksigen ke otak.

    Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovaskular

    Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke yang berhubungan dengan

    kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan, dan pengobatan

    stroke di rumah.

    4.5 Prioritas Masalah

    Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya suplai

    oksigen ke otak.

    4.6 Intervensi Keperawatan

    Diagnosa 1 :

    Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya suplai

    oksigen ke otak.

    Tujuan :

    Gangguan pertukaran gas teratasi

    Kriteria hasil :

    Klien merasa nyaman

    Intevensi Rasional

    1. Istirahatkan klien dalam posisi

    semifowler

    1. Posisi semifowler membantu

    dalam ekspansi otot-otot

    pernapasan dengan gravitasi

    2. Pertahankan oksigenasi NRM 8-

    10 I/mnt

    2. Oksigen sangat penting untuk

    reaksi yang memelihara suplai

    ATP. Kekurangan oksigen

    pada jaringan akan

    menyebabkan lintasan

    metabolisme yang normal

    dengan akibat terbentuknyaasam laktat (asidosis

    metabolik) ini akan bersama

    dengan asidosis respiratorik

    akan menghentikan

    metabolisme. Regenerasi ATP

    akan berhenti sehingga tidak

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    20/25

    20

    ada lagi sumber energi yang

    terisi dan terjadi kematian.

    3. Observasi tanda vital tiap jam atau

    melindungi respons klien

    3. Normalnya tekanan darah akan

    sama pada berbagai posisi.

    Nadi menandakan tekanandinding arteri. Nadi > 97

    X/menit menunjukan

    peningkatan elastisitas arteri,

    yang akan menyebabkan

    tarkikardi.

    4. Kaji perubahan tanda vital 4. Perubahan tanda vital

    menandakan peningkatan TIK

    (Hickey, 1992 cit Carpenito,

    1995).

    Perubahan nadi dapat

    menunjukan tekanan batangotak pada awalnya melambat

    kemudian untuk

    mengonpensasi hipoksia. Pola

    pernapasan beragam

    melindungi gangguan pada

    berbagai lokasi.

    Pernapasan cheyne-srokes

    (bertahap diikuti periode

    abnea) menunjukan kerusakan

    kedua hemisfer serebri,

    mesenfalon, dan pons atas.

    Diagnosa 2 :

    Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovaskular.

    Tujuan :

    Klien akan memiliki mobilitas fisik normal.

    Kriteria hasil :

    -Tidak ada kontraktur otot

    - Tidak terjadi penyusutan otot

    -Tidak ada ankilosis pada sendi

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    21/25

    21

    Intervensi Rasional

    1. Kaji fungsi motorik dan sensorik

    dengan mengobservasi setiapekstremitas secara terpisah

    terhadap kekuatan dan gerakan

    normal, respons terhadap

    rangsang.

    1. Lobus frontal dan parietal

    berisi saraf-saraf yangmengatur fungsi motorik dan

    sensorik dan dapat di

    pengaruhi oleh iskemia atau

    perubahan tekanan.

    2. Ubah posisi klien setiap 2 jam 2. Mencegah terjadinya luka

    tekan akibat tidur terlalu lama

    pada satu sisi sehingga

    jaringan yang tertekan akan

    kekurangan nutrisi yang

    dibawa darah melalui oksigen.

    Jangan gunakan bantaldibawah lutut saat klien posisi

    telentang karena resiko

    terjadinya hperekstensi pada

    lutut. Tetapi letakkan

    gulungan handuk dalam

    jangka waktu singkat.

    3. Topang kaki saat mengubah posisi

    dengan meletakkan bantai di satu

    sisi saat membalikkan klien.

    3. Dapat terjadi dislokasi panggul

    jika melatakkan kaki terkulai

    dan jatuh serta mencegah

    fleksi.

    4. Bantu klien duduk atau turun dari

    tempat tidur

    4. Klien hemiplegia mempunyai

    ketidakseimbangan sehingga

    perlu dibantu untuk

    keselamatan dan keamanan

    Diagnosa 3:

    Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke yang berhubungan dengan

    kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan, dan pengobatan

    stroke di rumah.

    Tujuan :

    Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan klien

    Kriteria hasil :

    Keluarga mampu mendemostrasikan perawatan klien dirumah.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    22/25

    22

    Intervensi Rasional

    1. Tanyakan kesiapan klien dan

    keluarga klien mengikutipembelajaran, termasuk

    pengetahuan tentang penyakit dan

    perawatan klien

    1. Kajikan kesiapan klien dan

    keluarga klien mengikutipembelajaran, termasuk

    pengetahuan tentang penyakit

    dan perawatan klien

    2. Jelaskan tentang proses penyakit

    klien, penyebab dan akibatnya

    terhadap gangguan pemenuhan

    kebutuhan sehari-hari dan

    aktivitas sehari-hari

    2. Pemahaman tentang masalah

    ini penting untuk

    meningkatkan partisipasi

    keluarga klien dalam proses

    perawatan klien

    3.

    Jelaskan tentang pemberian obat,dosis, frekuensi dan cara

    pemberian serta efek samping

    yang mungkin timbul

    3.

    Meningkatkan pemahaman danpartipasi keluarga klien dalam

    pengobatan

    4. Jelaskan dan tunjukan cara

    perawatan klien di rumah

    4. Meningkatkan kemandirian

    dan control keluarga klien

    terhadap kebutuhan perawatan

    diri klien

    4.7 Implementasi

    Implementasi merupakan langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan

    dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

    telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat

    harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan

    pada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahamantentang hak-hak pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam

    pelaksaan tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tidakan jenis mandii dan

    tindakan kolaborasi (Hidayat, 2004).

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    23/25

    23

    4.8 Evaluasi

    Pada tahap ini yang perlu di evaluasi dari klien adalah mengacu pada tujuan

    yang hendak dicapai.

    Diagnosa 1 :

    Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya suplai

    oksigen ke otak.

    S : klien mengatakan tidak mengalami sakit kepala dan tidak berdebar-debar

    O : tanda-tanda vital dalam keadaan normal

    A: masalah teratasi

    P : pertahankan intervensi

    Diagnosa 2 :

    Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan neurovaskular

    S : klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas dengan baik

    O : sudah tidak mengalami kelemahan dan kekuatan otot mulai membaik

    A : masalah teratasi sebagian

    P : lanjutkan intervensi.

    Diagnosa 3 :

    Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke yang berhubungan dengan

    kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan, dan pengobatan

    stroke di rumah.

    S : klien mengatakan mengerti dan paham tentang penyakit dan pengobatan

    klien

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    24/25

    24

    O: setelah dilakukan penjelasan, keluarga mampu mendemostrasikan

    perawatan klien dirumah

    A : keluarga mengerti dan masalah bisa teratasi

    P : pertahankan intervensi

    4.9 Perencanaan Pasien Pulang

    4.9.1 Berobat secara teratur ke dokter

    4.9.2

    Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa

    petunjuk dokter

    4.9.3 Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah

    4.9.4 Bantu kebutuhan klien

    4.9.6. Multipasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik

    4.9.7 Periksa tekanan darah secara teratur

    4.9.8 Bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala stroke.

  • 8/10/2019 Asuhan Keperawatan Pada Stroke 1

    25/25

    25

    BAB 4

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan

    masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung

    dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Stroke ini juga dapat

    disebabkan karena kebiasaan gaya hidup seseorang sehingga memicu munculnya

    penyakit stroke.

    Kasus stroke Ny. X yang dibahas dalam makalah ini adalah SNH atau Stroke

    Non Hemoragik.Dari kasus tersebut ditemukan diagnosa keperawatan sebagai

    berikut: Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya suplai

    oksigeN ke otak.Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan

    neurovaskular. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan stroke yang berhubungan

    dengan kurangnya informasi mengenai pencegahan, perawatan, dan pengobatan

    stroke di rumah.

    5.2 Saran

    Sebagai perawat kita sangat diharuskan untuk memiliki pengetahuan dan

    kemampuan yang kreatif serta dapat berpikir kritis dalam menangangi pasien.

    Sehingga semua tindakan yang dilakukan dapat mencapai suatu hasil yang baik dan

    pasien mendapat penanganan yang baik dan dapat berangsur pulih.