Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke ...

45
Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan EliminasiFekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Oleh DONNA FEBRI ROTUA 132500114 Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Juni 2016 Universitas Sumatera Utara

Transcript of Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke ...

Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari

Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar

Gangguan EliminasiFekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan

Tanjung II

RSUD.dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

DONNA FEBRI ROTUA

132500114

Program Studi DIII Keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Juni 2016

Universitas Sumatera Utara

i

Universitas Sumatera Utara

ii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadidrat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko

Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD. Dr. Pirngadi Medan” yang

merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan,

kemampuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

adanya kritik serta saran dari semua pihak yang besifat membangun guna dijadikan

pedoman bagi penulis dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.Dselaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kepselaku Wakil Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, Sp.KMB Wakil selaku Wakil Dekan II

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan pikiran untuk membimbing saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Ibu Erniyati, S.Kp, Ns, MNS selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan

kritik

iii

Universitas Sumatera Utara

8. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khusunya Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis

selama proses perkuliahandan staf non akademik yang telah banyak membantu

penulis di bidang administrasi.

9. Teristimewa buat Ayah Tumpal Siburian dan Ibu Helena Manurung yang telah

membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan

saya begitu juga adik-adik saya, Sandro, Rilo, dan Dinda yang telah banyak

memberikan dukungan dan doa.

10. Sahabat-sahabat tercinta Maya, Maria, Metro, Kiki, Ida, Estina, dan Hemia yang

selalu memberidukungan, doa, dan motivasi.

11. Teman seperjuangan saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah, Mika, Astina,

dan Dina.

12. Seluruh teman-teman DIII terkhusus stambuk 2013 yang telah banyak memberi

semangat, doa, dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juni 2016

Penulis

iv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI Sampul Halaman Pernyataan Orisinalitas

Lembar Pengesahan ....................................................................................................i Kata Pengantar............................................................................................................ii Daftar Isi......................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3 B. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 3 C. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ............................................................................ 5 A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea ......................................................... 5 B. Konsep Dasar Eliminasi Fekal..............................................................................6

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan eliminasi Fekal ..................................................................................................................................12

1. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 12 2. Analisa Data ..................................................................................................... 14 3 Rumusan Masalah ............................................................................................. 14 4. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 18 5. Perencanaan Keperawatan ............................................................................... 18 6. Implementasi Keperawatan ............................................................................. 19 7. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 19

D.Asuhan Keperawatan Kasus Pasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan ........... 20 1. Pengkajian Keperawatan ................................................................................ 20 2. Analisa Data ..................................................................................................... 21 3. Rumusan Masalah ............................................................................................ 22 4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) ................................................................... 23 5. Perencanaan dan Rasional Keperawatan ......................................................... 23 6. Implementasi Keperawatan ............................................................................. 25 7. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 27

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 28 A. Kesimpulan ......................................................................................................... 28 B. Saran ................................................................................................................... 28

v

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 30 Lampiran 1 ................................................................................................................ 31 Lampiran 2 ................................................................................................................ 35

vi

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai

karakteristik yang unit, kebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya hanya dalam cara

pemenuhan kebutuhan dasar tersebut (Asmadi, 2008).

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Alimul, 2006).

Di kalangan profesi keperawatan, teori kebutuhan dasar yang sering dijadikan

acuan adalah hierarki kebutuhan dasar manusia yang dipublikasikan Abraham

Maslow pada tahun 1970. Menurut Maslow, pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut

didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (defiency

motivation) dan motivasi pertumbuhan/perkembangan (growth motivation). Motivasi

kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai

kekurangan yang ada. Misalnya lapar mendorong seseorang untuk memenuhi nutrisi;

haus untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit; sesak napas, untuk memenuhi

kekurangan oksigen di tubuh; takut cemas merupakan kebutuhan untuk memenuhi

kekurangan rasa aman; dan sebagainya (Asmadi, 2008).

Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan

hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan oksigen,

cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks (Potter &

Perry, 2005).

Eliminasi merupakan kebutuhan yang esensial dan berperan penting dalam

menentukan kelangsungan hidup dalam homeostatis melalui pembuangan sisa sisa

metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis

yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses

1

Universitas Sumatera Utara

(nondigestible waste) serta sampah metabolisme berasal dari saluran kemih berupa

urine (Asmadi, 2008).

Gangguan eliminasi fekal dapat dialami oleh ibu post persalinan dengan

Sectio Caesarea. Setelah persalinan terjadi adaptasi pada sistem pencernaan, berupa

penurunan tonus otot dan motilitas ususmenetap dalam beberapa waktu setelah bayi

lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 1 hari sampai 2 hari setelah

melahirkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan. Biasanya

bising usus akan terdengar pada hari kedua dan ketiga. Pada hari pertama post sectio

caesaria bising usus masih lemah akibat efek anestesi, biasanya sampai 24-48 jam

setelah pembedahan, tentu saja menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan

eliminasi. Jika hal ini tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat memungkinkan

dapat terjadi konstipasi (Bobak, 2004).

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. D Post Sectio

Caesarea Hari Ke-2 di Ruangan Tanjung II yang menjadi prioritas masalah terkait

dengan kebutuhan dasar manusia adalah eliminasi fekal. Dari pengkajian terhadap

pola buang air besar (BAB)Ny. D ditemukan data bahwa Ny. D tidak dapat buang air

besar selama 3 hari, terhitung dari sehari sebelum dilakukan operasi Sectio Caesarea.

Resiko konstipasi yang dialami ibu disebabkan kurangnya asupan makanan yang

berserat dan asupan cairan, serta kurangnya pergerakan ibu berhubungan dengan

nyeri luka jahitan sehingga mortilitas usus menurun. Penulis memprioritaskan

masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal (resiko konstipasi) pada klien Ny. D, sebab

resiko konstipasi yang dialami ibu membuat ibu menjadi tidak nyaman, dan khawatir

akan keadaannya karena perut ibu terasa sudah penuh atau begah. Untuk itu perlu

adanya penanganan terhadap resiko konstipasi yang dialami ibuNy. D terlebih dahulu

untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan dasar lainnya.

Untuk itu penulis mengangkat masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal dalam

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.D Post Sectio

Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi

Fekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan”.

Universitas Sumatera Utara

B. Tujuan Penulisan

1.Tujuan Umum

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran

Asuhan Keperawatan pada Ny. DPost Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di

Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada Ny. D dengan masalah kebutuhan

dasar gangguan eliminasi fekal.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. D berdasarkan analisa

masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.

c. Mampu mendeskripsikan perencanaan pada Ny. D dengan masalah kebutuhan

dasar gangguan eliminasi fekal.

d. Mampu mendeskripsikan implementasi sesuai rencana yang telah ditetapkan

pada Ny. D dengan masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan masalah kebutuhan

dasar eliminasi fekal.

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

1. Bagi Instansi Pendidikan

Digunakan sebagai informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa

penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan studinya.

2. Bagi praktek keperawatan

Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan Asuhan

Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi

Fekal (Resiko Konstipasi) Fekal pada Ibu Post Sectio Caesarea.

Universitas Sumatera Utara

3. Bagi Penulis

Dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam proses belajar mengajar

mengenai Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan

Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) pada Ibu Post Sectio Caesarea.

4. Bagi Ibu dan keluarga

Ibu dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara

mencegah konstipasi pada ibu Post Sectio Caesarea.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke

dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Hidayat, 2010).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005).

Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesarea bukanlah alternatif yang lebih

aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi Sectio Caesarea

maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesarea, karena tanpa pengawasan

yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).

1. Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dilakukan Sectio Casarea terdiri dari tiga indikasi, yaitu: indikasi

mutlak, indikasi relatif, dan indikasi sosial (Rasjidi, 2009).

Pertama, indikasi mutlak terbagi menjadi dua indikasi, yaitu indikasi ibu dan

indikasi janin. Pada indikasi ibu yang terjadi seperti, panggul sempit, kegagalan

melahirkan secara normal karena kurang adekuat stimulasi, tumor-tumor jalan lahir,

yang menyebabkan obstruksi, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa,

disproporsi sefalpelvik, ruptur uteri membakat. Sedangkan indikasi janin seperti,

kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terhambat,

dan mencegah hipoksia janin misalnya karena preeklamsia.

Kedua, indikasi relatif seperti, riwayat Sectio Caesarea sebelumnya, presentasi

bokong, distosia, fetal distress, preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan

diabetes, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu, dan gameli.

5

Universitas Sumatera Utara

Ketiga, indikasi sosial seperti, wanita yang takut melahirkan berdasarkan

pengalaman sebelumnya, wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut

bayinya mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko

kerusakan dasar panggul, dan wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya

atau sexuality image setelah melahirkan (Rasjidi, 2009).

Permintaan ibu untuk melakukan Sectio Caesarea sebenarnya bukanlah suatu

indikasi untuk dilakukan Sectio Caesarea. Alasan yang spesifikdan rasionalharus

dieksplorasidan diskusikan (Rasjidi, 2009).

2. Perubahan Fisiologi Sistem Pencernaan pada Periode Pascapartum

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi

makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan

keletihan. Kebanyakan ibu merasa sangat lapar.Permintaan untuk memperoleh

makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang

sering ditemukan. Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktuscerna

menetap selama waktuyang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan

anestesi biasa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu

melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena otot tonus usus menurun selama

proses persalinan dan pada awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga

nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di abdomen akibat pembedahan

sectio caesarea. Kebiasaan buang yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus

usus kembali ke normal (Bobak, 2004).

B. Konsep Dasar Eliminasi Fekal

Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi fekal adalah sistem

gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas

doudenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dan diameter

Universitas Sumatera Utara

2,5 cm, serta berfungsi sebagai tempat absorpsi elektrolit Na, Cl, K, Mg, HCO3, dan

kalsium (Hidayat, 2006).

Gerakan peristaltik yang kuat dapat mendorong feses ke depan. Gerakan ini

terjadi 1-4 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltik sering terjadi sesudah makan.

Biasanya, 1/1-2/3 dari produk buangan hasil makanan dicernakan dalam waktu 24

jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah 24-48 jam berikutnya (Hidayat, 2006).

Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting

untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada

sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.Karena fungsi usus bergantung pada

keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi diantara

individu. Namun, telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah

yang besar, dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya

insiden kanker kolorektal (Robinson dan Weigley, 1989 dalam Potter & Perry, 2005).

Dengan mengetahui eliminasi normal serta faktor-faktor yang meningkatkan,

menghambat, menyebabkan gangguan eliminasi dapat membantu mengatasi masalah

eliminasi klien. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan

kebutuhan emosional klien tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi

normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan klien (Potter & Perry, 2010).

1. Proses Defekasi

Defekasi adalah proses pembuanganatau pengeluaran sisa metabolisme berupa

feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus(Tarwoto, 2006).

Dalam proses defekasi terjadi dua macam reflex, yaitu Pertama, refleks

defekasi intrinsik. Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga

terjadi distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada flektus

mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secaras

sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

Kedua, Refleks defekasi parasimpatis. Feses yang masuk ke rektum akan

merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord

Universitas Sumatera Utara

kemudian dikembalikan kekolon desendens, sigmoid dan rektum yang menyebabkan

intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadi defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan

diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur

dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10

liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan Nitrogen

(Tarwoto, 2006).

Feses terdiri dari atas 75% airdan 25% materi padat.Feses normal berwarna

coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri.Bau khas karena

pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk (Tarwoto,

2006).

2. Pola Defekasi

Pola defekasi sangat bersifat individual, bervariasi dari beberapa kali sehari

hingga dua atau tiga kali perminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan juga bervariasi

pada setiap orang. Penundaan keinginan defekasi berulang dapat menyebabkan

ekspansi rektum untuk mengakomodasi feses yang terakumulasi dan pada akhirnya

akan kehilangan sensitivitas terhadap keinginan defekasi. Konstipasi pada akhirnya

terjadi (Berman, 2009).

Waktu defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual. Orang dalam

keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali dalam sehari. Tetapi, ada pula yang

buang bair besar 3-4 kali seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi,

ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel

training yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Sebagian besar orang memiliki

kebiasaan defekasi setelah sarapan karena adanya refleks gastrokolik yang

menyebabkan ‘mass movement’ pada usus besar.

Umumnya jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun

secara khusus, jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada

makanan yang dimakan. Pola defekasi akan berubah adanya konstipasi, fekal

Universitas Sumatera Utara

infaction, diare, dan inkontensia. Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan

frekuensi buang air besar.

3. Masalah Eliminasi Fekal: Konstipasi

Menurut Wright tahun 1974, kostipasi adalah gangguan pola eliminasi akibat

adanya feses kering atau keras yang melewati usus besar. Perjalanan feses yang lama

karena jumlah air yang diabsorbsi sangat kurang menyebabkan feses menjadi

keringdan keras. Defekasi yang normal bervariasi antara 3 kali sehari dan 3 kali

seminggu. Penyebab konstipasi antara lain pola defekasi yang tidak teratur,

penggunaan laksatif yang terlalu sering, stress psikologis yang meningkat, obat-

obatan, kurang aktivitas, dan usia. Untuk mengeluarkan feses, diperlukan tenaga

yang besar saat mengedan dan terjadi peregangan otot (Mubarak, 2008).

Gangguan diet normal dan jadwal eliminasi, obat pengering, obat nyeri

(terutama morfin atau kodein), inaktivitas, dan kelambatan peristalsis karena efek

anestesi dapat menyebabkan konstipasi (penurunan frekuensi defekasi, kesulitan

mengeluarkan feses atau feses kering dan keras). Segera setelah klien dapat makan

atau minum dorong asupan cairan, terutama jus buah. Bantu klien ke kamar mandi.

Dorong ambulasi, untuk menstimulus peristalsis. Laksatatif juga dapat diberikan

untuk mencegah konstipasi (Rosdhl, 2014).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi

Banyak faktor yang mempengaruhi proses eliminasi fekal. Pengetahuan akan

faktor-faktor tersebut akan membantu mengantisipasi cara yang dibutuhkan untuk

mempertahankan pola eliminasi yang normal.

a) Usia

Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang

berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang

air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara

penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki

Universitas Sumatera Utara

kemampuan mengontrol secara penuh, dan pada usia lanjut proses pengontrolan

tersebut mengalami penurunan.

b) Diet

Asupan makanan harian yang teratur dapat membantu mempertahankan pola

peristaltik pada kolon. Dengan menstimulasi gerakan peristaltik, makanan yang

menbentuk bungkal akan keluar dengan cepat melalui usus, dan mempertahankan

feses tetap lembek. Makanan tinggi serat dapat meningkatkan pola eliminasi yang

normal jika faktor lainnya juga dalam keadaan normal.

c) Asupan Cairan

Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang dapat menyebabkan

kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang buruk

dapat meningkatkan resiko konstipasi karena reabsorpsi cairan pada kolon terjadi,

menyebabkan feses mengeras.

d) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan peristaltik, sedangkan imobilitas

dapat menurunkan gerakan peristaltik. Perubahan yang terjadi pada otot abdomen

dan dinding pelvis tersebut akan meningkatakan resiko konstipasi.

e) Faktor psikologi

Jika seseorang menjadi depresi, maka saraf otonom sistem pencernaan akan

memperlambat penyampaian impuls dan menurunkan peristaltik, yang selamjutnya

akan menyebabkan konstipasi.

f) Gaya hidup

Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat

terlihat pada seseorang yang terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup

sehat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet. Maka,

ketika orang tersebut buang air besar yang terbuka atau tempat yang kotor, ia

mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

Universitas Sumatera Utara

g) Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-

penyakit yang berhubungan langsung pada sistem pencernaan, seperti

gastroenteritis atau penyakit lainnya.

h) Nyeri

Umunya kegiatan buang air besar tidak menyebabkan nyeri.Namun, sejumlah

keadaan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, misalnya hemoroid, pembedahan

rektum, fistula rektum, dan pembedahan abdomen. Pada keadaan tersebut, klien

menekan keinginan untuk buang air besar untuk menghindari rasa nyeri, dan

kemudian akan menyebabkan kostipasi.

i) Kehamilan

Pada saat kehamilan berkembang, ukuran janin bertambah dan menimbulkan

tekanan pada rektum. Obstruksi yang sementara ini disebabkan karenan janin

menghambat jalan keluar feses. Gerakan peristaltik yang lambat selama trimester

ketiga sering menyebabkan konstipasi

j) Pembedahan dan Anestesi.

Agen anestesi general yang digunakan selama pembedahan dapat menghentikan

gerakan peristaltik. Klien yang menerima anestesi lokal dan regional memiliki

resiko rendah untuk mengalami gangguan eliminasi. Bebarapa pembedahan yang

memanipulasi usus besar secaralangsung akan menghentikan gerakan peristaltik.

k) Obat-obatan

Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi telah tersedia.Laksatif dan katartik

melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Walaupun sama, kerja laksatif

lebih ringan daripada katartik. Apabila digunakan dengan benar, laksatif dan

katartik mempertahankan pola eliminasi normal dan aman.Namun, penggunaan

katartik dalam jangka waktu lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus

ototnya dan menjadi kurang responsif terhadap stimulasi yang diberikan oleh

laksatif (Potter & Perry, 2010).

Universitas Sumatera Utara

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Eliminasi Fekal

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pola dan abnormalitas eliminasi fekal meliputi riwayat

keperawatan, pengkajian fisik abdomen, inspeksi, karakteristik feses, dan informasi

hasil pemeriksaan yang relevan.Tentukan juga riwayat perawatan medis klien dan

jenis asupan cairan dan makanan, kemampuan mengunyah, medikasi, dan

penyakityang baru- baru ini diderita/atau stressor.

1) Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan memberikan informasi tentang pola dan kebiasaan eliminasi

biasanya dilakukan oleh klien.Hal normal dan abnormal yang dideskripsikan klien

sering berbeda dari faktor atau keadaan yang mendukung eliminiasi normal.

Mengidentifikasi pola, kebiasaan normal dan abnormal, serta persepsi klien yang

normal dan abnormal terhadap eliminasi fekal membantu menentukan masalah

klien. Anda dapat mengorganisasi riwayat keperawatan melalui faktor yang

mempengaruhi eliminasi dengan cara sebagai berikut:

a) Tentukan pola eliminasi normal klien: sertakan frekuensi dan waktunya dalam

sehari. Minta klien dalam pemberian perawaatn untuk melengkapi catatan

eliminasi fekal, sehingga dapat membantu melakukan pengkajian yang akurat

tentang pola eliminasi fekal harian klien saat ini.

b) Deskripsikan klien terhadap karaktersirik fekal yang biasanya: tentukan

apakah feses memiliki bentuk normal, lembek arau keras, warna, dan apakah

mengandung darah atau tidak minta klien untuk klien untuk mendeskripsikan

bentuk feses biasanya dan jumlah feses per hari.

c) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk mendukung pola eliminasi normal:

contohnya mengonsumsi minuman hangat, memakan makanan tertentu, buang

air besar pada waktu tertentu.

d) Pengkajian penggunaan alat bantu artificial dirumah: kaji apakah klien

menggunakan enema, laksatif, atau makanan tambahan yang membentuk

Universitas Sumatera Utara

bungkal sebelum buang air besar. Tanyakan seberapa sering klien

menggunakannya.

e) Perubahan nafsu makan: termasuk perubahan pola makandan perubahan berat

badan (jumlahberat badan yang berkurang atau meningkat). Jika terjadi

perubahan berat badan, tanyakan apakah perubahan tersebutdirencanakan,

seperti kehilangan berat badan disertai diet.

f) Riwayat diet: tentukan pilihan makanan klien dalam satu hari. Tentukan

asupan buah, sayur, sereal, dan roti; dan apakah klien makan teratur atau

tidak.

g) Deskripsikan asupan cairan per hari: meliputi jenis dan jumlah cairan

menggunakan alat ukur yang ditemukan dirumah sakit.

h) Riwayat pembedahan dan penyakit yang mempengaruhi sistem pencernaan:

informasi ini sering membantu untuk menjelaskan tanda dan potensi untuk

mempertahankan dan mengembalikan pola eliminasi fekal yang normal, dan

apakah klien memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker

gastrointestinal.

i) Riwayat medikasi: tanyakan apakah klien menggunakan medikasi (misalnya

laksatif, antasida. Suplemen zat besi, dan analgesik) yang dapat mengganggu

defekasi atau karakteristik fekal.

j) Keadaan emosional: keadaan emosional klien secara signifikan dapat

menggangu frekuensi buang air besar. Selama pengkajian, observasi emosi

klien, nada suara, dan sikap yang mempengaruhi perilaku secara signifikan

yang mengindikasikan stress.

k) Riwayat latihan: minta klien untuk mendeskripsikan jenis dan jumlah latihan

per hari secara spesifik.

l) Riwayat nyeriatau ketidaknyamanan: tanyakan klien apakah terdapat riwayat

nyeri abdomen atau anal. Jenis, frekuensi, dan lokasi nyeri dapat membantu

mengidentifikasi sumber penyakit.

Universitas Sumatera Utara

m) Riwayat sosial: klien mungkin memiliki berbagai penataan pada tempat

tinggal. Dimana pasien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar

klien.

n) Mobilitas dan ketangkasan: mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi

sehingga dapat membantu menentukan apakah klien membutuhkan alat bantu

atau bantuan dari orang lain (Potter & Perry, 2010).

2. Analisa Data

Analisa data mencakup mengenai pola atau kecenderungan, membandingkan

pola ini dengan pola kesehatan yang normal, menarik konkulsi tentang respon klien.

Perawat memperhatikan pola atau kecenderungan sambil memeriksa kelompok data.

Kelompok data terdiri dari batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriteria

klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kategori klinis adalah tanda dan

gejala objektif atau subjektif atau faktor resiko. Kategori diagnostik dan batasan

karakteristik memberikan struktur untuk proses kognitif dalam mengidentifikasi

kebutuhan klien dan penurunan aktual dari diagnosa keperawatan (Potter & Perry,

2005).

3. Rumusan Masalah

Menurut NANDA tahun (2012). Definisi konstipasi adalah penurunan pada

frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap

feses dan/atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak

Batasan Karakteristik:

1. Nyeri abdomen

2. Nyeri tekan abdomen

3. Nyeri tekan pada abdomen

denganresistansi otot yang dapat

dipalpasi

4. Nyeri tekan pada abdomen tanpa

resistansi otot yang dapat dipalpasi

5. Anoreksia

6. Penampilan tidak khas pada lansia

(mis, perubahan pada status mental,

inkontinensia urinarius, jatuh yang

tidak penyebabnya, peningkatan

suhu tubuh)

7. Borborigmi

Universitas Sumatera Utara

8. Darah merah pada feses

9. Perubahan pada pola defekasi

10. Penurunan frekuensi feses

11. Penurunan volume feses

12. Distensi abdomen

13. Rasa rektalpenuh

14. Rasa tekanan rektal

15. Kelelahan umum

16. Feses keras dan berbentuk

17. Sakit kepala

18. Bising usus hiperaktif

19. Bising usus hipoaktif

20. Peningkatan tekanan abdomen

21. Tidak dapat makan

22. Mual

23. Rembesan feses cair

24. Nyeri pada saat defekasi

25. Massa abdomen yang dapat diraba

26. Adanya feses lunak, seperti pasta

di dalam rektum

27. Perkusi abdomen pekak

28. Sering Flatus

29. Mengejan saat defekasi

30. Tidak daapt mengeluarkan feses

31. Muntah

Faktor yang Berhubungan:

1. Kelemahan otot abdomen

2. Kebiasaan mengabaikan dorongan

defekasi

3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis,

batasan waku, posisi untuk

defekasi, privasi)

4. Kurang aktivitas fisik

5. Kebiasaan defekasi tidak teratur

6. Perubahan lingkungan saat ini

Psikologis:

1. Depresi

2. Stress emosional

3. Konfusi mental

Farmakologis:

1. Antasida yang mengandung

alumunium

2. Antikolinergik

3. Antikonvulsan

4. Antidepresan

5. Agens antilipemik

6. Garam bismuth

7. Kalsium karbonat

8. Penyekat

9. Diuretik

15

Universitas Sumatera Utara

10. Garam besi

11. Penyalahgunaan laksatif

12. Agens antinflamasi nonsteroid

13. Opiat

14. Fenotiazid

15. Sedative

16. Simpatomimetik

Mekanis:

1. Ketidakseimbangan eletrolit

2. Hemoroid

3. Penyakit hirschsprung

4. Gangguan neurologis

5. Obesitas

6. Obstruksi pasca-bedah

7. Kehamilan pembesaran prostat

8. Abses rektal

9. Fisura anal rectal

10. Struktur anal rectal

11. Prolaps rectal

12. Ulkus rectal

13. Rektokel

14. Tumor

Menurut Wilkinson tahun (2011). Definisi Resiko konstipasi adalah berisiko

mengalami penurunan frekuensi normal defekasi, disertai dengan kesulitan atau

pengeluaran feses tidak tuntas, pengeluaran feses yang sangat kerasdan kering.

Faktor Resiko

Fungsional :

1. Kelemahan otot abdomen

2. Kebiasaan mengabaikan dorongan

defekasi

3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis,

batasan waku, posisi untuk

defekasi, privasi)

4. Kurang aktivitas fisik

5. Kebiasaan defekasi tidak teratur

6. Perubahan lingkungan baru

Psikologis :

1. Depresi

2. Stress emosional

3. Konfusi mental

16

Universitas Sumatera Utara

Fisiologis :

1. Perubahan pola makan

2. Perubahan makanan

3. Penurunan motilitas traktus

gastrointestinal

4. Dehidrasi

5. Ketidakadekutan gigi geligi

6. Ketidakadekutan higiene oral

7. Asupan serat tidak cukup

8. Asupan cairan tidak cukup

9. Kebiasaan makan buruk

Farmakologis:

1. Antasida yang mengandung

alumunium

2. Antikolinergik

3. Antikonvulsan

4. Antidepresan

5. Agens antilipemik

6. Garam bismuth

7. Kalsium karbonat

8. Penyekat

9. Diuretik

10. Garam besi

11. Penyalahgunaan laksatif

12. Agens antiinflamasi

13. Opiat

14. Fenotiazid

15. Sedatif

16. Simpatomimetik

Mekanis :

1. Ketidakseimbangan eletrolit

2. Kemoroid

3. Penyakit hirschsprung

4. Gangguan neurologi

5. Obesitas

6. Obstruksi pasca-bedah

7. Kehamilan

8. Abses rektal

9. Pembesaran prostat

10. Fisura anal rektal

11. Struktur anal rektal

12. Prolaps rektal

13. Ulkus rektal

14. Rektoke

15. tumor

17

Universitas Sumatera Utara

4. Diagnosa Keperawatan

Pengkajian keperawatan akan fungsi usus klien memberikan data yang dapat

mengindikasikan masalah eliminasi yang aktula atau potensial, atau masalah yang

disebabkan oleh perubahan eliminasi. Pada contoh yang didiskusikan pada rencana

asuhan keperawatan. Contoh diagnosis yang diberikan pada klien dengan masalah

eliminasi meliputi:

a) Inkontinensia usus

b) Konstopasi

c) Resiko konstipasi

d) Konstipasi dipersepsikan

e) Diare

f) Defisit perawatan diri akan kebutuhan untuk ke kamar mandi.

Kemampuan untuk mengidentifikasi diagnosis yang tepat bergantung hanya

padapengkajian, tetapi juga pada kemampuan mengenal karakteristik dan faktor yang

mengganggu eliminasi. Tentukan resiko dan lakukan pemeriksaan untuk memastikan

fungsi usus yang normal dapat dipertahankan (Potter & Perry, 2010).

5. Perencanaan Keperawatan

Selama menyusun rencana asuhan keperawatan, dapatkan informasi dari

berbagai sumber.Berpikir kritis membantu memastikan bahwa rencana perawatan

mengintegrasikan semua yang Anda ketahui tentang masalah klien dan masalah

klinisnya.Lakukan standard professional (Potter & Perry, 2010).

Tujuan dan hasil yang diharapkan. Anda danklien menyusun tujuan dan

hasil yang diharapkan dengan menggabungkan kebiasaan eliminasi klien atau

rutinitas sebanyak mungkin dan mendukung rutinitas yang dapat meningkatkan

kesehatan. Pertimbangkan juga kekhawatiran pada kesehatan. Jika kebiasaan usus

klien menyebabkan masalah eliminasi, bantu klien mempelajari hal yang baru (Potter

& Perry, 2010).

Tujuan secara keseluruhan dalam mengembalikan pola eliminasi normal

kliendapat meliputi hasil yang diharapkan sebagai berikut :

18

Universitas Sumatera Utara

a. Klien mengusahakan kebiasaan defekasi teratur.

b. Klien mampu membuat daftar asupan makanan dan cairan yang tepat untuk

meningkatkan eliminasi feses.

c. Klien melakukan program latihan secara reguler.

d. Klien melaporkan bahwa feses yang dikeluarkan lembek, berbentuk, dan berwarna

coklat.

e. Klien tidak melaporkan ketidaknyamanan lainnya yang berhubungan dengan

defekasi.

Prioritas masalah. Pola buang air besar bervariasi pada masing-masing

individu. Oleh karena itu, perawat danklien harus berkerjasama dalam menyusun

rencana intervensi yang efektif. Klien biasanya memiliki diagnosa lebih dari satu

(Potter & Perry, 2010).

6. Implementasi Keperawatan

Kesuksesan pelaksanaan rencana intervensi keperawatan bergantung pada

meningkatnya pemahaman klien dan anggota keluarga tentang eliminasi fekal. Di

rumah, rumah sakit, atau fasilitas perawatan jangka panjang; klien mampu

mempelajari kebiasaan usus yang efektif (Potter & Perry, 2010).

Ajarkan klien dan anggota keluarga tentang diet yang tepat tentang asupan

cairan yang adekuat, dan faktor yang menstimulasi atau memperlambat peristaltik,

seperti stress emosional. Hal yang paling baik dilakukan pada jam makan klien. Klien

juga perlu memperlajari pentingnya menerapkan rutinitas usus yang reguler dan

latihan yang reguler dan melakukan tindakan yang sesuai saat masalah eliminasi

terjadi (Potter & Perry, 2010).

19

Universitas Sumatera Utara

7. Evaluasi Keperawatan

Keefektifan perawatan bergantung pada kesuksesan mencapai hasil yang

diharapkan pada perawatan yang dilakukan secara mandiri. Klien mampu melakukan

defekasi feses yang lembek secara teraturdan bebas nyeri. Untuk mengevaluasi hasil

yang diharapkan, tanyakan pertanyaa seperti: apakah klien mampu

mendemonstrasikan informasi yang didapatkan untuk menerapkan pola eliminasi

normal? Apakah klien mampu mendemonstrasikan keterampilan yang dipelajari?

Apakah klien mampu menerapakan defekasi normal dengan manipulasi alami dalam

kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan latihan? Apakah klien

menggunakan alat bantu defekasi seperti enema dan laksatif? Klien adalah satu-

satunya orang yang menentukan apakah masalah eliminasi fekal telah teratasi dan

terapi apa yang paling efektif (Potter & Perry, 2010).

Jika perawat berhasil melakukan hubungan terapeutik dengan klien, klien

akan merasa nyaman untuk mendiskusikan masalah yang lebih intim secara detail

yang sering dihubungkan dengan masalah eliminasi fekal. Klien tidak akan malu saat

perawat membantunya dalam memenuhi kebutuhan eliminasi. Klien akan

menghubungkan perasaan nyaman dan bebasdari nyerisaat kebutuhan eliminasi

dipenuhi dalam batas keadaan dan terapi klien (Potter & Perry, 2010).

D. Asuhan Keperawatan KasusPasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Anamnese

Berdasarkan dari Pengkajian yang di lakukan pada identitas pasien, di dapat

data yaitu Ny. D, umur 33 tahun dengan jenis kelamin perempuan, status kawin,

agama Islam, pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga, beralamat Jalan Kiwi P.

Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli. Keluhan utama, ibu mengatakan adanya

luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesarea pada tanggal 29 mei

2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio Saecarea dan keinginan

20

Universitas Sumatera Utara

ibu itu sendiri. Saat ini ibu mengeluh tidak buang air besar sejak sehari sebelum

operasi. Keadaan Umum ibu, tingkat kesadaran composmentis dengan Gaslow Coma

Scale (GCS): 14 (E4V5M5), Capilary Refill Time (CRT) kurang dari 3 detik, akral

hangat, tampak gelisah, tidak ada pernapasan cuping hidung. Ibu kurang melakukan

aktivitas karena luka Post Sectio Caesarea. Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi: 80

x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu Tubuh : 37,3oC, Tinggi Badan : 150 cm, Berat

Badan: 64 kg. Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari sesuai waktu diet dari

rumah sakit.Ibu mengatakan kadang keluarga membawa makan dari rumah. Ibu

biasanya minum 4-6 gelas sehari dan minum jika haus. Untuk pola eliminasi, ibu

mengatakan selama masa kehamilan ibu BAB 1 kali dalam 2 hari. Tetapi, sejak sehari

sebelum operasi Sectio Caesarea ibu tidak BAB. Klien BAK 5-7 sehari. Saat dikaji

ibu tidur 7 – 8 jam sehari. Ibu mandi 1 kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari

selama di rumah sakit.

2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2016, dari

data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data

objektif dan data subjektif. Secara lengkap terdapat pada tabel berikut :

No Analisa Data Penyebab Masalah

1.

Data Subjektif :

1) Ibu mengatakan belum

BAB sehari sebelum

operasi Sectio Caesarea

dilakukan.

2) Ibu mengatakan merasa

penuh dan begah pada

abdomen.

3) Ibu mengatakan selama

Post partum SC hari ke-2

Luka post SC + Penurunan tonus + Asupan rendah serat

otot abdomen

Volume feses padat

Nyeri

Regangan ususminimal

Imobilisasi fisik

Perangsangan

defekas menurun

Resiko

konstipasi.

21

Universitas Sumatera Utara

perawatan kurang

makan makanan yang

berserat dan minum air

putih.

Data Objektif :

1) Ibu post Sectio

Caesarea.

2) Skala nyeri ibu :3.

3) Terjadi kelemahan otot

abdomen post partum.

4) Bising usus: 4x / menit.

5) Kurangnya aktivitas

fisik.

Peristaltik usus menurun

Resiko Konstipasi

2. Data Subjektif :

Ibu mengatakan kurang

bergerak karena luka

jahitan diabdomennya

masih baru dan sedikit

nyeri tapi masih bisa

ditahan.

Data Objektif :

1) Terdapat luka post

Sectio Caesarea ± 15

cm.

2) Temperatur:37,3oC.

3) TD: 110/80 mmHg.

4) Skala nyeri ibu: 3.

Post Sactio Caesarea hari ke-2

Tindakan Prosedur invasif

Luka post operasi SC

Nyeri

Peningkatan suhu

Resiko

infeksi.

22

Universitas Sumatera Utara

Resiko infeksi

3. Rumusan Masalah

a. Resiko konstipasi.

b. Resiko infeksi.

4. DiagnosaKeperawatan(Prioritas)

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa

keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu

data subjektif dan data objektif yang telah dikaji.

Dari hasil perumusan diperoleh dua diagnosa yaitu:

a. Resiko konstipasi berhubungan dengankelemahan otot abdomen,asupan serat

tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisikditandai dengan luka post Sectio

Caesarea dan bising usus hipoaktif.

b. Resiko infeksi berhubungan dengantindakan prosedur invasif ditandai dengan

luka post Sectio Caesarea dan peningkatan suhu.

5. Perencanaandan Rasional Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh

dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian

23

Universitas Sumatera Utara

dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan

perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada ibu.

Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat

ditabel berikut :

Hari/

Tanggal

No.

Dx

Intervensi Keperawatan

Selasa/

31 Mei

2016

1. Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC : Resiko konstipasi menurun, setelah dilakukan perawatan selama

dua hari resiko konstipasi pasien berkurang.

Rasional/Indikator :

1. Pola eliminasi setiap hari.

2. Feses lunak dan berbentuk.

3. Mengeluarkan feses tanpa bantuan.

4. Nyeri saat defekasi berkurang.

Intervensi Keperawatan (NIC) Rasional

1. Lakukan hubungan teraupetik

dengan klien dan keluarga.

2. Kaji kebiasaan defekasi klien.

3. Pantau gerakan usus, frekuensi,

bentuk, volume, warna, dan

konsistensi feses.

4. Pantau faktor penyebab (obat,

imobilisasi, diet) konstipasi.

5. Anjurkan klien meningkatkan

cairan yang adekuat.

6. Instruksikan klien untuk

mengkonsumsi diet tinggi serat.

1. Membina hubungan percaya

antara klien dan keluarga klien

terhadap perawat.

2. Memudahkan penanganan atau

perawatan.

3. Untuk menentukan intervensi

yang sesuai dan keefektifan dari

therapi yang diberikan.

4. Deteksi dini penyebab

konstipasi.

5. Obat, diet, imobilisasi dapat

mempengaruhi gerakan usus

24

Universitas Sumatera Utara

7. Anjurkan aktivitas optimal untuk

merangsang eliminasi defekasi

klien.

8. Ajarkan klien dan keluarga cara

membuat catatan harian makanan.

yang memicu terjadinya

konstipasi.

6. Membantu agar feses lebih

lunak.

7. Meningkatkan pergerakan usus

sehingga menurunkan konstipasi

8. Dengan membuat catatan harian

makanan seperti makanan

bervariasi, nutrisi klien tetap

seimbang.

Hari/

Tanggal

No.

Dx

Intervensi Keperawatan

Selasa/

31 Mei

2016

2. Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC : Faktor resiko infeksi, setelah dilakukan perawatan selama dua hari

nyeri pasien berkurang.

Rasional/ Indikator :

1. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.

2. Memperlihatkan higiene personal yang adekuat.

3. Tanda-tanda vital normal (36oC– 37oC).

Intervensi ( NIC) Rasional

1. Kaji tanda-tanda vital.

2. Kaji luka dan balutan pada

abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar

luka dan lingkungan klien,

teknik rawat luka dengan

antiseptik.

1. Suhu yang meningkat dapat

menunjukkan terjadinya infeksi.

2. Mengidentifikasi apakah ada

tanda-tanda infeksi adanya pus.

3. Mencegah kontaminasi silang

atau penyebaran organisme

infeksius.

25

Universitas Sumatera Utara

4. Kaji faktor yang dapat

meningkatkan kerentanan

terhadap infeksi.

5. Amati penampilan praktik

higiene personal untuk

perlindungan terhadap infeksi.

6. Jelaskan kepada pasien

mengapa luka terasa sakit serta

pencegahan infeksi.

4. Memudahkan penanganan atau

perawatan.

5. Praktik higiene merupakan cara

paling sederhana dan mudah

untuk pencegahan infeksi oleh

kuman dan bakteri terhadap

luka.

6. Membina rasa saling percaya

dan membantu klien

menurunkan resiko infeksi.

6. Implementasi Keperawatan

Perawat telah menyusun tindakan keperawatan yang akan di implementasikan

kepada ibu.

Hari/

Tanggal

No. Dx : 1

Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31

Mei 2016

09.00 Wib

09.05 Wib

09.10 Wib

09.20 Wib

09.30 Wib

1. Membina hubungan saling

percaya.

2. Mengkaji kebiasaan defekasi

ibu.

3. Memantau gerakan usus,

frekuensi, bentuk, volume,

warna dan konsistensi feses.

4. Memantau factor penyebab

konstipasi (obat, imobilisasi,

diet).

5. Menganjurkan ibu

meningkatkan cairan yang

S:

a) Ibu mengatakan belum

BAB sehari sebelum

operasi Sectio Caesarea

dilakukan.

b) Ibu mengatakan merasa

penuh dan begah pada

abdomen.

c) Ibu mengatakan selama

perawatan kurang

makan makanan yang

berserat dan minum air

26

Universitas Sumatera Utara

09.35 Wib

09.45 Wib

adekuat.

6. Menginstruksikan ibu untuk

mengkonsumsi diet tinggi serat.

7. Menganjurkan aktivitas optimal

untuk merangsang defekasi ibu.

putih.

O:

a) Ibu post Sectio Caesarea

dengan luka ±15 cm.

b) Terjadi kelemahan otot

abdomen post partum

c) Bisingusus: 4x / menit.

d) Skal nyeri ibu : 3.

A: Masalah teratasi

sebagian.

P: Intervensidilanjutkan.

Hari/

Tanggal

No. Dx: 2

Waktu

ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31

Mei 2016

11.00 Wib

11.10 Wib

11.15 Wib

11.25 Wib

11.30 Wib

10.00 Wib

1. Mengkaji tanda-tanda vital.

2. Mengkaji luka dan balutan di

abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka

dan lingkungan ibu, teknik

rawat luka dengan antiseptik.

4. Mengamati penampilan praktik

higiene personal untuk

perlindungan terhadap infeksi

5. Menjelaskan kepada ibu

mengapa luka terasa sakit serta

pencegahan infeksi.

6. Mengkolaborasi pemberian

antibiotik dengan tim medis.

S: Ibu kurang bergerak

karena luka jahitan

diabdomennya masih baru

dan sedikit nyeri tapi masih

bisa ditahan.

O:

a) Luka post Sectio

Caesarea±15 cm.

b) Suhu:37,5oC.

c) Injeksi Ampicilin 1gr/ 8

jam.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

27

Universitas Sumatera Utara

7. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukantindakan keperawatan, maka hasil evaluasi untuk diagnosa

keperawatan pertama Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot

abdomen,asupan serat tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisik ditandai dengan ibu

post Sectio Caesarea dan bising usus hipoaktif. Ibu mampu melakukan defekasi, feses

keras dan belum lancar, masih nyeri ringan, ibu dan keluargapaham dan mampu

menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan perawat.

Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan selama perawatan, untuk diagnosa

kedua, Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur invasif ditandai dengan

peningkatan suhu,dihari kedua selama perawatan, masalah sebagian teratasi. Ibu

mengatakan bahwa nyeri luka Sectio Caesarea mulai berkurang, luka tampak bersih

dan mulai kering, suhu tubuh 36,8oC.

Oleh karena itu, perawat menganjurkan supaya ibu dapat mempertahankan

dan melakukan kembali setelah pulang untuk setiap intervensi yang telah diajarkan

pada klien dan keluarga pada kedua diagnosa.

28

Universitas Sumatera Utara

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

a) Hasil dari pengkajian dengan masalah eliminasi fekal: ibu post Sectio

Caesarea hari ke-2 mengalami resiko konstipasi. Ditemukan ada luka post

Sectio Caesarea di abdomen ±15 cm. Ibu mengeluh belum BAB sejak sehari

sebelum dilakukan operasi Sectio Caesarea. Masalah yang ditemui setelah

pengkajian pada ibu post Sectio Caesarea hari ke-2, yaitu: resiko konstipasi

dan resiko infeksi.

b) Rencana asuhan keperawatan dengan priotas masalah gangguan eliminasi

fekal (resiko konstipasi) pada ibu adalah mengkaji kebiasaan defekasi ibu,

mengkaji penyebab konstipasi, memberi informasi mengenai konstipasi pada

ibu post Sectio Caesarea, dan penanganannya.

c) Implementasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah gangguan

eliminasi fekal telah dilakukan keseluruhan.

d) Evaluasi kebutuhan dasar dengan gangguan eliminasi fekal pada ibu yaitu ibu

dan keluarga mengerti mengenai konstipasi, pencegahan, dan penanganannya.

Resiko konstipasi berkurang, ibu dapat BAB dengan pola 1 kali dalam sehari.

Namun, intervensi masih dilanjutkan karena ibu belum dapat BAB dengan

teratur dan feses masih keras. Untuk Resiko infeksi juga berkurang dengan

suhu kembali normal. Tidak ada diagnosa tambahan yang muncul dan yang

ditemui penulis selain dari yang dua diagnosa diatas.

29

Universitas Sumatera Utara

B. Saran

1). Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

gangguan eliminasi fekal dan penanganannya. Khususnya, bagi mata kuliah

kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan

yang komprehensif terhadap masalah eliminasi fekal.

2). Bagi Praktek Keperawatan

Sebaiknya perawat mampu lebih optimal dalam memberikan pelayanan

terhadap kebutuhan dasar eliminasi fekal sehingga dapat mencegah masalah

konstipasi pada ibu post Sectio Caesarea.

3). Bagi Penulis

Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan dan menambah wawasan

serta informasi baru bagi penulis tentang kebutuhan dasar eliminasi fekal sehingga

penulis dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah

kebutuhan eliminasi fekal.

30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan),

Edisi IV. Jakarta: EGC. E. Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi

dan Klasifikasi (2012-2014). Jakarta: EGC Mubarak, W. Iqbal & Chayatin, Nurul. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:

Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Asri & Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha

Medika. M. Wilkinson, Judith. 2012. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :

EGC Potter, P & Perry, A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses

dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC. Potter, P & Perry, A. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi7. Jakarta :

EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.

Jakarta: CV Sabung Seto Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: SalembaMedika. Wiknjosastro, Hanafi. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1

PROGRAM D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. Biodata

Identitas Pasien

Nama : Ny. D

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 33 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Kiwi P.Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli

Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2016

Golongan Darah : A positif

Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2015

Tanggal Operasi : 29 Mei 2015

Diagnosa Medis : Post Sectio Caesarea Hari Ke-2

Status Obstetrik : G : 4 P :4 A: 0

No. Umur Komplikasi

Kondisi

Anak

Penolong

Kehamilan Persalinan Nifas

1. 10 tahun Normal Normal Normal Meninggal Bidan

2. 8 tahun Normal Operasi SC Normal Sehat Dokter

Universitas Sumatera Utara

3. 5 tahun Normal Operasi SC Normal Sehat Dokter

4 0 bulan Normal Operasi SC BBL: 3100 gram Sehat Dokter

II. Keluhan Utama

Dari hasil pengkajian ditemukan keluhan utama yang diperoleh, ibu

mengatakan adanya luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesareapada

tanggal 29 mei 2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio

Saecarea dan keinginan ibu itu sendiri. Saat ini ibu mengeluh tidak buang air besar

sejak sehari sebelum operasi.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

Dari hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang diperoleh data ibu

mengatakan setelah dilakukan operasi Sectio Caesar, ibu mengalami kurang

pergerakan karena luka post operasi masih terasa nyeri. Sekarang ibu belum BAB

sudah 3 hari. Ibu merasa perutnya terasa penuh dan begah serta belum ada tindakan

yang dapat memperbaiki keadaannya.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Darihasil pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data, ibu

mengatakan bahwa ibu sudah pernah mangalami persalinan Sectio Caesarea dan ibu

tidak pernah mengalami penyakit yang serius dari kecil hingga saat ini. Sebelum

dirawat, ibu terbiasa buang air besar (BAB) 1 kali dalm sehari.Jika sakit ringan, ibu

membeli obat generik ke warung, kalau sakit berlanjut ibu pergi berobat ke bidan

terdekat atau puskesmas.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperoleh data ibu tidak ada

anggota keluarga yang mengalami gangguan pada pencernaan, atau penyakit

Universitas Sumatera Utara

keturunan, dimasa kehamilan orangtua ibu dahulu tidak pernah mengalami gangguan

seperti yang dialami ibu.Tidak ada anggota keluarga yang sakit serius dan tidak ada

anggota keluarga terdekat yang meninggal karena masalah sistem pencernaan.

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

Dari hasil pengkajian riwayat keadaan psikologis diperoleh data, ibu cukup

cemas dan takut saat defekasi karena ibu takut kalau mengedan maka jahitan luka

Sectio Caesarea akan rusak atau akan menimbulkan masalah seperti nyeri hebat pada

luka Sectio Caesarea. Ibu memiliki persepsi bahwa ibu yakin dapat melewati masa

nifas dengan baik dan ibu berharap dapat mengurus bayinya sekaligus keluarganya.

Untuk status gambaran diri, ibu mengatakan ibu menerima seluruh bagian yang ada

pada tubuhnya tanpa merasa ada yang kurang. Saat ini keadaan emosi ibu stabil,

mampu memecahkan masalah dengan berdiskusi pada suami atau teman dekatnya.

Dalam hubungan sosial ibu dengan keluarganya maupun dengan masyarakat

lainnya baik. Orang yang paling berarti untukibu saat ini adalah keluarga

intinya.Keluarga adalah penyemangat ibu untuk bekerja dan menjalani aktivitas

sehari-harinya. Ibu beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya. Dalam kehidupan

sehari-hari ibu meyakini Tuhan yang Maha Esa. Ibu mejalankan sholatnya sesuai

waktu sholat.

VII. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Keadaan umum ibu tampak baik, ibu dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah

dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil pemeriksaan tekanan

darah 110/80 mmHg, suhu tubuh 37,3OC, denyut nadi klien 80x/menit,

frekuensi pernapasan 22x/menit, tinggi badan 150 cm, dan berat badan sebelum

melahirkan 64 kg.

Universitas Sumatera Utara

b. Mulut dan faring

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada bagian mulut ibu tampak

kering dan keadaan gusi dan gigi tampak bersih. Ibu mengatakan tidak ada

gangguan dalam proses menelan.

c. Pemeriksaan integument

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, integumen terlihat kulit ibu bersih

dengan warna kulit, dan akral hangat. Turgor kulit ibu <2 detik dan kulit teraba

kurang kelembaban. Secara keseluruhan tidak ada kelainan pada kulit ibu.

d. Pemeriksaan abdomen

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, tampak luka jahitan ± 15 cm,

peristaltik usus 4x/menit, dan kelemahan otot abdomen.

VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Setelah dilakukan pengkajian, ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari

sesuai waktu diet dari rumah sakit. Ibu mengatakan kadang keluarga membawa

makan dari rumah.

Ibu biasanya minum 4-6 gelas sehari dan minum jika haus. Untuk pola

eliminasi, ibu mengatakan selama masa kehamilan ibu BAB 1 kali dalam2 hari.

Tetapi, sejak sehari sebelum operasi Sectio Caesarea ibu tidak BAB. Klien BAK 5-7

sehari. Saat dikaji ibu tidur 7 – 8 jam sehari. Ibu mandi 1 kali sehari, menggosok gigi

1 kali sehari selama di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/

Tanggal

No. Dx : 1

Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31

Mei 2016

09.00 Wib

09.05 Wib

09.10 Wib

09.20 Wib

09.30 Wib

09.35 Wib

09.45Wib

1. Membina hubungan saling percaya.

2. Mengkaji kebiasaan defekasi ibu.

3. Memantau gerakan usus, frekuensi,

bentuk, volume, warna dan

konsistensi feses.

4. Memantau factor penyebab

konstipasi (obat, imobilisasi, diet).

5. Menganjurkan ibu meningkatkan

cairan yang adekuat.

6. Menginstruksikan ibu untuk

mengkonsumsi diet tinggi serat.

7. Menganjurkan aktivitas optimal

untuk merangsang defekasi ibu.

S:

a) Ibu mengatakan belum

BAB sehari sebelum

operasi Sectio Caesarea

dilakukan.

b) Ibu mengatakan merasa

penuh dan begah pada

abdomen.

c) Ibu mengatakan selama

perawatan kurang

makan makanan yang

berserat dan minum air

putih.

O:

a) Ibu post Sectio

Caesarea dengan luka

±15 cm.

b) Terjadi kelemahan otot

abdomen post partum.

c) Bising usus: 4x / menit.

d) Skal nyeri ibu : 3.

A: Masalah teratasi

sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara

Hari/

Tanggal

No. Dx: 2

Waktu

ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31

Mei 2016

11.00 Wib

11.10Wib

11.15 Wib

11.25 Wib

11.30 Wib

10.00 Wib

1. Mengkaji tanda-tanda vital.

2. Mengkaji luka dan balutan di

abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka

dan lingkungan ibu, teknik rawat

luka dengan antiseptik.

4. Mengamati penampilan praktik

higiene personal untuk

perlindungan terhadap infeksi

5. Menjelaskan kepada ibu mengapa

luka terasa sakit serta pencegahan

infeksi.

6. Mengkolaborasi pemberian

antibiotik dengan tim medis.

S: Ibu kurang bergerak

karena luka jahitan

diabdomennya masih baru

dan sedikit nyeri tapi

masih bisa ditahan.

O:

a) Luka post Sectio

Caesarea ±15 cm.

b) Suhu: 37,5oC.

c) Injeksi Ampicilin 1gr/

8 jam.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

Hari/

Tanggal

No. Dx

Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu/01

Juni 2016

09.30 Wib

09.35 Wib

09.45 Wib

09.55Wib

10.00 Wib

1. Menanyakan ibu sudah BAB

atautidak.

2. Memantau bising usus ibu.

3. Menganjurkan ibu untuk

meningkatkan cairan yang adekuat.

4. Menginstruksikan ibu untuk

mengkonsumsi diet tinggi serat.

5. Menganjurkan aktivitas optimal

untuk merangsang defekasi ibu.

S: Ibu mengatakantadi

pagi ibu buang air besar

tetapi fesesnya keras.

O:

a) Peristaltik : 6 x/menit

A: Masalah teratasi

sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara

Hari/

Tanggal

No. Dx: 2

Waktu

ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu/31

Mei 2016

11.05 Wib

11.15 Wib

11.20 Wib

11.35 Wib

10.00Wib

1. Mengkaji tanda-tanda vital.

2. Mengkajiluka dan balutan di

abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka

dan lingkungan ibu, teknik rawat

luka dengan antiseptik

4. Menjelaskan kembali kepada ibu

mengapa luka terasa sakit serta

pencegahan infeksi

5. Mengkolaborasi pemberian

antibiotik dengan tim medis.

S: -

O:

a) Luka post Sectio

Caesarea±15 cm.

b) Suhu: 36,8oC.

c) Injeksi Ampicilin 1gr/

8 jam.

A: Masalah sebagian

teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara