ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/444/4/STIKESPW_Diana Novita... ·...

13

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/444/4/STIKESPW_Diana Novita... ·...

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA DENGAN MASALAH

    GANGGUAN PERTUKARAN GAS DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA

    MALANG

    Diana Novita Herawati, Wisoedhanie Widi Anugrahanti, Wibowo

    Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh

    bakteri, virus, atau jamur. Infeksi ini menyebabakan paru-paru meradang, kantung-kantung

    udara dalam paru yang biasanya disebut alveoli, dipenuhi cairan sehingga kemampuan

    menyerap oksigen menjadi berkurang dan menyebabkan gangguan pertukaran gas. Tujuan

    penelitian adalah untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan

    masalah gangguan pertukaran gas. Subyek penelitian adalah 2 klien, yang mengalami

    Pneumonia dengan masalah gangguan pertukaran gas. Pada kedua klien sudah dilakukan

    implementasi, pada klien 1 dilakukan implementasi utama yaitu pemantauan respirasi dan

    terapi oksigen, sedangkan pada klien 2 dilakukan implementasi pendukung yaitu dukungan

    ventilasi, hal ini disebabkan karena kondisi kedua klien berbeda. Setelah dilakukan evaluasi

    selama 3 hari, masalah gangguan pertukaran gas pada kedua klien tidak teratasi hal ini

    disebabkan karena, bunyi suara tambahan ronchi pada kedua klien masih terdengar.

    Pemeriksaan BGA yang belum kembali dalam batas normal yaitu peningkatan PO2 pada

    pasien 1 yaitu 103,0 mmHg, dan peningkatan PO2 pada pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.

    Peningkatan pH pada klien 2 yaitu 4,47. saturasi oksigen meningkat pada kedua pasien

    tetapi masih dengan bantuan oksigen. Klien 1 menggunakan bantuan oksigen nasalkanul 4

    lpm. Sedangkan pasien 2 menggunakan bantuan oksigen dengan simple mask 6lpm.

    Kata Kunci : Pneumonia, Gangguan Pertukaran Gas

    ABSTRACT

    Pneumonia is an infection of one or two lungs that is usually caused by bacteria, viruses, or

    fungi. This infection causes inflamed lungs, air sacs in the lungs usually called alveoli, filled

    with fluid so that the ability to absorb oxygen becomes reduced and caused disruption of gas

    exchange.The purpose of the study was to carry out nursing care for Pneumonia Patients

    With disruption of gas exchange Problems. The study subjects were 2 clients, who

    experienced Pneumonia Patients With disruption of gas exchange Problems. The

    implementation of the two clients has been carried out, the client 1 carried out the main

    implementation of monitoring respiration and oxygen therapy, while the client 2 carried out

    the supporting implementation of ventilation support, this is because the conditions of the two

    clients are different. After evaluating for 3 days, the disruption of gas exchange Problems in

    the two clients is not resolved this is because, this was due to the sound of additional ronchi

    on both client. Examination of BGA that has not returnedwithin normal limits is an increase

    in PO2 in patient 1, which is 103,0 mmHg, and an increase in PO2 in patient 2, which is

    100,3 mmHg. The increase in pH in client 2 was 4,47. Oxygen saturation increased in both

    patients but still on oxygen support. Client 1 uses 4 lpm nasalkanul oxygen assistance.

    Meanwhile, patient 2 used oxygen with a simple mask of 6 lpm.

    Keywords: Pneumonia, Disruption of Gas Exchang.

    mailto:[email protected]

  • Pendahuluan

    Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu

    atau dua paru-paru yang biasanya

    disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur.

    Pneumonia adalah infeksi yang

    menyebabkan paru-paru meradang.

    Kantung-kantung udara dalam paru yang

    disebut alveolidipenuhi cairan sehingga

    kemampuan menyerap oksigen menjadi

    berkurang (Yudha, 2018).

    Pasien Pneumonia mengalami peradangan

    yang disertai dengan adanya cairan dalam

    alveoli, sehingga saluran pernafasan akan

    terganggu sehingga tidak berfungsi dengan

    normal dan keluar masuknya oksigen juga

    dapat terganggu yang dapat

    mengakibatkan gangguan pertukaran gas.

    Pada pasien pneumonia dampak dari

    pertukaran gas dapat menyebabkan

    hipoksia dan gagal nafas. Hal ini

    disebabkan karena daerah paru menjadi

    padat (eksudat) sehingga terjadi penurunan

    ventilasi dan perfusi yang berdampak pada

    penurunan kapasitas difusi

    Berdasarkan laporan WHO pada tahun

    2017 kasus kematian yang diakibatkan

    oleh pneumonia di dunia diperkirankan

    mencapai 935.000 jiwa pertahun dan

    bahkan lebih dari 2.500 jiwa perhari

    meninggal dunia. Di Indonesia prefalensi

    penyakit pneumonia rata-rata 4,0%. Di

    Jawa Timur prefalensinya juga mencapai

    angka 4,0% (Riseksdas 2018). Di Malang

    didapatkan hasil 8,92% yang menderita

    pneumonia (Dinas Kesehatan Jawa Timur,

    2017 ). Berdasarkan data rekam medis

    klien rawat inap di Rumah Sakit Panti

    WaluyaMalang pada tahun 2019 yang

    terdiagnosa medis pneumonia mencapai

    142 orang. (Rekam medik RS panti

    Waluya Sawahan Malang, 2018).

    Peneliti menemukan fenomena pada saat

    perktek pada bulan Februari tahun 2019 di

    Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

    Terdapat2 klien dengan diagnosa medis

    pneumonia, klien 1 berusia 52 tahun. Data

    subjektif Klien mengeluhsesak nafas,

    klienpusing, klien batuk dan dahaknya

    susah keluar. Saat dikaji, peneliti

    menemukan pernafasan klien cuping

    hidung, frekuensi nafas klien terlihat cepat

    26x/menit. Klien 2 berusia 55 tahun. Data

    objektif yang didapatkan klien tampak

    gelisan, terdapat bunyi suara nafas

    tambahan wheezing klien tampak pucat .

    Data subjektif yang didapatkan klien

    mengatakan sesak nafas, klien mengatakan

    pusing, klien mengatakan pandangannya

    kabur.

    Sebagai seorang perawat dalam menangani

    klien dengan masalah pneumonia adalah

    dengan memberikan dan menerapkan

    asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

    menegakkan diagnosa, merencanakan

    intervensi, melakukan implementasi serta

    mengevaluasi hasil tindakan yang sesuai

  • dengan kriteria hasil yang sudah

    ditetapkan. Perawat berperan sebagai

    pemberi asuhan keperawatan, maka

    perawat diharapkan dapat melakukan

    asuhan keperawatan, dengan cara teknik

    nafas dalam mengajarkan batuk efektif dan

    memonitor O2,dapat dilakukan untuk

    menjaga kelancaran sistem pernafasan

    kolaborasi pemberian oksigen,

    membersihkan sputum untuk melongarkan

    jalan nafas, catat pergerakan dada

    (Muttaqin 2014) .

    Oleh karena itu penulis tertarik untuk

    melakukan asuhan keperawatan dalam

    ProposalKarya tulis ilmiah yang berjudul

    “Asuhan Keperawatan pada Klien Dewasa

    yang Mengalami Pneumonia dengan

    Masalah Gangguan Pertukaran Gas di

    Rumah Sakit Panti Waluya Malang.

    Metode penelitian

    Studi kasus ini adalah studi untuk

    mengeksplorasi masalah asuhan

    keperawatan pada klien pneumonia dengan

    gangguan pertukaran gas di Rumah Sakit

    Panti Waluya Malang.

    Maka batasan istilah dijabarkan oleh

    penulis adalah :

    1. Klien dengan diagnosia

    medispneumonia dengan atau tanpa

    penyakit penyerta yang mengalami

    gangguan pertukaran gas.

    2. Klien pneumonia yang mengalami

    gangguan pertukaran gas yang

    ditandani dengan tanda gejala dibawah

    ini:

    a. Klien tampak dispnea.

    b. Klien mengalami takikardi

    >100x/m

    c. Adanya bunyi suara nafas

    tambahan whezzing/ronchi

    d. Pemeriksaan BGA yang abnormal

    a) PCO2meningkat/menurun

    nilai normal 35-45mmHg

    b) PO2menurun nilai normal 80-

    100mmHg

    c) pH meningkat/menurun nilai

    normal 7,35-7,45

    e. klien tampak cyanosis yang dapat

    dilihat dari bibir dan kuku yang

    tampak kebiruan.

    f. pernafasan klien tampak cuping

    hidung.

    g. Terdapat adanya otot bantu

    pernafasan.

    Partisipan pada penelitian ini adalah 2

    klien. Klien 1 berumur 58. Klien 2

    berumur 80 th. terdiagnosa medis

    pneumonia dengan masalah gangguan

    pertukaran gas di Rumah Sakit Panti

    Waluya Malang. Penelitian dilakukan di

    Rumah Sakit Panti Waluya Malang ruang

    Intensif Unit Care bad 3 dan bad 2,

    penelitian dilaksanakan selama 3 hari

    dengan menggunakan teknik pengumpulan

    data berupa wawancara, observasi,

    pemeriksaan fisik, studi dokumen yang

  • dilakukan melalui perantara pembimbing 3

    pada kedua klien, terdiri dari :

    a) Informed Consent (persetujuan

    menjadi klien)

    b) Anonimity (tanpa nama)

    c) Confidentiality (kerahasiaan)

    Hasil

    pada studi kasus ini didapatkan hasil

    sebagai berikut :

    1. Pengkajian

    Berdasarkan data yang diperoleh dari

    pembimbing 3 bahwa klien 1 masuk icu

    jam 08.15 wib dengan keluhan sesak

    nafas, batuk produktif berdahak, warna

    sputum berwarna putih kental. GCS E 4

    V5 M 6 tekanan darah 140/90 Mmhg.

    Nadi 120x/m suhu 36,30c RR 28x/m.

    Reteraksi dada berat ronchi positif pada

    paru kanan.

    SpO2 92% dengan 02 nasal kanul 4 lpm

    suhu 37,80c. GDA 229 mg/dl.

    Hasil Foto thorax:

    Kedua sinus/diaphragma normal.Bentuk

    dan besar COR membesar kekiri arcus

    aorta dan pulmonal segment normal.

    Tidak tampak infiltrasi proses corakan

    broncovascular paru normal.

    Hasil pemeriksaan BGA:

    Ph 7.47 (tinggi), PCO2 46 mmHg (tinggi),

    O2 65,5 mmHg (tinggi),

    HCO3,23.9mmol/L (normal), Beecf

    0.9mmol/L (normal), Beb 0.2mmol/L

    (normal), A 97.3mmHg (normal), a/AO2

    0.7% (normal), FIO2 313.500 (rendah).

    Berdasarkan data yang diperoleh dari

    perawat bahwa Jam 07.15 klien 2 masuk

    ICU dengan keluhan sesak nafas, pasien

    gelisah G.C.S E4.V5. M6, tekanan darah

    118/70 Mmhg, nadi 115x/m, suhu 37.30c

    RR 30 x/mnt Spo2 89 % GDA 270

    mg/DL. Pasien mendapatkan oksigen 15lt

    jaction reese, Foto thorak cyto

    Hasil Foto thorak:

    Kedua sinus/Diaphragma normal. bentuk

    dan besar COR normal. Tampak infiltrasi

    pada kedua lapang paru. Corakan

    bronchovascular paru Normal. kesan

    pneumonia.

    Hasil pemeriksaan BGA

    pH: 7.11 (rendah), pCO2 : 72,8 (tinggi),

    pO2 123mg/dl (tinggi), HCO3

    23,4mmol/L (normal), BEecf-6.3mmol/L

    (rendah), Beb -6.7mmol/L (rendah), A

    610.2 mmHg (normal), a/AO2 0,2 %

    (rendah), FIO2 123.800 (rendah)

    Jam 09.00 wib kesadaran Coma G C S

    E1.V1.M1. Tekanan darah 121/72 mmHg,

    nadi 118x/m RR27x/m suhu 37.

    pernafasan klien cuping hidung +/+

    reteraksi dada berat ronchi positif. Karena

    kondisi memburuk pasien diputuskan

  • untuk dilakukan intubasi dengan ETT no

    7.5 batas bibir 22 cm, pada saat sucction

    sputum kental kehijauan.Topangan

    syringe pump vascon dosis mulai

    0.075mcg.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Berdasarkan hasil pengkajian pada

    kedua klien ditegakkan diagnosa

    keperawatan gangguan pertukaran gas

    berhubungan dengan

    ketidakseimbangan ventilasi perfusi.

    3. Rencana keperawatan

    Pada kedua klien telah ditetapkan

    rencana intervensi utama dan intervensi

    pendukung yang sesuai dengan

    tinjauan pustaka yaitu :

    Intrvensi utama

    1. Monitor kecepatan aliran

    oksigen.

    2. Monitor frekuensi, irama,

    kedalaman dan upaya napas.

    3. Monitor pola nafas (seperti

    bradipnea, takipnea,

    hiperventilasi).

    4. Monitor kemampuan batuk

    efektif

    5. Monitor adanya produksi

    sputum

    6. Monitor adanya sumbatan

    jalan nafas.

    7. Auskultasi bunyi nafas

    8. Monitor posisi alat terapi

    oksigen.

    9. Monitor aliran oksigen secara

    priodik

    10. Monitor efektifitas terapi

    oksigen.\

    11. Monitor tanda-tanda

    hipoventilasi.

    12. Monitor saturasi oksigen

    13. Monitor nilai AGD

    14. Monitor hasil x-ray torax

    15. Bersihkan sekret pada

    mulut, hidung dan trakea jika

    perlu.

    Siapkan dan atur peralatan

    pemberian oksigen.

    16. Kolaborasi pemantauan

    dosis oksigen.

    17. Kolaborasi penggunaan

    oksigen saat tidur dan/atau

    tidur.

    Intervensi pendukung

    1. Identifikasi adanya kelelahan

    otot bantu nafas

    2. Monitor status respirasi dan

    oksigenasi (mis. Frekuensi dan

    kedalaman nafas, penggunaan

    otot bantu nafas, bunyi nafas

    tambahan, saturasi oksigen).

    3. Periksa indikasi veltilator

    mekanik (mis, kelelahan otot

    nafas).

  • 4. Monitor kondisi yang

    meningkatkan konsumsi

    oksigen (mis, demam,

    mengigil,kejang,nyeri)

    5. Monitor gejala peningkatan

    pernafasan(mis, peningkatan

    denyut jantung atau

    pernafasan, peningkatan

    tekanan darah).

    6. Berikan posisi semi fowler

    atau fowler

    7. Ajarkan melakukan teknik

    relaksasi nafas dalam

    8. Ajarkan mengubah posisi

    secara mandiri.

    9. Ajarkan teknik batuk efektif

    4. Implementasi keperawatan

    Implementasi yang dilakukan pada

    kedua klien berbeda klien 1

    menggunakan intervensi utama

    sebanyak 13 intervensi mandiri dan

    1 intervensi kolaborasi, sedangkan

    untuk klien 2 menggunakan

    intervensi pendukung.

    5. Evaluasi

    Pada klien 1 dan 2 dilakukan

    asuhan keperawatan pada kedua

    klien selama 3 hari berturut-turut,

    pada kedua klien evaluasi pada hari

    ke 3 masalah pada kedua klien

    masih belum teratasi hal ini

    disebabkan karena, bunyi suara

    tambahan ronchi pada kedua klien

    masih terdengar. Pemeriksaan

    BGA yang belum kembali dalam

    batas normal yaitu peningkatan

    PO2 pada pasien 1 yaitu 103,0

    mmHg, dan peningkatan PO2 pada

    pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.

    Peningkatan pH pada klien 2 yaitu

    4,47. saturasi oksigen meningkat

    pada kedua pasien tetapi masih

    dengan bantuan oksigen. Klien 1

    menggunakan bantuan oksigen

    nasalkanul 4 lpm. Sedangkan

    pasien 2 menggunakan bantuan

    oksigen dengan simple mask 6lpm.

    Pembahasan

    1. Pengkajian

    Berdasarkan data yang diperoleh dari

    pembimbing 3 bahwa klien 1

  • mengeluh sesak nafas, batuk produktif

    berdahak, warna sputum berwarna

    putih kental. GCS E 4 V5 M 6 tekanan

    darah 140/90 Mmhg. Nadi 120x/m

    suhu 36,30c RR 28x/m. Reteraksi dada

    berat ronchi positif pada paru kanan.

    SpO2 92% dengan 02 nasal kanul 4

    lpm suhu 37,80c. GDA 229 mg/dl.

    Hasil pemeriksaan BGA:

    Ph 7.47 (tinggi), PCO2 46 mmHg

    (tinggi), O2 65,5 mmHg (tinggi),

    HCO3,23.9mmol/L (normal), Beecf

    0.9mmol/L (normal), Beb 0.2mmol/L

    (normal), A 97.3mmHg (normal),

    a/AO2 0.7% (normal), FIO2 313.500

    (rendah).

    Berdasarkan data yang diperoleh dari

    perawat bahwa Jam 07.15 klien 2

    masuk ICU dengan keluhan sesak

    nafas, pasien gelisah G.C.S E4.V5.

    M6, tekanan darah 118/70 Mmhg, nadi

    115x/m, suhu 37.30c RR 30 x/mnt

    Spo2 89 % GDA 270 mg/DL. Pasien

    mendapatkan oksigen 15lt jaction

    reese, Foto thorak cyto

    Hasil pemeriksaan BGA

    pH: 7.11 (rendah), pCO2 : 72,8

    (tinggi), pO2 123mg/dl (tinggi), HCO3

    23,4mmol/L (normal), BEecf-

    6.3mmol/L (rendah), Beb -6.7mmol/L

    (rendah), A 610.2 mmHg (normal),

    a/AO2 0,2 % (rendah), FIO2 123.800

    (rendah).

    .

    Klien 1 dan klien 2 terdiagnosa

    pneeumonia Menurut Priscilla tahun

    2016 Pasien Pneumonia mengalami

    peradangan yang disertai dengan

    adanya cairan dalam alveoli, sehingga

    saluran pernafasan akan terganggu

    sehingga tidak berfungsi dengan

    normal dan keluar masuknya oksigen

    juga dapat terganggu yang dapat

    mengakibatkan gangguan pertukaran

    gas (Priscilla, 2016). Berdasarkann

    pengkajian klien 1 dan 2 dapat

    ditegakkan diagnosa keperawatan

    gangguan pertukaran gas berhubungan

    dengan ketidak seimbangan ventilasi –

    pervusi, hal ini karena kedua klien

    mengalami sesak nafas, batuk

    produktif, bunyi suara tambahan

    ronchi, takikardi, pemeriksaan BGA

    PCO2 meningkat / menurun nilai

    normal : 35-45 mmHg, PO2 menurun

    nilai normal : 80-100 mmHg, pH arteri

    meningkat / menurun nilai normal

    7,35-7,45, hal ini seusai dengan teori

    tim pokja Pokja SDKI DPP PPNI

    (2016), gangguan pertukaran gas

    adalah kelebihan atau kekurangan

    oksigen atau eliminasi karbondioksida

    pada membran alveolus-kapiler yang

    disebabkan oleh ketidakseimbangan

    ventilasi-perfusiyang ditandai dengan :

  • Tanda gejala mayor :

    a. Dispnea

    b. PCO2 meningkat / menurun nilai

    normal : 35-45 mmHg.

    c. PO2 menurun nilai normal : 80-100

    mmHg

    d. Takikardi

    e. pH arteri meningkat / menurun nilai

    normal 7,35-7,45

    f. Bunyi nafas tambahan

    2. Diagnosa keperawatan

    Berdasarkan data yang ditemukan pada

    kedua klien, mengalami masalah

    keperawatan Gangguan Pertukaran Gas

    berhubungan dengan ketidakseimbangan

    Ventilasi-Perfusi. Hal ini ditandai dengan

    tanda dan gejala seperti adanya data

    keluhan sesak serta hasil pemeriksaan

    BGA dimana pada kedua klien terjadi

    peningkatan PCO2, yaitu 46 mmHg pada

    klien 1, dan peningkatan PCO2 pada klien

    2 yaitu 72,8 mmHg , penurunan PO2 pada

    klien 1 yaitu 65,5 mmHg dan peningkatan

    PO2 pada klien 2 yaitu 123,8 mmHg ,

    takikardia pada kedua pasien , pH arteri

    meningat pada klien 1 yaitu 7,47 dan

    penurunan pH arteri pada klien 2 yaitu

    7.11., serta bunyi napas tambahan ronchi

    pada kedua pasien.

    Hal ini sesuai dengan teori Tim Pokja

    SDKI DPP PPNI (2016), masalah

    keperawatan gangguan pertukaran gas

    yang ditandai dengan :

    Tanda gejala mayor :

    1. Dispnea

    2. PCO2 meningkat / menurun nilai

    normal : 35-45 mmHg

    3. PO2 menurun nilai normal : 80- 100

    mmHg

    4. Takikardi

    5. pH arteri meningkat / menurun nilai

    normal 7,35-7,45

    6. Bunyi nafas tambahan

    3. Rencana keperawatan

    Pada setiap klien dilakukan

    intervensi yang sama yang bersifat

    mandiri dan kolaboratif. Peneliti

    merencanakan ada 19 intervensi

    utama terdiri dari 16 intervensi

    mandiri dan 2 intervensi kolaborasi.

    Serta ditambahkan 8 Intervensi

    pendukung jika diperlukan untuk

    kedua klien karena setiap intervensi

    yang akan dilakukan disesuaikan

    dengan kondisi klien pada saat

    pengkajian. Dari intervensi yang

    direncanakan ditetapkan intervensi

    pada Pada klien 1 dilakukan 14

    intervensi dengan 13 tindakan

    mandiri dan 1 tindakan kolaborasi.

    Pada klien 2 dilakukan intervensi

    pendukung dengan 8 intervensi serta

    dilakukan 5 intervensi utama. Pada

    kedua klien dilakukan intervensi

    yang berbeda karena pada klien 1

    kesadaran klien composmentis dan

  • bisa dilakukan intervensi utama,

    sedangakan pada klien kedua

    kesadaran klien coma dan harus

    menggunakan ventilator oleh karena

    itu penulis menetapkan intervensi

    pendukung yaitu dukungan ventilasi

    mekanik yang menjadi intervensi

    pendukung pada klien 2. Intervensi

    tersebut bertujuan untuk membantu

    agar masalah keperawatan gangguan

    pertukaran gas bisa teratasi. Menurut

    Tim Pokja SDKI PPNI DPP PPNI(

    2017). Gangguan pertukaran gas

    adalah kelebihan atau kekurangan

    oksigen dan atau eliminasi

    karbondioksida pada membran

    alveolus-kapiler yang menyebabkan

    ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,

    yang ditandai dengan dispnea, PCO2

    meningkat/menurun, PO2 menurun,

    takikardi, pH arteri

    meningkat/menurun, dan bunyi suara

    nafas tambahan. Intervensi yang

    ditetapkan pada klien 1 dan klien 2

    telah sesuai dengan teori TIM

    POKJA SIKI DPP PPNI (2018)

    yaitu dengan pemantauan respirasi,

    terapi oksigen dan intervensi

    pendukung yaitu dukungan

    ventilasi.

    4. Implementasi keperawatan

    Berdasarkan intervensi pada tinjauan

    pustaka terdapat 19 intervensi. Pada

    klien 1 ditetapkan 14 intervensi.

    dengan 13 implementasi tindakan

    mandiri dan 1 implementasi tindakan

    kolaborasi. Pada klien 2 dilakukan

    intervensi pendukung. dengan 8

    implementasi serta dilakukan 5

    implementasi utama. Implementasi

    yang dilakukan pada kedua klien

    berbeda hal ini dikarenakan pada

    klien 2 menggunakan ventilator dan

    klien 1 tidak menggunakan ventilator

    jadi klien 1 menggunakan intervensi

    utama dan tidak menambahkan

    intervensi pendukung.

    Menurut Debora (2017).

    Implementasi merupakan tahap

    perencanaan yang dibuat dan

    diaplikasikan pada klien. Tindakan

    yang dilakukan mungkin sama,

    mungkin juga berbeda Dengan

    urutan yang telah dibuat pada

    perencanaan. Aplikasi yang

    dilakukan pada klien akan berbeda

    disesuaikan dengan kondisi klien

    saat itu dan kebutuhan yang paling

    dirasakan oleh klien. Adapun

    pedoman implementasi keperawatan

    menurut Darmawan (2012) yaitu

    tindakan keperawatan yang

    dilakukan konsisten dengan rencana

    dan dilakukan setalah memvalidasi

    rencana keperawatan, serta dalam

    tahap implementasi perawat terus

    mengumpulkan data dan memilih

  • asuhan keperawatan yang paling

    sesuai dengan kebutuhan klien,

    semua implementasi

    didokumentasikan kedalam format

    yang telah ditetapkan.

    5. Evaluasi keperawatan

    Setelah dilakukan evaluasi selama 3

    hari, masalah gangguan pertukaran

    gas pada klien 1 dan klien 2 tidak

    teratasi hal ini disebabkan karena

    bunyi suara tambahan ronchi pada

    kedua klien masih terdengar.

    Pemeriksaan BGA yang belum

    kembali dalam batas normal yaitu

    peningkatan PO2 pada pasien 1 yaitu

    103,0 mmHg, dan peningkatan PO2

    pada pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.

    Peningkatan pH pada klien 2 yaitu

    4,47. saturasi oksigen meningkat

    pada kedua pasien tetapi masih

    dengan bantuan oksigen. Klien 1

    menggunakan bantuan oksigen

    nasalkanul 4 lpm. Sedangkan pasien

    2 menggunakan bantuan oksigen

    dengan simple mask 6lpm . Menurut

    Munrung (2011) evaluasi

    keperawatan merupakan kegiatan

    yang perlu dilakukan secara

    berkelanjutan untuk mengukur

    tingkat efektivitas dan keberhasilan

    rencana keperawatan serta serta

    bagaimana rencana keperawatan

    dilanjutkan atau bahkan dihentikan.

    Hal ini sesuai dengan teori Tim

    Pokja SLKI DPP PPNI (2018)

    bahwa hasil yang diharapkan setelah

    dilakukan tindakan keperawatan

    adalah :

    1. Tingkat kesadaran klien

    meningkat

    2. Dispnea menurun .

    3. Bunyi nafas tambahan ronchi

    masih terdengar pada kedua

    klien

    4. Takikardi menurun

    5. Pusing menurun

    6. Pengelihatan kabur menurun

    7. PCO2cukup membaik.

    8. PO2 pada kedua klien masih

    meningkat

    9. pH arteri pada kedua klien

    masih meningkat.

    kesimpulan

    Asuhan keperawatan pada klien

    pneumonia dengan masalah

    gangguan pertukaran gas di ruang

    ICU Rumah Sakit Panti Waluya

    Malang pada kedua klien tidak

    teratasi karena, bunyi suara

    tambahan ronchi pada kedua klien

    masih terdengar. Pemeriksaan

    BGA yang belum kembali dalam

    batas normal yaitu peningkatan

    PO2 pada pasien 1 yaitu 103,0

    mmHg, dan peningkatan PO2 pada

    pasien 2 yaitu 100.3 mmHg.

    Peningkatan pH pada klien 2 yaitu

  • 4,47. saturasi oksigen meningkat

    pada kedua pasien tetapi masih

    dengan bantuan oksigen. Klien 1

    menggunakan bantuan oksigen

    nasalkanul 4 lpm. Sedangkan

    pasien 2 menggunakan bantuan

    oksigen dengan simple mask 6lpm.

    Daftar pustaka

    Debora oda. 2017 proses keperawatan

    dan pemeriksaan fisik, jakarta:

    selembat medika

    Dermawan, D 2012. Proses

    Keperawatan Penerapan Konsep

    dan Kerangka Kerja (1st).

    Yogyakarta: Gosyen Publishing

    Munrung, S. 2011. Keperawatan

    profesional. Jakarta: trans info

    media

    Muttaqin. 2014.Buku ajar asuhan klien

    dengan gangguan sistem

    pernafasan jakarta: selembat

    medika

    Rekam medis RSPW 2019

    Riskesdas 2018 kementrian kesehatan

    badan penelitian dan

    pengembangan

    Sektya Yudha, 2018 buku ajar

    keperawatan medikal bedah

    sistem respirasi,Yogyakarta: CV

    budi utama

    Tim pokja SDKI DPP PPNI.

    2016standar diagnosa

    keperawatan indonesia, jakarta:

    dewan pengurus pusat persatuan

    perawat nasional indonesia

    Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018

    standar intervensi keperawatan

    indonesia, jakarta: dewan

    pengurus pusat persatuan perawat

    nasional indonesia

    Tim pokja SLKI DPP PPNI, 2019

    standar luaran keperawatan

    indonesia, jakarta: dewan

    pengurus pusat persatuan perawat

    nasional indonesia

    World Health Organization, 2017

    pneumonia di Dunia, Jakarta:

    EGC