Referat Hipoksia

download Referat Hipoksia

of 17

Transcript of Referat Hipoksia

HIPOKSIA

Pembimbing dr. Eko Budi Prasetyo Sp.An

Penyusun : Az Adibah binti Zubairi 03007287 Hernita Perliyani 03007107

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Mintoharjo 12 September 2011 14 Oktober 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan referat berjudul Hipoksia Lama tepat pada waktunya. Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Anestesi RSAL dr.Mintohardjo. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr Eko Budi Prasetyo Sp.An selaku dokter pembimbing dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koas yang ikut membantu memberikan semangat dan dukungan moril. Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang ini khususnya dan bidang kedokteran yang lain pada umumnya.

Jakarta, 7 Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I Definisi Etiologi Klasifikasi Penegakan Diagnosis Patofisiologi Penatalaksanaan

BAB IPENDAHULUAN Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memedai yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.Hipoksia akut akan menyebabkan gangguan judgement, inkoordinasi motorik dan gambaran klinis yang mempunyai gambaran pada alkoholisme akut. Kalau keadaan hipoksia berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing, apatis, gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja.

BAB II HIPOKSIA

DEFINISI Hipoksia merupakan suatu kondisi penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai. Dahulu keadaan ini disebut anoksia dimana tidak ada oksigen yang tersisa sama sekali yang ternyata setelah dipelajari pemakaian istilah anoksia ini tidak tepat. Tanpa oksigen sel terutama otak akan mati dalam beberapa menit. Sedangkan hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri. Hipoksia dibagi menjadi hipoksia akut dan hipoksia kronis. Hipoksia akut adalah berkurangnya pasokan oksigen secara mendadak atau cepat dalam durasi menit ke jam yang disebabkan oleh asfiksia, obstruksi jalan napas, perdarahan akut, penyumbatan alveoli oleh edema atau eksudat infeksius, atau kegagalan kardiorespirasi mendadak. Sedangkan hipoksia kronik berkurangnya pasokan oksigen secara lambat dengan durasi jam ke hari.

ETIOLOGI Berhubungan dengan anestesi

- Airway

Jalan napas yang terobstruksi menghalangi oksigen ke paru-paru akibat dari salah letak posisi pipa endotrakeal di esophagus atau akibat muntah yang teraspirasi dan menghalang jalan napas.

- Breathing Pernapasan yang tidak adekuat menghalang oksigen yang cukup ke alveoli akibat bronkospasme yang kronik, pneumotoraks dan spinal anestesi yang terlalu tertinggi. Bronkospasme akan menghalang oksigen yang cukup ke paru-paru dan menghalang pengeluaran karbon dioksida dari paru. Pneumotoraks bisa juga menyebabkan bagian paru-paru yang terkena kolaps.

- Circulation Kegagalan sirkulasi menghalangi oksigen masuk ke jaringan yang biasanya disebabkan oleh hipovolemia, gangguan irama jantung dan gagal jantung.

- Drugs Anestesi yang terlalu dalam akan menekan pernapasan dan sirkulasi. Banyak obat-obat anestesi yang bisa menyebabkan penurunan tekanan darah. Obat pelemas otot juga bisa

melumpuhkan otot pernapasan dan menghalangi pasien bernapas adekuat.

- Equipment Masalah pada mesin dan alat anestesi seperti mesin ventilasi yang tidak tersambung atau terhalang atau sumber oksigen sendiri seperti alat konsentrasi oksigen yang tidak berfungsi. Juga masalah dari mesin monitor akibat daripada kehabisan bateraipada alat oksimeter atau salah probe

KLASIFIKASI Hipoksia Hipoksik (anoksia anoksik)

Terjadi apabila PO2 darah arteri berkurang. Hipoksia hipoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen yang masuk paru-paru sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Kegagalan ini bisa disebabkan adanya sumbatan atau obstruksi di saluran pernapasan, baik oleh sebab alamiah (misalnya penyakit yang disertai dengan penyumbatan saluran pernafasan seperti laringitis difteri, status asmatikus, karsinoma bronchonenik, dan sebagainya) atau oleh trauma atau kekerasan yang bersifat mekanik, seperti sumbatan jalan nafas, tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya

Hipoksia anemik

Adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme seluler, seperti pada keracunan karbon monoksida karena afinitas CO terhadap hemoglobin jauh lebih tinggi dibandingkan afinitas oksigen dengan hemaoglobin.

Hipoksia stagnan

Adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena darah (hemoglobin) tidak mampu membawa oksigen ke jaringan oleh karena kegagalan sirkulasi seperti pada heart failure atau embolisme, baik

emboli udara vena maupun emboli lemak.

Hipoksia histotoksik

Keadaan hipoksia yang disebabkan karena jaringan yang tidak mampu menyerap oksigen, salah satu contohnya pada keracunan sianida. Sinida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa darah. Dengan demikian, proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan oksigen ke sel jaringan sehingga timbul hipoksia jaringan. Hal ini merupakan keadaaan paradoksal, karena korban meninggal keracunan sianida mengalami hipoksia meskipun dalam darahnya kaya akan oksigen. Ketiga jenis hipoksia yang terakhir (yakni hipoksia anemik, stagnan dan histotoksik) disebabkan penyakit atau keracunan sedangkan hipoksia yang pertama (yakni hipoksia hipoksik) disebabkan kurangnya oksigen atau obstruksi pada jalan nafas baik karena penyakit maupun sebab yang bersifat mekanik.

PENEGAKAN DIAGNOSIS Gejala Klinis Sistem saraf sentral : gangguan mental, gelisah, mudah tersinggung, hingga koma bila berlanjut

berkeringat, apatis -

Sistem kardiovaskuler : takikardi, bradikardi (bila berlanjut), aritmia, sampai hipotensi

mula-mula hipertensi -

Sistem pernapasan: hiperventilasi, dyspnea, napas cepat dan dangkal Kaussmaul), gerak napas cuping hidung, retraksi sela iga.

(pernapasan -

Kulit: Sianosis

Laboratorium

Setiap keluhan atau tanda gangguan respirasi hendaknya mendorong di lakukannya analisis gas-gas darah arteri. Analisis Gas Darah (AGD) merupakan gold standart untuk menentukan hipoksia karena bisa menentukan SaO2 dan secara tidak langsung menentukan PaO2. Hipoksia bisa dideteksi jika saturasi hemoglobin akan oksigen (SaO2) kurang dari 90%, tegangan oksigen arterial (PaO2) kurang dari 70 mmHg, pH darah 44 mmHg.

PATOFISIOLOGI Gangguan pada jalan napas (airway), pernapasan (breathing), sirkulasi (circulation) menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke paru-paru secara adekuat. Maka tidak terjadi difusi dari alveoli ke kapilar mengikut gradient dari yang bertekanan tinggi ke bertekanan rendah dan oksigen tidak dapat di hantar ke jaringan, maka terjadilah hipoksia. Hipoksia akut akan menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah pulmoner tetapi menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah sistemik. Vasokonstriksi pada pembuluh darah pulmoner akan menyebabkan tensi pada pasien meningkat. Keadaan hipoksia juga akan merangsang kemoreseptor perifer dan terjadi peningkatan ventilasi sebagai kompensasi untuk

meningkatkan asupan oksigen ke tubuh. Maka peningkatan ventilasi ini akan menyebabkan alkalosis respiratorik yang sangat berguna untuk menekan hipertensi akibat vasokonstriksi pembuluh darah tadi. Kemoreseptor perifer juga akan mengaktifkan aktivitas saraf simpatis. Maka pada pasien akan mengalami peningkatan denyut nadi, cardiac output, tensi yang tinggi dan kontraksi pada otot jantung. Keadaan ini akan diperberat lagi apabila pasien dalam keadaan dingin dan berolahraga. Namun vasodilatasi

pembuluh darah sistemik sangat berguna untuk menurunkan tensi pada pasien untuk mengurangkan beban jantung. Tindakan-tindakan anestesti akibat kesalahan tindakan atau kesalahan mesin serta efek obat-obatan seperti gas volatile anestetik, opiod dan sedatif yang menyebabkan hipoventilasi akan menurunkan jumlah oksigen yang teraspirasi. Maka Pa02 yang merupakan keseimbangan antara oksigen terinspirasi dengan proses metabolik dalam badan akan menurun. Keadaan ini akan meransang kemoreseptor badan aorta dan carotid dan badan akan mengkompensasi dengan hiperventilasi dan peningkatan dan cardiac output. Hipoksia yang berkepanjangan atau kronis akan memberikan efek buruk pada badan karena organ akan menerima kurang asupan oksigen. Di otak akan mengalami stroke, di jantung akan menyebabkan gagal jantung kongestif, serangan jantung dan angina pectoris serta menyebabkan kegagalan fungsi organ yang multiple seperti di paru dan ginjal. Yang lebih membahayakan lagi, keadaan hipoksia dapat memicu terjadinya kanker.

Hubungan dengan anestesi

Hipoventilasi (obstruksi jalan napas, volatile gas anastetik, opiod dan sedatif)

Penurunan oksigen yang terinspirasi

P2O2 menurun (PaO2 merupakan keseimbangan antara oksigen terinspirasi dengan proses metabolic dalam badan)

Kemoreseptor badan aorta dan carotid akan terangsang

Hiperventilasi dan peningkatan cardiac output

PENATALAKSANAAN

Keadaan pasien yang hipoksia perlu ditangani dengan segera untuk mengelakkan kegagalan fungsi organ yang lain. Apabila saturasi oksigen

kurang dari 94% , ia sudah boleh di katakan sebagai hipoksia sementara etiologi sebenar dapat dibuktikan. Maka pasien harus diberikan oksigen bertekanan tinggi dan memberi ventilasi secara manual dengan memompa pada volume tidal yang tinggi. Setelah itu lihat perkembangan pada pasien. Jika pasien respon dengan baik, maka cari penyebabnya dan masalahnya apakah bersumeber dari pasien atau dari alat. Jika penyebab hipoksia dari pasien, periksa A,B,C,D. Pada airway dengan maneuver chin lift atau jaw thrust, periksa posisi LMA dan pipa endotrakeal dan reposisi semula jika mengalami kesalahan letak. Jika masih ragu-ragu, LMA dan pipa endotrakeal di keluarkan dari mulut pasien. Evaluasi juga sama ada terjadi spasme pada laring atau tidak dan tangani jika terjadinya spasme. Pada breathing, periksa volume tidal, saturasi oksigen dan karbon dioksida. Lakukan auskultasi pada kedua-dua paru dan evaluasi suara napas simetris atau tidak. Jika curiga terjadi bronkospasme, beri obat bronkodilator tetapi jika curiga pneumotoraks, lakukan drainase dada. Pada circulation, periksa nadi, tekanan darah dan EKG. Evaluasi jika ada kehilangan darah yang akut, dehidrasi atau kehilangan cairan yang banyak dan tangani dengan resusitasi cairan secara intravena. Evaluasi jika hipoksia pada pasien adalah akibat dari efek obat (drugs) opiod, gas volatile, sedatif yang mendepresi napas atau muscle relaksans yang menyebabkan otot jantung tidak

berkontraksi atau karena spinal anestesi yang terlalu tinggi yang melumpuhkan otot diafragma. Jika hipoksia penyebabnya dari alat-alat anestesi, periksa suplai oksigen, concentrator dan pada silinder. Periksa juga ada atau tidak bagian yang tidak tersambung atau yang terhalang pada alat ventilator. Jika masih belum terkoreksi, matikan ventilator dan gunakan self-inflating bag atau jika tidak ada

lakukan pernapasan buatan mouth to mouth atau ventilasi dengan pipa endotrakeal. Jika pada circulation, nadi karotis tidak teraba maka lakukan resusitasi jantung paru (RJP). Menurut American Heart Association tahun 2010, resusitasi jantung paru (RJP) dimulai dengan melakukan kompresi dada dahulu

berbanding membuka jalan napas dan memberi napas buatan. Basic Life Support terdiri dari C-A-B sedangkan Advanced Life Support di tambah D-E-F.

Compressions Letakkan puncak tangan di setengah dari bagian bawah sternum. Pijat 30x dengan kedalaman 2 inci dan kecepatan 100x/menit dan beri napas buatan sebanyak 2x. Push hard, push fast! Kompresi ini sangat penting untuk memberi asupan oksigen pada organ vital terlebih dahulu sebelum membebaskan jalan napas.

Airway Membuka jalan napas dengan maneuver head tilt dan chin lift. Perhatikan ada sumbatan jalan napas akibat lidah, bendasing atau cairan dan singkirkan jika ada. Look, Listen, Feel pada gerakan dada, suara napas dan aliran udara untuk mengetahui sama ada pasien bernapas atau tidak

Breathing Beri napas buatan secara mouth to mouth tiap 1 detik sampai dada terangkat

Drugs Adrenalin di beri 3-5 menit sebanyak 3 kali pemberian. Atropin 3mg. Di beri secara intravena, intratrakeal atau intraosseus. Tidak boleh di berikan secara intrakardial

EKG Di lihat gambaran ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi, asistole, PEA atau EMD

Fibrillation Diberi DC shock pada pasien dengan gambaran EKG ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi saja dengan kekuatan 360 Joule pada bagian apex paru dan iktus cordis paru berlawanan. Pastikan gel secukupnya di beri untuk menghindari kulit terbakar akibat renjatan elektrik. Instruksikan supaya semua lepas dari pasien. Atas bebas! Bawah bebas! Samping bebas! Saya bebas! Evaluasi selama 2 menit adakah irama jantung masih fibrilasi atau takikardi. Ulang pemberian dan evaluasi lagi. Jika berhasil, CPR tetap diteruskan.