ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III...

13
1

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III...

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA DENGAN MASALAH

RESIKO DEFISIT NUTRISI DI RUMAH SAKIT PANTI

WALUYA SAWAHAN MALANG

Rindi Ambarwati, Wibowo, Wisoedhanie Widi A

Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

Email : [email protected]

Abstrak

Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi yang terjadi pada parenkim paru karena adanya suatu

inflamasi dari bakteri yang menyebabkan alveolus terisi oleh debris dan menjadi eksudat. Konsolidasi di

dalam alveoli mengganggu pernafasan eksternal dan mengurangi oksigen yang berdifusi dari alveolus ke

sirkulasi pulmonal, sehingga semakin lama peradangan di alveolus maka produksi sputum akan menjadi

semakin meningkat dan terjadinya akumulasi sputum di bronkus yang menyebabkan asam lambung mulai

meningkat lalu merangsang terjadinya mual muntah sehingga terjadi penurunan nafsu makan berakibat

mengalami masalah resiko defisit nutrisi. Tujuan penelitian adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien Pneumonia dengan resiko defisit nutrisi. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus terhadap

2 klien Pneumonia yang mengalami resiko defisit nutrisi. Waktu penelitian pada bulan April – Juni 2019 di

Pavilliun St. Maria di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang dengan lama perawatan 3 hari untuk

setiap klien. Pengkajian didapatkan kedua klien mengalami mual muntah dan nafsu makan menurun. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan yang sama, masalah resiko defisit nutrisi Pada klien 1 masalah teratasi

sebagian dengan tercapainya 5 dari 11 kriteria hasil yang telah ditetapkan, sedangkan pada klien 2 masalah

teratasi sebagian yaitu tercapainya 8 dari 11 kriteria hasil yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang

tepat pada masalah resiko defisit nutrisi yaitu melakukan oral hygiene sebelum makan dan memberikan air

minum yang hangat untuk meningkatkan nafsu makan klien.

Kata kunci : Pneumonia, Resiko Defisit Nutrisi

Abstrack

Pneumonia is an infectious disease that occurs in the pulmonary parenchyma because of an inflammation of

the bacteria that causes the alveoli to fill with debris and become exudates. Consolidation in the alveoli

interferes with external breathing and reduces oxygen diffusing from the alveolus into the pulmonary

circulation, so that the longer the inflammation in the alveolus, the more sputum production will occur and

the accumulation of sputum in the bronchi which causes stomach acid to increase and stimulate nausea and

vomiting. decreased appetite results in problems with the risk of nutritional deficits. The purpose of the

study was to carry out nursing care for clients of Pneumonia with a risk of nutritional deficits. The research

design used was a case study of 2 Pneumonia clients who experienced a risk of nutritional deficits. Time of

study in April - June 2019 at Pavilliun St. Maria at the Pahan Waluya Hospital in Sawahan Malang with 3

days treatment for each client. The study found that both clients experienced nausea vomiting and decreased

appetite. After carrying out the same nursing actions, the problem of the risk of nutritional deficits in clients

1 problem is resolved in part by achieving 5 of the 11 criteria that have been determined, while in the client

2 problems are partially resolved, namely the achievement of 8 of 11 predetermined criteria. The right

nursing action on the problem of the risk of nutritional deficits is to do oral hygiene before eating and

provide warm drinking water to increase the client's appetite.

Keywords: Pneumonia, risk of nutritional deficit

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

2

Pendahuluan

Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi

yang terjadi pada parenkim paru karena adanya

suatu inflamasi dari bakteri yang menyebabkan

alveolus terisi oleh debris dan menjadi eksudat.

Eksudat dengan cepat memenuhi neutrofil,

eritrosit, dan fibrin serta massa padat dan

terbentuk suatu konsolidasi yang menyebar

pada kedua paru atau terkonsentrasi pada salah

satu massa yang mempengaruhi satu atau lebih

lobus. Konsolidasi di dalam alveoli

mengganggu pernafasan eksternal dan

mengurangi oksigen yang berdifusi dari

alveolus ke sirkulasi pulmonal, sehingga

semakin lama peradangan di alveolus maka

produksi sputum akan menjadi semakin

meningkat dan mengalami okumulasi sputum

di bronkus. Akumulasi menyebabkan asam

lambung mulai meningkat dan merangsang

terjadinya mual muntah sehingga nafsu makan

menjadi menurun (Nair & Peate, 2015).

Berdasarkan data dari World Health

Organization (WHO, 2016) Pneumonia

memiliki angka kesakitan sangat tinggi di

dunia, terdapat kasus Pneumonia mengalami

peningkatan dari 2,1% pada tahun 2007

menjadi 2,7% pada tahun 2013 (Farida dkk,

2017). Hasil Prevalensi Pneumonia

berdasarkan kelompok umur mulai meningkat

pada umur 21 - 54 sehingga mengakibatkan

terjadinya 920.136 kematian Pneumonia pada

tahun 2015 (Farida dkk, 2017). Berdasarkan

dari data Riskesdas (2013) di Indonesia

ditemukan kasus Pneumonia dengan

persentase dari 1,8 % meningkat menjadi 4,5 %

pada tahun 2012. Berdasarkan dari data

Kemenkes RI (2011) di Jawa Timur terdapat

76.745 kasus Pneumonia pada tahun 2010 dan

meningkat sebanyak 4.392 kasus pada tahun

2012. Pada tahun 2012 di wilayah Jawa Timur

terdapat peningkatan kasus pneumonia dari

20,05% menjadi 31,37% pada tahun 2014

(Riskesdas, 2015). Hasil yang didapat dari

pengkajian data Rekam Medis di RS Panti

Waluya Sawahan Malang pada bulan Januari

2018 hingga Desember 2018 ditemukan 148

kasus Pneumonia diantaranya pada usia remaja

sebanyak 35 kasus, pada usia dewasa sebanyak

44 kasus dan dengan jumlah angka kematian

sebanyak 6 kasus (Rekam Medik RS.Panti

Waluya Malang 2019). Hasil penelitian

Artawan mengatakan status gizi dengan derajat

keparahan Pneumonia memiliki hubungan,

bahwa pasien Pneumonia mengalami

malnutrisi dapat menimbulkan Pneumonia

lebih parah dengan memiliki resiko 2,176 kali

lebih besar menyebabkan lebih berat derajat

Pneumonia, peningkatan buruknya derajat

malnutrisi pada Pneumonia yaitu derajat 1

sebanyak 35,5% dan derajat IV sebanyak 72%

sehingga ditotal sebanyak 30% yang

mengalami malnutrisi Pneumonia

dibandingkan 9% dengan yang tanpa malnutrisi

(Artawan dkk 2016).

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

3

Riyadi & Sukirman (2009) mengatakan Resiko

Defisit Nutrisi dikarenakan virus, bakteri,

jamur masuk ke invasi saluran nafas bawah lalu

bakteri berkembang di alveolus menimbulkan

peradangan yang hebat dan menghasilkan

sputum. Semakin lama peradangan di alveolus

maka produksi sputum akan menjadi semakin

meningkat. Jika bakteri penyebab Pneumonia

terbawa bersama makanan akan masuk ke

lambung dan terjadi peningkatan asam lambung

yang menyebabkan terjadinya mual, muntah,

dan anoreksia, sehingga timbul masalah Resiko

Defisit Nutrisi Gizi. individu yang tidak

mendapatkan asupan gizi yang cukup dapat

mengakibatkan tubuh kekurangan asupan

energi, protein, dapat mempengaruhi sistem

pertahanan tubuh, dan menghambat sistem

pembentukan antibodi terhadap

mikroorganisme sehingga tubuh mudah sekali

terkena infeksi (Anderson dkk, 2009).

Proses terjadinya Resiko Defisit Nutrisi pada

Pneumonia karena adanya penurunan level IgA

pada sistem imunitasnya. Fungsi dari IgA

tersebut yaitu untuk melindungi saluran napas

atas dari infeksi organisme patogenik. Maka

dari itu, jika level IgA menurun akan

mengakibatkan penurunan sistem imun pada

saluran napas sehingga memperparah derajat

infeksi sistem saluran napas (Artawan dkk,

2016).

Fenomena yang penulis dapatkan pada saat

praktek klinik bulan Januari sampai Februari

tahun 2018 di rungan rawat inap Dewasa

(umum) maupun pada ruangan perawatan

intensif, peneliti menemukan kasus Pneumonia

klien berusia 26 tahun menderia Pneumonia

dengan Masalah Resiko Defisit Nutrisi. Klien

mengeluhkan saat makan sering sesak,

batuk,mual muntah, mengalami kesulitan

menelan dan nafsu makan menurun dalam 3

hari hanya menghabiskan ± setengah porsi.

Klien mengalami mual saat makan dan saat

setelah minum obat, membran mukosa kering

(pucat). Hasil foto thorak tampak infiltrat

pneumonia di lobus paru-paru. Penatalaksanaan

dari ahli gizi diberikannya Diit TKTP (Tinggi

Kalori Tinggi Protein) serta mengedukasikan

ke keluarga tentang kebutuhan nutrisi klien.

Masalah Resiko Defisit Nutrisi yang terjadi

pada klien Pneumonia jika tidak segera diatasi

akan menyebabkan suatu dampak atau

komplikasi seperti perubahan struktur paru

normal, perluasan infeksi lokal untuk mengenai

pleura (pleuritis), kerusakan yang berlebihan

pada parenkim berlebihan dengan nekrosis,

abses paru yang terjadi secara lambat dari

penurunan berat badan dan bisa mengalami

empiema atau efusi pleura (Lemone, Burke &

Bauldoff, 2011). Krisnasari (2010) mengatakan

menurunnya daya tahan tubuh disebabkan oleh

asupan makanan tidak dapat memenuhi

kebutuhan tubuh, maka dapat membuat daya

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

4

tubuh atau sistem kekebalan tubuh menurun

dan mudah untuk terserang infeksi.

Sebagai seorang perawat, pertolongan

kesehatan dengan memberikan asuhan

keperawatan pada Klien Pneumonia dengan

Masalah Resiko Defisit Nutrisi bertujuan agar

nutrisi klien kembali seimbang dan masalah

klien terselesaikan dengan memberikan

intervensi berupa memberikan lingkungan yang

nyaman selama makan, membantu klien oral

hygiene, memberikan makanan sedikit tapi

sering dan lunak. Serta melalui pendekatan

preventif memberikan edukasi dan pemahaman

tentang penyakit Pneumonia kepada klien dan

keluarga. Berkolaborasi dalam pemberian

terapi gizi yang seimbang (Lemone, Burke &

Bauldoff, 2011). Dengan begitu, diharapkan

klien yang mengalami Pneumonia dapat

sembuh dari penyakitnya. Maka dari itu,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian

studi kasus mengenai “Asuhan Keperawatan

Pada Klien Pneumonia dengan Masalah Resiko

Defisit Nutrisi di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang”.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian inin

adalah studi kasus untuk mengeksplorasi

masalah Asuhan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Pneumonia dengan masalah Resiko

Defisit Nutrisi di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang. Kriteia pada penderita

adalah:

1) Klien yang di diagnosa medis Pneumonia

dengan masalah resiko defisit nutrisi.

2) Klien dewasa yang berusia 18 – 60 tahun.

3) Klien mengalami mual muntah setelah

makan.

4) Membran mukosa kering.

5) Mengalami penurunan nafsu makan dalam 1

x 24 jam, setelah direcall untuk asupan

nutrisi 1 x 24 jam sebelumnya.

6) Menghabiskan makanan setengah porsi dari

porsi makanan yang sudah diberikan.

7) Kelemahan pada tonus otot.

Pada penelitian ini yang menjadi partisipan

peneliti yaitu klien 1 Tn. A yang berusia 57

tahun dirawat di Diagnosa Pneumonia pada 8

April 2019 di Ruang Pavilliun St. Maria serta

klien 2 Tn. M yang berusia 60 tahun dirawat di

Diagnosa Pneumonia pada 10 April 2019 di

Ruang Pavilliun St. Maria di Rumah Sakit

Panti Waluya Sawahan Malang.

1) Penelitian dilakukan selama 3 hari terhadap

kedua klien dengan menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, studi data

intervensi, implementasi, serta evaluasi.

Disematkan pula etika yang menjadi dasar

penyusunan karya tulis ilmiah, terdiri dari

Informed Consent, Anonimity,

Confidentiality.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

5

Hasil

Pada studi kasus ini diperoleh hasil sebagai

berikut:

1. Pengkajian

Data yang didapatkan pada klien 1, berusia

57 tahun, Saat dilakukan pengkajian

didapatkan data keluarga mengatakan bahwa

klien sebelumnya memiliki riwayat penyakit

infeksi paru. Klien mengeluh sesak dan

demam selama 5 hari, sehari sebelumnya

mengalami penurunan nafsu makan, klien

mengatakan makan hanya 5 sendok dari

porsi yang sudah diberikan, klien masih

mual dan mutah cair setelah makan kurang

lebih setengah gelas berukuran 200 cc, klien

mengatakan tidak nafsu makan karena sesak

dan sering batuk. Keluarga mengatakan BB

sebelum sakit 51 kg setelah Masuk Rumah

Sakit BB klien menjadi 52 kg. Didapatkan

hasil pemeriksaan kulit tampak lemba,

turgor kulit kembali dalam 2 detik CRT

kembali dalam 2 detik, Mukosa bibir tampak

kering, di dalam rongga mulut ada bercak

putih, lidah tampak sedikit kotor bercak

putih-putih di lidah paling ujung, rambut

klien tampak putih, tipis dan sedikit rontok,

klien tampak sedikit sesak dan batuk,

keadaan umum lemas, bising usus 35

x/menit. Data yang di dapatkan pada klien 2

berusia 60 tahun. Saat dilakukan pengkajian

didapatkan data keluarga mengatakan bahwa

klien sebelumnya memiliki riwayat penyakit

infeksi paru. Klien mengeluh sesak dan

demam selama 3 hari, sehari sebelumnya

mengalami penurunan nafsu makan, klien

mengatakan makan hanya ½ dari porsi yang

sudah diberikan, klien masih mual dan

mutah cair setelah makan kurang lebih

setengah gelas berukuran 200 cc, klien

mengatakan tidak nafsu makan karena batuk

dan mual muntah setelah makan. Keluarga

mengatakan BB sebelum sakit 60 kg setelah

Masuk Rumah Sakit BB klien menjadi 61

kg. Didapatkan hasil pemeriksaan kulit

tampak kering, turgor kulit kembali dalam 2

detik CRT kembali dalam 2 detik, Mukosa

bibir tampak kering, lidah tampak sedikit

kotor berwarna putih, rambut klien tampak

sedikit rontok, klien tampak sedikit sesak

dan batuk, keadaan umum lemas, bising

usus 31 x/menit.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari hasil pengkajian, pada

Klien 1 maupun Klien 2 ditegakkan

diagnosa keperawatan yang sama yaitu

Resiko Defisit Nutrisi.

3. Intervensi Keperawatan

Pada Klien 1 dan Klien 2 telah ditetapkan

rencana keperawatan yang telah disesuaikan

dengan tinjauan pustaka berupa identifikasi

status nutrisi, identifikasi alergi dan

intoleransi makanan, identifikasi makanan

yang disukai, identifikasi kebutuhan dan

jenis nutrien, identifikasi perlunya

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

6

penggunaan selang nasogastrik, monitor

asupan makanan, monitor berat badan,

monitor hasil pemeriksaan laboratorium,

lakukan oral hygiene sebelum makan,

sajikan makanana secara menarik dan sushu

yang sesuai, beri makana tinggi kalori tinggi

protein, hentikan pemberian makanan

melalui selang nasogatrikjika asupan oral

dapat toleransi, anjurkan posisi duduk, jika

mampu anjurkan diet yang di programkan,

kolaborasi medikasi sebelum makan (mis.

Pereda nyeri, antiemetik), kolaborasi dengan

ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,

identifikasi faktor yang mempengaruhi

asupan gizi (mis. Pengetahuan, ketersediaan

makanan, agama/ kepercayaan, budaya,

mengunyah tidak adekuat, gangguan

menelan, penggunaan obat-obatan),

identifikasi perubahan berat badan,

identifikasi kelainan pada kulit (mis. Memar

yang berlebihan, luka yang sulit sembuh,

dan pendarahan), identifikasi kelainan pada

rambut (mis. Kering, tipis, kasar, dan mudah

patah), identifikasi pola makan (mis.

Kesukaan/ ketidaksukaan makanan,

konsumsi makanan cepat saji, makan

terburu-buru), identifikasi kemampuan

menelan (mis. Fungsi motorik wajah, reflek

menelan), identifikasi kelainan rongga mulut

(mis. Peradangan, gusi berdarah, bibir

kering), monitor mual muntah, monitor

asupan oral, monitor warna konjungtiva,

monitor hasil laboratorium (mis. Kadar

kolesterol, albumin serum, transferrin,

kreatinin, hemoglobin, hematokrit, dan

elektrolit darah), timbang berat badan, ukur

antropometrik komposisi tubuh (mis. Indeks

Massa Tubuh), hitung perubahan berat

badan, dokumentasikan hasil pemantauan,

jelaskan tujuan pemantauan, informasikan

hasil pemeriksan, jika perlu.

4. Implementasi

Pada Klien 1 dan Klien 2 telah dilakukan

implementasi keperawatan berdasarkan

intervensi keperawatan yang telah

ditetapkan.

5. Evaluasi

Pada Klien 1, Masalah Resiko Defisit

Nutrisi teratasi sebagian karena hanya 5 dari

11 kriteria hasil yang sudah tetapkan

tercapai dan pada Klien 2, Masalah Resiko

Defisit Nutrisi teratasi sebagian karena 8

dari 11 kriteria hasil yang sudah tetapkan.

Pembahasan

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian menunjukan

bahwa klien 1 dan 2 sama-sama di diagnosa

pneumonia. Pada klien 1 dan 2 menyatakan

keluhan yang sama yaitu sesak, batuk,

demam dan sebelumnya pernah MRS karena

infeksi paru. Klien 1 menyatakan sesak

dikarenakan proses peradangan di parenkim

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

7

paru yang menyebabkan terjadinya

konsolidasi dan pengisian rongga alveoli

oleh eksudat lalu terjadinya gangguan

pertukaran gas yang membuat obtruksi pada

jalan napas, sehingga klien mengalami sesak

napas membuat klien mengalami

ketidakmampuan menelan makanan,

sehingga semakin lama peradangan di

alveolus maka produkssi sputum meningkat

lalu terjadinya akumulasi sputum yang

membuat klien merangsang untuk batuk dan

terjadi penumpukan sehingga klien

mengalami distensi abdomen yang berakibat

asam lambung mulai meningkat membuat

klien mengalami mulal muntah lalu

menimbulkan nafsu makan klien menurun.

Klien 2 menyatakan batuk dikarenakan

proses peradangan di parenkim paru yang

menyebabkan terjadinya konsolidasi dan

pengisian rongga alveoli oleh eksudat,

sehingga semakin lama peradangan di

alveolus maka produkssi sputum meningkat

lalu terjadinya akumulasi sputum yang

membuat klien merangsang untuk batuk dan

terjadi penumpukan sehingga klien

mengalami distensi abdomen yang berakibat

asam lambung mulai meningkat membuat

klien mengalami mulal muntah lalu

menimbulkan nafsu makan klien menurun.

Hal tersebut sesuai dengan teori Menurut

Nair dan Peate (2015) Pneumonia

merupakan suatu proses inflamasi yang

terjadi pada parenkim paru karena adanya

suatu inflamasi dari bakteri yang

menyebabkan alveolus terisi oleh debris dan

menjadi eksudat. Eksudat dengan cepat

memenuhi neutrofil, eritrosit, dan fibrin

serta massa padat dan terbentuk suatu

konsolidasi yang menyebar pada kedua paru

atau terkonsentrasi pada salah satu massa

yang mempengaruhi satu atau lebih lobus.

Konsolidasi di dalam alveoli mengganggu

pernafasan eksternal dan mengurangi

oksigen yang berdifusi dari alveolus ke

sirkulasi pulmonal, sehingga semakin lama

peradangan di alveolus maka produksi

sputum akan menjadi semakin meningkat

dan mengalami okumulasi sputum di

bronkus. Akumulasi menyebabkan asam

lambung mulai meningkat dan merangsang

terjadinya mual muntah sehingga nafsu

makan menjadi menurun (Nair & Peate,

2015). .

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut penulis, pada Klien 1 menyatakan

sesak dikarenakan proses peradangan di

parenkim paru yang menyebabkan

terjadinya konsolidasi dan pengisian rongga

alveoli oleh eksudat lalu terjadinya

gangguan pertukaran gas yang membuat

obtruksi pada jalan napas, sehingga klien

mengalami sesak napas membuat klien

mengalami ketidakmampuan menelan

makanan, sehingga semakin lama

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

8

peradangan di alveolus maka produkssi

sputum meningkat lalu terjadinya akumulasi

sputum yang membuat klien merangsang

untuk batuk dan terjadi penumpukan

sehingga klien mengalami distensi abdomen

yang berakibat asam lambung mulai

meningkat membuat klien mengalami mulal

muntah lalu menimbulkan nafsu makan

klien menurun. Klien 2 menyatakan batuk

dikarenakan proses peradangan di parenkim

paru yang menyebabkan terjadinya

konsolidasi dan pengisian rongga alveoli

oleh eksudat, sehingga semakin lama

peradangan di alveolus maka produkssi

sputum meningkat lalu terjadinya akumulasi

sputum yang membuat klien merangsang

untuk batuk dan terjadi penumpukan

sehingga klien mengalami distensi abdomen

yang berakibat asam lambung mulai

meningkat membuat klien mengalami mulal

muntah lalu menimbulkan nafsu makan

klien menurun. Ditandai dengan keluhan

klien 1 dan 2 mengatakan sesak dan batuk

sehingga mual dan muntah setelah makan

dan menyebabkan klien tidak nafsu makan.

Dari tanda dan gejala yang di alami oleh

klien 1 penulis menyimpulkan dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu

resiko deficit nutrisi berhubungan dengan

Ketidakmampuan menelan makanan.dan

klien 2 1 penulis menyimpulkan dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan yang sama

yaitu resiko deficit nutrisi berhubungan

dengan Ketidakmampuuan mengabsorbsi

nutrien. Dari pernyataan opini di atas sesuai

dengan acuan kriteria hasil menurut SDKI

(2016) bahwa klien yang di diagnosa

Pneumonia khususnya dengan masalah

Resiko Deficit Nutrisi berhubungan dengan

Ketidakmampuan menelan makanan dan

Resiko Deficit Nutrisi berhubungan dengan

Ketidakmampuuan mengabsorbsi nutrien.

3. Implementasi

Penulis telah menerapkan 33 intervensi yang

sesuai teori yang ada. Seluruh intervensi

tersebut bertujuan untuk meningkatkan

nafsu makan klien, dari 33 intervensi yang

telah ditetapkan untuk klien 1 terdapat 20

intervensi dan klien 2 dengan 19 intervensi,

dengan terdapat intervensi unggulan yaitu

dilakukan oral hygiene sebelum makan

bertujuan untuk menjaga kontitunitas bibir,

lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi,

melembabkan membran mulut dan

bibirsehingga klien mampu makan. Dari

pernyataan diatas intervensi yang telah

direncanakan bagi klien 1 dan 2 yaitu nomor

1-19 dari 33 intervensi. Intervensi yang

diterapkan sesuai dengan acuan intervensi

dari PPNI yaitu Standart Intervensi

Keperawatan Indonesia (2018). Pada klien 1

perlu diberikan bantuan pada klien saat

makan karena menurut Ackley (2011)

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

9

mengatakan berikan bantuan pada klien saat

makan jika tidak dapat makan sendiri.

4. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3 hari, klien 1 didapatkan hasil

assessment masalah belum teratasi dengan

dicapainya 5 dari 19 kriteria hasil yang telah

ditetapkan saat dilakukan evaluasi.

Sedangkan pada klien 2 didapatkan hasil

assessment masalah teratasi sebagian dengan

dicapainya 8 dari 19 kriteria hasil yang telah

ditetapkan pada saat evaluasi. Perbedaan

tercapainya kriteria hasil, pada klien pertama

setiap harinya mengalami peningkatan nafsu

makan mulai hari pertama makan 6 sendok,

hari kedua 10 sendok, hari ketiga habis ½

porsi. Pada klien 2 mulai hari pertama

sampai hari ketiga hanya menghabiskan ½

porsi. Hal ini sesuai dengan teori Nugroho

(2011), Tarwoto dan Wartonah (2015) yang

menyatakan Evaluasi merupakan tahap akhir

dalam proses keperawatan untuk dapat

menentukan keberhasilan dalam asuhan

keperawatan. Evaluasi pada dasarnya adalah

membandingkan status keadaan kesehatan

klien dengan tujuan atau kriteria hasil yang

telah ditetapkan.

5. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada 2 klien

Pneumonia dengan masalah resiko defisit

nutrisi di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang dapat dilaksanakan pada

klien 1 dan 2 selama 3 hari, setelah

dilakukan pengkajian sampai dengan

evaluasi klien 1 dan 2 tidak mengalami

resiko defisit nutrisi. Pada klien 1 dan 2

dapat mencapai 5 dari 8 kriteria hasil yang

sudah ditetapkan sesuai teori dan kriteria

yang belum dicapai yaitu Menunjukan nafsu

makan yang meningkat, mengkonsumsi

makanan yang cukup, membran mukosa

bibir tidak pucat, tidak terjadi mual dan

muntah pada klien, tonus otot terdapat

tahanan yang wajar, sehingga masalah

keperawatan pada klien 1 dan 2 adalah

masalah resiko defisit nutrisi teratasi

sebagian.

Daftar Pustaka

Ackley, Ladwig. 2011. Nursing Diagnosis

Handbook An Evidence-Based Guide to

Planning Care Ninth Edition. Amerika

Anderson dkk. 2009. Patofisiologi : Konsep

klinis proses-proses penyakit. Jakarta :

EGC.

Artawan, dkk. 2016. Hubungan antara Status

Nutrisi dengan Derajat Keparahan

Pneumonia di RSUP Sanglah. Denpasar :

Sari Pediatri, Vol. 17, No. 6.

Depkes RI, 2010. Pharmaceutical Care Untuk

Infeksi Saluran Pernafasan. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Farida dkk. 2017. Journal of Pharmaceutical

Science and Clinical Research : Studi

Penggunaan Antibiotik Pada Pasien

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

10

Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan

Daerah Surakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil

Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta

: Kementrian Kesehatan RI

Krisnasari. D., 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk.

Mansala of Health. Volume 4, No.1,

Januari 2010

LeMone, Burke, dan Bauldoff. 2011.

Keperawatan medikal bedah (medical-

surgical Nursing :critical thingking in

patient care). Jakarta : EGC

Muttaqin Arif. 2012. Asuhan Keperawatan

Klien dengan Gangguan sistem

Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta

Nair, Muralitharan & Peate, Ian. 2015. Dasar

Dasar Patofisiologi Terapan. (edisi 2).

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP

PPNI

Rekam Medis RSPW 2019

Riyadi & Sukirman, 2009. Asuhan

Keperawatan pada Sistem Pernafasan.

(Edisi 1). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Somantri Irman. 2009. Asuhan Pada Klien

Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Salemba Medika : Jakarta

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan

Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

Edisi 5._Jakarta : Salemban Medika.

WHO. 2013. Diarrheal Disease. USA: WHO

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

11

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/327/4/MANUSCRIPT.pdf · Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang Email : rindiambarwati918@gmail.com Abstrak

12