Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Kanker Paru
-
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU
PENGERTIAN
Kanker paru (karsinoma bronkogenik) = tumor malignan yang timbul dari
epitelium bronkial (Baughman, 2000).
EPIDEMIOLOGI
Hampir kebanyakan kasus kanker paru adalah karsinoma sel skuamosa
yang dikarenakan perkembangannya sangat lambat, memiliki prognosis baik dan
berkisar antara 30-35% dari semua kasus kanker paru-paru yang terjadi.
Adenocarcinomas menjadi 25-30% penyebab tumor paru-paru. Karsinomas sel
besar menjadi penyebabnya sebesar 15% dan berkembang sangat cepat.
Karsinoma sel kecil memiliki penyebab sekitar 12-25% kasus tumor paru-paru.
Pasien dengan karsinoma sel kecil memiliki rata-rata harapan hidup hanya 8-18
bulan (Phipps, et.all, 1995 oleh Reeves, et.all, 2001).
ETILOGI
Biasanya menyerang usia 15-80 tahun, dan rata-rata pada usia 55 tahun.
Perbandingan pria dan wanita = 3,5 : 1. Menurut Thomson (1997) etiologi dari
kanker paru adalah sebagai berikut :
1. Merokok hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam Ter dari
tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor dan terdapat bukti eksperimen pendukung
lainnya.
2. Radiasi insidens karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari
50% meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya
bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan
agen etiologik operatif
3. Kanker paru akibat kerja pekerja yang terpapar karbonil nikel (peleburan
nikel) dan arsenik (pembasmi rumput), pemecah
1
-
hamatit (paru-paru hematit) pekerja dengan
asbestos dan kromat
4. Polusi udara kota > desa
Tempat-tempat yang dapat terkana kanker paru :
1. Sentral 55% dari tumor timbul dalam hubungannya dengan bronki utama,
lobaris/segmental
2. Perifer 40% timbul dari bronki < bronkiolus
3. Difus 5% kasus asal karsinoma tak dapat ditentukan ataupun multifekal
(Thomson, 1999)
KLASIFIKASI
1. Kanker paru makroskopik :
a. Bronkus biasanya ditemukan invasi dinding bronkus dengan ulserasi
permukaan dan penyempitan/obliterasi dari lumen pada
tempat asal. Kadang-kadang jaringan tumor polipoid dapat
memenuhi lumen
b. Paru-paru berpusat di sekitar asalnya pada bronkus, tumor berinvasi
secara luas ke dalam jaringan paru-paru berdiameter 15 cm
dan menggantikan seluruh paru. Dering ditemukan daerah-
daerah nekrosis dan hemoragik, bersama dengan
pembentukan abses di dalam tumor nekrotik
c. Efek pada paru sumbatan bronkus akan menyebabkan kolaps dan
infeksi di luar tumor dengan akibat timbulnya
bronkiekstasis, pembentukan abses dan fibrosis.
Gangguan catu vaskuler oleh tumor dapat
menyebabkan daerah infark, suatu tanda yang
biasanya merupakan tanda adanya invasi vaskular
2. Kanker paru mikroskopik :
a. Karsinoma sel skuamosa akibat metaplasia skuamosa epitel bronkus.
Keadaan ini cukup atipik dan displatik untuk
diberi sebutan karsinoma in situ
2
-
tumor sel skuamosa sebagian besar
berdeferensiasi buruk dengan sedikit
pembentukan keratin tetapi mempertahankan
gambaran skuamosa difinitif
b. karsinoma sel kecil dan sel oat 15% tumor diangkat secara bedah
tetapi proporsi lebih besar dari semua
kanker paru
sifat : hiperkromatik, memanjang,
tertutup rapat, kadang tersusun seperti
roset. Masing-masing sel mengandung
granula neurosekretorik dan argirofilik
tetapi tidak orgentafinik
c. karsinoma sel besar yang tak berdeferensiasi 30% tumor diangkat secara
bedah
sifat : sel besar dan poligonal, tersusun dalam lembaran
padat/susunan alveolar
d. adenokarsinoma 15% tumor diangkat secara bedah merupakan
adenokarsinoma pensekresi mukus dimana sering
ditemukan pembentukan tubulus. Relatif sering pada
wanita
e. karsinoma bronkiolus (sel alveolar) sekresi mukus banyak dari
bronkiolus, menyebar
menggunakan kerangka
alveolar paru yang umumnya
tersisa
(Thomson, 1999)
Ada 4 tipe sel primer pada kanker paru (karsinoma bronkogenik) :
1. Karsinoma epidermoid (sel skuamosa)
2. Karsinoma sel kecil (sel oat)
3. Karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi)
berhubungan langsung dengankebiasaan merokok dan terpaparterhadap lingkungan yang bersifatkarsinogen
3
-
4. Adenokarsinoma---berhubungan dengan adanya jaringan parut dan fibrosis
paru karena penyakit paru sebelumnya, seperti TB, penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM).
Ket:
1&2 = umumnya terbentuk di jalan nafas utama bronkial
3&4 = umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli
2&3 pertumbuhan cepat, prognosis buruk
Rerata lama perawatan (RLP) terhadap klasifikasi kelompok diagnostik
yang berhubungan (KDB) dari karsinoma paru = 6,0 hari (Lorenz, 1991 oleh
Engram, 1999).
Histologic classification of bronchogenic carcinoma and approximate
incidence :
1. Non-Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) (70%-75%)
a. Squamous cell (epidermoid) carcinoma (25%-30%)
b. Adenocarcinoma, including bronchioloalveolar carcinoma (30%-35%)
c. Large cell carcinoma (10%-15%)
2. Small Cell Lung Carcinoma (SCLC) (20%-25%)
3. Combined Pattern (5%-10%)
a. Most frequently
b. Mixed squamous cell carcinoma and adenocarcinoma
c. Mixed squamous cell and SCLC
(Kumar,et.all, 2003)
Penentuan derajat adenokarsinoma :
1. Derajad I : sel tumor membentuk kelenjar secara sempurna
2. Derajat II : sel tumor membentuk kelenjar yang berbentuk ireguler dan
daerah-daerah yang padat
3. Derajat III : tumor terdiri dari sel-sel yang tersusun dalam sarang-sarang padat
dengan hanya sedikit pembentukan lumen
(Sander, 2004)
4
-
PATOGENESIS
Tobacco smoking is well established as the most important etiologic factor
in lung cancer development :
1. Statistically, there is an unequivocal link between lung cancer frequency and
number of smoking pack-years
2. Clinically, hyperplastic and atypical changes occur in the bronchial epithelium
of smokers and in the vicinity of bronchial cancer
3. Experimentally, numerous cigarette smoke carcinogens (e.g. polycyclic
aromatic hydrocarbons) are known. Although bronchogenic cancers are not
readily induced by inhalation in experimental animals
4. Environmental exposure include radiation (e.g. radon), asbestos (especially
combined with smoking), air pollution (particulates), and occupational inhaled
substances (e.g. nickel, chromates, arsenic)
5. Genetic mechanisms include dominant oncogenes (c-MYC, K-RAS, EGFR,
and HER-2/neu) and loss of tumor-suppresor genes (e.g.,p53, RB, p16INK4a).
(Mitchell,et.all., 2006)
TANDA DAN GEJALA
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian sistem pernapasan dan survei
umum dapat menyatakan tanda dan gejala berikut, tergantung pada lokasi tumor :
1. Batuk menetap (disebabkan karena sekresi cairan yang berlebihan)
2. Mengi (akibat penyempitan cabang-cabang bronkus oleh tumor)
3. Dispnea (disebabkan oleh penyempitan jalan napas dan sekresi cairan yang
berlebihan)
4. Hemoptisis (disebabkan oleh erosi kapiler di jalan napas)
5. Peningkatan volume sputum dengan bau tidak sedap (disebabkan oleh
akumulasi sel yang nekrosis di belakang bagian yang obstruksi oleh tumor)
6. Infeksi saluran pernapasan yang berulang (retensi sel di belakang bagian yang
obstruksi merupakan predisposisi pasien terhadap infeksi)
7. Nyeri dada tumpul, yang dapat menyebar ke bahu dan punggung (seperti
pembesaran tumor, ini menekan saraf di jaringan pleural)
8. Effusi pleural (terjadi bila tumor mengganggu dinding paru)
5
-
9. Parau (disebabkan oleh tekanan tumor terhadap saraf laring berulang)
10. Disfagia (akibat tekanan tumor pada esofagus)
11. Edema daerah muka, leher, dan lengan (dapat terjadi bila tumor menyumbat
aliran darah di vena kava superior. Kondisi yang disebut sebagai sindrom vena
kava superior). Dengan menyebarnya karsinoma ke organ lain, manifestasi
paraneoplastis tambahan terlihat
12. Hiperkalsemia (akibat metastasis ke tulang), dan klasifikasi paru lanjut
13. Perubahan neurologis (pandangan kabur, sakit kepala, kejang karena edema
serebral disebabkan oleh metastasis ke otak)
14. Disfungsi endokrin (sindrom Cushings, ginekomastia, hipertiroidisme)
15. Jari tabuh
16. Neuropati perifer
17. Sindroma nefrotik
18. Kemerahan
19. Nyeri sendi
20. Kelemahan otot
(Engram, 1999)
MANIFESTASI KLINIS
Meliputi tanda-tanda penyakit paru-paru lokal. Batuk dalam hal ini
merupakan hal paling sering dikeluhkan. Batuk biasanya sangat produktif, pasien
juga akan mengeluhkan adanya dyspnea dan hemoptisis. Selain itu pasien juga
akan merasakan nyeri pleuratik dan atelektasis
Tempat metastasis yang paling umum adalah pada rongga thoraks, CNS
dan sumsum tulang belakang. Cairan akan terakumulasi di ruang pleural, sehingga
menyebabkan efusi pleura dan dyspnea.
Bedah pengangkatan tumor yang dilakukan hanya jika tidak terjadi
penyakit metastatik, meliputi pengangkatan paru-paru utuh secara keseluruhan
(pneumonectomy---kontraindikasi pada pasien yang juga mengidap penyakit
PPOM) atau reseksi bentuk wedge---untuk tumor dengan bentuk V yang berlokasi
di dekat permukaan paru-paru.
6
-
Menurut Boughman (2000), manifestasi klinis pada karsinoma
bronkogenik adalah :
1. Mulai secara tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan sering
asimptomatik sampai tahap akhir
2. Tanda-tanda dan gejala tergantung pada lokasi, ukuran tumor, derajad
obstruksi dan keberadaan metastasis
3. Gejala paling sering adalah batuk kering, tak produktif; pada tahap akhir batuk
menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang menunjukkan perubahan
dalam karakter harus menimbulkan kecurigaan terhadap adanya kanker paru
4. Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial; pengeluaran sputum
yang berwarna merah darah adalah hal yang umum terjadi pada pagi hari
5. Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien
6. Nyeri adalah gejala akhir; sering kali berhubungan dengan metastasis tulang
7. Nyeri dada, kekakuan, suara serak, disfagia, edema pada leher dan kepala, dan
gejala-gejala infusi pleural/perikardial terlihat jika tumor menyebar pada
struktur yang berdekatan dan pada nodus limfe
8. Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru
kolateral, kelenjar adrenal
9. Kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia akan terjadi pada
tahap akhir
Ada bemacam-macam perkiraan bahwa 3% - 10% dari semua pasien
kanker paru berkembang secara klinis menjadi sindrom paraneoplastik, yaitu :
1. Hiperkalsemia yang disebabkan oleh sekresi dari hormon paratiroid
berhubungan dengan peptide
2. Chusing syndrome
3. Sindrom sekresi yang tidak tepat dari pengeluaran hormon antidiuretik
4. Sindrom neuromuskular
5. Pengelompokan dari jari-jari dan hipertropik pulmonary osteoarthropaty
6. Manifestasi hematogik
(Kumar,et.all, 2003)
7
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
pemeriksaan penunjang untuk kanker paru adalah :
1. Terapi radiasi
- Digunakan setelah diadakan pembedahan untuk meningkatkan kontrol
terhadap tumor, mencegah metastatis ke otak, dan mengontrol tanda dan
gejala munculnya nyeri.
- Toksin dari radiasi yang berbahaya = esophagitis, dyspaghia, hemoptisis,
sakit ketika menelan sesuatu, nyeri dada, karena hal itu bisa merupakan
tanda-tanda gejala komplikasi baik dari radiasi maupun dari kanker itu
sendiri.
- Dapat menyebabkan sekresi trakeo bronkial menjadi pekat, sehingga sulit
untuk meludah (ekspektorate).
- Tindakan perawat yang diambil = menaikkan bagian atas ranjang,
meningkatkan pemasukan cairan ke tubuh untuk mengencerkan sekresi,
mengajarkan pasien menggunakan pernapasan dengan mengerutkan bibir.
2. Kemoterapi
- Jauh lebih efektif untuk kanker paru-paru sel kecil
- Untuk menangani rasa nyeri diadakan kombinasi terapi, terapi radiasi,
kemoterapi, dan analgesik narkotik.
(Reeves, 2001)
3. Foto dada menunjukkan sisi lesi
4. Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
5. Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan
ukuran tumor
6. Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan
mengumpulkan hapusan bronkial tumor yang terjadi di cabang bronkus
7. Aspirasi dengan jarum dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika
pemeriksaan radiologi menunjukkan lesi di paru-paru perifer
8. Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya metastase
(otak, hepar, tulang, dan limpa)
9. Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase ke nodus limfe
mediastinum (Engram,1999)
8
-
DIAGNOSA
Menurut Thomson (1999) diagnosis untuk kanker paru adalah :
1. biopsi paling memuaskan dan rentangnya telah diperluas dengan peralatan
serat optik yang lentur dan biopsi transbronkus jaringan alveolar.
Teknik pembilasan dan aspirasi bronkus juga sangat bermanfaat
2. sputum untuk sel ganas dari kanker paru memberikan hasil + 85%
karsinoma sel sangat kecil radiologik
3. cairan pleura sel ganas dapat diidentifikasi dalam aspirat dari efusi pleura.
Terutama jika hamoragik
4. biopsi limfonodus pada pemeriksaan histologik, limfonodus servikal dan
aksiler yang membesar memperkuat diagnosis. Pada
sebagian besar kasus biopsi buta dari limfonodus
skalenus memperlihatkan adanya invasi oleh tumor
PENATALAKSANAAN MEDIS UMUM
Untuk memberikan kemungkinan penyembuhan maksimum :
1. Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
a. Pembedahan = gagal pernapasan
b. Radiasi = hilangnya fungsi kardiopulmonal
c. Kemoterapi = toksisitas pulmonal, leukemia, pnemonitis (jika
dikombinasikan antara kemoterapi dan radiasi)
2. Intervensi keperawatan
a. pertahanan patensi jalan napas; buang sekresi
b. berikan dorongan napas dalam, terapi aerosol, terapi oksigen; ventilasi
mekanik mungkin saja diperlukan
c. kaji aspek-aspek psikososial dan bantu pasien untuk mengatasinya
(Boughman, 2000)
9
-
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN DATA DASAR
1. Riwayat atau adanya faktor risiko :
a. Perokok berat dan kronis baik sigaret maupun cerutu (faktor risiko mayor)
b. Terpajan terhadap lingkungan karsinogen (polusi udara, arsenik, debu
logam, asap kimia, debu radioaktif, dan asbestos)
c. Penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan
jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru
2. Kaji respons emosional pasien dan tanda-tanda bermakna lain untuk
mendiagnosis dan rencana tindakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN : RISIKO TINGGI ANSIETAS
Berhubungan dengan faktor : kurang pengetahuan tentang penyakit, pemeriksaan
diagnostik, rencana tindakan, dan prognosa :
ketakutan terhadap kematian dini :
mengantisipasi efek-efek kanker dan efek
merugikan dari tindakan
Batasan karaktristik : meminta informasi : menyatakan kurang pemahaman :
menyatakan perasaan gugup, takut, atau cemas : ekspresi
wajah tegang
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan ansietas berkurang
Kriteria evaluasi : melaporkan perasaan cemas atau gugup berkurang: ekspresi
wajah rileks : menyatakan pemahaman tentang penyakit,
rencana tindakan, dan pemeriksaan diagnostik
INTERVENSI RASIONALBerikan informasi tentang :
1. Sifat penyakit. Jelaskan umlah darah
di sputum tidak terlalu
mengindikasikan beratnya penyakit
2. Tindakan yang diprogramkan,
Mengetahui apa yang diharapkan dari
tindakan medis dapat membantu
kepatuhan pasien dan dapat membantu
menurunkan ansietas yang berhubungan
dengantindakan medis
10
-
meliputi kemungkinan efek samping
dan bagaimana meminimalkannya.
Jelaskan bahwa meskipun efek
samping sementara sering terjadi pada
kemoterapi dan radioterapi, seperti
tindakan yang diberikan untuk
memperkecil tumor dan mengontrol
gejala seperti hemoptisis, dispnea,
nyeri dada, dan batuk
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi :
a. Tujuan
b. Gambaran singkat
c. Pemeriksaan sebelum
pemeriksaan
d. Perawatan setelah pemeriksaan
Pertahankan kontrol nyeri yang efektif
Ikut sertakan orang-orang yang berarti
bagi pasien dalam setiap tahap
penyuluhan kesehatan dan dorong
dukungan mereka terhadap pasien
Nyeri dapat mencetuskan ansietas, yang
akan meningkatkan rasa nyeri
Sistem pendukung yang kuat penting
dalam membantu individu secara efektif
mengatasi masalah dengan penyakit
kronis atau penyakit terminal
DIAGNOSA KEPERAWATAN : NYERI KRONIS
Berhubungan dengan faktor : karsinoma paru
Batasan karaktristik : menyatakan nyeri, raut muka menyeringai, perilaku berhati-
hati (napas dalam, posisi statis), perilaku mengalihkan
(menangis, gelisah, merintih)
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan bebas dari nyeri
Kriteria evaluasi : menyatakan nyeri telah hilang, ekspresi wajah rileks,
pengembangan paru penuh, peningkatan tingkat aktivitas
11
-
INTERVENSI RASIONALBerikan analgesik prn dan avaluasi
keefektifannya. Konsul dokter jika
analgesik yang diberikan tidak efektif
untuk mengontrol nyeri
Untuk meminimalkan nyeri tulang :
1. Menbalik dengan hati-hati dan beri
dukungan
2. Hindari menarik ekstrimitas
3. Berikan matras yang lembut
4. Ubah posisi setiap 2 jam
Untuk meminimalkan rasa nyeri dada
pleuritik :
1. Instruksikan pasien untuk menahan
dada dengan kedua tangannya atau
dengan bantal saat batuk
2. Dorong pasien untuk berhenti
merokok
3. Berikan humidifer (pelembab) udara
sesuai pesanan
4. Berikan obat antitusif bila diresepkan
Rasa nyaman merupakan prioritas
dalammemberiakn perawatan kepada
pasien dengan kanker. Kontrol rasa nyeri
seringkali memerlukan penggunaan
narkotik dosis tinggi. Pasien yang
mengalami adiksi, bukan merupakan
bahasan dalam penatalaksanaan nyeri
pada pasien dengan kanker. Pasien dapat
mengembangkan toleransi fisik terhadap
analgesik, memerlukan dosis yang lebih
tinggi tetapi tidak berarti mereka menjadi
adiksi
Metastase ke tulang menyebabkan nyeri
yang hebat. Pada banyak pasien, bahkan
hanya sentuhan ringan dapat
menimbulkan rasa nyeri
Napas dalam dan batuk kuat
meregangkan membran pleura dan
menimbulkan nyeri dada pleuritik.
Nikotin dari produk tembakaudapat
mengakibatkan konstriksi bronkial dan
menurunkan gerakan silia yang melapisi
saluran pernapasan bagian bawah. Udara
yang lembab, membantu mengencerkan
sekresi paru. Anti batuk menekan pusat
batuk di otak
DIAGNOSA KEPERAWATAN : KERUSAKAN PERTUKARAN GAS
12
-
Berhubungan dengan faktor : kanker paru
Batasan karaktristik : hemoptoe, mengi, batuk menetap, AGD abnormal,
ronki/rales, warna kulit abu-abu atau sianosis, dispnea,
ortopnea, penggunaan otot-otot asesori untuk bernapas
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan perbaikan oksigenasi
Kriteria evaluasi : AGD dalam batas normal, warna kulit normal, frekuensi napas
12-24/menit, bunyi paru bersih, tidak ada hemoptoe, tidak
menggunakan otot-otot asesori untukbernapas
INTERVENSI RASIONALPantau :
1. Atatus pernapasan tiap 8 jan
2. Hasil pemeriksaan fungsi paru-paru
dan AGD
Ketika terjadi episode dispnea :
1. Berikan oksigen lembab tambahan
2. Implementasikan tindakan untuk
menurunkan tingkat ansietas dengan
3. Membantu pasien agar merasa dalam
keadaan terkontrol. Tetaplah
4. Melakukan pendekatan dengan tenang
dan penuh percaya diri. Temani pasien
dan instruksikan untuk bernapas
perlahan dan dalam
5. Pertahankan posisi tegak
Konsul dokter untuk rujukan ke bagian
terapi pernapasan untuk tindakan
nubulizer atau pernapasan tekanan positif
intermiten (PTPI) bila kongesti paru
menetap
Untuk mengidentifikasi indikasi
perkembangan dan penyimpangan dari
hasil yang diharapkan
Pemberian oksigen tambahan membantu
menurunkan upaya untuk bernapas
dengan meningkatkan jumlah oksigen
yang tersedia ke jaringan. Perasaan
tercekik seringkali muncul, ketika terjadi
periode dispnea. Hal tersebut dapat
mencetuskan ansietas dan ansietas dapat
diturunkan jika pasien merasa terkontrol
dan berinteraksi dengan pemberi
perawatan yang tenang dan meyakinkan.
Posisi tegak memungkinkan ekspansi
paru lebih penuh dengan menurunkan
tekanan abdomen pada disfragma
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis
dalam pemeriksaan fungsi paru dan
modalitas terapi
13
-
Siapkan pasien untuk torasentesis jika
dipesankan, sesuai dengan kebijakan dan
prosedur pelayanan yang ada
Siapkan pasien untuk bedah paru sesuai
pesanan
Jika mobilitas terganggu,
implementasikan tindakan untuk
mencegah komplikasi imobilitas
Ikuti kewaspadaan umum, seperti cuci
tangan, menggunakan sarung tangan jika
kontak dengan darah atau cairan tubuh
ketika memberikan perawatan terhadap
pasien. Hindari menempatkan pasien
dalam ruangan yang sama dengan pasien
infeksius. Batasi pemberi perawatan yang
mengalami infeksi saluran pernapasan
bagian atas dari kontak dengan pasien
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2-
3 liter per hari, kecuali jika ada
kontraindikasi
Torasentesis dilakukan oleh dokter.
Torasentesis meliputi memasukkan
jarum dengan diameter besar ke ruang
pleura, untuk mengeluarkan kelebihan
cairan di rongga pleura, sehingga
memungkinkan pengembangan paru
lebih baik
Pneumonektomi atau lobektomi dapat
dilakukan untuk melokalisasi kanker
seperti stadium I dan II. Bedah reseksi
tidak digunakan untuk kanker stadium III
dan IV atau karsinoma sel kecil (sel oat)
karena metastase luas telah terjadi pada
saat diagnosa ditegakkan
Pasien dengan kanker mempunyai daya
tahan tubuh yang rendah karena terapi
modalitas (kemoterapi, terapi radiasi, dan
operasi radikal). Infeksi nosokomial
dapat meluas melalui petugas kesehatan
Untuk membantu mengencerkan sekresi
paru-paru dan memudahkan pasien untuk
14
-
Beri tahu doter jika gejala-gejala distres
pernapasan menetap atau memburuk
batuk dan mengeluarkan sekret tersebut
Hal tersebut merupakan tanda
berkembangnya infeksi saluran
pernapasan atau bertambah luasnya
jaringan paru yang terkena
DIAGNOSA KEPERAWATAN : INTOLERAN AKTIVITAS
Berhubungan dengan faktor : kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap kanker
paru
Batasan karaktristik : dispnea, takipnea, mengeluh lelah dan lemah dengan
aktivitas minimal
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan toleransi terhadap aktivitas fisik
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS)
Kriteria evaluasi : tidak ada keluhan lelah dan lemas saat melakukan AKS, tak ada
dispnea dan takipnea saat melakukan AKS
INTERVENSI RASIONALEvaluasi respons pasien terhadap
aktivitas kehidupan sehari-hari. Berikan
bantuan dalam pelaksanaan aktivitas
kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan.
Ajarkan kepada pasien dalam
menghadapi aktivitas untuk menghindari
kelelahan. Berikan periode istirahat tanpa
gangguan diantara aktivitas
Berikan lingkungan yang hangat, tenang,
bebas dari rasa nyeri selama periode
istirahat
Bantu pasien dalam mengidentifikasi
Melakukan aktivitas dapat membantu
daya tahan. Belajar bagaimana
meningkatkan rasa terkontrol dan mandiri
dengan kondisi kronis dan
ketidakmampuan membantu
meningkatkan harga diri. Istirahat
memungkinkan tubuh memperbaiki
energi yang digunakan selama aktivitas
Untuk meningkatkan istirahat
15
-
aktivitas menyenangkan yang
memerlukan penggunaan energi minimal
yang dapat dimasuan ke dalam pola
hidup (membaca, menulis, permainan,
kerajinan tangan). Jelaskan bahwa kunci
menikmati aktivitas tanpa menjadi sangat
lelah adalah periode istirahat yang sering
selama aktivitas
Berlanjutnya meniknati hidup seluas-
luasnya seperti yang diterima individu
membantu memudahkan koping
DIAGNOSA KEPERAWATAN : GANGGUAN POLA TIDUR
Berhubungan dengan faktor : batuk menetap dan nyeri tulang atau pleuritik
Batasan karaktristik : batuk menetap selama waktu tidur, keluhan
ketidakmampuan untuk tidur karena batuk atau nyeri
menetap
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan hilangnya insomnia
Kriteria evaluasi : melaporkan perasaan dapat istirahat, sedikit keluhan insomnia
INTERVENSI RASIONALJika ada pengobatan untuk paru-paru
aturlah pemberian obat tersebut untuk
diberikan sebelum waktu tidur. Berikan
obat antitusif yang diprogramkan
Pastikan ventilasi ruangan baik. Atur
pengadaan humidifier udara jika
diperlukan. Anjurkan penggunaan
oksigen selama tidur jika diperlukan
Selama tidur, napas dalam periodik, yng
mengembangkan alveoli, tidak terjadi
sebagaimana sast bangun dan bergerak.
Akibatnya sekresi terakumulasi di paru-
paru. Pengobatan khusus paru dapat
membantu memudahkan pengeluaran
sekresi dari paru. Antitusif menekan
pusat kontrol batul di otak
Udara segar yang selalu bergerak
membantu mengontrol debu dan bakteri.
Kelembaban antara 30% dan 60%
mencegah kekeringan mukosa. Oksigen
tambahan memberikan tambahan suplai
oksigen ke jaringan tubuh
16
-
Pertahankan ruangan bebas dari bahan
iritan seperti asap, serbuk bunga, dan
pengharum ruangan
Pertahankan suhu ruangan yang nyaman
Berikan analgetik yang diresepkan
sebelum waktu tidur
Pada waktu tidur, izinkan pasien mandi
dengan pancuran iar hangat atau mandi
biasa, kemudian berikan backrub. Untuk
meningkatkan relaksasi.
Bantu pasien untuk mendapatkan posisi
yang nyaman, biasanya dengan
meninggikan bagian kepala tempat tidur
sekitar 30 derajat
Konsul dokter jika tindakan di atas tidak
efektif dalam menurunkan insomnia
Iritan ini dapat mencetuskan batuk
Suhu ruangan yang terlalu panas atau
terlalu dingin dapat mencetuskan batuk
Untuk mengontrol nyeri dan
meningkatkan tidur
Posisi ini meningkatkan ekspansi paru
Sedatif atau tranquilizer mungkin
diperlukan, namun obat-obat tersebut
harus digunakan dengan kewaspadaan,
karena dapat menekan kontrol
pernapasan dan menambah hipoksemia
DIAGNOSA KEPERAWATAN : RISIKO TINGGI KERUSAKAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN RUMAH
Berhubungan dengan faktor : kurang pengetahuan tentang perawatan diri di
rumah, kurang sistem pendukung yang adekuat,
ketidakcukupan finansial
17
-
Batasan karaktristik : menyatakan kurang pemahaman, meminta bantuan dalam
biaya pengobatan, menyatakan kebutuhan bantuan dalam
beberapa aspek AKS karena kekurangan sumber keluarga
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan cara untuk memaksimalkan
kesehatan paru di rumah
Kriteria evaluasi : menyatakan cara untuk memperbaiki oksigenasi, menyatakan
pemahamantanda dan gejala yang memerlukan perhatian
medis,menyatakan pemahaman terhadap resep obat-obatan
untuk digunakan di rumah, melakukan latihan paru dengan
benar,mengidentifikasi sumberkomunitas yang memberikan
pelayanan pendukung
INTERVENSI RASIONALYakinkan pasien atau orang terdekat telah
mempunyai tulisan tentang :
1. Perjanjian untuk perawatan lanjut
2. Instruksi-instruksi untuk perawatan
diri dirumah
3. Nomor telepon dokter untuk
dihubungi bila ada timbul masalah
4. Obat-obatan yang perlu dilanjutkan di
rumah meliputi nama, dosis,tujuan,
jadwal, dan efek samping yang dapat
dilaporkan
Instruksikan pasien untuk :
1. Mencari pertolongan medis bila ada
hemoptisis, nyeri meningkat, demam,
batuk menetap, dispnea meningkat
atau napas pendek saat istirahat
2. Minum obat sesuai yang diresepkan
dan hubungi dokter jika terjadi reaksi
yang merugikan
Instruksi verbal sangat mudah dilupakan
Penyuluhan kesehatan untuk pulang
membantu memperbaiki kepatuhan
pasien. Pasien dengan kanker memiliki
sistem kekebalan yang lemah dan rentan
terhadap infeksi
18
-
3. Hindarikelelahan yang berlebihan dan
lakukan istirahat dengan sering
sepanjang hari
4. Berhenti merokok. Jika tidak mampu
berhenti merokok secara mandiri,
ikutilah program berhenti merokok
5. Hindarkan pasien dari infeksi saluran
pernapasan atas dan area yang
dipenuhi orang banyak, khususnya
selama musim flu, kenakan masker
jika tidak memungkinkan untuk
menghindari situasi tersebut
6. Dapatkan vaksin flu tiap tahun
7. Hindari pemajanan dengan zat-zat
iritan (parfum yang berat, bunga-
bungaan)
8. Bersihkan alat-alat untuk perawatan
pernapasan setiap setelah
menggunakannya
Evaluasi pengertian pasien tentang
instruksi-instruksi perawatan di rumah.
Dorong pasien untuk bertanya. Klarifikasi
jika ada salah pengertian. Izinkan pasien
mendemonstrasikan latihan paru yang
dianjurkan oleh ahli terapi paru
Evaluasi kebutuhan pasien akan bantuan
perawatan di rumah dan dukungan
finansial sesuai program ahli terapi.
Lakukan rujukan ke pelayanan sosial atau
ke unit pelayanan pasien pulang jika
Evaluasi sangat penting dalam
menentukan apakah pasien atau
keluarganya menerti tentang informasi
yang telah diinformasikan. Kegagalan
dalam memahami informasi yang telah
diberikan, merupakan penyebab utama
ketidakpatuhan
Tergantung pada fasilitas, unit ini
bertanggung jawab untuk membuat
pengaturan perawatan lanjut sesuai
kebutuhan pasien. Hal ini meliputi
organisasi komunitas dan pelayanan
19
-
diperlukan bantuan perawatan di rumah
atau peralatan perawatan paru, seperti
oksigen. Jamin peralatan telah dikirimkan
ke rumah pasien sebelum pasien tiba di
rumah
untuk menjamin pasien mempunyai
bantuan medis tertentu, pelayanan
pendukung, dan bantuan finansial yang
diperlukan untuk pemeliharaan diri di
rumah(Engram, 1999)
DAFTAR PUSTAKA
Boughman, Diane C, Hackley, JoAnn C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah :
Buku Saku Dari Brunner & Suddarth. Jakarta :EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :
EGC
Kumar, Vinay,et.all. 2003. Robbins Basic Pathology 7th edition. London :
Saunders Elsevier
Mitchell, Richard N,et. all. 2006. Pocket Companion to Robbins and cotran
Pathologic Basis of Disease International edition 7th edition . London :
Saunder Elsevier
Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :
Salemba Medika
Sander, Mochamad Aleq. 2004. Atlas Berwarna Patologi Anatomi jilid 1 edisi
revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Thomson, AD, Cotton, RE. 1997. Catatan Kuliah Patologi Edisi III. Jakarta :
EGC
20
-
21