Asma

13
Asma merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya hiperreaksi terhadap sesuatu perangsangan langsung/fisik ataupun tidak langsung. Tanpa pengelolaan yang baik penyakit ini akan mengganggu kehidupan penderita sehari-hari dan penyakit akan cenderung mengalami peningkatan dan dapat menimbulkan komplikasi ataupun kematian A. MANIFESTASI KLINIS - A sma kronik Gejala : pasien biasanya merasakan dyspnea, sesak napas, batuk-batuk (biasanya terjadi pada malam hari), napas yang berbunyi mengi atau “bengek”. Terjadi karena terpapar alergen. Tanda-tanda : saat ekspiratori napas berbunyi mengi, batuk kering (Dipiro, dkk., 2008). - A sma akut Gejala : dyspnea, napas pendek, sesak napas, nyeri pada dada dan dada terasa terbakar. Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus. Tanda-tanda : saat ekspirator dan inspirator berbunyi mengi, batuk kering, tachypnea, takikardia, kulit pucat (Dipiro, dkk., 2008). B. PENATALAKSANAAN TERAPI Outcome : - Memperbaiki kualitas hidup - Mengurangi komplikasi

Transcript of Asma

Page 1: Asma

Asma merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya

hiperreaksi terhadap sesuatu perangsangan langsung/fisik ataupun tidak langsung. Tanpa

pengelolaan yang baik penyakit ini akan mengganggu kehidupan penderita sehari-hari dan

penyakit akan cenderung mengalami peningkatan dan dapat menimbulkan komplikasi ataupun

kematian

A. MANIFESTASI KLINIS

- A sma kronik

Gejala : pasien biasanya merasakan dyspnea, sesak napas, batuk-batuk (biasanya

terjadi pada malam hari), napas yang berbunyi mengi atau “bengek”. Terjadi karena

terpapar alergen. Tanda-tanda : saat ekspiratori napas berbunyi mengi, batuk kering

(Dipiro, dkk., 2008).

- A sma akut

Gejala : dyspnea, napas pendek, sesak napas, nyeri pada dada dan dada terasa

terbakar. Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus. Tanda-tanda : saat ekspirator

dan inspirator berbunyi mengi, batuk kering, tachypnea, takikardia, kulit pucat

(Dipiro, dkk., 2008).

B. PENATALAKSANAAN TERAPI

Outcome :

- Memperbaiki kualitas hidup

- Mengurangi komplikasi

Tujuan :

- Mengurangi bahkan menghilangkan gejala

- Memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal dengan hanya sedikit atau tanpa

gejala

Sasaran terapi :

- Saluran pernapasan

Terapi non farmakologis :

- Menghindari faktor – faktor resiko yang dappat menimbulkan asma

Page 2: Asma

- Hidup sehat

- Hidup bersih

- Istirahat cukup

- Melakukan olahraga ringan seperti renang (Dipiro, dkk., 2008).

Terapi farmakologi s :

1. Kortikosteroid

- Indikasi: sebagai antiinflamasi

- Mekanisme kerja: Memblok enzim fosfolipase A2 sehingga pembentukan mediator

prostaglandin dan leukotrien dari asam arakidonat. Sehingga kortikosteroid

menghambat mekanisme hipersensitivitas IgE dan menyebabkan degranulasi

mastcell dan meningkatkan kepekaan reseptor β2mimetika. Penggunaannya

terutama pada serangan asma akibat infeksi virus dan infeksi bakteri. Obatnya

antara lain: hidrokortison, prednison, dan deksametason

2. Kortikosteroid inhalasi

Contoh obat: beklometason, fluktikason, dan budesonida. Keunrungan penggunaan

inhalasi adalah dapat menghindari efeksamping sistemik serius (osteoporosis, tukak

dan perdarahan lambung, hipertensi, diabetes) karena efeknya lokal.

3. Anti alergika

Mekanisme kerjanya adalah menstabilisasi mast cell sehingga tidak pecah dan

mengakibatkan terlepasnya histamin dan mediator inflamasi lainnya. Contoh obatnya:

kromoglikat dan nedokromil. Ibat ini sangat berguna untuk prevalensi serangan asma

dan rinitis alergi

4. Bronkodilator

a. Β2 mimetikum

Mekanisme kerja: selektif memblok reseptor β2 adrenergik (bronchospasmolysis).

Obatnya antara lain: salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol, salmeterol dan

formaterol (longacting). Penggunaanya untuk melawan serangan asma dan

sebagai kombinasi dengan kortikosteroid dalam pemeliharaan

b. Antikolinergik

Page 3: Asma

Mekanisme kerja: memblok reseptor muskarinik dari daraf kolinergis pada otot

polos bronki sehingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek

nronkodilatasi. Contoh obat: ipratropium, tiotropium, dan deptropin

c. Derivat ksantin

Mekanisme kerja: sebagai bronkolelaksasi yang memblok reseptor adenosin.

Contoh obat: teofilin, aminofilin

5. Mukolitik dan ekspektoran

Mekaisme kerja: mengurangi kekentalan dahak apabila terjadi serangan asma hebat

dengan adanya sumbatan lendir. Contoh obat: bromheksin, ambroxol, dan amonium

klorida

6. Antihistamin

Mekanisme kerja: memblok reseptor histamin. Contoh obat: ketotofen dan oksatomida

(Dipiro, dkk., 2008)

Pilihan obat berdasarkan tingkat penyakit :

Pengobatan asma dapat dibagi atas terapi serangan akut dan terapi pemeliharaan untuk mencegah

serangan atau memburuknya penyakit yaitu :

1. Terapi serangan akut

Pilihan pertama adalah suatu b-mimetikum (b2-agonis) per inhalasi, seperti salbutamol atau

terbutalin dengan efek cepat (3-5 menit). Bila perlu dibantu dengan suppositoria aminofilin.

Bila sesudah 15 menit belum menghasilkan efek, inhalasi dapat diulang sekali lagi. Jika tidak

memberikan efek juga, pasien perlu diberi obat secara injeksi intravena: aminofilin dan atau

salbutamol. Pada serangan hebat, sering kali ditambahkan hidrokortison atau prednisone

secara i.v.

Sebagai tindakan akhir dapat diijeksikan adrenalin yang dapat diulang 2 kali dalam waktu 1

jam.

Obat yang tidak selektif seperti efedrin dan isoprenalin dapat diberikan dalam bentuk tablet

tetapi efek baru tampak ±setelah 1 jam.

Page 4: Asma

Status Asthmaticus

Merupakan asma akut dan hebat yang bisa bertahan lama sekali. Efek suatu

bronkodilator pada keadaan ini hanya kecil dan lambat, yang disebabkan oleh

blockade reseptor beta sebagai akibat umum dari suatu infeksi saluran napas. Keadaan

demikian perlu diobati secara khusus di rumah sakit dengan pemberian oksigen dan

minum banyak air, hidrokortison i.v. dan bila perlu bikarbonat.

Lazimnya pasien diberi injeksi i.v. dengan salbutamol dan atau aminofilin serta

hidrokortison dalam dosis besar (yang diperkirakan lebih cepat kerjanya daripada

prednisone). Perlu juga diambil tindakan-tindakan tambahan lainnya untuk melawan

efek samping dari status asthmaticus. Pada serangan yang tidak dapat dihentikan

dengan injeksi adrenalin sebagai tindakan terakhir umumnya injeksi i.v dengan

Novocain 2% (atau lidokain) efektif

2. Terapi pemeliharaan

Pengobatan pemeliharaan pada umumnya dilakukan secara bertingkat, berdasarkan prinsip

(baru) bahwa asma adalah suatu penyakit peradangan, maka obatn antiradang perlu

digunakan sedini mungkin. Di samping itu, penggunaan bronkodilator hendaknya dibatasi

pada terapi serangan dan/atau dalam kombinasi dengan obat antiradang. Dalam garis besar

sering kali ditempuh skema sbb:

a. Asma ringan (serangan <1x sebulan)

Dapat-bila perlu diobati dengan suatu b-mimetikum (b2-agonis) yang bekerja

singkat sebagai monoterapi, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2 inhalasi/

minggu).

b. Asma sedang (serangan 1-4x sebulan)

Perlu diobati dengan obat yang menekan peradangan di saluran napas, yakni

kortikosteroida-inhalasi, seperti beklometason, flutikason atau budesonida dalam

dosis rendah (200-800 mcg/ hari). Bila perlu, obat ini dikombinasi dengan

salbutamol atau terbutalin sampai 3-4 inhalasi/ hari atau dengan obat pencegah

Page 5: Asma

kromoglikat dan nedokromil, juga per inhalasi. Untuk anak-anak dengan asma

bercirikan alergi dapat diberikan per oral ketotifen atau oksatomida, yang juga

berkhasiat mencegah degranulasi mastcells.

c. Asma Agak Serius (serangan >1-2x seminggu) dapat ditanggulangi oleh

kortikosteroida dengan dosis lebih tinggi (800-1200 mcg/hari) dan dikombinasi

dengan b-mimetikum (b2-agonis) atau antikolinergika (ipratropium) sebagai

bronkodilator untuk mengurangi obstruksi bronchi.

d. Asma serius (serangan >3x seminggu

Walaupun penggunaan kortikosteroida-inhalasi dalam dosis cukup tinggi, tetapi

pada malam hari masih timbul sesak napas (dyspnoe). Dalam hal ini dapat

diberikan b-mimetikum (b2-agonis) kerja panjang sebagai inhalasi (salmeterol,

formoterol). Bila perlu obat ini dapat dikombinasi dengan teofilin dalam bentuk

slow-release.

Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang memberikan

beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya

jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya

ringan sekali. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau

sebagai serbuk halus (Turbuhaler).

Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan (puffs), sebaiknya pada saat tertentu, seperti

sebelum atau sesudah mengeluarkan tenaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang

merangsang (asap rokok, kabut, allergen) dan saat sesak napas di tengah malam dan pagi

hari (‘morning dip’).

C. PILIHAN OBAT UNTUK SWAMEDIKASI

Obat asma hanya digunakan oleh penderita asma yang telah dipastikan menderita

asma oleh dokter dan telah mengetahui jenis, dosis dan aturan aturan pemakaian obat. Obat

Page 6: Asma

asma digunakan untuk mengatasi gejala asma ringan dan intermiten (kadang kala). Jika

seseorang tidak dapat memastikan sesak napas karena asma, dan setelah menggunakan

obat asma gejala tidak berubah, penderita harus segera menghubungi dokter. Untuk

mendapatkan efek optimal, penderita harus mematuhi dan menggunakan obat asma sesuai

cara dan jadwal penggunaan obat secara cara dan jadwal penggunaan obat seperti aturan

pakai yang tercantum dalam kemasan atau brosur obat. Sebagian besar obat asma termasuk

golongan obat keras. Obat asma yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah teofilin,

efedrin, kombinasi teofilin-efedrin dan beberapa ekspektoran (Anonim, 2011).

1. Teofilin

Cara kerja obat : Teofilin mempunyai efek bronkhodilatasi yang tidak diketahui

dengan jelas mekanismenya. Dosis yang diijinkan adalah 130-150 mg. Efek

farmakologik teofilin tidak hanya sebagai bronchodilator atau relaksan otot polos, tapi

juga mempunyai efek terhadap susunan saraf pusat, jantung, iritasi lambung dan lain

sebagainya.

Kegunaan : Meringankan dan mengatasi serangan asma bronchial.

Tidak boleh digunakan pada : Penderita yang alergi terhadap komponene obat ini

dan juga penderita tukak lambung

Hal yang perlu diperhatikan :

Jangan melebihi dosis yang dianjurkan

Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar

Agar dikonsultasikan dengan dokter apabila :

Dalam 1 jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk

Wanita hamil dan menyusui

Penderita usia diatas 55 tahun, terutama pria

Penderita kekurangan oksigen dalam darah, hipertensi, kerusakan fungsi

hati, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung, penyakit

paru kronik

Interaksi dengan obat lain :

Page 7: Asma

Jangan diberikan bersama sediaan xantin yang lain, misalnya kafein atau

sediaan lain yang mengandung teofilin, atau minum teh, kopi, cola, tonikum

yang mengandung kafein

Simetidin, eritromisin, troleandomisin, dan kontrasepsi oral dapat

meningkatkan serum teofilin

Rifampisin menurunkan serum teofilin

Efek yang tidak diinginkan :

Sakit kepala, pusing, sukar tidur, mual, muntah, nyeri perut bagian atas

Pada penderita yang mempunyai kecendrungan mengalami gangguan irama

jantung, apabila menggunakan obat ini kemungkinan dapat menimbulkan

aritmia

Ruam kulit

Hiperglikemia, gatal-gatal

Aturan pemakaian : Sediaan yang tersedia di pasaran berupa tablet, kapsul atau sirup

berkisar antara 130-150 mg/tablet atau per 5 ml. Dosis teofilin yang optimal

dinyatakan sejumlah mg per kg BB.

- Dewasa : 5 mg/kg BB sebagai dosis awal pada serangan akut, diikuti dengan 3-

4 mg/kg BB setiap 6 jam untuk mengendalikan gejala asma. Pada penderita

perokok tidak lebih dari 4 mg/kg BB. Dosis total sehari tidak lebih dari 10-12

mg/kg/hari. Pada penderita penyakit hati dan lemah jantung, dosis disesuaikan

dan dimonitor.

- Anak-anak : Sama dengan dosis dewasa, kecuali dosis pemeliharaan sebesar 4-

5 mg/kg BB setiap 6 jam.

Untuk mempermudah pemakaian, takaran yang dianjurkan adalah :

- Dewasa : 3 kali sehari 1 tablet

- Anak-anak 6-12 tahun : 3 kali sehari ½ tablet atau menurut petunjuk dokter

Contoh obat asma yang bisa didapat di apotek: Bronchophylin

(Anonim, 2011)

Page 8: Asma

2. Efedrin

Cara kerja obat : Efedrin suatu simpatomimetik amin, mempunyai efek

bronkhodilatasi, yang lemah. Bekerja mempengaruhi sistem saraf adrenergik secara

langsung maupun tidak langsung. Karena itu hanya digunakan pada asma ringan.

Kegunaan : Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkhial.

Tidak boleh digunakan pada: Penderita yang alergi terhadap komponen obat ini dan

penderita hipertiroid, jantung, hipertensi

Hal yang perlu diperhatikan:

- Dapat terjadi retensi urin pada penderita hipertrofi prostat

- Tidak untuk serangan asma yang parah

- Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui, anak-anak, penderita

dengan gangguan fungsi hati

- Jangan melebihi dosis yang dianjurkan dan jika dalam 1 jam gejala masih

menetap atau memburuk, segera hubungi dokter atau unit pelayanan kesehatan

Interaksi dengan obat lain: Jangan diberikan obat penghambat MAO atau guanetidin

Efek yang tdak diinginkan:

- Pada susunan saraf pusat sakit kepala, sukar tidur, gelisah

- Jantung berdebar

Aturan pemakaian: Dosis efedrin sebagai obat asma yang beredar di pasaran berupa

tablet, kapsul, atau sirup berkisar antara 8-12,5 mg/tablet atau sendok teh 5 mL.

- Dewasa : 1-2 tablet, 2-3 kali sehari.

- Anak-anak dibawah 12 tahun : ½ tablet atau sendok teh, 2-3 kali sehari

Contoh obat asma yang bisa didapat di apotek:

- Asmadex (Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 10 mg) (Dexa Medica)

- Asmano (Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg) (Corsa)

- Asmasolon (Thephylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg) (Probus)

- Neo Napacin (Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg) (Konimex)

- Theochodil (Theophyllin 130 mg, ephedrine HCl 12,5 mg) (Global Multi

Farmalab)

Page 9: Asma

- Tusapres (Theophyllin 50 mg, Glyceryl guaiacolate 40 mg, diphenhydramine

HCl 12,5 mg) (Sandoz)

(Anonim, 2011)

Dipiro, dkk., J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, M.,

2008, Pharmacoteraphy: a Patophysiologic Approach, 991, Appleton and Lange,

USA

Anonim, 2011, ASMA,

http://www.pom.go.id/public/publikasi/kompendia/berkas_pdf/Saluran

%20napas.pdf, diakses tanggal 1 mei 2011