Asma
-
Upload
fransiska-anggitha -
Category
Documents
-
view
159 -
download
6
Transcript of Asma
Asma merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan bronkus akibat adanya
hiperreaksi terhadap sesuatu perangsangan langsung/fisik ataupun tidak langsung. Tanpa
pengelolaan yang baik penyakit ini akan mengganggu kehidupan penderita sehari-hari dan
penyakit akan cenderung mengalami peningkatan dan dapat menimbulkan komplikasi ataupun
kematian
A. MANIFESTASI KLINIS
- A sma kronik
Gejala : pasien biasanya merasakan dyspnea, sesak napas, batuk-batuk (biasanya
terjadi pada malam hari), napas yang berbunyi mengi atau “bengek”. Terjadi karena
terpapar alergen. Tanda-tanda : saat ekspiratori napas berbunyi mengi, batuk kering
(Dipiro, dkk., 2008).
- A sma akut
Gejala : dyspnea, napas pendek, sesak napas, nyeri pada dada dan dada terasa
terbakar. Sukar berbicara dan kalimat terputus-putus. Tanda-tanda : saat ekspirator
dan inspirator berbunyi mengi, batuk kering, tachypnea, takikardia, kulit pucat
(Dipiro, dkk., 2008).
B. PENATALAKSANAAN TERAPI
Outcome :
- Memperbaiki kualitas hidup
- Mengurangi komplikasi
Tujuan :
- Mengurangi bahkan menghilangkan gejala
- Memungkinkan pasien menjalani hidup yang normal dengan hanya sedikit atau tanpa
gejala
Sasaran terapi :
- Saluran pernapasan
Terapi non farmakologis :
- Menghindari faktor – faktor resiko yang dappat menimbulkan asma
- Hidup sehat
- Hidup bersih
- Istirahat cukup
- Melakukan olahraga ringan seperti renang (Dipiro, dkk., 2008).
Terapi farmakologi s :
1. Kortikosteroid
- Indikasi: sebagai antiinflamasi
- Mekanisme kerja: Memblok enzim fosfolipase A2 sehingga pembentukan mediator
prostaglandin dan leukotrien dari asam arakidonat. Sehingga kortikosteroid
menghambat mekanisme hipersensitivitas IgE dan menyebabkan degranulasi
mastcell dan meningkatkan kepekaan reseptor β2mimetika. Penggunaannya
terutama pada serangan asma akibat infeksi virus dan infeksi bakteri. Obatnya
antara lain: hidrokortison, prednison, dan deksametason
2. Kortikosteroid inhalasi
Contoh obat: beklometason, fluktikason, dan budesonida. Keunrungan penggunaan
inhalasi adalah dapat menghindari efeksamping sistemik serius (osteoporosis, tukak
dan perdarahan lambung, hipertensi, diabetes) karena efeknya lokal.
3. Anti alergika
Mekanisme kerjanya adalah menstabilisasi mast cell sehingga tidak pecah dan
mengakibatkan terlepasnya histamin dan mediator inflamasi lainnya. Contoh obatnya:
kromoglikat dan nedokromil. Ibat ini sangat berguna untuk prevalensi serangan asma
dan rinitis alergi
4. Bronkodilator
a. Β2 mimetikum
Mekanisme kerja: selektif memblok reseptor β2 adrenergik (bronchospasmolysis).
Obatnya antara lain: salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol, salmeterol dan
formaterol (longacting). Penggunaanya untuk melawan serangan asma dan
sebagai kombinasi dengan kortikosteroid dalam pemeliharaan
b. Antikolinergik
Mekanisme kerja: memblok reseptor muskarinik dari daraf kolinergis pada otot
polos bronki sehingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan efek
nronkodilatasi. Contoh obat: ipratropium, tiotropium, dan deptropin
c. Derivat ksantin
Mekanisme kerja: sebagai bronkolelaksasi yang memblok reseptor adenosin.
Contoh obat: teofilin, aminofilin
5. Mukolitik dan ekspektoran
Mekaisme kerja: mengurangi kekentalan dahak apabila terjadi serangan asma hebat
dengan adanya sumbatan lendir. Contoh obat: bromheksin, ambroxol, dan amonium
klorida
6. Antihistamin
Mekanisme kerja: memblok reseptor histamin. Contoh obat: ketotofen dan oksatomida
(Dipiro, dkk., 2008)
Pilihan obat berdasarkan tingkat penyakit :
Pengobatan asma dapat dibagi atas terapi serangan akut dan terapi pemeliharaan untuk mencegah
serangan atau memburuknya penyakit yaitu :
1. Terapi serangan akut
Pilihan pertama adalah suatu b-mimetikum (b2-agonis) per inhalasi, seperti salbutamol atau
terbutalin dengan efek cepat (3-5 menit). Bila perlu dibantu dengan suppositoria aminofilin.
Bila sesudah 15 menit belum menghasilkan efek, inhalasi dapat diulang sekali lagi. Jika tidak
memberikan efek juga, pasien perlu diberi obat secara injeksi intravena: aminofilin dan atau
salbutamol. Pada serangan hebat, sering kali ditambahkan hidrokortison atau prednisone
secara i.v.
Sebagai tindakan akhir dapat diijeksikan adrenalin yang dapat diulang 2 kali dalam waktu 1
jam.
Obat yang tidak selektif seperti efedrin dan isoprenalin dapat diberikan dalam bentuk tablet
tetapi efek baru tampak ±setelah 1 jam.
Status Asthmaticus
Merupakan asma akut dan hebat yang bisa bertahan lama sekali. Efek suatu
bronkodilator pada keadaan ini hanya kecil dan lambat, yang disebabkan oleh
blockade reseptor beta sebagai akibat umum dari suatu infeksi saluran napas. Keadaan
demikian perlu diobati secara khusus di rumah sakit dengan pemberian oksigen dan
minum banyak air, hidrokortison i.v. dan bila perlu bikarbonat.
Lazimnya pasien diberi injeksi i.v. dengan salbutamol dan atau aminofilin serta
hidrokortison dalam dosis besar (yang diperkirakan lebih cepat kerjanya daripada
prednisone). Perlu juga diambil tindakan-tindakan tambahan lainnya untuk melawan
efek samping dari status asthmaticus. Pada serangan yang tidak dapat dihentikan
dengan injeksi adrenalin sebagai tindakan terakhir umumnya injeksi i.v dengan
Novocain 2% (atau lidokain) efektif
2. Terapi pemeliharaan
Pengobatan pemeliharaan pada umumnya dilakukan secara bertingkat, berdasarkan prinsip
(baru) bahwa asma adalah suatu penyakit peradangan, maka obatn antiradang perlu
digunakan sedini mungkin. Di samping itu, penggunaan bronkodilator hendaknya dibatasi
pada terapi serangan dan/atau dalam kombinasi dengan obat antiradang. Dalam garis besar
sering kali ditempuh skema sbb:
a. Asma ringan (serangan <1x sebulan)
Dapat-bila perlu diobati dengan suatu b-mimetikum (b2-agonis) yang bekerja
singkat sebagai monoterapi, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2 inhalasi/
minggu).
b. Asma sedang (serangan 1-4x sebulan)
Perlu diobati dengan obat yang menekan peradangan di saluran napas, yakni
kortikosteroida-inhalasi, seperti beklometason, flutikason atau budesonida dalam
dosis rendah (200-800 mcg/ hari). Bila perlu, obat ini dikombinasi dengan
salbutamol atau terbutalin sampai 3-4 inhalasi/ hari atau dengan obat pencegah
kromoglikat dan nedokromil, juga per inhalasi. Untuk anak-anak dengan asma
bercirikan alergi dapat diberikan per oral ketotifen atau oksatomida, yang juga
berkhasiat mencegah degranulasi mastcells.
c. Asma Agak Serius (serangan >1-2x seminggu) dapat ditanggulangi oleh
kortikosteroida dengan dosis lebih tinggi (800-1200 mcg/hari) dan dikombinasi
dengan b-mimetikum (b2-agonis) atau antikolinergika (ipratropium) sebagai
bronkodilator untuk mengurangi obstruksi bronchi.
d. Asma serius (serangan >3x seminggu
Walaupun penggunaan kortikosteroida-inhalasi dalam dosis cukup tinggi, tetapi
pada malam hari masih timbul sesak napas (dyspnoe). Dalam hal ini dapat
diberikan b-mimetikum (b2-agonis) kerja panjang sebagai inhalasi (salmeterol,
formoterol). Bila perlu obat ini dapat dikombinasi dengan teofilin dalam bentuk
slow-release.
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya lebih cepat, dosisnya
jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek sampingnya
ringan sekali. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau
sebagai serbuk halus (Turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan (puffs), sebaiknya pada saat tertentu, seperti
sebelum atau sesudah mengeluarkan tenaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang
merangsang (asap rokok, kabut, allergen) dan saat sesak napas di tengah malam dan pagi
hari (‘morning dip’).
C. PILIHAN OBAT UNTUK SWAMEDIKASI
Obat asma hanya digunakan oleh penderita asma yang telah dipastikan menderita
asma oleh dokter dan telah mengetahui jenis, dosis dan aturan aturan pemakaian obat. Obat
asma digunakan untuk mengatasi gejala asma ringan dan intermiten (kadang kala). Jika
seseorang tidak dapat memastikan sesak napas karena asma, dan setelah menggunakan
obat asma gejala tidak berubah, penderita harus segera menghubungi dokter. Untuk
mendapatkan efek optimal, penderita harus mematuhi dan menggunakan obat asma sesuai
cara dan jadwal penggunaan obat secara cara dan jadwal penggunaan obat seperti aturan
pakai yang tercantum dalam kemasan atau brosur obat. Sebagian besar obat asma termasuk
golongan obat keras. Obat asma yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah teofilin,
efedrin, kombinasi teofilin-efedrin dan beberapa ekspektoran (Anonim, 2011).
1. Teofilin
Cara kerja obat : Teofilin mempunyai efek bronkhodilatasi yang tidak diketahui
dengan jelas mekanismenya. Dosis yang diijinkan adalah 130-150 mg. Efek
farmakologik teofilin tidak hanya sebagai bronchodilator atau relaksan otot polos, tapi
juga mempunyai efek terhadap susunan saraf pusat, jantung, iritasi lambung dan lain
sebagainya.
Kegunaan : Meringankan dan mengatasi serangan asma bronchial.
Tidak boleh digunakan pada : Penderita yang alergi terhadap komponene obat ini
dan juga penderita tukak lambung
Hal yang perlu diperhatikan :
Jangan melebihi dosis yang dianjurkan
Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar
Agar dikonsultasikan dengan dokter apabila :
Dalam 1 jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk
Wanita hamil dan menyusui
Penderita usia diatas 55 tahun, terutama pria
Penderita kekurangan oksigen dalam darah, hipertensi, kerusakan fungsi
hati, atau penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung, penyakit
paru kronik
Interaksi dengan obat lain :
Jangan diberikan bersama sediaan xantin yang lain, misalnya kafein atau
sediaan lain yang mengandung teofilin, atau minum teh, kopi, cola, tonikum
yang mengandung kafein
Simetidin, eritromisin, troleandomisin, dan kontrasepsi oral dapat
meningkatkan serum teofilin
Rifampisin menurunkan serum teofilin
Efek yang tidak diinginkan :
Sakit kepala, pusing, sukar tidur, mual, muntah, nyeri perut bagian atas
Pada penderita yang mempunyai kecendrungan mengalami gangguan irama
jantung, apabila menggunakan obat ini kemungkinan dapat menimbulkan
aritmia
Ruam kulit
Hiperglikemia, gatal-gatal
Aturan pemakaian : Sediaan yang tersedia di pasaran berupa tablet, kapsul atau sirup
berkisar antara 130-150 mg/tablet atau per 5 ml. Dosis teofilin yang optimal
dinyatakan sejumlah mg per kg BB.
- Dewasa : 5 mg/kg BB sebagai dosis awal pada serangan akut, diikuti dengan 3-
4 mg/kg BB setiap 6 jam untuk mengendalikan gejala asma. Pada penderita
perokok tidak lebih dari 4 mg/kg BB. Dosis total sehari tidak lebih dari 10-12
mg/kg/hari. Pada penderita penyakit hati dan lemah jantung, dosis disesuaikan
dan dimonitor.
- Anak-anak : Sama dengan dosis dewasa, kecuali dosis pemeliharaan sebesar 4-
5 mg/kg BB setiap 6 jam.
Untuk mempermudah pemakaian, takaran yang dianjurkan adalah :
- Dewasa : 3 kali sehari 1 tablet
- Anak-anak 6-12 tahun : 3 kali sehari ½ tablet atau menurut petunjuk dokter
Contoh obat asma yang bisa didapat di apotek: Bronchophylin
(Anonim, 2011)
2. Efedrin
Cara kerja obat : Efedrin suatu simpatomimetik amin, mempunyai efek
bronkhodilatasi, yang lemah. Bekerja mempengaruhi sistem saraf adrenergik secara
langsung maupun tidak langsung. Karena itu hanya digunakan pada asma ringan.
Kegunaan : Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkhial.
Tidak boleh digunakan pada: Penderita yang alergi terhadap komponen obat ini dan
penderita hipertiroid, jantung, hipertensi
Hal yang perlu diperhatikan:
- Dapat terjadi retensi urin pada penderita hipertrofi prostat
- Tidak untuk serangan asma yang parah
- Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui, anak-anak, penderita
dengan gangguan fungsi hati
- Jangan melebihi dosis yang dianjurkan dan jika dalam 1 jam gejala masih
menetap atau memburuk, segera hubungi dokter atau unit pelayanan kesehatan
Interaksi dengan obat lain: Jangan diberikan obat penghambat MAO atau guanetidin
Efek yang tdak diinginkan:
- Pada susunan saraf pusat sakit kepala, sukar tidur, gelisah
- Jantung berdebar
Aturan pemakaian: Dosis efedrin sebagai obat asma yang beredar di pasaran berupa
tablet, kapsul, atau sirup berkisar antara 8-12,5 mg/tablet atau sendok teh 5 mL.
- Dewasa : 1-2 tablet, 2-3 kali sehari.
- Anak-anak dibawah 12 tahun : ½ tablet atau sendok teh, 2-3 kali sehari
Contoh obat asma yang bisa didapat di apotek:
- Asmadex (Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 10 mg) (Dexa Medica)
- Asmano (Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg) (Corsa)
- Asmasolon (Thephylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg) (Probus)
- Neo Napacin (Theophylline 130 mg, Ephedrine HCl 12,5 mg) (Konimex)
- Theochodil (Theophyllin 130 mg, ephedrine HCl 12,5 mg) (Global Multi
Farmalab)
- Tusapres (Theophyllin 50 mg, Glyceryl guaiacolate 40 mg, diphenhydramine
HCl 12,5 mg) (Sandoz)
(Anonim, 2011)
Dipiro, dkk., J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, M.,
2008, Pharmacoteraphy: a Patophysiologic Approach, 991, Appleton and Lange,
USA
Anonim, 2011, ASMA,
http://www.pom.go.id/public/publikasi/kompendia/berkas_pdf/Saluran
%20napas.pdf, diakses tanggal 1 mei 2011