Askep Trauma Telinga

15
Pasar Monopoli Monopoli adalah keadaan di mana pasar dikuasai sepenuhnya oleh penjual. Penjual mempunyai kekuasaan yang dapat didiktekan kemauannya baik dalam bentuk harga, volume, tempat, waktu, dan pembeli dengan siapa barang itu akan dijual. Hampir dapat dikatakan bahwa dalam pasar monopoli kedaulatan pasar berada sepenuhnya di tangan penjual. Penjuallah yang berdaulat menentukan tingkat harga, berapa banyak jumlah barang yang akan dijual, waktu bilamana barang akan dilepas ke pasaran, tempat di mana barang itu akan dijual dan cara lain yang diinginkan penjual. Jadi monopoli adalah kebalikan dari persaingan bebas. Penjual hanya berada di satu tangan atau dikuasai oleh satu perusahaan. Ciri-ciri pasar monopoli adalah : 1. Hanya ada satu penjual barang ataujasa. 2. Produk yang dijual sangat unik, dan tak mungkin dapat digantikan dengan barang lain (tak mungkin disubstitusikan), sehingga pembeli harus membelinya dari pemegang monopoli. 3. Pemegang monopoli dapat mengendalikan harga barang dan jasa yang dijual, karena sepenuhnya ia menjadi produsen barang dan jasa itu.

description

KEPERAWATAN

Transcript of Askep Trauma Telinga

Page 1: Askep Trauma Telinga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan

untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu

bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi

menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari

telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan

menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk

diolah. Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi

dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu

bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi

menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari

telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan

menerima rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk

diolah.

Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda

dapat mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma

telinga termasuk faktor mekanik dan termal,  cedera kimia, dan perubahan

tekanan. Tergantung pada  jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau 

telinga bagian dalam bisa terluka.

B. Tujuan Penulisan.

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Trauma telinga

2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi Trauma telinga

3. Mahasiswa dapat mengetahui menifestasi klinis dari Trauma telinga

4. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi Trauma telinga

5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Trauma telinga

6. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang Trauma telinga

Page 2: Askep Trauma Telinga

7. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan dari Trauma

telinga

8. Mahasiswa dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan Trauma telinga

Page 3: Askep Trauma Telinga

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Telinga

1. Anatomi Telinga

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut.

Telinga Luar, terdiri dari :

a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga

Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat

pada Sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.

b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)

Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian

medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang

rawan ini. Terdapat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang

dapat kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan

menutup mulut.

c. Kanalis Auditorius Exsternus

Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar

glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut

juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan

perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada

membran timpani.

Telinga Tengah, terdiri dari :

a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.

Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo

mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan

epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan

lapisan mukosa di bagian dalamnya.

b. Kavum Timpani

Page 4: Askep Trauma Telinga

Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah

tulang pendengaran yang meliputi :

1)      Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.

2)      Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.

3)      Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.

c. Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah

samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan

lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan

dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat

dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.

d. Tuba Auditiva Eustakhius

Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan

miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba

Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara

luar ke dalam telinga.

Telinga Dalam, terdiri dari :

telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal,

didalamnya terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan

(kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII (nervus fasialis) dan nervus

VIII (nervus kokleovestibularis).

2. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh

pinna dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani, diteruskan ke

telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan

tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran

Page 5: Askep Trauma Telinga

diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe sehingga

akan menimbulkan gerakan relative antara membran basalis dan

membrantektoria.

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan

terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan

terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

meimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi

pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke

korteks pendengaran di lobus temporalis.

B. Trauma Telinga

1. Pengertian

Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang

berbeda dapat mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab

trauma telinga termasuk faktor mekanik dan termal, cedera kimia, dan

perubahan tekanan. Tergantung pada jenis trauma, baik eksternal, tengah,

dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.

Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu

membersihkan telinga dengan cotton bud atau alat pembersih telinga

lainnya. Akibatnya terjadi luka atau hematoma pada kulit liang telinga.

Trauma pada membran timpani disebabkan oleh tamparan, ledakan

(barotrauma), menyelam yang terlalu dalam, luka bakar ataupun tertusuk.

Akibatnya timbul gangguan pendengaran berupa tuli konduktif karena

robeknya membran timpani atau terganggunya rangkaian tulang

pendengaran, yang terkadang disertai tinitus.

Trauma tulang temporal dan fraktur basis kranium yang terbanyak

adalah dari jenis fraktur yang mempunyai garis fraktur longitudinal. Fraktur

jenis ini mengenai liang telinga, membran timpani, telinga tengah, tuba

eustachius dan foramen laserum. Gejalanya berupa perdarahan pada liang

telinga, tuli konduktif, keluarnya cairan serebrospinal dan paresis saraf

Page 6: Askep Trauma Telinga

fasial. Fraktur tulang temporal jenis lain adalah fraktur tulang temporal

dengan garis fraktur transversal. Biasanya memberikan gejala yang lebih

berat. Dapat ditemukan hemotimpanum, keluarnya cairan serebro spinal dari

hidung, tuli sensorineural dan sering ditemukan paresis saraf fasialis.

2. Etiologi

Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma telinga antara

lain:

a.       Kecelakaan lalu lintas

b.      Perkelahian

c.       Kecelakaan dalam bidang olahraga

d.      Luka tembak

e.       Kebiasaan mengorek kuping

3. Manifestasi Klinik

Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga antara

lain:

a.       Edema

b.      Laserasi

c.       Luka robek

d.      Hilangnya sebagian/seluruh daun telinga

e.       Perdarahan

f.        Hematom

g.       Nyeri kepala

h.       Nyeri tekan pada kulit kepala

i.         Fraktur tulang temporal

C. Trauma telinga luar

1. Pengertian

Trauma telinga luar merupakan cedera pada telinga luar

misalnya akibat pukulan t umpu l , a t au ak iba t sua tu

Page 7: Askep Trauma Telinga

kece l akaan , b i s a menyebabkan memar d i an t a r a kartilago dan

perikondrium.

Macam-Macam Trauma

a. Laserasi

1) Etiologi, merupakan luka pendarahan yang disebabkan oleh

mengorek-ngorek telinga.

2) Gambaran klinis, laserasi pada dinding kanalis dapat menyebabkan

perdarahan sementara.

3) Pengobatan, tidak memerlukan pengobatan selain hentikan

perdarahan, bila perlu pe rg i ke dok t e r un tuk memas t i kan

t i dak ada pe r fo r a s i membran t impan i . Laserasi hebat pada

aurikula harus diexplorasi untuk mengetahui apakah ada kerusakan

tulang rawan. 

b. Frostbitea

1) Etiologi, Sengatan pada suhu yang dingin pada aurikula timbul dengan

cepat pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat.

2) Gambaran klinis, Sengatan pada suhu yang dingin pada aurikula

timbul dengan cepat pada lingkungan  bersuhu  rendah  dengan  angin

dingin  yang  kuat.  Sehingga mengalami Vasokontriksi hebat

pembuluh darah telinga bagian luar yang di ikuti priode dilatasi

yang berlangsung lebih lama.

3) Pengobatan/penatalaksanaan

4) Pemanasan yang cepat 100-108 F/ tidak > 37 C.

5) Berikan analgesik 

6) Jika menimbulkan infeksi yang nyata secara klinis, berikan antibiotic.

c. Hematoma

1) Etiologi, Gumpalan darah yang diakibatkan oleh luka dalam yang

sering terjadi pada petinju dan pegulat.

2) Gambaran klinis, Jika terjadi penimbunan darah di daerah yang cedera

tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan

tampak massa berwarna ungu kemerahan. Darah yang

Page 8: Askep Trauma Telinga

tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya

a l i ran darah ke kar t i l ago seh ingga te r jad i perubahan

ben tuk te l inga .Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol, yang

sering ditemukan pada pegulat dan petinju.

3) Penatalaksanaan, Untuk membuang hematoma, biasanya

digunakan alat penghisap dan penghisapan dilakukan sampai

hematoma betul-betul sudah tidak ada lagi (biasanya selama 3-7

hari). Dengan pengobatan, kulit dan perikondrium  akan

kemba l i ke pos i s i no rma l s eh ingga da rah b i s a kemba l i

mencapa i kartilago. Jika terjadi robekan pada telinga, maka

dilakukan penjahitan dan pembida i an pada ka r t i l agonya .

Puku l an yang kua t pada r ahang b i s a menyebabkan patah

tulang di sekitar saluran telinga dan merubah bentuk  saluran

telinga dan seringkali terjadi penyempitan. Perbaikan bentuk bisa

dilakukan melalui pembedahan.`

D. Trauma Telinga Tengah

Trauma pada telinga tengah biasanya disertai dengan sakit telinga dan

kadang-kadang juga disertai dengan pendarahan dari telinga, gangguan

pendengaran, dan kelemahan wajah ipsilateral. Bentuk lengkung EAC, dengan

isthmus sempit, membantu untuk melindungi TM dari cedera langsung.

Fungsi laindari tuba eustachius juga membantu untuk mencegah

pecahnya TM dari perubahan tekanan berlebih. Ketika mekanisme pelindung

gagal, atau kekuatan ekstrem terjadi pada telinga atau kepala, perforasi

traumatis dari TM dapat terjadi, biasanya terjadi di bagian tengah. Sebuah

perforasi traumatik TM dapat disebabkan oleh trauma langsung ke TM oleh

FB, ledakan, tekanan perubahan dari udara atau air, atau akibat dari trauma

kepala dengan atau tanpa fraktur tulang temporal.

Mayoritas perforasi TM traumatis akan dapat sembuh secara spontan.

Jika tidak ada bukti infeksi, penggunaan topikal antibiotik tidak diperlukan.

Resep obat tetes telinga mengandung gentamisin selama lebih dari lima sampai

Page 9: Askep Trauma Telinga

tujuh hari dapat mengakibatkan ototoxicity dan harus dihindari. Terapi

konservatif untuk mencegah infeksi sekunder biasanya diperlukan.

Tympanoplasty jarang diperlukan, kecuali bila perforasi terus-menerus terjadi.

Ketika luka misalnya terjadi perforasi TM sangat sulit untuk disembuhkan.

Dalam kondisi di mana perubahan tekanan eksternal yang cepat

(misalnya dalam penerbangan pesawat, menyelam, atau ledakan) barotrauma

otic mungkin terjadi. Pecahnya pembuluh darah halus di telinga tengah

menyebabkan pengumpulan darah pada dalam permukaan TM atau ruang

telinga tengah, yang dikenal sebagai hemotympanum. Pencegahan barotrauma

selama penerbangan pesawat sangat penting utamanya pada fungsi tuba

eustachius.

Trauma membran tympani adalah kelainan pada mebran timpani yang

disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Biasanya muncul

gejala tinius, gangguan pendengaran, vertigo, dan dapat terjadi infeksi.

Penangannya yaitu Pada keadaan akut, dilakukan pencegahan terjadinya

infeksi sekunder dengan menutup liang telinga yang trauma dengan kasa steril.

Biasanya perforasi akan sembuh secara spontan.Operasi emergensi dilakukan

pada trauma tembus dengan gangguan pendengaran sensorineural dan vertigo,

dengan kecurigaan fraktur dan impaksi kaki stapes ke vertbuler atau fistua

perilimpa. Jika perforasi menetap setelah 4 bulan, dan terdapat gangguan

pendengaran konduktif >20 dB, merupakan indikasi timpanoplasti. Lakukan

pemeriksaan Audiometri atau CT scan bila diduga ada benda asing atau

rusaknya rangkaian tulang pendengaran

E. Trauma telinga dalam

Organ yang sangat sensitif di dalam telinga adalah organ pendengaran

(koklea) dan keseimbangan (Reseptor otolithic dan kanal berbentuk setengah

lingkaran) yang terletak dalam bagian dari tulang temporal, dikelilingi oleh

tulang padat dikenal sebagai kapsul otic. Meskipun perlindungan yang baik

dari tulang dalam tubuh manusia, unsur-unsur telinga dalam yang rapuh, rentan

terhadap trauma kepala baik longitudinal atau transversal yang menyebabkan

Page 10: Askep Trauma Telinga

fraktur. Seorang pasien dengan riwayat trauma kepala, menunjukkan

pendarahan dari telinga, mengalami gangguan pendengaran konduktif, dan

kelainan bentuk membran timpani yang diperiksa dengan menggunakan

otoscopy (Gambar 8), merupakan gejala dari fraktur longitudinal. Cedera

kepala berat, biasanya setelah pukulan ke tengkuk, dapat mengakibatkan

fraktur melintang di labirin tulang. Gambaran klinis dari fraktur melintang

meliputi kerusakan saraf sensorik yang mengakibatkan gangguan pendengaran

dan vertigo yang parah. Computed tomography (CT) scan tulang temporal

adalah alat yang bermanfaat untuk mendiagnosis.

F. Penatalaksanaan Kedaruratan trauma telinga

1. Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring

2. Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )

3. Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan

perdarahan

4. Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.

5. Periksa tanda-tanda vital,

6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila

mungkin dengan bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui

lokasi lesi.

7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin

langsung dengan pemeriksaan CT scan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan dengan Otoskopik

Mekanisme :

- Bersihkan serumen

- Lihat kanalis dan membran timpani

Interpretasi :

- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi

Page 11: Askep Trauma Telinga

- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang

gendang.

- Kemungkinan gendang mengalami robekan.

    

b. Pemeriksaan Ketajaman

Test penyaringan sederhana

1. Lepaskan semua alat bantu dengar

2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga

3. Berdirilah dengan jarak 30 cm

4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)

5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala

Uji weber

1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)

2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan

3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.

4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring

2. Atasi keadaan kritis ( tranfusi, oksigen, dan sebagainya )

3. Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement,lalu hentikan

perdarahan

4. Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.

5. Periksa tanda-tanda vital

6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila

mungkin dengan bantuan mikroskop bedah atau loup untuk mengetahui

lokasi lesi.

7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin

langsung dengan pemeriksaan CT scan.

Page 12: Askep Trauma Telinga

I. Patofisiologi

1. Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu

membersihkan telinga dengan cotton bud atau alat pembersih telinga

lainnya. Akibatnya terjadi luka atau hematoma pada kulit liang telinga.

2. Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa

factor antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak

tersebut, factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih

telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi.

3. Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius

eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga

klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan

yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali

berakibat semakin terdorongnya benda tersebut ke bagian tulang kanalis

eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane

timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan

menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga atau otalgia dan

kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.

J. Komplikasi

Akibat Trauma telinga yaitu akan terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan

hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower

ear).(Helmi Sosialisman dkk,2004)

Page 13: Askep Trauma Telinga

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA TELINGA

A. Pengkajian

1. Keluhan utama

Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga

disentuh. Didalam telinga terasa penuh karena adanya penumpukan serumen

atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-

kadang disertai demam.Telinga juga terasa gatal.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,

status kesadaran saat kejadian, pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian

b. Riwayat Kesehatan Masa. LaluTanyakan pada klien dan keluarganya:

1) Apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini?

2) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas

tinggi,kejang?

3) Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan benda asing

yangdapat mengakibatkan lesi (luka)?

4) Bagaima klien mengobati luka tersebut pada telinga?

5) Apakah pernah menggunakan obat tetes telinga atau salep?

6) Apakah pernah keluar cairan dari dalam telinga?

7) Bagaimana karakteristik dari cairannya (warna, bentuk, dan bau)?

3. Biodata

a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register,

dandiagnosa medis.

b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,

pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.

c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,

hubungandengan klien, dan status kesehatan.

Page 14: Askep Trauma Telinga

4. Pemeriksaan fisik 

a. Inspeksi

Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE

(meatusauditorius eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna

kulit telinga,penumpukan serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk

halus, serta adanya   peradangan.

b. Palpasi, Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon

nyeridari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis

eksternasirkumskripta (furunkel).

5. Data subjektif dan data objektif 

a. Data subjektif 

1) Klien mengeluh telinganya sakit atau nyeri atau terasa gatal

2) Klien mengeluh pendengarannya berkurang.

3) Klien mengatakan sering mengorek telinganya dengan benda asing

sehingga menyebabkan lesi.

4) Klien mengatakan kepala terasa pusing.

b. Data objektif 

1) Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.

P : saat disentuh

Q : menusuk 

R : daerah sekitar telinga

S : 5

T : intermitten (saat disentuh)

2) Klien tampak meringis kesakitan

3) Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat

perawatberbicara.

4) Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filamen jamur

yangberwarna keputih-putihan.

5) Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas

yangjelas.

Page 15: Askep Trauma Telinga

B.  Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi

2. Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d adanya benjolan atau furunkel

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran

memahami orang lain (kurangnya pendengaran).

4. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan

tindakan pencegahannya.

5. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian,

sekunder terhadap tanda-tanda infeksi.

C. Intervensi

1. Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi

a. Kaji tingkat nyeri klien

b. Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.

c. Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang

dideritanya.

d. Berikan kompres hangat pada daerah nyeri

e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antibiotik.

2. Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d adanya benjolan atau furunkel

a. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam liang telinga.

b. Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.

c. Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau secret.

d. Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan

nanahnya.

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran

memahami orang lain (kurangnya pendengaran)

a. Kaji kemampuan mendengar klien.

b. Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi

c. Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.

4. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi dan

tindakan pencegahannya.

Page 16: Askep Trauma Telinga

a. Kaji status psikologis dan emosional

b. Anjurkan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

c. Gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang

menandakan abnormalitas prosedur atau proses.

d. Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses

pengambilan keputusan.

e. Anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan

relaksasi.

5.  Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian,

sekunder terhadap tanda-tanda infeksi.

a. Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan,

khususnya mengenai pandangan, pemikiran, dan perasaan seseorang.

b. Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai masalah,

penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.

c. Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan perkuat

informasi yang sudah ada.

d. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan,

atau pemberi perawatan.

Page 17: Askep Trauma Telinga

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada

partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting

untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan

mendengar.

Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda

dapat mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma

telinga termasuk faktor mekanik dan termal,  cedera kimia, dan perubahan

tekanan. Tergantung pada  jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau 

telinga bagian dalam bisa terluka.

.

B. Saran

1) Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama

mahasiswa keperawatan

2) Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa

keperawatan.

3) semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi

dan forum terbuka

Page 18: Askep Trauma Telinga

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. (1997). Boles: buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC.

Cody, D Thane, Kern, Eugene & Pearson, W Bruce. (1991). Penyakit telinga hidung dan tenggorokan. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E., Moorhouse, Many Frances, & Geissler, Alice CC. (1999). Rencana asuhan keperawatan:pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. edisi 3. Jakarta: EGC.

Haryani, Ani. (2004). Nursing diagnosis a guide to planning care. 4th ed.

Harold, Ludman. (1992). Petunjuk penting pada penyakit THT. Jakarta: Hipokrates.

Ignativicius, Donna D., Bayne, Marilynn V. (1991). Medical surgical nursing: a nursing process approach. Philadelphia: WB Saunders Company.

Nanda. (2001). Nursing diagnosis: definition and classification, 2001-2002. Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association.

Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian kepala dan leher. Dalam 4 Asih, Ni Luh Gede.

Smeltzer, Suzzane C., Bare G. Brenda. (2000). Brunner and Suddart’s: textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Lippincett.