Askep Tention Pneumothoraks
-
Upload
reza-saputree -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Askep Tention Pneumothoraks
ASKEP KEGAWATDARURATAN TENTION
PNEUMOTHORAKS
A. Pengkajian
Pengkajian Umum
Klien tampak sakit berat, ditandai dengan wajah pucat, nafas sesak.
Pengkajian AVPU (Kesadaran)
Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow Coma
Scale (GCS). Untuk klien dengan gangguan tension pneumothoraks, biasanya kesadaranya
menurun.
Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
1. A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
2. V = Verbal
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
3. P = Pain
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya
dicubit, tekanan pada tulang dada.
4. U = Unrespon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak
membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang
nyeri.
Triage
Mengancam jiwa, akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera. Harus didahulukan à
langsung ditangani. Area resusitasi. Waktu tunggu 0 menit. Maka dapat digolongkan P1
(Emergency).
Primary Survey
1. Airway
a. Assessment :
1) Perhatikan patensi airway.
2) Dengar suara napas.
3) Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
b. Management
1) Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw
thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
2) Re-posisi kepala, pasang collar-neck
3) Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)
2. Breathing
a. Assesment
1) Periksa frekwensi napas
2) Perhatikan gerakan respirasi
3) Palpasi toraks
4) Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
b. Management:
1) Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
2) Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks
3. Circulation
a. Assesment
1) Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
2) Periksa tekanan darah
3) Pemeriksaan pulse oxymetri
4) Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
b. Management
1) Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
2) Torakotomi emergency bila diperlukan
3) Operasi Eksplorasi vaskular emergency
4) Pemasangan WSD
Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat
dan keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan.
Tekanan intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan
jantung. Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan “venous return” juga
terganggu. Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan
pada sirkulasi darah (hemodinamik).
Penanganan segera terhadap kondisi yang mengancam kehidupan meliputi dekompresi
pada hemitoraks yang sakit dengan menggunakan needle thoracostomy (ukuran 14 – 16 G)
ditusukkan pada ruang interkostal kedua sejajar dengan midclavicular line. Selanjutnya dapat
dipasang tube thoracostomy diiringi dengan control nyeri dan pulmonary toilet (pemasangan
selang dada) diantara anterior dan mid-axillaris. Penanganan Diit dengan tinggi kalori tinggi
protein 2300 kkal + ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari.
Secondary Survey
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai
berikut :
S : Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada thorak, Nyeri pada
tempat trauma, bertambah saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat
palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, Dispnea, hemoptisis, batuk dan
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-obatan ataupun
kebutuhan akan makan/minum.
M : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially). Pengobatan yang
diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak menimbulka
reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
P :Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L :Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E :Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened.
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang kemudian
digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apikal
(PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah
sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).
c. Psikososial
Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul
tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat
oleh napas dalam.
f. Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori
pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi à
mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun,
perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak
sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung,
pingsan. Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis,
inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).
g. Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu sebagai berikut :
P :Provokativ. Penyebab terjadinya nyeri.
Q :Quality.
Kualitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Untuk menentukan kualitas nyeri dapat digunakan
skala numerik ataupun melihat raut wajah klien.
R :Region.
Dari bagian mana nyeri mulai dirasakan dan sampai batas mana nyeri doarasakan.
S :Skala.
Nyeri yang digunakan ditentukan dengan menggunakan skala numerik ataupun menilai raut
wajah klien. Dari skala dapat ditentukan intensitas atau kualitas nyeri.
T :Time.
Waktu nyeri yang dirasakan klien. Apakah nyeri yang dirasakan terus menerus, timbul-
hilang, atau sewaktu-waktu.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural; dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal.
2. GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.
3. Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa.
4. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengeluh:
Sesak nafas
Nyeri dada menusuk
Gelisah
1. TTV:
TD : turun
RR : naik.
HR : naik
Keringat dingin
Cemas
Suhu : naik
2. Sianosis
3. Pemfis: pada saat diperkusi terdengar
hipersonor
4. Suara nafas melemah
5. Suara amforik
6. Tampak sisi yang terserang menonjol dan
tertinggal dalam pernapasan
7. Terlihat gelisah
8. Foto Thorak: terlihat garis penguncup paru
yang sangat halus
9. AGD
10. Ketakutan
11. Cemas
12. Terlihat kesakitan
Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi
1. DS: pasien mengeluh:
Sesak nafas
Nyeri dada menusuk
2. DO:
- RR : naik.
- HR : naik
Sianosis
Suara nafas melemah
Suara amforik
Tampak sisi yang terserang menonjol dan
tertinggal dalam pernapasan.
Pola nafas tidak
efektif
Ketidakadekuatan
ekspansi paru
1. DS: pasien mengeluh: Gangguan Penurunan
Sesak nafas
Nyeri dada menusuk
2. DO:
- RR : naik.
- Sianosis
- AGD
pertukaran gas pemasukan O2
1. DS: pasien mengeluh:
Nyeri dada menusuk.
- Keringat dingin.
2. DO:
- Terlihat kesakitan
- Suara amforik
Nyeri Trauma jaringan
(luka
tusuk/kecelakaan)
1. DS
Gelisah
Cemas
2. DO:
Ketakutan
Cemas
- Terlihat kesakitan
Kurangnya
pengetahuan
Kurangnya informasi
tentang
penatalaksanaa
medis.
Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru terhadap peningkatan
paru dalam rongga pleura
2. Resiko tinggi trauma pernafasan b.d pemasangan WSD
3. Kurangnya pengetahuan b.d kurang terpajan nya pada informasi
Intervensi
No Diagnosa keperawatan Noc nic
1. Ketidak efektifan pola nafas
b.d menurunnya ekspansi paru
terhadap peningkatan tekanan
NOC:
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Pastikan kebutuhan
oral / tracheal
suctioning.
dalam rongga pleura. Airway patency
Aspiration Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama pasien
menunjukkan keefektifan
jalan nafas dibuktikan
dengan kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan
sputum, bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang
penyebab.
Saturasi O2 dalam batas
normal
Foto thorak dalam batas
normal
Berikan O2 /mnt,
Anjurkan pasien
untuk istirahat dan
napas dalam
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Berikan
bronkodilator
Monitor status
hemodinamik
Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Berikan antibiotik
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
2. Resiko tinggi trauma
pernafasan b.d WSD
NOC :
Knowledge : Personal
Safety
Safety Behavior : Fall
Prevention
Safety Behavior : Fall
occurance
Safety Behavior :
Physical Injury
Tissue Integrity: Skin and
Mucous Membran
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama….klien
tidak mengalami trauma
dengan kriteria hasil:
pasien terbebas dari trauma
fisik
NIC :
Environmental
Management safety
Sediakan
lingkungan yang
aman untuk pasien
Identifikasi
kebutuhan
keamanan pasien,
sesuai dengan
kondisi fisik dan
fungsi kognitif
pasien dan riwayat
penyakit terdahulu
pasien
Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
Memasang side rail
tempat tidur
Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman dan bersih
Menempatkan
saklar lampu
ditempat yang
mudah dijangkau
pasien.
Membatasi
pengunjung
Memberikan
penerangan yang
cukup
Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien.
Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan
Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
3. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya terpajan informasi
NOC: Kowlwdge : disease
process Kowledge : health
BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria
NIC : Kaji tingkat
pengetahuan pasien dan keluarga
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
hasil:Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat