Askep Pneumonia
-
Upload
cipidd-arein-yulitasari -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
description
Transcript of Askep Pneumonia
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN PNEUMONIA
1) KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi / Pengertian
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh
bakteri,jamur ,virus, atau aspirasi karna makanan atau benda asing.
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi
yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. Adapun beberapa keadaan yang
mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran
menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal dan lain-lain. Dengan demikian flora
endogen yang menjadi pathogen ketika memasuki saluran pernapasan.(Ngasrial, Perawatan
anak sakit, 1997).
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia
yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi
pneumonia.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia) dijumpai pada H. Influensa
pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram negative pada pasien dari
rumah jompo dengan adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal atau jamak,
atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia)
tergantung tiga factor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen
tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
Pneumonia aspirasi disebabkan oleh infeksi kuman, penumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema
paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
Pneumonia pada penderita immunocompromised terjadi karena akibat proses penyakit
dan penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh kuman
pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa,
parasit, virus, jamur, dan cacing.
1
b. Berdasarkan bakteri penyebab:
Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi
hingga mereka yang telah lanjut usia. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Beberapa bakteri mempunyai
tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.
Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga). Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala
influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam
12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit.
Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi
dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi
bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang
kental dan berwarna hijau atau merah tua.
Pneumonia jamur
sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya
tahan lemah (immunocompromised).
c. Berdasarkan predileksi infeksi:
Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari
pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya.
Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
2
B. Penyebab / Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).
C. Epidemiologi / Insiden Kasus
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi pada usia
yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi oleh pathogen yang berbeda,
yang mempengaruhi dalam penetapan diagnosa dan terapi.
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas
yang terjadi dimasyarakat (pneumonia komunitas / PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia
nosokomial/ PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU lebih
sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47%
terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan
bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU akibat PN.
D. Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di
tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di
tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk
akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk,
atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut
halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung
besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
3
PATOFISIOLOGI
Imobilisasi Inhalasi mikroba dgn jln Jamur↓ melalui :
Aktifitas silia ↑ - Udara↓ - Aspirasi organisme
Sekret tertahan di - Hematogensal. Pernafasan
Reaksi inflamasi hebat PanasAnoreksiaMual-muntah
Nyeri pleuritis Membran paru-paru meradangdan berlobang
RBC, WBC, cairan keluar masuk alveoli
Sekresi, edema, bronkospasme DyspnoeBatuk
Partial oklusi Sianosis
Konsolidasi paru
Luas Permukaan membran respirasi Penurunan rasio ventilasi perfusi
Difusi↓
Hipoksemia
Risiko Infeksi
Nyeri (akut)
Intoleransiaktivitas
Perubahannutrisi kurang
dari kebutuhantubuh
Hipertermi
Perubahanperfusi jar.
perifer
- Bersihan jalan napastak efektif
- Ggn. Pola tidur
Pola nafastak efektif
Resti kekuranganvolume cairan
E. Gejala klinis
4
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama
beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40
derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat
berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri
perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala. Tanda dan Gejala berupa:Batuk nonproduktif,
Ingus (nasal discharge),Suara napas lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan otot bantu nafas,
Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar,
Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat, Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Kulit yang lembab
Mual dan muntah
Kekakuan sendi..
F. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus
dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus),
penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) leukositosis menunjukkan adanya
infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit :
Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah untuk mengetahui oganisme penyebab
Pemeriksaan fungsi paru-paru volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.
G. Penatalaksanaan Medis
Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
Terapi suportif umum
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
a) Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
b) Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk efektif
dan napas dalam
5
c) Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
d) Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
e) Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest
f) Drainase empiema bila ada
g) Tutup mulut saat batuk atau menganjurkan memakai masker karena penularan
pneumonia banyak berasal dari percikan batuk atau bersin pasien pneumonia
h) Hindari asap rokok
2) KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
6
No Data subyektif Data obyektif Kesimpulan
1 - Nyeri dada - Tampak meringis
- Px. Tanda vital : nadi
meningkat (takikardi)
Nyeri (akut)
2 - Batuk bercampur
sputum
- Batuk produktif berupa
sputum
- Px. Fisik : perkusi pekak,
inspirasi rales, ronchi nyaring
Bersihan jalan napas tak
efektif
3 - Mual
- Nafsu makan menurun
- Muntah Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
4 - Sulit bernafas - Tampak sesak
- Px. Tanda vital : respirasi
meningkat
- Px. Fisik : penggunaan otot
aksesori, suara nafas bronchial
Pola napas tak efektif
5 - - Muntah – muntah Risiko kekurangan
volume cairan
6 - Badan lemas
- Sulit bernapas
- Tampak lemah
- Tampak sesak
- Px. Tanda vital : respirasi
meningkat
Intoleran aktivitas
7 - Badan panas - Tampak menggigil
- Px. Tanda vital : suhu
meningkat
Hipertermi
8 - Badan panas - Px. Tanda vital : suhu
meningkat
Risiko terhadap infeksi
9 - Sering terbangun di
malam hari karena
sulit bernapas dan
batuk
- Tampak lelah Gangguan pola tidur
7
Dari data di atas rumusan masalah yang muncul, yaitu :
1. Nyeri akut
2. Bersihan jalan napas tak efektif
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Pola napas tak efektif
5. Risiko kekurangan volume cairan
6. Intoleran aktivitas
7. Hipertermi
8. Risiko terhadap infeksi
9. Gangguan pola tidur
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat
(takikardi).
2) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur
sputum, tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales,
ronchi nyaring.
C. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu
makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual, nafsu
makan menurun dan muntah.
D. Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi
meningkat, px. fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.
E. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan akibat
muntah
6) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak, px.
tanda vital : respirasi meningkat.
7) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. tanda vital : suhu meningkat.
8) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama sekunder
terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.
8
9) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan
pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
C. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak
batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi
nyaring.
2) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
3) Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap infeksi
ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. Tanda vital :
respirasi menurun, px. Fisik : penggunaan otot aksesori, suara pernafasan bronchial.
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu
makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh mual,
nafsu makan menurun dan muntah.
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak lemah, sesak,
px. Tanda vital : respirasi menurun.
6) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat.
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap gangguan
pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
8) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama
sekunder terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.
9) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
akibat muntah
9
b. Rencana Tindakan
1) Dx I
Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
krakels
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan,
krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan, secret.
c. Berikan minum air hangat daripada air dingin
Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret.
d. Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran
Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
2) Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a. Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia, juga
dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan
endokarditis.
b. Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung
Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgesic.
d. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
10
3) Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman bernapas
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena ketidaknyamanan
gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan
menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c. Pantau tanda vital
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
4) Dx 4
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan
Rencana tindakan :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab masalah.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
c. Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang menarik untuk pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun lambat untuk
kembali.
d. Kolaborasi pemberian antiemetik
Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah
5) Dx 5
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
11
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
ssi indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
6) Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :
a. Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b. Beri kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
c. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus
7) Dx 7
Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
b. Beri tempat tidur yang nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan psikologis
c. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
d. Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi
Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan istirahat
8) Dx 8
Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan
a.Pantau tanda vital, khususnya selama awal terapi
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi dapat terjadi.
12
b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
c.Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemaajanan terhadap pathogen infeksi lain.
d. Kolaborasi pemberian antimikrobial sesuai hasil kultur sputum/darah
Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.
9) Dx 9
Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat
Rencana tindakan
a. Kaji perubahan tanda vital
Rasional : peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan
melalui evaporasi
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Rasional : indikator langsung kekuatan volume cairan.
c. Catat laporan mual muntah
Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral.
d. Kolaborasi pemberian antipiretik, antiemetik
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.
4. Evaluasi
1) Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
2) Nyeri berkurang atau hilang
3) Pola napas pasien adekuat
4) Nafsu makan pasien meningkat
5) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
6) Suhu dalam batas normal
7) Pola tidur pasien adekuat
8) Infeksi tidak terjadi
9) Volume cairan adekuat
13
Daftar Pustaka
Huda Nurarif Amin, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC jilid 2. Med Action. Yogyakarta
Anonim.laporan-pendahuluan-pneumonia.htm.(Diakses tanggal 18 November 2013 pukul
19.18 wita)
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
14
Gianyar, November 2013
Mengetahui
Pembimbing, Mahasiswa
I Ketut Suardana, S.Kp.,M.Kes Ni Wayan Budiarini
NIP. NIM.P07120012030
15