ASKEP OSTEOKONDROMA

27
ASKEP OSTEOKONDROMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteokhondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda . Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan maligna. Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi

description

osteokondroma

Transcript of ASKEP OSTEOKONDROMA

ASKEP OSTEOKONDROMA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Osteokhondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor

jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada

dewasa muda . Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang

memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit).

Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya,

seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya

menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang

ganas. Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan maligna.

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy

Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor

tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang

jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering

didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.

Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka

harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-

paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.

Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga

penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar

ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang

memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

1.2         Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan dengan tumor tulang secara komprehensif.

2.      Tujuan khusus

a.       Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien tumor tulang

b.      Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien tumor tulang

c.       Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang

timbul pada pasien tumor tulang

d.      Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan

tumor tulang

1.3         Manfaat

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan tentang osteokondroma,

diantaranya adalah :

a.         Dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan dengan tumor tulang secara komprehensif.

b.         Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien tumor tulang.

c.         Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien tumor tulang.

d.        Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang

timbul pada pasien tumor tulang.

e.         Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan

tumor tulang.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1  Konsep Dasar Penyakit Tulang

Rangka matang terdiri dari tulang,jaringan fibrosa dan rawan. Dari sel-sel ini atau

jaringan mesenkim primitif asalnya, bisa berkembang neoplasma rangka primer jinak atau

ganas. Neoplasma system muskulus skeletal bisa berbentuk macam-macam seperti tumor

osteogenik, konrogenik, fibrogenik, otot atau rabdomiogenik dan sel sumsum (reticulum) bisa

juga tumor saraf, vaskuler dan sel lemak. Biasanya merupakan tumor primer atau tumor

metaststik dari kanker primer di tempat lain. Tumor tulang metastatik lebih sering dibanding

tumor tulang primer.

Terdapat dua tipe tumor tulang atau neoplasma yaitu primer dan metastatik. Tumor yang

berasal dari tulang (primer) mencakup tulang tidak berbahaya seperti ostioma, kondroma,

tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoms. Tumor primer yang jinak tumbuh dengan lambat

pada area terbatas dan jarang skali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang

menyerang orang dewasa dan jika menyerang tumor ini akan mencakup osteosarcoma dan

multiple myeloma tumor maligna sering bermetastase sampai paru-paru selama tahap

awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering ditemukan pada

anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya terdapat pada paru-paru, payudara,

prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Tumor ini lebih sering terjadi daripada tumor tulang primer

dan memiliki prognosis yang buruk. Carsinoma akan lebih sering termetastasikan ke tulang

daripada sarcoma.

2.2  Tumor Tulang

Tumor tulang primer merupakan tumor yang berasal dari tulang itu sendiri.

Tumor Tulang Benigna, terdiri atas bebrapa khasus diantaranya adalah

-          Kondrogenik : Osteokondroma, Kondroma

-          Osteogenik : Osteoid osteoma, Osteobalstoma, Tumor sel Giant

Tumor Tulang Maligna, terdiri atas bebrapa khasus diantaranya adalah

-          Kondrogenik : Kondrosarkoma

-          Osteogenik : Osteosarkoma

-          Fibrogenik : Fibrosarkoma

-          Tidak jelas asalnya : Sarcoma Ewing

a.       Tumor Tulang Benigna (Jinak)

Biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya sedikit dan tidak menimbulkan

kematian. Neoplasma ini meliputi osteoma osteoid, osteoblastoma, osteokondroma,

enkondroma, kondroma, tumor sel raksasa, kista tulang dan ganglion. Tumor benigna tulang

dan jaringan lunak lebih sering daripada tumor maligna. Beberapa tumor benigna seperti

tumor sel raksasa mempunyai potensial mengalami tranformasi maligna.

b.      Osteokondroma

Tumor tulang yang paling umum ditemukan adalah osteokondroma. Meskipun awitannya

biasanya dimulai pada masa anak, tumor ini berkembang sampai maturitas skeletal dan

mungkin tidak terdiagnosa sampai masa dewasa. Tumor ini mungkin tumbuh tunggal ataupun

multiple dan dapat terjadi pada tulang manapun. Femur dan tibia adalah yang paling sering

terkena. Pada tampilan makro, tumor mempunyai tudung kartilagenus dengan tunas tulang

menembus dari tulang. Seiring perkembangan tudung, tumor menulang dan mungkin menjadi

maligna. Kira-kira 10% osteokondroma berkembang menjadi sarkoma.

Osteokondroma terjadi kira-klira 40% dari semua tumor benigna dan ini diterapi melalui

cenderung terjadi pada pria.

2.3  Osteokondroma

2.4.1           Definisi osteokondroma

Osteochondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan

tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang

ini ditutupi (diliputi) oleh cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit)

dan komponen tulang rawan (chondrosit). Osteochondroma merupakan perkembangan umum

dari plat pertumbuhan perangkat yang menghasilkan perkembangan lobulated tulang rawan

dan tulang dari metaphysis tersebut. Muncul sebagai proyeksi tulang tulang rawan-capped

dari metaphysis tulang panjang. Dapat terjadi dalam tulang yang berkembang dari pengerasan

enchondral.

Osteokhondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak

tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa

muda. Osteokondroma sering terjadi pada tulang panjang, biasanya tulang paha proksimal

atau distal, tibia proksimal, pelvis, atau scapula 10-25 tahun orang (berhenti tumbuh pada saat

jatuh tempo tulang). Pertumbuhan lesi paralel bahwa pasien.

2.4.2                    Etiologi

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan

kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi

tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer.

2001).

Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang

berhubungan  dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya  tumor tulang yang

meliputi:.

-          Genetik

Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya

sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasi

genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan  sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah

diketahui ,mempunyai peranan dalam  kejadian sarcoma,  antara lain gen RB-1 dan p53.

Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga

diketahui  mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat

menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan

menginaktivitas gen tersebut.

-          Radiasi.

Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti

pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin

dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi

adalah 0,9 %.  Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan

radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan

umumnya high grade.

Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma

(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya

sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

-          Bahan Kimia.

Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma,

tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan

kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat

menimbulkan mosotelioma,  sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma

hepatik.

-          Trauma

Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun

sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma,

semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

-          Limfedema kronis.

Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus

limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mammae yang

mendapat radioterapi pasca-mastektomi.

-          Infeksi.

Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit,

yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan

limfangiosrakoma.

2.4.3                    Klasifikasi

Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel.

a.       Primer

                                           i.          Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)

Jinak : - Osteoid Osteoma

Ganas : - Osteosarkoma

- Osteoblastoma

- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma

                                         ii.          Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)

Jinak : - Kondroblastoma

Ganas : - Kondrosarkoma

- Kondromiksoid Fibroma

- Enkondroma

- Osteokondroma

                                     iii.            Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)

Jinak : - Non Ossifying Fibroma

Ganas : - Fibrosarkoma

                                       iv.          Tumor sumsum tulang (Myelogenik)

Ganas : - Multiple Myeloma

-   Sarkoma Ewing

-   Sarkoma Sel Retikulum

                                         v.          Tumor lain-lain

Jinak : - Giant cell tumor

Ganas : - Adamantinoma

- Kordoma

b.         Sekunder/Metastatik

c.         Neoplasma Simulating Lesions

- Simple bone cyst

- Fibrous dysplasia

- Eosinophilic granuloma

- Brown tumor/hyperparathyroidism

d.      Klasifikasi menurut TNM.

-    T. Tumor induk

-    TX tumor tidak dapat dicapai

-    T0 tidak ditemukan tumor primer

-    T1 tumor terbatas dalam periost

-    T2 tumor menembus periost

-    T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang

-    N Kelenjar limf regional

-    N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf

-    N1 tumor di kelenjar limf regional

-    M. Metastasis jauh

-    M1 tidak ditemukan metastasis jauh

-    M2 ditemukan metastasis jauh

2.4.4        Faktor Resiko

Faktor pencetus tumor tulang yaitu factor genetika. Hal ini berdasarkan data dari

sejumlah penelitian.

2.4.5        Patofisiologi

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.

Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau

penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi

destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi

penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi

pertumbuhan tulang yang abortif.

Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang,

hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan

tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat

malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada

umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara

serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor

dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah

dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada

umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat

sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram

alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke

bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh

getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat

pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut

menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak

teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan

pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke

tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan

DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya

(Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,

berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA

dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan

pembelahan).

2.4.6        Tanda Dan Gejala

a.       Rasa sakit (nyeri)

Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah

pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).

b.      Pembengkakan

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang

terbatas (Gale. 1999: 245).

c.       Keterbatasan gerak

d.      Fraktur patologik.

e.       Menurunnya berat badan

f.       Teraba massa

Lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh

darah maupun pelebaran vena.

g.      Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun

dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

2.4.7        Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

-    Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.

-    CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.

-    Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi,

biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.

-    Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.

-    Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.

-    MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan

lunak sekitarnya.

-    Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).

2.4.8        Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.

Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi

jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau

ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau

terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi

dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin

(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)

dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.

Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan

normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin

atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan

maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

1.      Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi pada

ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang atau sendi

di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini

memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal

atau allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang.

2.      Kemoterapi

Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan factor

citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.

2.4.9        Komplikasi

Komplikasi terjadi karena beberapa sebab, di antaranya adalah :

a.       Akibat langsung : patah tulang

b.       Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh

c.       Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada

kemoterapi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

3.1.1        Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan, status perkawinan, dan

alamat.

3.1.2        Riwayat kesehatan

Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi

masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian

khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam

hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.

Keluhan utama pada klien biasanya:

a.       Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.

b.      Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak

c.       Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

3.1.3        Pengkajian fisik

a.       Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena.

b.      Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian karena tumor atau serta pergerakan

yang terbatas.

c.       Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit, seperti :

- mungkin hebat atau dangkal

- sering hilang dengan posisi flexi

- anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek

berat

d.      Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.

e.       Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan

3.2  Pemeriksaan diagnostik.

Radiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah, tomografi

paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing). (Wong,

2003).

Hasil pemeriksaan biasanya :

a.       Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.

b.      Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.

c.       Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

3.3  Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi

2.      Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang

proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker.

4.      Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran.

(Doengesm 1999).

5.      Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak. (Wong, 2003)

3.4  Rencana intervensi dan rasional.

a.          Diagnose keperawatan 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi

b.         Tujuan : klien mengalami pengurangan nyeri

c.          Kriteria hasil :

-    Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan

-    Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi

situasi individu.

No. Intervensi Rasional

1Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi,

dan intensitas nyeri )

memberikan data dasar untuk

menentukan dan mengevaluasi

intervensi yang diberikan.

2Berikan lingkungan yang nyaman, dan

aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )Meningkatkan relaksasi klien

3

Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti

teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan

bimbingan imajinasi

meningkatkan relaksasi yang dapat

menurunkan rasa nyeri klien

4 Kolaborasi :

Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk

mengurangi nyeri dan spasme otot.

(Doenges, 1999).

nyeri

a.       Diagnose keperawatan 2 : Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang

ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.

b.      Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif

dalam aturan pengobatan

c.       Kriteria hasil :

-   Pasien tampak rileks

-   Melaporkan berkurangnya ansietas

-   Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

No. Intervensi Rasional

1Motivasi pasien dan keluarga untuk

mengungkapkan perasaan

Memberikan kesempatan pada pasien

untuk mengungkapkan rasa takut serta

kesalahan konsep tentang diagnosis.

2

Berikan lingkungan yang nyaman dimana

pasien dan keluarga merasa aman untuk

mendiskusikan perasaan atau menolak untuk

berbicara

Membina hubungan saling percaya dan

membantu pasien untuk merasa

diterima dengan kondisi apa adanya

3Pertahankan kontak sering dengan pasien dan

bicara dengan menyentuh pasien.

Memberikan keyakinan bahwa pasien

tidak sendiri atau ditolak

4Berikan informasi akurat, konsisten mengenai

prognosis

Daa t menurunkan ansietas dan

memungkinkan pasien membuat

keputusan atau pilihan sesuai realita.

(Doenges, 1999)

a.       Diagnose keperawatan 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

b.      Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat.

c.       Kriteria hasil :

-    penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5

g% ).

No. Intervensi Rasional

1 Catat asupan makanan setiap hari Mengidentifikasi kekuatan atau

defisiensi nutrisi

2Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit

trisep setiap hari

Mengidentifikasi keadaan malnutrisi

protein kalori khususnya bila berat

badan dan pengukuran antropometrik

kurang dari normal

3 Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat

Memenuhi kebutuhan metabolik

jaringan. Asupan cairan adekuat untuk

menghilangkan produk sisa

4

Kolaborasi :

Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai

indikasi

Membantu mengidentifikasi derajat

malnutrisi. (Doenges, 1999)

a.       Diagnose keperawatan 4 : Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau

perubahan kinerja peran. (Doenges 1999).

b.      Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan

tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu

c.       Keriteria hasil :

-    Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif

No. Intervensi Rasional

1

Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh

diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan

pribadi pasien dan keluarga

Membantu dalam memastikan masalah

untuk memulai proses pemecahan

masalah

2

Motivasi pasien dan keluarga untuk

mengungkapkan perasaan tentang efek kanker

atau pengobatan

Membantu dalam pemecahan masalah

3

Pertahankan kontak mata selama interaksi

dengan pasien dan keluarga dan bicara

dengan menyentuh pasien

Menunjukkan rasa empati dan menjaga

hubungan saling percaya dengan

pasien dan keluarga. (Doenges, 1999)

a.       Diagnose keperawatan 5 : Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.

(Wong, 2003).

b.      Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak .

c.       Kriteria hasil :

-    Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak

-    Mengalami peninggkatan mobilitas

No. Intervensi Rasional

1 Lakukan pendekatan langsung dengan klienMeningkatkan rasa percaya dengan

klien

2 Diskusikan kurangnya alternatif pengobatanMemberikan dukungan moril kepada

klien untuk menerima pembedahan

3

Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi

roda atau kruk sesegera mungkin sesuai

dengan kemampuan pasien

Membantu dalam melakukan mobilitas

dan meningkatkan kemandirian pasien.

4Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas

bermain

Secara tidak langgsung memberikan

latihan mobilisasi. (Wong, 2003)

3.5  Evaluasi

a.       Pasien mampu mengontrol nyeri

-    Melakukan teknik manajemen nyeri,

-    Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.

-    Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan

aktifitas hidup sehari-hari

b.      Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.

-    Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata

-    Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

-    Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien

c.       Masukan nutrisi yang adekuat

-    Mengalami peningkatan berat badan

-    Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan

-    Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi

d.      Memperlihatkan konsep diri yang positif

-    Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien

-    Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri

e.       Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Dalam tubuh manusia terdapat rangka matang yang terdiri dari tulang, jaringan

fibrosa dan rawan. Dari sel-sel ini atau jaringan mesenkim primitif asalnya, bisa berkembang

neoplasma rangka primer jinak atau ganas. Neoplasma juga bisa muncul dari jaringan tubuh

mana saja yang nantinya akan menginvasi tulang dan menyebabkan destruksi tulang local,

hal ini lah yang dinamakan neoplasma sekunder. Pada pasien dengan neoplasma, tujuan

perawatan yang diberikan adalah untuk menyembuhkan tulang yang terserang penyakit dan

tentu saja menghilangkan tumor jika tumor tersebut dianggap berbahaya. Terapi mencakup

pembedahan, kemoterapi, dan radiasi yang tergantung pada tipe tumor dan penyebarannya.

Perawatan tumor tulang metastatic sering bersifat palliative, yaitu hanya meredakan tetapi

tidak untuk menyembuhkan.

4.2  Saran

Sebagai seorang perawat, sedah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan

perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat

kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan. Perawat harus mampu mamahami

faktor psikologis dan emosional yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat

juga harus terus mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan

keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta :

EGC.

Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi

4. Jakarta : EGC.

Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamimpatue.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.

Jakarta : EGC.

Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC