Askep Nefroblastoma Ok
-
Upload
indra-saputra -
Category
Documents
-
view
358 -
download
1
Transcript of Askep Nefroblastoma Ok
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) NEUROBLASTOMA
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis. Di
temukan pertama kali oleh oleh Marx Wilm’spada tahun 1899.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Meninfestasi
klinis neuroblastoma berkaitan dengan lokasi timbulnya tumor dan metastasisnya.
Kebanyakan pasien saat datang sudah stadium lanjut. Penyakit ini memiliki kekhasan
dapat remisi spontan dan transformasi ke tumor jinak, terutama pada anak dalam usia 1
tahun. Terapi meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis. Survival 5
tahun untuk stadium I dan II pasca terapi kombinasi adalah 90% lebih, stadium III kira-
kira 40%-50%, stadium IV berprognosis buruk yaitu hanya 15%-20%.
Neuroblastoma adalah tumor padat ekstrakranial pada anak yang paling sering,
meliputi 8-10% dari seluruh kanker masa kanak-kanak, dan merupakan neoplasma bayi
yang terdiagnosis adalah 2 tahun, 90% terdiagnosis sebelum 5 tahun. Insiden tahunan 8,7
perjuta anak, atau 500-600 kasus baru tiap tahun di Amerika Serikat. Insiden sedikit
lebih tinggi pada laki-laki dan pada kulit putih. Ada kasus-kasus keluarga dan
neuroblastoma telah didiagnosis pada penderita dengan neurofibrogematosis,
nesidioblastosis dan penyakit Hischrung.
Angka ketahanan hidup bayi dengan penyakit neuroblastoma yang berstadium
rendah melebihi 90% dan bayi dengan penyakit metastasis mempunyai angka ketahanan
hidup jangka panjang 50% atau lebih. Anak dengan penyakit stadium stadium rendah
umumnya mempunyai prognosis yang sangat baik, tidak tergantung umur. Makin tua
umur penderita dan makin menyebar penyakit, makin buruk prognosisnya. Meskipun
dengan terapi konvensional atau CST yang agresif, angka ketahanan hidup bebas
penyakit untuk anak lebih tua dengan penyakit lanjut jarang melebihi 20%.
Mengingat penyakit neuroblastoma adalah penyakit yang perlu diwaspadai dan
dapat dicegah kemunculannya, maka sebagai calon perawat sangat penting untuk
mengetahui tentang apakah neuroblastoma dan bagaimana kita melakukan asuhan
keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan neuroblastoma.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah neuroblastoma ini sebagai bahan acuan
pembelajaran bidang neurologi pada anak. Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat
membantu proses belajar mahasiswa dan akhirnya mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan bauk dan benar pada anak dengan gangguan neuroblastoma.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Neuroblastoma berasal dari embrionyc neural crest dan kelenjar adrenal merupakan
tempat yang sering terkena, tumor ini mempunyai keganasan yang tinggi pada bayi dan
anak. Biasanya di temukan pada anak usia 2-4 tahun (prof. DR Iskandar W, 1985).
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang
berasal dari sel-sel saraf yang terdapat paa medula adrenal dan system saraf simpatik
(Sumadi. 2001).
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang mana sel
tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17
bulan. Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam
medula adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi
massa di leher, dada, perut, atau panggul. Insiden neuroblastoma adalah 10,2 kasus per
juta anak di bawah 15 tahun. Yang paling umum kanker didiagnosis ketika tahun
pertama kehidupan (Jhon, 2010).
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis. Tempat tumor
primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal toraks,
leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran dengan
jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002)
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari sel Krista neurak embronik,
dapat timbul disetiap lokasi system saraf simpatis, merupakan tumor padat ganas paling
sering dijumpai pada anak. Insiden menempati 8% dari tumor ganas anak, atau di posisi
ke-4. Umumnya ditemukan pada anak balita, puncak insiden pada usia 2 tahun. Lokasi
predeileksi di kelenjar adrenal retroperitoneal, mediastrinum, pelvis dan daerah kepala-
leher. Tingkat keganasan neuroblastoma tinggi, sering metastasis ke sumsum tulang,
tulang, hati, kelenjar limfe, dll (Willie, 2008).
B. Anatomi dan fisiologi
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal memiliki
sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang
merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung
kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis(pria)
dan vulva (wanita).
Fungsi ginjal adalah untuk:
1. menyaring limbah metabolik2. menyaring kelebihan natrium dan air dari darah3. membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari
tubuh4. membantu mengatur tekanan darah5. membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang
berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
C. Stadium
Beberapa system penentuan stadium staging, system kelompok evans dan
kelompok Onkologi Pediatrik (Pediatrik Oncology Group POG ). System klasifikasi
stadium neuroblastoma terutama memakai system klasifikasi stadium klinis
neuroblastoma internasional (INSS).
Klasifikasi stadium INSS :
1. Stadium I
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan atau
tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negative.
2. Stadium IIA
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negative.
3. Stadium IIB
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe
regional ipsilateral positif.
4. Stadium III
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral positif.
5. Stadium IV :
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang, hati,
kulit atau organ lainnya.
6. Stadium IVS
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang(Willie, 2008).
System Pediatric Oncologic group (POG) membagi stadium neuroblastoma menjadi :
1. Stadium A
Tumor yang direseksi sacara kasar.
2. Stadium B
Tumor local tidak direseksi.
3. Stadium C
Metastasis ke kelenjar limfe intraktivita yang tidak berdekatan
4. Stadium D
Metastasis di luar kelenjar limfe
5. Stadium Ds
Bayi dengan adrenal kecil terutama dengan penyakit metastasis terbatas pada
kulit, hati dan sumsum tulang
6. Stadium D Neonatus
Telah diketahui dengan mengalami remisi spontan. Keterlibatan sumsum tulang
pada stadium ini merupakan factor prognosis yang buruk (Nelson, 2000).
Staging berdasarkan NWTS, terdiri dari:
1. Stadium I: Tumor terbatas pada ginjal dan dapat diangkat secara lengkap dengan kapsul ginjal yang utuh. Tidak terjadi ruptur atau robekan kapsul.
2. Stadium II: Tumor sudah melewati kapsul ginjal namun dapat diangkat secara lengkap. Terdapat ekstensi regional tumor yang dibuktikan dengan penetrasi kapsul atau dengan invasi ekstensif sinus renal. Pembuluh darah di luar sinus renal dapat mengandung thrombus tumor. Tumor mengalami cedera akibat biopsi atau tercecer terbatas di daerah flank.
3. Stadium III: Terdapat sisa tumor nonhematogen yang terbatas pada abdomen, atau yang meliputi berikut ini:a. Keterlibatan kelenjar getah bening pada hilus atau pelvisb. Penetrasi tumor melalui permukaan peritoneumc. Implan tumor pada permukaan peritoneumd. Tumor gross atau mikroskopik pada atau di luar batas reseksi bedahe. Tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke dalam
struktur vitalf. Tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank
4. Stadium IV: Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak.5. Stadium V: Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus
didiagnosis secara individu menurut kriteria di atas.
Stadium penyebaran tumor menurut TNM :11
1. T Tumor primer2. T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80 cm23. T2 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) >80 cm24. T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan5. T4 Bilateral
6. N Metastasis limf7. N0 Tidak ditemukan metastasis8. N1 Ada metastasis limf9. M Metastasis jauh10. M0 Tidak ditemukan11. M+ Ada metastasis jauh.
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di
sekitarnya dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran
secara hematogen melalui vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis
ke paru (85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal
kontralateral.7
D. Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan
yang menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan
dengan orang tua atau selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti
hidantoin, etanol, dll. (Willie , 2008).
Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan faktor
genetik.Kurang dari 2 % terjangkit karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus terjadi
secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi
perkembangan sel-sel di ginjal.Dapat berhubungan dengan kelainan bawaan
tertentu,seperti :
Kelainan saluran kemih.
Anridia ( tidak memiliki iris ).
Hemyhipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh .
Tiga kelompok malformasi kongenital tercatat berkaitan dengan meningkatnya risiko tumor wilms.
Pasien dengan sindrom WAGR ditandai dengan aniridia, kelainan genital, dan retardasi mental, dan memiliki kemungkinan 33% mengidap tumor wilms.
Kelompok pasien lainnya yang mengidap sindrom Denys-Drash juga beresiko sangat tinggi mengidap tumor Wilms. Sindrom ini ditandai dengan disgenesis gonad dan kelainan ginjal. Kedua keadaan ini berkaitan dengan hilangnya bahan genetik pada kromosom 11p13, tempat gen penekan tumor Wilms 1 (WT1).
Kelompok pasien ketiga, yaitu mereka yang menderita sindrom Beckwith-Wiedemann, juga beresiko tinggi mengidap tumor wilms. Pasien ini memperlihatkan pembesaran organ (lidah, ginjal, atau hati), atau keseluruhan segmen tubuh (hemihipertrofi); Lokus genetik yang terlibat yaitu 11p15.5. Terdapat beberapa gen kandidiat yang terletak di lokus ini (yang secara putatif disebut WT2) tetapi gen yang berperan dalam tumorgenesis masih belum diketahui. Sindrom Beckwith-Wiedemann merupakan suatu contoh gangguan genomic printing dan penyimpangan ekspresi gen pendorong pertumbuhan yang secara normal tertekan, misalnya insulin like growth factor 2 (loss of imprinting) dipostulasikan penyebab pembesaran organ dan tumorigenesis.
E. Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh dengan
cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan
meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus
dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan
tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di invasi
oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-
abuan homogen, lunak dan encepaloid (men88yerupai jaringan ikat ). Tumor tersebut
akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa
abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Munculnya tumor Wim’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh
vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering
terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan.Terjadinya hipertensi biasanya terkait iskemik
pada renal.
F. Manifestasi Klinis
Menurut Cecily & Linda (2002), gejala dari neuroblastoma yaitu:
Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal, paraspinal.
1. Massa abdomen tidak teratur,tidak nyeri tekan, keras, yang melintasi garis tengah.
2. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
3. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
4. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
5. Defisit sensoris
6. Hilangnya kendali sfingter
7. Nyeri perut
8. Demam
9. Malaise (merasa tidak enak badan)
10. Nafsu makan berkurang
11. Mual dan muntah
12. Sembelit
13. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi).
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung dari
lokasi metastasenya:
1. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen, pemeriksaan
menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan nodular, tidak
bergerak, massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah. Pasien stadium lanjut
sering disertai asites, pelebaran vena dinding abdomen, edema dinding abdomen.
2. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di mediastinum
superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala, namun bila massa besar
dapat menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila
penekanan terjadi pada radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri
lengan.
3. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan, namun mudah disalahdiagnosis sebagai limfadenitis atau
limfoma maligna. Sering karena menekan ganglion servikotorakal hingga timbul
syndrome paralisis saraf simpatis leher(Syndrom horner), timbiul miosis unilateral,
blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.
4. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relative dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi, dan retensi urin.
5. Neuroblastoma berbentuk barbell
yaitu neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam
canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku
tegak, kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah
bahkan paralisis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada neuroblastoma menurut Suriadi dan Rita (2006), antara
lain:
1. Peningkatan kadar kartekolamin urina (VMA dan VA) mengkonfirmasi diagnosis
pada 90% kasus dan juga merupakan indicator rekuensi yang sensitive. Kadang-
kadang timbul metastasis tulang (Thomas, 1994)
2. Punksi sumsum tulang untuk mengetahui lokasi tumor atau metastase tumor.
3. Pemeriksaan darah (mungkin akan menunjukkan anemia)
Untuk menilai fungsi ginjal dan hati.
4. Analisa urine untuk mengetahui adanya Vanilly mandelic acid (VMA) homovillic
acid (HVA), dopamine, norepinephrine.
5. Analisa kromosom untuk mengetahui adanya gen N myc.
6. Ultrasound abdominal
Terdapat massa padat pada perut ( retroperitoneal ) sebelah atas.
7. CT scan
Dapat memberikan gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan
pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya.
8. Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.
Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
H. Penatalaksanaan
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah, ditambah
keadaan sumsum tulang. Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi tahap I, II, III,
tergantung cirri tumor primer dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah
mengalami penyebaran dibagi menjadi tahap IV dan IV (S untuk spesial ), tergantung
dari adanya keterlibatan tulang kortikal yang jauh, luasnya penyakit sumsum tulang dan
gambaran tumor primer.
Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan pengobatan,
pengobatan minimal, atau banyak reseksi. Reseksi dengan tumor tahap I. Untuk tahap II
pembedahan saja mungkin sudah cukup, tetapi kemoterapi juga banyak digunakan dan
terkadang ditambah dengan radioterpi lokal. Neuroblastoma tahap IVS mempunyai
angka regresi spontan yang tinggi, dan penatalaksanaannya mungkin hanya terbatas pada
kemoterapi dosis rendah dan observasi ketat.
Neuroblastoma tahap II dan IV memerlukan terapi intensif, termasuk kemoterapi,
terapi radiasi, pembedahan, transplantasi sumsum tulang autokolog atau alogenik,
penyelamatan sumsum tulang, metaiodobenzilquainid (MIBG), dan imunoterapi dengan
antibody monklonal yang spesifik terhadap neuroblastoma.
Operasi
Operasi pengangkatan jaringan ginjal disebut nephrectomy. Berbagai jenis nephrectomy meliputi:
1. Nephrectomy sederhana.Dalam operasi ini, ahli bedah mengangkat ginjal yang terserang. Ginjal yang tersisa dapat meningkatkan kapasitas dan mengambil alih seluruh tugas penyaringan darah.
2. Nephrectomy partial.Pengangkatan tumor dan sebagian jaringan ginjal. Ini biasanya dilakukan ketika ginjal yang lain rusak atau sudah tidak ada.
3. Nephrectomy radikal.Dokter mengambil ginjal dan jaringan sekitarnya, termasuk ureter dan
kelenjar adrenal. Kelenjar getah bening di sekitarnya juga dapat diangkat.Pada pembedahan, dokter anak memeriksa kedua ginjal dan rongga perut
untuk membuktikan keberadaan kanker. Sampel ginjal, kelenjar getah bening dan setiap jaringan yang terlihat abnormal diangkat dan diperiksa dengan mikroskop untuk mengidentifikasi sel-sel kanker.
Jika kedua ginjal perlu diangkat, anak akan membutuhkan dialisis sampai ia cukup sehat untuk transplantasi. Dokter yang mengkhususkan diri dalam patologi akan memeriksa sel-sel tumor di bawah mikroskop dan mencari ciri khas yang menunjukkan apakah kanker tersebur agresif atau rentan terhadap kemoterapi.
Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat untuk membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh. Perawatan ini menyebabkan pembelahan sel dengan cepat sehingga sel normal yang terkena berganti dengan cepat, begitu pula sel-sel kanker. Akibatnya, obat ini dapat memiliki efek samping mual, muntah, kehilangan nafsu makan, rambut rontok dan jumlah sel darah putih yang rendah. Kebanyakan efek samping akan membaik setelah obat dihentikan dan berkurang selama terapi.
Pada dosis tinggi, kemoterapi dapat menghancurkan sel-sel sumsum tulang. Jika seorang anak akan menjalani kemoterapi dosis tinggi, dokter anak mungkin memberitahu bahwa sel-sel sumsum dibuang dahulu. Setelah kemoterapi, sumsum akan dikembalikan melalui jalur intravena, prosedur ini disebut autologous bone marrow reinfusion.
Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sumber sinar berenergi tinggi lainnya untuk membunuh sel kanker. Kemungkinan efek sampingnya antara lain; mual, kelelahan dan iritasi kulit. Diare dapat terjadi setelah radiasi ke perut .
Pengobatan bertahap1. Kanker Tahap I atau II
Jika kanker terbatas pada ginjal atau struktur di dekatnya dan jenis sel tumornya tidak agresif, anak akan menjalani pengangkatan jaringan ginjal dan beberapa kelenjar getah bening di dekat ginjal yang terkena. Setelah itu diikuti dengan kemoterapi. Beberapa kanker stadium II juga diobati dengan radiasi.
2. Kanker Tahap III atau IVJika kanker telah menyebar di dalam perut dan tidak dapat sepenuhnya dihapus tanpa membahayakan struktur seperti pembuluh darah utama, radiasi akan ditambahkan untuk operasi dan kemoterapi. Anak mungkin menjalani kemoterapi sebelum operasi untuk mengecilkan tumor.
3. Kanker Tahap VJika sel-sel tumor ada di kedua ginjal, bagian kanker dari kedua ginjal akan diangkat selama operasi dan kelenjar getah bening diambil untuk dilihat apakah mengandung sel-sel tumor. Kemoterapi diberikan untuk mengecilkan tumor yang tersisa. Pembedahan diulangi untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin dan jaringan ginjal yang masih berfungsi dipertahankan. Kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan selanjutnya.
I. Pengobatan
Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi multiagens secara simultan atau
bergantian.
Siklofosfamid – menghambat replikasi DNA.
Doksorubisin – mengganggu sintesis asam nukleat dan memblokir transkripsi
DNA.
VP-16 – menghentikan metaphase dan menghambat sintesis protein dan asam
nukleat.
Jenis terapi :
1. Neuroblastoma berisiko rendah
Perawatan untuk pasien neuroblastoma beresiko rendah meliputi:
a. Operasi yang diikuti oleh watchful waiting (penungguan yang diawasi dengan
ketat).
b. Watchful waiting sendirian untuk bayi-bayi tertentu.
c. Operasi diikuti oleh kemoterapi, jika kurang dari separuh dari tumor yang
dikeluarkan atau jika gejala-gejala serius tidak dapat dibebaskan dengan operasi.
d. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
e. Kemoterapi dosis rendah.
2. Neuroblastoma beresiko sedang
Perawatan untuk pasien neuroblastoma berisiko sedang mungkin meliputi :
a. Kemoterapi.
Kemoterapi yang diikuti oleh operasi dan/atau terapi radiasi.
b. Terapi radiasi untuk merawat tumor-tumor yang menyebabkan persoalan-
persoalan yang serius dan tidak merespon secara cepat pada kemoterapi.
3. Neuroblastoma beresiko tinggi
a. Pembedahan
Nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan
belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneall
total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta
sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral
karena kemungkinan lesi bilateral cukup tinggi. Apabila ditemukan penjalaran
tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.
b. Kemoterapi dosis tinggi yang diikuti oleh operasi untuk mengeluarkan
sebanyak mungkin tumor.
c. Terapi radiasi pada tempat tumor dan, jika diperlukan, pada bagian-bagian lain
tubuh dengan kanker.
d. Transplantasi sel induk (Stem cell transplant).
e. Kemoterapi yang diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
f. Percobaan klinik dari monoclonal antibody therapy setelah kemoterapi.
g. Percobaan klinik dari terapi radiasi dengan yodium ber-radioaktif sebelum
stem cell transplant.
h. Percobaan klinik dari stem cell transplant yang diikuti oleh 13-cis retinoic
acid.
J. Komplikasi
Komplikasi dari nefroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke
sum-sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke
tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri
ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan
anemia, hemoragi, dan trombositopenia (Willie, 2008)
K. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Insidens tumor ini hampir sama di setiap negara, oleh karena tidak ada perbedaan ras, yaitu
sekitar 2-5 kasus per 1 juta penduduk. Dan sekitar 500 kasus baru dari tumor Wilms ditemukan
tiap tahun di Amerika. Dari keseluruhan kasus kanker pada anak 6% nya adalah tumor Wilms.
Tumor Wilms paling sering terjadi pada anak-anak dengan usia yang masih sangat muda dan
jarang terjadi pada anak-anak setelah umur 6 tahun. Tumor wilms ditemukan sama banyak
pada kedua jenis kelamin dan tidak ada predileksi bangsa atau ras.bUsia tersering adalah 3,5
tahun.
Tumor Wilms terjadi secara sporadik (95%), familial (1-2%), atau berkaitan dengan suatu
sindrom (2%). Sindrom yang berkaitan dengan tumor Wilms adalah WAGR (Wilms, aniridia,
malformasi traktus genitourinarius, dan retardasi mental), sindrom Beckwith-Widemann
(gigantisme, makroglosia, hiperplasia sel pankreas) dan sindrom Denys-Drash
(pseudohermafrodit, nefropati, dan tumor Wilms). Kejadiannya cenderung timbul pada pasien
yang lebih muda. Tumor Wilms sporadik berkaitan dengan 10% kasus dengan hemihipertrofi
yang terisolasi atau malformasi genitourinarius seperti hipospadia, kriptorkismus, dan fusi
ginjal. Tumor ginjal sinkronous yang bilateral ditemukan pada 5-10% kasus. Skrining rutin
dengan USG setiap 6 bulan hingga usia 8 tahun direkomendasikan untuk pasien yang berisiko
tinggi terhadap timbulnya tumor Wilm.
L. Prognosis
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Prognosis buruk menunjukkan gambaran
histologik dengan bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak
translokasi kompleks.
Anak dengan penyakit stadium stadium rendah umumnya mempunyai prognosis
yang sangat baik, tidak tergantung umur. Makin tua umur penderita dan makin menyebar
penyakit, makin buruk prognosisnya. Meskipun dengan terapi konvensional atau CST
yang agresif, angka ketahanan hidup bebas penyakit untuk anak lebih tua dengan
penyakit lanjut jarang melebihi 20% (Nelson, 2000)
Factor yang terpenting dalam prognosis neuroblastoma adalah ada tidaknya
ampilifikasi oncogen N-myc. ampilifikasi oncogen N-myc di atas 10 kopi menunjukkan
prognosis buruk dan terapi perlu diperkuat.
1. Pasien stadium III tanpa ampilifikasi oncogen N-myc digunakan terapi kombinasi
agresif dan survival dapat mencapai 50%
2. Pasien stadium I/II dan IVS tanpa ampilifikasi oncogen N-myc dapat memiliki
survival mencapai 90% lebih (Willie, 2008)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa
1. Keluhan Utama
An. I demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 : RR 40x/menit (normal), tak ada penggunaan otot bantu napas,
b. B2 : Hipertermi suhu badannya 390C, conjungtiva anemis, CRT > 3
Detik, pucat, BP: 80/60 (bradicardy), nadi 200x/menit
c. B3 : tuli sensorineural dengan tes Rhyne (+) tes Weber lateralisasi pada sisi
yang sehat
d. B4 : normal, terpasang kateter, produksi urine normal 0,5 cc kgBB/jam,
warna urin normal
e. B5 : BB menurun, pemeriksaan serum albumin 2,0 dL , pemeriksaan Hb
8,5 g/dl (anemi), anak tampak lemas dan porsi makan menurun, tidak
mengalami gangguan buang air besar
f. B6 : nyeri di punggung, sulit tidur akibat massa di kepala
Tanda-tanda Vital
T: 39 C P: 200x/menit R: 40x/menit BP:80/60
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
PA : Neuroblastoma dengan metastase ke sum-sum tulang belakang
CT Scan : Menunjukkan tumor telah metastase ke sum-sum tulang
belakang
b. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 8,5 g/dl PH : 7,34
Leukosit : 3100 x 10 u/l PCO2 : 39
Trombosit : 100.000 PO2 : 75%
Eritrosit : 2,8 juta/uL (mm3) HCO3 : 27
Albumin : 2,0 /dL
c. Terapi
Paracetamol 100 mg
Injeksi novalgin 100 mg
Injeksi ampicilin subaktan 4 x 225 mg
Transfuse PRC (Pocket Red Cell) 2 x 100 cc
d. Pengkajian Perpola
Pola nutrisi dan metabolik:Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dananoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
Pola eliminasi :Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
Pola Aktifitas dan latihan :Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
Pola tidur dan istirahat :Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Pola Kognitif & perseptual :- Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.- Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
Pola Persepsi diri :Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
Pola Hubungan peran :Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
B. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan leukositopenia karena metastase ke sum-sum tulang
2. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan
dan ruang ketiga
3. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan
5. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
7. Risiko injury berhubungan dengan mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan dampak pengobatan.
C. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi cairan yang ditujukan pasien minimum
- Pasien mendapat volume cairan yang tepat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat
2. Kaji perubahan edema dan Pembesaran abdomensetiap hari
3. Timbang BB tiap hari dalam skala yang sama
4. Uji urin untuk berat jenis, albumin
5. Atur masukan cairan dengan cermat
6. Berikan diuretik sesuai order dari tim medis
Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
Indikator akumulasi cairan dijaringan dan dirung ketiga
BJ Urine dan albuminnuria menjadi indikator regimen terapi
Sehingga anak tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan
Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat diperlukan dalam mengurangi oedema
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji adanya tanda-tanda perubahannutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri diet yang bergizi
4. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
5. Beri suplemen vitamin dan besi
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare sebagai reaksi oedema intestine dapat memperburuk status nutrisi
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk
Membantu dalam proses metabolisme.
sesuai instruksi
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan pasien minimum atau tidak ada
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda vital setiap 4 jam
2. Laporkan adanya penyimpangan dari normal
3. Berikan albumin bergaram rendah sesui indikasi
Bukti fisik defisit cairan.
Sehingga pengobatan segra dilakukan
Meningkatkan tekanan osmotik koloid sehingga mempertahangkan cairan dalam vaskuler
4. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri nonfarmakologis
3. Berikan analgesik sesuai ketentuan
4. berikan obat dengan jadwal preventif
5. hindari aspirin atau senyawanya
Menentukan tindakan selanjutnya
Sebagai analgesik tambahan
Mengurangi rasa sakit
Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Karena aspirin meningkatkan kecenderungan pendarahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
Intervensi Rasional
1. Pertahangkan tirah baring bilah terjadi edema berat
2. seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi
Mengurangi pengeluaran energi.
Mengurangi kelelahan pada pasien
Untuk mmenghemat energi
3. intrusikan pada anak untuk istrahat bila ia merasa lelah
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur diagnostik/terapi
Intervensi Rasional
1. Jelaskan alasan setiap tes dan prosedur
2. Jelaskan prosedur operatif dengan jujur
3. Jelaskan tentang proses penyakit
4. Bantu keluarga merencanakan masa depan khususnya dalam membatu anak menjalani kehidupan yang normal
Memberikan pengertian pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Meringangkan beban pada keluarganya
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Neuroblastoma merupakan tumor lunak, padat yang berasal dari sel-sel crest
neuralis yang merupakan prekusor dari medula adrenal dan sistem saraf simpatis.
Neuroblastoma dapat timbul di tempat terdapatnya jaringan saraf simpatis.cvfev Tempat
tumor primer yang umum adalah abdomen, kelenjar adrenal atau ganglia paraspinal
toraks, leher dan pelvis. Neuroblastoma umumnya bersimpati dan seringkali bergeseran
dengan jaringan atau organ yang berdekatan (Cecily & Linda, 2002). Kebanyakan
etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Adapun manifestasi klinis dari
neuroblastoma yaitu tergantung lokasinya, di retroperitoneal, mediastinal leher, pelvis,
dan lain-lain. Sedangkan penatalaksanaannya tergantung stadium dari neuroblastoma itu
sendiri
DAFTAR PUSTAKA
1. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
2. De Jong,Wim. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: ARCAN.
3. Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
4. Maris, Jhon. 2010. Recent Advances in Neuroblastoma. Disitasi
dari http://www.nejm.org/ pada 5 November 2010.
5. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Jilid 3. Jakarta: EGC.
6. Suriadi & Yulianni,Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.
SAGUNG SETO.
7. Thomas,R. 1994. Atlas bantu Pedriatri. Jakarta: Hipokrates.
8. Wilkinson,Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
9. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35565-Kep%20Neurobehaviour-Askep
%20Neuroblastoma.html
10. http://ners-fighter.blogspot.com/2008/10/materi-tumor-wilms.html 11.