Askep Meningitis

36
MENINGITIS

description

hbjmn

Transcript of Askep Meningitis

  • MENINGITIS

  • A. PENGERTIANMeningitis adalah radang umum pada arachnoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Mansjoer, 2000;11)

    Meningitis adalah inflamasi meninges otak dan medulaspinalis. (Nettina, 2002:472)

    Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. (Harsono, 2000:169)

  • Meningitis purulenta merupakan infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak. (Harsono, 2000:169)

    Dari pengertian diatas dapat simpulkan meningitis merupakan inflamasi pada meningen otak dan medula spinalis akibat infeksi oleh mikroorganisme yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur yang dapat terjadi secara akut dan kronis.

  • B.ETIOLOGIPenyebab tersering mycobacterium,penyebab lain virus toksoplasma gondhii,riketsia.(Manjoer.2000:11)

    Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur:NeonatusEserecia coli streptokokusStreptokokus beta hemolitikusListeria monositogenes

  • Anak dibawah 4 tahun Hemofilus influensaMeningokokusPneumokokus

    Anak diatas 4 tahun dan orang dewasa Meningokokuspneumokokus

  • C.GAMBARAN KLINISTerdapat panas yang tidak terlalu tinggi,nyeri kepala dan nyeri kuduk.Disamping itu juga terdapat rasa lemah,BB menurun,nyeri otot,nyeri punggungRiwayat infeksi terdahulu:peka rangsang,fotofobia,tonjolan fontanel anterior,tangis melengking.

  • Tanda brudzinskis:fleksi leher menyebabkan lutut dan panggul terangkat.Tanda kernigs:fleksi kaki pada paggul tidak dapat diluruskan pada lutut.Gangguan sensori;delirium,makan sedikit,muntah,takipneu,ptekie,bintik purpura pada meningitis meningokokal.(tucker,1998:971)

  • ANATOMI PATOLOGITampak tuberkel kecil berukuran milimeter sampai satu centimeter. Berwarna putih dan tersebar pada dasar otak. Permukaan otak serta kadang-kadang pada selaput otak. Eksudat yang kental dan berwarna putih terdapat di sebagian besar ruang sub arachnoidea didasar otak dan sebagian kecil dipermukaan otak serta medula spinalis,

  • Mungkin terjadi penyumbatan foramen magendi dan foramen luschka serta pelebaran ventrikel terdapat pembendungan pembuluh-pembuluh darah yang superfisial. Pembuluh darah mengalami radang dan dapat tersumbat sehingga terjadi infark otak. Tuberkel mengalami nekrosis pada bagian tengahnya dan mengandung sel-sel epiteloid, limfosit sel plasma, selraksasa serta kumannya.(harsono, 1996:165-166)

  • E. PATOFISIOLOGIKuman-kuman masuk kedalam susunan saraf pusat secara hematogen atau langsung menyebar dari kelainan nasofaring,paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia), dan jantung (endokarditis).Selain itu perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak ,otitis media,mastoiditis.Infasi kuman-kuman (meningokokus,pneumokokus,hemofilus influensa,streptokokus ).kedalam ruang subaraknoid menyebar reaksi radang pada pia dan aracnoid.(Harsono.1999;161)

  • Selain itu faktor predisposisi juga mencangkup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopati lain, bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologi .Saluran vena yang melalui saluran nasofaring posterior,telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena menigen,semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

  • Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan reaksi,radang didalam meningen dan di bawah daerah kortek yan menyebabkan trombus dan penurunan darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudasi meningen ,faskulitas dan hipoperfusi. Eksudasi purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar kedinding membran ventrikel serebral.

  • Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intra kranial yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah, daerah pertahanan (barier otak), oedem serebral dan peningkatan intrakranial.(Brunner & Suddart, 2000:2175)

    Perdarahan dalam sub arachnoid dapat mengiritasi meningen, menyebabkan kaku kuduk, nyeri dan spasmus pembuluh, dan mempengaruhi saraf otak.

  • Defisit motorik dapat dijelaskan dengan adanya keterlibatan dari traktus kortikospinal, kemungkinan paling besar letaknya adalah di pendurkel serebral kiri. Dimana disfungsi dari saraf kranial III menjelaskan temuan adanya kelainan mata.(De Groof,jak, 1997:268)

  • F. PATH WAYE. Coli streptococcusStreptococcus beta hemolitikusListeria monositogenesisHemofillus influenzaMeningokokkuspneumococcusLebih dari 1 bulanLuka, trauma kepalaMasuk kedalam sistem pembuluh darahPiameter, aracnoid, subarachnoidPeradangan parenkim otakneonatusFungsi syaraf otak menurunNanah, tromboflebitis vena dan sinus venaDisfungsi syaraf kranial ke IIIEdema infark jaringan sekitarKelainan mataKerusakan perfusi jaringan Gangguan persepsi sensori penglihatanResti traumaPeningkatan tekanan intraktanialNyeri

  • FOKUS PENGKAJIANAktivitas / istirahatgejala : perasaan tidak enak (malaise), keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.Tanda : Ataksia (berjalan terhuyung), masalah berjalan, kelumpuhan gerak infolunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.2. SirkulasiGejala : adanya riwayat kardio patologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung konginetal(abses otak).

  • Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat berhubungan dengan TIK meningkat dan pengaruh pada pusat vasomotor. Takikardia, disritmia(pada fase akut).3. Eliminasi Tanda : adanya inkontinensia dan retensi.4. Makanan / cairanGejala : kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan(pada periode akut).Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

  • 5. HygieneTanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut).6. Neuro sensorikGejala : sakit kepala(mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat). Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena. Kehilangan sensasi(kerusakan pada saraf kranial) meningkatnya sensitifitas nyeri. Timbul kejang(meningitis bakterial atau abses otak)

  • Gangguan dalam penglihatan, seprti fotofobia, ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.Tanda : status mental/tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma. Kehilangan memori, sulit dalammengambil keputusan(dapat merupakan awal gejala berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial, kesulitan dalam komunikasi. Mata (unisokor atau tidak berrespon terhadap cahaya).

  • karakteristik fasial(wajah) perubahan pada fungsi motorik dan sensorik(saraf kranial 5&7 terkena). Kejang umum atau lokal (pada abses otak). Kejang lobus temporal, otot mengalami hipotonia / flaksid paralisis. Hemiparese atau hemiplegia.Tanda bradzinski positif atau tanda kernigs positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut). Reflek tendon dalam : terganggu, babinski positif. Reflek abdominalis menurun atau tidak ada.

  • 9. Keamanan Gejala : adanya riwayat infesi saluran napas atas / infeksi lain, meliputi: mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala,anemia sel sabit. Gangguan penglihatan atau pendengaran.Tanda : suhu meningkat, diaforesis, menggigil, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan. Kelemaha secara umum:tonus otot fleksid/spastik, paralisis/paresis.

  • 7. Nyeri / kenyamananGejala : sakit kepala(berdenyut dengan hebat)mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku, nyeri pada gerakan okuler, tenggorok nyeri.tanda : perilaku distraksi/gelisah, menangis/mengeluh.8. PernafasanGejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru(abses otak).Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal), perubahan mental(letargi sampai koma), dan gelisah.

  • 10. Penyuluhan/pembelajaranGejala : adanya perawatan penggunaan obat(abses otak), hipersensitif terhadap obat(meningitis non bakteri), masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, diabetes melitus, implantasi pirou ventrikel.

  • DIAGNOSA KEPERAWATANKerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya oedema infark jaringan sekitar.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intrakranialResti terhadap trauma berhubungan dengan adanya penurunan fungsi sensorik (penglihatan)

  • FOKUS INTERVENSIKerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya oedema infrak jaringan sekitar.Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran seperti biasanya atau membaik dan fungsi motorik / sensorik.Intervensi : Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau TTV sesuai indikasi setelah dilakukan pungsi lumbal.

  • Rasionalisasi: perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.Pantau status nurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS.Rasionalisasi: Kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK, penyebaran dan perkembangan dari kerusakan serebral.

  • Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat adanya rangsang kejang.Rasionalisasi: merupakan indikasi adanya iritasi meningel dan mungkin juga terjadi dalam periode akut atau penyembuhan dari trauma otak.Pantau tanda-tanda vital Rasionalisasi: normalnya auto regulasi mampu mempertahankan darah sebral dengan konstasi sebagai dampak fluktuasi pada tekanan darah sistemik.

  • KolaborasiTinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 derajat sesuai toleransi/indikasi. Rasionalisasi : peningkatan aliran vena dari kepala akan menurunkan TIK.

  • 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranialTujuannya:nyeri hilang atau terkontrol, menunjukan postur rileks.Intervensi :Ciptakan lingkungan yang tenangRasionalisasi: menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.

  • Rasionalisasi : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit.Rasionalisasi : menurunkan iritasi meningeal, ketidaknyamanan lebih lanjut.Berikan latihan rentang gerak aktiv/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher / bahuRasionalisasi: dapat membantu merelaksasikan metegangan otot yang meningkatkan nyeri/rasa tidak nyaman tersebut.

  • Beri keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada tempat tidur.Rasionalisasi : melindungi pasien jika terjadi kejang. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan dengan bantuan sesuai membaiknya keadaan.Rasionalisasi : menurunkan resiko jatuh atau trauma ketika terjadi vertigo, ataksia.Kolaberasi : berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin(dilantin), diazepam(valium), fenobarbital(luminal).

  • Rasionalisasi : merupakan indikasi untuk penangan dan indikasi kejang. Catatan : fenobarbital dapat menyebabkan depresi pernapasan dan sedatif serta menutupi tanda gejala dari peningkatan TIK.

  • 4.Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan adanya kelainan mataTujuannya: untuk mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsiIntervensi:Pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, sensorik dan proses fikir.Rasionalisasi: fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi,oksigenasi. Kerusakan dapat terjadi saat trauma awalatau kadang-kadang berkembang setelah adanya pembangkakan atau perdarahan.

  • Kaji kesadaran sensorik seperti kesadaran terhadap gerakan dan perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.Rasionalisasi : informasi untuk keamanan pasien semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan atau penurunan sensitifitas.Gunakan penerangan siang atau malam hariRaasionalissasi : memberikan pe rasaan normal tentang pola perubahan

  • Kolaberasi: berikan analgetik, seperti kodein.Rasionalisasi : mungkin diperlukan nyeri yang berat.3.Resti terhadap trauma berhubungan dengan adanya kelainan mataTujuan : tidak mengalami kejang atau cidera lainIntervensi : Pantau adanya kejang pada tangan, kaki, mulut, atau otot wajah yang lain.Rasionalisasi : mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan yang mungkin untuk mencegah komplikasi

  • KolaborasiRujuk pada fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi kognitif.Rasionalisasi : pendekatan dapat menciptakan rencana penatalaksanaan yang didasarkan atas kombinasi kemampuan/ketidakmampuan secara individu dengan berfokus pada peningkatan evaluas dan fungsi fisik, kognitif dan ketrampilan.

    ************************************