Askep Menggunakan Henderson

download Askep Menggunakan Henderson

of 45

Transcript of Askep Menggunakan Henderson

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    1/45

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan dalam praktekkeperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan

    pelayanan kesehatan yang menggunakan proses keperawatam dalam lingkup

    wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

    Asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional melalui lima tahapan

    proses keperawatan, yaitu pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,

    intervensi, implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan yang profesional

    akan terwujud jika perawat sendiri benar-benar memahami ilmu keperawatan

    secara benar dan baik. Pemahaman yang baik dan benar tentunya merujuk kepada

    ilmu keperawatan yang dijadikan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan

    pada pasien baik di rumah sakit, keluarga maupun di masyarakat.

    Mutu pelayanan keperawatan dapat meningkat didukung oleh pengembangan

    teori keperawatan. Perkembangan teori keperawatan dapat menjadi keuntungan

    yang tepat untuk menjadi perawat yang lebih berkualitas dengan menerapkan atau

    digunakan dalam praktek keperawatan pada klien secara nyata.

    Salah satu teori keperawatan yang dapat dikembangkan untuk praktek

    keperawatan d Indonesia adalah teori Pemenuhan 14 Kebutuhan Dasar Manusia

    dari Virginia Henderson. Teori ini menerapkan bagaimana seorang perawat

    membantu individu baik dalam keadaan sakit maupun sehat melalui upayanya

    melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan

    individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara

    mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau

    pengetahuan untuk itu.

    Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah

    tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan menggunakan

    pendekatan model keperawatan pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    2/45

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    3/45

    2

    1.2 Tujuan

    1. Tujuan Umum:

    Untuk memahami penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien stroke dengan

    menggunakan pendekatan model keperawatan pemenuhan 14 kebutuhan dasar

    manusia Virginia Henderson.

    2. Tujuan Khusus:

    a. Memahami pengkajian menurut konsep model keperawatan pemenuhan 14

    kebutuhan dasar manusia Virginia Henderson

    b. Menerapkan proses keperawatan pada pasien stroke dengan menggunakan

    NOC dan NIC

    c. Menganalisis kesesuaian asuhan keperawatan yang diberikan dan

    kesenjangan yang terjadi.

    1.3 Manfaat

    Manfaat penuliisan makalah ini adalah memberikan arahan bagi penulis untuk

    penerapan model teori keperawatan menurut Virginia Henderson dalam

    pemberian asuhan keperawatan pada pasien stroke.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    4/45

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    5/45

    3

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Konsep Pemenuhan 14 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Virginia

    Henderson

    Definisi keperawatan menurut henderson harus menyertakan prinsip

    kesetimbangan fisiologis. Menurutnya tugas unik perawat adalah membantu

    individu baik dalam keadaan sakit maupun sehat melalui upayanya melaksanakan

    berbagai ativitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau

    proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh

    individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau pengetahuan untuk

    itu (Asmadi, 2008).

    Dukungan kesehatan dalam tercapainya kesehatan klien, penyembuhan

    maupun meninggal dengan tenang dilakukan dengan pemenuhan 14 kebutuhan

    dasar manusia sehingga perawat tidak hanya sekedar mengikuti perintah doketr

    akan tetapi lebih pada bagaimana perawat berkontribusi dalam membantu

    seseorang dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Akan tetapi, perawat

    tetap menyampaikan rencananya pada dokter ketika mengunjungi pasien.

    Pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia dilakukan oleh perawat dengan

    tetap memperhatikan sumber kesulitan yang dialami pasien baik karena kurangnya

    kekuatan, kemauan, dan pengetahuan. Sehingga tujuan keperawatan untuk

    mencapai kemandirian dapat mencapai hasil yang optimal.

    Menurut Potter & Perry (2002), Henderson mengusulkan komponen

    keperawatan dasar manusia sebagai berikut:

    1. Bernafas secara normal

    Bernafas secara normal dapat diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan

    oksigenasi pasien dimana inspirasi dan ekspirasi tidak mengalami gangguan atau

    hambatan. Berkaitan dengan bernafas secara normal, perawat harus

    memperhatikan hal-hal sebagai berikut: karakteristik pernapasannya, kesimetrisan

    struktur dan pergerakan dada, abdomen dan hidung, bunyi yang menyertai

    pernapasan, posisi pasien, ekspresi, dan perubahan dalam warna, dan keluhan

    pasien saat ini yang mengindikasikan kesulitan bernapas, frekuensi pernafasan

    pasien yang normal (16-20x/mnt), kemampuan pasien dalam melakukan inspirasi

    dan ekspirasi, pernafasan regular/ireguler, pernafasan dangkal/dalam, ekspansi

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    6/45

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    7/45

    4

    dada, penggunaan otot bantu napas & cuping hidung, sianosis perifer, tidal

    volume, capillary refill time (CRT), hambatan (alat bantu pernafasan).

    2. Makan dan minum yang cukup

    Makan dan minum yang cukup diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan

    nutrisi yang memenuhi standar kecukupan nutrisi, yaitu Indeks Massa Tubuh

    (IMT) dan Berat Badan (BB) ideal. Hal-hal yang pelu dikaji berkaitan dengan

    makan dan minum yang adekuat adalah pola makan, frekuensi makan, jenis

    makanan (terpenuhinya kebutuhan makanan : kebutuhan kalori, buah, sayur,

    vitamin, mineral, dan air), kuantitas (porsi makan yang dihabiskan), BB dan

    Tinggi Badan (TB) pasien yang dihubungkan dengan BB Ideal dan IMT. Dalam

    hal ini perawat perlu mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi

    kebutuhan makan dan minum, tentang perilaku makan dan minum, kemampuan

    menentukan makan dan minum yang memenuhi syarat kesehatan, kemampuan

    memasak dan menyiapkan makanan sendiri. Perawat juga harus mengobservasi

    adanya nafsu makan, makanan kesukaan, permintaan pasien untuk makanan yang

    ingin dimakan saat itu, dan fobia, serta mengkaji apakah ada radang pada mukosa

    mulut, nyeri pada gigi, kesulitan menelan atau kelemahan yang mempengaruhi

    tingkat kepuasan pasien setelah makan.

    3. Eliminasi

    Eliminasi dapat diartikan sebagai pembuangan sampah tubuh. Manusia

    membuang air besar dan kecil, dan mengeksresi cairan tubuh yang lain adalah

    cara untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh mereka, dan merupakan sebuah

    kepuasan. Perawat mengkaji kemampuan mengeliminasi, misalnya kemampuan

    buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), jumlah, frekuensi, konsistensi,

    kesulitan dalam BAK dan atau BAB dan bagaimana pasien mempertahankan

    fungsi normal dari BAB dan atau BAK, serta kebiasaan eliminasi. Adanya nyeri

    yang menyertai tindakan ini, keringat yang banyak atau kondisi kulit kering yang

    abnormal juga harus dikaji oleh perawat. Keseimbangan masukan dan haluaran

    cairan harus menjadi prioritas perhatian perawat. Mata yang cekung, mukosa

    mulut kering, kulit yang tidak elastis dan urine dengan konsentrasi tinggi adalah

    karakteristik dehidrasi dan merupakan tanda-tanda bahaya. Mata yang bengkak,

    clubbing fingers, kedua tangan yang bengkak dan edema tungkai, atau akumulasi

    cairan dalam jaringan pada punggung pasien saat pasien sedang duduk harusdiperhatikan. Hal ini bisa menjadi reaksi terhadap obat.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    8/45

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    9/45

    5

    4. Bergerak dan menjaga postur tubuh yang diinginkan (berjalan, duduk, tidur,

    dan mengganti posisi dari posisi yang satu ke yang lainnya)

    Bergerak dan mempertahankan postur tubuh dapat diartikan sebagai upaya

    untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi dan kemampuan untuk mempertahankan

    postur tubuh termasuk keseimbangan tubuh. Postur dikaji untuk tanda-tanda

    kelemahan, adanya nyeri saat berganti posisi. Gaya berjalan, adanya kekakuan,

    atau ketegangan dari seluruh tubuh atau beberapa bagian tubuh, misalnya

    ektremitas, mata atau kelopak mata, dalam berbicara, menelan, bernapas, defekasi

    atau BAK juga harus dikaji oleh perawat. Selain itu, kebiasaan duduk, berdiri,

    tidur, nyeri saat mobilisasi, kesulitan dalam mobilisasi, penggunaan alat bantu,

    kebiasaan olahraga, dan adanya fraktur, dislokasi, serta inflamasi juga merupakan

    komponen yang harus diperhatikan.

    5. Istirahat dan tidur

    Istirahat dan tidur yang adekuat dapat diartikan sebagai terpenuhinya

    kebutuhan tidur pasien (rata-rata 6-8 jam per hari), tidak adanya gangguan dalam

    pola tidur pasien. Pengkajian pola tidur harus mengindikasikan waktu tidur siang

    atau malam dan durasinya. Kedalaman atau soundness harus diperhatikan.

    Kualitas dan kuantitas tidur, pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, penggunaan

    obat/alat bantu sebelum dan selama tidur serta penyebab gangguan tidur pada

    pasien.

    6. Memilih pakaian, cara berpakaian dan melepaskan pakaian

    Pemilihan pakaian yang sesuai berkaitan dengan terpenuhinya salah satu

    kebutuhan personal higyene pasien. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan

    pemilihan pakaian yang sesuai adalah jenis pakaian, kemampuan memakai &

    melepaskan, kebersihan, dan kerapihan.

    7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal dengan cara

    mengatur cara berpakaian dan memodifikasi lingkungan

    Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal diperoleh

    melalui berbagai proses fisiologis, termasuk transfer panas secara fisik dan kimia.

    Pengoperasian mekanisme ini dimediasi oleh sistem saraf pusat. Sumber utama

    dari panas tubuh adalah pembakaran makanan di dalam tubuh. Panas yang

    dihasilkan dari aktivitas otot menjaga suhu tubuh, aktivitas ini dengan sigap

    menaikkan atau menurunkan suhu tubuh sesuai kebutuhan. Panas dieliminasimelalui proses radiasi, penguapan, dan konveksi. Dan perawat perlu mengakaji

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    10/45

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    11/45

    6

    berkaitan dengan upaya mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal adalah

    sensasi terhadap suhu, kemampuan berkompensasi terhadap panas/dingin, dalam

    hal ini mengatur cara berpakaian dan memodifikasi lingkungan

    8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, dan menjaga integument

    Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan mempertahankan kebersihan

    tubuh adalah kemampuan pasien dalam merawat rambut, kuku, gigi, telinga,

    hidung, genitalia.

    9. Menghindari bahaya dari lingkungan dan mencegah melukai orang lain

    Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan upaya menghindari bahaya

    lingkungan dan mencegah cedera adalah pengetahuan pasien, kemampuan pasien

    dalam menghindari bahaya, risiko cedera dan pencegahan terhadap cedera.

    10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,

    rasa takut, pertanyaan dan ide-ide.

    Kemampuan berbicara dipengaruhi oleh suasana hati dan biasanya selalu

    merefleksikan kondisi mental, jika tidak ada masalah fisik. Apa yang seseorang

    atau pasien katakan dan bagaimana pasien tersebut mengatakannya harus

    diperhatikan. Hal-hal lain ini termasuk kemampuan pasien berkomunikasi,

    kesulitan dalam berkomunikasi dan hambatan dalam berkomunikasi.

    11. Beribadah menurut keyakinan

    Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan beribadah adalah kemampuan

    pasien dalam menjalankan ibadah dan kebutuhan akan mentor/pembimbing

    rohani.

    12. Bekerja untuk hal yang menyediakan sebuah pencapaian

    Hal hal yang perlu dikaji berkaitan dengan bekerja adalah kemampuan

    pasien untuk bekerja, visi, harapan dalam bekerja dan hambatan dalam bekerja.

    13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.

    Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan bermain adalah minat bermain,

    frekuensi bermain dan jenis rekreasi/permainan (khusus bagi anak, sesuai dengan

    tahap tumbuh kembang anak).

    14. Belajar, menggali, atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada

    perkembangan dan kesehatan normal.

    Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan belajar adalah kemampuan

    pasien dalam belajar, tingkat kecerdasan, dan kemampuan konsentrasi

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    12/45

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    13/45

    7

    2.1.1 Paradigma Keperawatan Menurut Virginia Henderson

    Empat konsep utama yang dikembangkan oleh Henderson (Marriner,

    2001) adalah:

    a. Individu

    Henderson berpendapat bahwa individu/klien harus memiliki keseimbangan

    fisiologis dan emosional. Henderson beranggapan bahwa bahwa pikiran dan

    tubuh tidak dapat dipisahkan. Pasien memerlukan bantuan untuk mencapai

    kemandirian. Perawat dan keluarganya adalah satu kesatuan menurut

    Henderson. Kebutuhan-kebutuhan pasien meliputi 14 komponen penanganan

    perawatan.

    b. Lingkungan

    Henderson mengungkapkan defenisi lingkungan dengan menggunakan

    Websters New Collegiate Dictionary yaitu sebagai kumpulan semua kondisi

    eksternal dan pengaruh-pengaruh yang berdampak pada kehidupan dan

    perkembangan organisme, seperti para perawat sebaiknya memperoleh

    pendidikan penyelamatan. Perawat harus mengetahui kebiasaan sosial dan

    praktik ritual keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.

    c. Kesehatan

    Sehat adalah suatu kualitas hidup. Menurut Henderson, sehat dapat dilihat dari

    kemampuan pasien untuk menjalani 14 komponen kebutuhan dasar manusia

    tanpa bantuan. Individu akan memperoleh atau mempertahankan kesehatan

    bika memiliki kekuatan, kehendak, atau pengetahuan yang cukup

    d. Keperawatan

    Menurut Henderson, tugas unik perawat adalah membantu seseorang yang

    sehat atau sakit baik yang sakit maupun yang sehat dalam melaksanakan

    aktivitasnya. Tugas perawat tidak bergantung dengan dokter, tetapi

    mengajukan rencananya apabila dokter datang untuk mengunjungi. Perawat

    dapat dan harus mendiagnosa dan menangani bila situasi menuntut demikian.

    Perawat dapat menilai kebutuhan dasar manusia. 14 komponen telah

    memenuhi kebutuhan pasien dalam penanganan perawatan.

    2.1.2 Proses Keperawatan Menurut Virginia Henderson

    Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasienberdasarkan 14 komponen kebutuhan dasar manusia. Pengumpulan data

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    14/45

    8

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    15/45

    8

    menggunakan observasi, indra penciuman, peraba dan pendengaran. Setelah

    terkumpul semua data, perawat menganalisa data tersebut dan

    membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisa

    ini akan menentukan diagnosa keperawatan yang akan muncul.

    Diagnosa keperawatan menurut Henderson (1960) didalam Asmadi (2008)

    dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya

    dengan atau tanpa bantuan serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau

    pengetahuan yang dimiliki individu.

    Tahap perencanaan menurut Henderson (1960) didalam Asmadi (2008)

    meliputi aktivitas penyusunan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu

    termasuk didalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan serta

    dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sehat-sakit.

    Selanjutnya pada tahap implementasi, perawat membantu individu

    memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan guna

    memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit, atau

    membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat sifatnya

    individual, tergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya,

    keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu.

    Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan

    dengan menilai kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

    2.2 Konsep Stroke

    2.2.1 Pengertian

    Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

    diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah

    kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer, 2002).

    Sedangkan stroke menurut WHO dalam Task Force in Stroke and other Cerebrovascular

    Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan

    oleh gangguan peredarandarah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa

    detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala

    dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokalotak yang terganggu.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    16/45

    9

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    17/45

    2.2.2 Etiologi

    Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari

    empat kejadian yaitu:

    a. Trombosis serebral

    Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah

    penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari

    stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan

    yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif,

    atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari

    haemorrhagi intracerebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis

    serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,

    hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis

    berat pada beberapa jam atau hari.

    b. Embolisme serebral

    Embolisme serebral embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah

    atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau

    hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran

    pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari

    embolisme serebral.

    c. Iskemia serebral

    Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena

    konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

    d. Hemorrhagi serebral

    1) Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan

    bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya

    mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri

    meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera

    untuk mempertahankan hidup.

    2) Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi

    epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena

    robek. Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan

    menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin

    mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    18/45

    10

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    19/45

    atau

    gejala.

    3) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau

    hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme

    pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada

    otak.

    4) Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak

    paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis

    serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya

    menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba,

    dengan sakit kepala berat. Bila haemorrhagi membesar, makin jelas

    defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan

    abnormalitas pada tanda vital.

    2.2.3 Faktor Resiko

    Faktor resiko yang dapat dikontrol menurut Smeltzer (2002) terdiri dari;

    1) Hipertensi

    2) Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,

    fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)

    3) Kolesterol tinggi

    4) Obesitas

    5) Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)

    6) Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

    7) Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan

    kadar estrogen tinggi)

    8) Penyalahgunaan obat ( kokain)

    9) Konsumsi alcohol

    Dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol adalah:

    1) Umur

    2) Ras

    3) Jenis Kelamin

    4) Riwayat Keluarga atau faktor genetic

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    20/4511

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    21/45

    2.2.4 Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada pasien stroke adalah:

    a. Kehilangan motorik

    Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada

    salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemipereses

    atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Diawal

    tahapan stroke gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan

    hilang atau menurunnya reflek tendon dalam.

    b. Kehilangan komunikasi

    Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan

    komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :

    - Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit

    dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab

    untuk menghasilkan bicara.

    - Disfagia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang

    terutama ekspresif atau reseptif.

    - Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari

    sebelumnya) seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha

    untuk menyisir rambutnya.

    c. Gangguan persepsi

    Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.

    Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual (karena gangguan

    jaras sensori primer diantara mata dn kortek visual), gangguan dalam

    hubungan visual spasial (Mendapatkan hubungan dua atau lebih objek

    dalam area spasial, sering terlihat pada pasien dengan hemiplegia kiri) dan

    kehilangan sensori (dapat berupa kerusakan ringan atau mungkin lebih

    berat dengan kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan

    tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimulus visual taktil dan

    auditorius)

    d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

    Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,

    kesuliatan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang

    menyebabkan pasien menghadapi masalah frustasi dalam programrehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi, masalah psikologik lain juga

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    22/4512

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    23/45

    umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosional yang labil,

    bermusuhan, frustasi, dendam dan kurang kerja sama.

    e. Disfungsi kandung kemih.

    Kemungkinan pasien mengalami inkontinensia urinarius sementara karena

    konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan

    ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan kontrol mekanik

    dan postural.

    2.2.5 Patofisiologi

    Mekanisme patofisiologi stroke secara umum adalah gangguan pasokan

    aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk

    sirkulus wilisi: arteria karotis interna dan vertebrobasilar atau semua cabang-

    cabangnya. Secara umum apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15

    sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Oklusi di arteri tidak

    selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. ini

    terjadi karena terdapat sirkulasi kolateral yang memadai menuju daerah tersebut.

    proses patologi yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang

    terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak (Price & Wilson, 2012)

    2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

    1. Computed Tomography (CT) Scan : menunjukkan adanya stroke hemoragis

    dengan segera tetapi bisa jadi tidak menunjukkan adanya infark trombotik

    selama 48 72 jam.

    2. Magnetic Resonance Imagingbisa membantu mengidentifikasi area yang

    mengalami iskemia atau infark dan pembengkakan serebral

    3. Tomografi Emisi Positron bisa mengukur aliran darah. Tomografi emisi

    foton-tunggal, perfusi CT, dan tekhnik perfusi resonansi magnetik

    melaporkan aliran darah relatif dan merupakan alat penelitian.

    4. Oftalmoskopi: bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan

    aterosklerotik dalam arteri retina.

    5. Angiografi: menggambarkan pembuluh darah dan menunjukkan plakaterosklerotik, oklusi pembuluh atau tempat ruptur.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    24/45

    13

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    25/45

    6. EEG membantu menunjukkan lokasi area yang rusak

    7. Studi laboratorius lainnya meliputi urinalisis, studi koagulasi, jumlah sel

    darah lengkap, osmolaritas serum dan kadar elektrolit, glukosa, trigliserida,

    kreatinin, dan nitrogen urea darah.

    2.2.7 Penatalaksanaan

    a) Prinsip penatalaksanaan stroke iskemik fase akut ( non hemoragik )

    1. Membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung

    ( 3-6 jam pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant

    tissue-plasminogen activator). Pengobatan ini hanya boleh diberikan pada

    stroke iskemik dengan waktu onset kurang dari 3jam dan hasil CT scannormal. Obat ini sangat mahal dan hanya bisa dilakukan dirumahsakit

    yang fasilitasnya lengkap.

    2. Mencegah perburukan neurologist yang berhubungan dengan stroke

    yang masih berkembang ( jendela terapi sampai dengan 72 jam).

    3. Mencegah stroke berulang dini ( dalam 30 hari sejak onset gejala

    stroke)

    Sekitar 5% pasien yang dirawat dengan stroke iskemik mengalamiserangan stroke kedua dalam 30 hari pertama. Resiko ini paling tinggi (lebih

    besar dari 10%) pada pasien dengan stenosis karotis yang berat dan

    kardioemboli serta paling rendah (1%) pada pasien dengan infark lakuner.

    Terapi dini dengan heparin dapat mengurangi resiko stroke berulang dini pada

    pasien dengan kardioemboli.

    4. Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan

    tanda klinis atau radiologist adanya infark hemisfarik atau serebelum yangmassif, kesadaran menurun, gangguan pernafasan, atau stroke dalam

    evolusi.

    5. Pertimbangkan konsul bedah saraf untuk dekompresi pada pasien

    dengan infark serebelum yang luas.

    6. Pertimbangkan sken resonansi magnetic pada pasien dengan stroke

    vertebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infark yang tidak nyata pada

    CT scan.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    26/45

    14

    7 Pertimbangkan pemberian heparin intravena dimulai dosis 800

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    27/45

    7. Pertimbangkan pemberian heparin intravena dimulai dosis 800

    unit/jam, 20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan

    20ml/jam, sampai masa tomboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol pada

    kondisi berikut ini :

    - Kemungkinan besar stroke kardioemboli

    - Iskemia otak sepintas (TIA) atau infark karena stenosis artewri

    karotis

    - Stroke dalam evolusi

    - Diseksi arteri

    - Trombosis sinus dura

    Heparin merupakan kontra indikasi relative pada pasien dengan infark luas

    yang berhubungan dengan efek massa atau konfersi/transformasi hemoragik.

    Pasien stroke dengan infark miokard baru, fibrilasi atrium penyakit katup

    jantung atau thrombus intrakardiak harus diberikan antikoagulan oral

    (warfarin) sampai minimal 1 tahun dengan mempertahankan masa protrombin

    1,5-2,5 kali control atau INR 2-3.

    b) Prinsip penatalaksanaan sroke hemoragik fase akut

    1. Singkirkan kemungkinan koagulopati : pastikan hasil masa protrombin dan

    masa tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin

    memanjang berikan plasma beku segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4

    jam dan vitamin K 15mg intravena bolus, kemudian 3 kali sehari 15 mg

    subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin

    dengan protamin sulfat 10-50mg lambat bolus(1 mg mengoreksi 100 unit

    heparin.

    2. Kendalikan hipertensi: Berlawanan dengan infark serebri akut pendekatan

    pengendalian tekanan darah yang lebih agrsif dilakukan pada pasien

    dengan perdarahan intraserebral akut, karena tekanan yang tinggi daoat

    menyebabkan perburukan edema perihematoma serta meningkatkan

    kemungkinan perdarahan ulang. Tekanan darah sistolik> 180mmHg harus

    diturunkan sampai 150-180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena

    dalam 2 menit ; ulangi 40-80 mg intravena dalam interval 10 menit sampai

    tekanan yang diinginkan kemudian infuse 2mg/ menit (120ml/jam0 dan

    dititrasi atau penghambat ACE (misalnya kaptopril 12,5-25 mg, 2-3 kalisehari) atau antagonis kalsium (misalnya nifedipine oral 4 kali 10 mg).

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    28/45

    15

    3. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila ; perdarahan serebelum

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    29/45

    g ; p

    diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml untuk dekompresi

    atau pemasangan pintasan ventrikulo peritoneal bila ada hidrosefalus

    obstruktif akut atau liping aneurisma.

    4. Berikan manitol 20% (1kg/kgBB, intravena dalam 20-30 menit) untuk

    pasien dengan koma dalam atau tanda tanda tekanan intracranial yang

    meninggi atau ancaman herniasi. Steroid tidak terbukti efektif pada

    perdaraghan intraserebral.Steroid hanya dipakai pada kondisi ancaman

    herniasi transtentorial.Hiperventilasi dapa dilakukan untuk membantu

    menurunkan tekanan intracranial.

    5. Pertimbangkan fenitoin (10-20mg/kgBB intravena, kecepatan maksimal

    50mg/menit; atau peroral) pada pasien dengan perdarahan luas dan derajat

    kesadaran menurun. Umumnya antikonvulsan hanya diberikan bila ada

    aktivitas kejang. Namun terapi profilaksis beralasan jika kondisi pasien

    cukup kritis dan membutuhkan intubasi , terapi tekanan intracranial

    meningkat atau pembedahan .

    6. Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipine untuk mencegah

    vasospasme bila secara jklinis fungsi lumbal atau CT scan menunjukan

    perdarahan subaraknoid akut primer.

    7. Perdarahan intraserebral

    - Obati penyebabnya

    - Turunkan tekanan intracranial yang meninggi

    - Berikan neuroprotektor

    - Tindakan bedah dengan pertimbangan usia dan skala koma

    Glasgow >4 hanya dilakukan pada pasien dengan :

    1. Perdarahan serebelum dengan diameter lebih dari 3 (kraniotomi

    dekompresi)

    2. Hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum

    (VP shunting)

    3. Perdarahan Lobar diatas 60cc dengan tanda tanda peningggian

    tekanan intracranial akut dan ancaman herniasi

    8. Tekanan intracranial yang meninggi pada pasien stroke dapat diturunkan

    dengan salah satu cara atau gabungan berikut ini :

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    30/45

    16

    - Manitol bolus, 1 gram/kgBB dalam 20-30 menit kemudian

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    31/45

    dilanjutkan dengan dosis 0,25-0,5g/kgBB setiap 6jam sampai maksimal

    48 jam. Target osmolaritas =300-320 mosmol/liter

    - Gliserol 50% oral , 0,25-1g/kg setiap 4-6jam atau gliserol 10%

    intravena, 10ml/kgBB dalam 3-4jam (untuk edema sesrebri ringan atau

    sedang)

    - Furosemid 1mg/kgBB intravena

    9. Perdarahan subaraknoid

    1. Nimodipine dapat diberikan untuk mencegah vasospasme pada

    perdarahan subaraknoid primer akut

    2. Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid

    stadium 1 dan 2 akibat pecahnya aneurisma sakula Berry(klipping) dan

    adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    32/45

    17

    BAB 3

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    33/45

    TINJAUAN KASUS

    KasusNama pasien : Tn H.

    Usia : 23 tahun

    Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : -

    Agama : Islam

    Status Pernikahan : Single

    Alamat : Jl. Sunan Gunung Jati No.10 RT 019/- JambiNo Registrasi : 373-45-28

    Tanggal Masuk RS : 12 November 2012

    Diagnosa Medis : Infark Cerebri

    Pasien datang ke RS rujukan dari Jambi dengan diagnosa polisitemia,

    infark cerebri thalamus kanan dengan keluhan sakit kepala, lemas sejak 1 bulan

    sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami pingsan di rumah sebelum masuk

    rumah sakit di Jambi. Pasien datang ke RSCM dengan keluhan sakit kepala dan

    lemas. Klien mempunyai riwayat hipertensi. Pasien dari RS Jambi didiagnosa

    SNH dan polisitemia vera. Riwayat jatuh dari mobil tahun 2010 dengan patah

    tulang kaki. Riwayat kejang dengan panas tinggi 40o diusia 6 bulan. Riwayat

    minum alkohol 5 bulan yang lalu. Pasien merokok perhari 6 batang.

    Nutrisi : klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan yang dihabiskan

    hanya porsi. Jenis bubur sayur dan lauk. Klien minum air putih 5 6 gelas

    sehari. Eliminasi : klien BAB secara teratur sehari sekali, warna kuning dan bau

    khas. Tidak ada kesulitan dalam BAB. Klien BAK 2 1 kali sehari, warna kuning

    jernih, baunya khas. Tidak ada kesulian saat BAK. Personal Hygiene : klien tidak

    mampu melakukan personal hygiene dan beberapa aktifitas lainnyasecara sendiri

    dan masih memerlukan bantuan perawat dan keluarga.

    Pemeriksaan fisik: Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos

    mentis, GCS : 15, TD 140/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt, RR: 18x/mnt, suhu 36 oC.

    Pernafasan spontan. Tidak ada penyumbatan jalan nafas, tidak ada penggunaan

    otot bantu napas, pola nafas dan irama regular, sputum (-), batuk (-), sianosis (-),

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    34/45

    18

    suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, ronchi (-), wheezing (-),

    bunyi jantung S1 dan S2 irama jantung teratur CRT < 2 detik Pencernaan

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    35/45

    bunyi jantung S1 dan S2, irama jantung teratur, CRT < 2 detik. Pencernaan

    normal, klien mengatakan nafsu makannya berkurang, mual (+), makan 3x sehari

    dengan porsi sedikit (1/2 porsi), jenis : diit RG, tidak ada makanan khusus

    kesukaan, klien tidak ada alergi terhadap jenis makanan tertentu, reflek menelan

    berkurang (lambat), reflek mengunyah juga lambat. kebersihan mulut kurang,

    lidah kotor, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik (elastis), kulit lembab dan

    teraba hangat. TB: 176 cm BB sebelumnya 65 kg. Kulit ada keloid di telapak kaki

    dan tangan kanan.

    Penilaian status fungsionals saat di RS: kemampuan mengendalikan

    rangsangan defekasi (BAB) kadang tidak terkendali. Kemampuan mengendalikanrangsangan berkemih (BAK) secara mandiri. Kemampuan membersihkan diri

    (cuci muka, sisir rambut dan sikat gigi) membutuhkan pertolongan orang lain.

    Kemampuan menggunakan jamban masuk dan keluar (melepaskan, memakai

    celana, membersihkan dan menyiram) masih perlu pertolongan pada beberapa

    kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri kegiatan yang lain. Kemampuan makan

    perlu dibantu oleh orang lain dalam memotong makanan. Kemampuan dari

    berbaring ke duduk dilakukan secara mandiri oleh pasien selama di RS. Berpindahdan berjalan membutuhkan bantuan orang lain. Pasien mampu memakai baju

    secara mandiri. Kemampuan naik turun tangga membutuhkan pertolongan. Mandi

    juga membutuhkan pertolongan.

    Risiko jatuh pada pasien mendapatkan nilai total 25 dari poin risiko dari

    riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan terakhir, diagnosis medis sekunder >

    1, penggunaan alat bantu jalan, kemampuan cara berjalan dan berpindah, dan

    status mental mendapatkan nilai 0 dengan interpretasi bahwa pasien melakukan

    perawatan dengan baik. Sedangkan poin risiko jatuh menggunakan infus

    mendapatkan nilai 25 yang artinya perawat cukup melakukan intervensi jatuh

    standar.

    Data penunjang : pemeriksaan di laboratorium pada tanggal 12 november

    2012 di dapatkan Hb = 17,2 g/dl, Hct = 50,9, eritrosit 6,14 x 106/L, MCV = 82,9

    fL, MCHC =33,8 g/dl, trombosit (L) =115 x 10 3/ L, leukosit = 7,38 x 103/L,

    ureum = 16 mg/dl, kreatinin darah = 0,90, asam urat = 4,5 mg/dl, glukosa sewaktu

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    36/45

    19

    = 84 mg/dl, Na = 142 mEq/L, K (L) = 3,17 mEq/L, Cl = 106, 4 mEq/L. Dan pada

    pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 november 2012 di dapatkan Na = 146

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    37/45

    mEq/L, K = 3,68 mEq/L, Cl = 110,4 mEq/L. Pemeriksaan analisa gas darah pada

    tanggal 12 november 2012 menghasilkan PH = 7,429, pCO2 = 33,5 mmHg, pO2 =

    86,4 mmHg, SO2 % = 96,7. Pemeriksaan MRI pada tanggal 13 november 2012

    didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan (baru) di lobus temporo-parietal kanan.

    Perdarahan lama di lobus parietal kiri dengan perifokal oedem, dan tak tampak

    massa/SOL. Pada pemeriksaan CT scan tanggal 6 november 2012 didapatkan

    infark cerebri di thalamus kanan.

    Terapi yang diberikan tanggal 12 november 2012 adalah panadol tab

    500mg (3x1), pantozol IV 40mg (1x1), cithicolin IV 500mg (2x1). Pada tanggal13 november 2012 terapi yang diberikan ceftriaxone IV 2gr (1x1), Neulin tab (2x

    1), Imbost E tab (1x1), Dialon tab k/p, Pantozol IV 40mg (2x1), panadol tab

    500mg k/p max 3 tab, KSR tab (2x1)

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    38/45

    20

    BAB IV

    PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN MODEL KEPERAWATAN

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    39/45

    PEMENUHAN 14 KEBUTUHAN DASAR

    4. 1 Pengkajian

    Pengkajian tgl :13 November 2012Tanggal MRS :12 November 2012Ruang/Kelas : Kencana/VIP

    Jam Masuk : 11.00NO. RM : 373-45-28Dx. Masuk : Infark Cerebri

    Identitas

    Nama : Tn H. Jenis Kelamin : L/PUmur : 23 tahun Berat Badan : 65 kg kgAgama : Islam Tinggi Badan : 176 cmPendidikan : SMA Status Perkawinan :singlePekerjaan : - Penanggung Biaya : sendiriSuku/Bangsa :

    Alamat : : Jl. Sunan Gunung Jati No.10 RT 019/- Jambi

    RiwayatSakitdanKesehatan

    Keluhan utama : sakit kepala dan lemasRiwayat penyakit saat ini : Pasien datang ke RS rujukan dari Jambidengan diagnosa polisitemia, infark cerebri thalamus kanan dengankeluhan sakit kepala, lemas sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.Pasien mengalami pingsan di rumah sebelum masuk rumah sakit diJambi. Pasien datang ke RSCM dengan keluhan sakit kepala dan lemas.Riwayat penyakit dahulu :Riwayat jatuh dari mobil tahun 2010 dengan patah tulang kaki.Riwayat kejang dengan panas tinggi 40o diusia 6 bulan.

    Riwayat penyakit keluarga: ada tidakPenyakit:

    Perilaku yang mempengaruhi kesehatan: Riwayat minum alkohol 5bulan yang lalu. Pasien merokok perhari 6 batang.

    Observasi Keadaan Umum: baik sedang lemah

    Kesadaran: compos mentisTanda vital TD : 120/80mmHg Nadi : 80 x/menit

    Suhu Badan : 36 0C RR: 18 x/mntBerat Badan : 65 kg Tinggi badan: 176 cm

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    40/45

    21

    mal

    Keluhan : sesak nyeri waktu nafas tidak sesakBatuk : Produktif Tidak produktif tidak batukSekret : - konsistensi : -W b

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    41/45

    BernafassecaraNorm

    Warna : - bau : -Pola nafas irama: Teratur Tidak teraturJenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes

    Lain-lain:Suara nafas: Vesikuler Stridor Wheezing Ronchi

    Lain-lain:Alat bant nafas: Ya TidakJenis: flow :Lain-lain :

    Masalah: Tidak ditemukan adanya masalah

    Makandanminumyangadekua

    tNafsu makan: BaikMenurun

    Frekuensi makan: 3 x/hariKeterangan : makanan padat/cairPorsi makan: Habis Tidak ( porsi)Mulut dan TenggorokanMulut: Bersih Kotor BerbauMukosa Lembab Kering StomatitisTenggorokan Sakit menelan/nyeri tekan Kesulitanmenelan

    Pembesaran tonsil Lain-lain:Intake cairan : 5-6 gelas/hari

    Masalah: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    Eliminasi

    Buang air besar: 1 x/hari ( cc/hari)Konsistensi:Lunak Bau: khas Warna: kuningBuang air kecil: 1-2 x/hari (200-400 cc/hari)Warna: kuning jernihAlat bantu eleminasi: tidak ada

    Masalah: tidak ditemukan adanya masalah

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    42/45

    22

    n

    Kemampuan pergerakan sendi: Bebas TerbatasKekuatan otot: 5 4

    5 4Kelainan ekstremitas Ya Tidak

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    43/45

    Bergerakdanmempertahan

    kan

    posturtubuh

    Kelainan ekstremitas Ya TidakKelainan tulang belakang Ya TidakFraktur Ya TidakTraksi/spalk/gips Ya TidakKompartemen syndrome Ya Tidak

    Nyeri saat bergerak Ya (Level: 4 Lokasi: di kepala ) TidakOdema: Ada Tidak ada Lokasi:Perawatan dan Pergerakan 0 1 2 3 4

    Makan / minum Toileting Berpakaian

    Mobillitas ditempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM

    Keterangan nilai : 0 = mandiri, 1 = dibantu dengan alat, 2. dibantu denganorang lain 3 = dibatu dengan alat dan orang lain, 4 = tergantung total.

    Masalah: - Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral- Resiko gangguan mobiltas fisik

    Istirahat

    dantidur

    Istirahat / tidur: 5 jam/hariGangguan tidur:Penggunaan obat tidur : Ya Tidak

    Lain-lain: - Masalah: Tidak ditemukan masalah

    KebersihanDiri

    Mandi : 1 x/hari Sikat gigi/oral hygiene: 1 x/hariKeramas : 1 x/minggu Memotong kuku: -Ganti pakaian: 1 x/hariMerokok : Ada TidakKulit : Adanya keloid d telapak kaki dan tangan Lesi:

    Warna kulit:

    Ikterus

    Sianotik

    Kemerahan

    PucatHiperpigmentasiTurgor: Baik Sedang Jelek

    Masalah: Tidak ditemukan masalah

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    44/45

    23

    Persepsi klien terhadap penyakitnyaCobaan Tuhan hukuman lainnyaEkspresi klien terhadap penyakitnyaBiasa saja gelisah tegang marah/menangis

  • 7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson

    45/45

    Psiko-spiritu

    al Kegiatan ibadah:

    Membutuhkan rohaniawan: ya tidakKebutuhan hiburan:

    Kebutuhan belajar/pemahaman terhadap penyakitnya:

    Harapan terhadap pekerjaan:

    Masalah: Tidak terkaji

    PolaPerand

    an

    Hubunan

    Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga

    Pola Komunikasi dengan keluarga, teman, petugas kesehatan:pasien kurang dekat dengan keluarga, lebih banyak diam

    Lain-lain

    Data penunjang (Lab, Foto, USG, dll)Data penunjang : pemeriksaan di laboratorium pada tanggal 12november 2012 di dapatkan Hb = 17,2 g/dl, Hct = 50,9, eritrosit 6,14 x106/L, MCV = 82,9 fL, MCHC =33,8 g/dl, trombosit (L) =115 x 10 3/L, leukosit = 7,38 x 103/L, ureum = 16 mg/dl, kreatinin darah = 0,90,

    asam urat = 4,5 mg/dl, glukosa sewaktu = 84 mg/dl, Na = 142 mEq/L, K(L) = 3,17 mEq/L, Cl = 106, 4 mEq/L. Dan pada pemeriksaanlaboratorium pada tanggal 13 november 2012 di dapatkan Na = 146mEq/L, K = 3,68 mEq/L, Cl = 110,4 mEq/L. Pemeriksaan analisa gasdarah pada tanggal 12 november 2012 menghasilkan PH = 7,429, pCO2= 33,5 mmHg, pO2 = 86,4 mmHg, SO2 % = 96,7. Pemeriksaan MRI

    pada tanggal 13 november 2012 didapatkan kesimpulan bahwaperdarahan (baru) di lobus temporo-parietal kanan. Perdarahan lama dilobus parietal kiri dengan perifokal oedem, dan tak tampak massa/SOL.Pada pemeriksaan CT scan tanggal 6 november 2012 didapatkan infarkcerebri di thalamus kanan.

    Masalah: tidak ditemukan adanya masalah