Askep Menggunakan Henderson
-
Upload
agis-taufik -
Category
Documents
-
view
517 -
download
42
Transcript of Askep Menggunakan Henderson
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
1/45
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan dalam praktekkeperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan yang menggunakan proses keperawatam dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional melalui lima tahapan
proses keperawatan, yaitu pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan yang profesional
akan terwujud jika perawat sendiri benar-benar memahami ilmu keperawatan
secara benar dan baik. Pemahaman yang baik dan benar tentunya merujuk kepada
ilmu keperawatan yang dijadikan dasar dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien baik di rumah sakit, keluarga maupun di masyarakat.
Mutu pelayanan keperawatan dapat meningkat didukung oleh pengembangan
teori keperawatan. Perkembangan teori keperawatan dapat menjadi keuntungan
yang tepat untuk menjadi perawat yang lebih berkualitas dengan menerapkan atau
digunakan dalam praktek keperawatan pada klien secara nyata.
Salah satu teori keperawatan yang dapat dikembangkan untuk praktek
keperawatan d Indonesia adalah teori Pemenuhan 14 Kebutuhan Dasar Manusia
dari Virginia Henderson. Teori ini menerapkan bagaimana seorang perawat
membantu individu baik dalam keadaan sakit maupun sehat melalui upayanya
melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan
individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara
mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau
pengetahuan untuk itu.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah
tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan menggunakan
pendekatan model keperawatan pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
2/45
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
3/45
2
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk memahami penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien stroke dengan
menggunakan pendekatan model keperawatan pemenuhan 14 kebutuhan dasar
manusia Virginia Henderson.
2. Tujuan Khusus:
a. Memahami pengkajian menurut konsep model keperawatan pemenuhan 14
kebutuhan dasar manusia Virginia Henderson
b. Menerapkan proses keperawatan pada pasien stroke dengan menggunakan
NOC dan NIC
c. Menganalisis kesesuaian asuhan keperawatan yang diberikan dan
kesenjangan yang terjadi.
1.3 Manfaat
Manfaat penuliisan makalah ini adalah memberikan arahan bagi penulis untuk
penerapan model teori keperawatan menurut Virginia Henderson dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien stroke.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
4/45
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
5/45
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Pemenuhan 14 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Virginia
Henderson
Definisi keperawatan menurut henderson harus menyertakan prinsip
kesetimbangan fisiologis. Menurutnya tugas unik perawat adalah membantu
individu baik dalam keadaan sakit maupun sehat melalui upayanya melaksanakan
berbagai ativitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau
proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau pengetahuan untuk
itu (Asmadi, 2008).
Dukungan kesehatan dalam tercapainya kesehatan klien, penyembuhan
maupun meninggal dengan tenang dilakukan dengan pemenuhan 14 kebutuhan
dasar manusia sehingga perawat tidak hanya sekedar mengikuti perintah doketr
akan tetapi lebih pada bagaimana perawat berkontribusi dalam membantu
seseorang dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Akan tetapi, perawat
tetap menyampaikan rencananya pada dokter ketika mengunjungi pasien.
Pemenuhan 14 kebutuhan dasar manusia dilakukan oleh perawat dengan
tetap memperhatikan sumber kesulitan yang dialami pasien baik karena kurangnya
kekuatan, kemauan, dan pengetahuan. Sehingga tujuan keperawatan untuk
mencapai kemandirian dapat mencapai hasil yang optimal.
Menurut Potter & Perry (2002), Henderson mengusulkan komponen
keperawatan dasar manusia sebagai berikut:
1. Bernafas secara normal
Bernafas secara normal dapat diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan
oksigenasi pasien dimana inspirasi dan ekspirasi tidak mengalami gangguan atau
hambatan. Berkaitan dengan bernafas secara normal, perawat harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: karakteristik pernapasannya, kesimetrisan
struktur dan pergerakan dada, abdomen dan hidung, bunyi yang menyertai
pernapasan, posisi pasien, ekspresi, dan perubahan dalam warna, dan keluhan
pasien saat ini yang mengindikasikan kesulitan bernapas, frekuensi pernafasan
pasien yang normal (16-20x/mnt), kemampuan pasien dalam melakukan inspirasi
dan ekspirasi, pernafasan regular/ireguler, pernafasan dangkal/dalam, ekspansi
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
6/45
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
7/45
4
dada, penggunaan otot bantu napas & cuping hidung, sianosis perifer, tidal
volume, capillary refill time (CRT), hambatan (alat bantu pernafasan).
2. Makan dan minum yang cukup
Makan dan minum yang cukup diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan
nutrisi yang memenuhi standar kecukupan nutrisi, yaitu Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Berat Badan (BB) ideal. Hal-hal yang pelu dikaji berkaitan dengan
makan dan minum yang adekuat adalah pola makan, frekuensi makan, jenis
makanan (terpenuhinya kebutuhan makanan : kebutuhan kalori, buah, sayur,
vitamin, mineral, dan air), kuantitas (porsi makan yang dihabiskan), BB dan
Tinggi Badan (TB) pasien yang dihubungkan dengan BB Ideal dan IMT. Dalam
hal ini perawat perlu mengkaji tentang kemampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhan makan dan minum, tentang perilaku makan dan minum, kemampuan
menentukan makan dan minum yang memenuhi syarat kesehatan, kemampuan
memasak dan menyiapkan makanan sendiri. Perawat juga harus mengobservasi
adanya nafsu makan, makanan kesukaan, permintaan pasien untuk makanan yang
ingin dimakan saat itu, dan fobia, serta mengkaji apakah ada radang pada mukosa
mulut, nyeri pada gigi, kesulitan menelan atau kelemahan yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien setelah makan.
3. Eliminasi
Eliminasi dapat diartikan sebagai pembuangan sampah tubuh. Manusia
membuang air besar dan kecil, dan mengeksresi cairan tubuh yang lain adalah
cara untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh mereka, dan merupakan sebuah
kepuasan. Perawat mengkaji kemampuan mengeliminasi, misalnya kemampuan
buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK), jumlah, frekuensi, konsistensi,
kesulitan dalam BAK dan atau BAB dan bagaimana pasien mempertahankan
fungsi normal dari BAB dan atau BAK, serta kebiasaan eliminasi. Adanya nyeri
yang menyertai tindakan ini, keringat yang banyak atau kondisi kulit kering yang
abnormal juga harus dikaji oleh perawat. Keseimbangan masukan dan haluaran
cairan harus menjadi prioritas perhatian perawat. Mata yang cekung, mukosa
mulut kering, kulit yang tidak elastis dan urine dengan konsentrasi tinggi adalah
karakteristik dehidrasi dan merupakan tanda-tanda bahaya. Mata yang bengkak,
clubbing fingers, kedua tangan yang bengkak dan edema tungkai, atau akumulasi
cairan dalam jaringan pada punggung pasien saat pasien sedang duduk harusdiperhatikan. Hal ini bisa menjadi reaksi terhadap obat.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
8/45
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
9/45
5
4. Bergerak dan menjaga postur tubuh yang diinginkan (berjalan, duduk, tidur,
dan mengganti posisi dari posisi yang satu ke yang lainnya)
Bergerak dan mempertahankan postur tubuh dapat diartikan sebagai upaya
untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi dan kemampuan untuk mempertahankan
postur tubuh termasuk keseimbangan tubuh. Postur dikaji untuk tanda-tanda
kelemahan, adanya nyeri saat berganti posisi. Gaya berjalan, adanya kekakuan,
atau ketegangan dari seluruh tubuh atau beberapa bagian tubuh, misalnya
ektremitas, mata atau kelopak mata, dalam berbicara, menelan, bernapas, defekasi
atau BAK juga harus dikaji oleh perawat. Selain itu, kebiasaan duduk, berdiri,
tidur, nyeri saat mobilisasi, kesulitan dalam mobilisasi, penggunaan alat bantu,
kebiasaan olahraga, dan adanya fraktur, dislokasi, serta inflamasi juga merupakan
komponen yang harus diperhatikan.
5. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur yang adekuat dapat diartikan sebagai terpenuhinya
kebutuhan tidur pasien (rata-rata 6-8 jam per hari), tidak adanya gangguan dalam
pola tidur pasien. Pengkajian pola tidur harus mengindikasikan waktu tidur siang
atau malam dan durasinya. Kedalaman atau soundness harus diperhatikan.
Kualitas dan kuantitas tidur, pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, penggunaan
obat/alat bantu sebelum dan selama tidur serta penyebab gangguan tidur pada
pasien.
6. Memilih pakaian, cara berpakaian dan melepaskan pakaian
Pemilihan pakaian yang sesuai berkaitan dengan terpenuhinya salah satu
kebutuhan personal higyene pasien. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan
pemilihan pakaian yang sesuai adalah jenis pakaian, kemampuan memakai &
melepaskan, kebersihan, dan kerapihan.
7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal dengan cara
mengatur cara berpakaian dan memodifikasi lingkungan
Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal diperoleh
melalui berbagai proses fisiologis, termasuk transfer panas secara fisik dan kimia.
Pengoperasian mekanisme ini dimediasi oleh sistem saraf pusat. Sumber utama
dari panas tubuh adalah pembakaran makanan di dalam tubuh. Panas yang
dihasilkan dari aktivitas otot menjaga suhu tubuh, aktivitas ini dengan sigap
menaikkan atau menurunkan suhu tubuh sesuai kebutuhan. Panas dieliminasimelalui proses radiasi, penguapan, dan konveksi. Dan perawat perlu mengakaji
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
10/45
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
11/45
6
berkaitan dengan upaya mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal adalah
sensasi terhadap suhu, kemampuan berkompensasi terhadap panas/dingin, dalam
hal ini mengatur cara berpakaian dan memodifikasi lingkungan
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, dan menjaga integument
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan mempertahankan kebersihan
tubuh adalah kemampuan pasien dalam merawat rambut, kuku, gigi, telinga,
hidung, genitalia.
9. Menghindari bahaya dari lingkungan dan mencegah melukai orang lain
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan upaya menghindari bahaya
lingkungan dan mencegah cedera adalah pengetahuan pasien, kemampuan pasien
dalam menghindari bahaya, risiko cedera dan pencegahan terhadap cedera.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
rasa takut, pertanyaan dan ide-ide.
Kemampuan berbicara dipengaruhi oleh suasana hati dan biasanya selalu
merefleksikan kondisi mental, jika tidak ada masalah fisik. Apa yang seseorang
atau pasien katakan dan bagaimana pasien tersebut mengatakannya harus
diperhatikan. Hal-hal lain ini termasuk kemampuan pasien berkomunikasi,
kesulitan dalam berkomunikasi dan hambatan dalam berkomunikasi.
11. Beribadah menurut keyakinan
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan beribadah adalah kemampuan
pasien dalam menjalankan ibadah dan kebutuhan akan mentor/pembimbing
rohani.
12. Bekerja untuk hal yang menyediakan sebuah pencapaian
Hal hal yang perlu dikaji berkaitan dengan bekerja adalah kemampuan
pasien untuk bekerja, visi, harapan dalam bekerja dan hambatan dalam bekerja.
13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan bermain adalah minat bermain,
frekuensi bermain dan jenis rekreasi/permainan (khusus bagi anak, sesuai dengan
tahap tumbuh kembang anak).
14. Belajar, menggali, atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal.
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan belajar adalah kemampuan
pasien dalam belajar, tingkat kecerdasan, dan kemampuan konsentrasi
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
12/45
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
13/45
7
2.1.1 Paradigma Keperawatan Menurut Virginia Henderson
Empat konsep utama yang dikembangkan oleh Henderson (Marriner,
2001) adalah:
a. Individu
Henderson berpendapat bahwa individu/klien harus memiliki keseimbangan
fisiologis dan emosional. Henderson beranggapan bahwa bahwa pikiran dan
tubuh tidak dapat dipisahkan. Pasien memerlukan bantuan untuk mencapai
kemandirian. Perawat dan keluarganya adalah satu kesatuan menurut
Henderson. Kebutuhan-kebutuhan pasien meliputi 14 komponen penanganan
perawatan.
b. Lingkungan
Henderson mengungkapkan defenisi lingkungan dengan menggunakan
Websters New Collegiate Dictionary yaitu sebagai kumpulan semua kondisi
eksternal dan pengaruh-pengaruh yang berdampak pada kehidupan dan
perkembangan organisme, seperti para perawat sebaiknya memperoleh
pendidikan penyelamatan. Perawat harus mengetahui kebiasaan sosial dan
praktik ritual keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.
c. Kesehatan
Sehat adalah suatu kualitas hidup. Menurut Henderson, sehat dapat dilihat dari
kemampuan pasien untuk menjalani 14 komponen kebutuhan dasar manusia
tanpa bantuan. Individu akan memperoleh atau mempertahankan kesehatan
bika memiliki kekuatan, kehendak, atau pengetahuan yang cukup
d. Keperawatan
Menurut Henderson, tugas unik perawat adalah membantu seseorang yang
sehat atau sakit baik yang sakit maupun yang sehat dalam melaksanakan
aktivitasnya. Tugas perawat tidak bergantung dengan dokter, tetapi
mengajukan rencananya apabila dokter datang untuk mengunjungi. Perawat
dapat dan harus mendiagnosa dan menangani bila situasi menuntut demikian.
Perawat dapat menilai kebutuhan dasar manusia. 14 komponen telah
memenuhi kebutuhan pasien dalam penanganan perawatan.
2.1.2 Proses Keperawatan Menurut Virginia Henderson
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasienberdasarkan 14 komponen kebutuhan dasar manusia. Pengumpulan data
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
14/45
8
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
15/45
8
menggunakan observasi, indra penciuman, peraba dan pendengaran. Setelah
terkumpul semua data, perawat menganalisa data tersebut dan
membandingkannya dengan pengetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisa
ini akan menentukan diagnosa keperawatan yang akan muncul.
Diagnosa keperawatan menurut Henderson (1960) didalam Asmadi (2008)
dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya
dengan atau tanpa bantuan serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau
pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan menurut Henderson (1960) didalam Asmadi (2008)
meliputi aktivitas penyusunan rencana perawatan sesuai kebutuhan individu
termasuk didalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan serta
dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sehat-sakit.
Selanjutnya pada tahap implementasi, perawat membantu individu
memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan guna
memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit, atau
membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat sifatnya
individual, tergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya,
keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu.
Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan
dengan menilai kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2.2 Konsep Stroke
2.2.1 Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer, 2002).
Sedangkan stroke menurut WHO dalam Task Force in Stroke and other Cerebrovascular
Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan
oleh gangguan peredarandarah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala
dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokalotak yang terganggu.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
16/45
9
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
17/45
2.2.2 Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari
empat kejadian yaitu:
a. Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari
stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan
yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif,
atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
haemorrhagi intracerebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis
serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis
berat pada beberapa jam atau hari.
b. Embolisme serebral
Embolisme serebral embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah
atau cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau
hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari
embolisme serebral.
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. Hemorrhagi serebral
1) Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera
untuk mempertahankan hidup.
2) Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi
epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena
robek. Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
18/45
10
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
19/45
atau
gejala.
3) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme
pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada
otak.
4) Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak
paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis
serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba,
dengan sakit kepala berat. Bila haemorrhagi membesar, makin jelas
defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.
2.2.3 Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat dikontrol menurut Smeltzer (2002) terdiri dari;
1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6) Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7) Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan
kadar estrogen tinggi)
8) Penyalahgunaan obat ( kokain)
9) Konsumsi alcohol
Dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol adalah:
1) Umur
2) Ras
3) Jenis Kelamin
4) Riwayat Keluarga atau faktor genetic
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
20/4511
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
21/45
2.2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada pasien stroke adalah:
a. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemipereses
atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Diawal
tahapan stroke gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan
hilang atau menurunnya reflek tendon dalam.
b. Kehilangan komunikasi
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
- Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggungjawab
untuk menghasilkan bicara.
- Disfagia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang
terutama ekspresif atau reseptif.
- Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya) seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha
untuk menyisir rambutnya.
c. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.
Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual (karena gangguan
jaras sensori primer diantara mata dn kortek visual), gangguan dalam
hubungan visual spasial (Mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial, sering terlihat pada pasien dengan hemiplegia kiri) dan
kehilangan sensori (dapat berupa kerusakan ringan atau mungkin lebih
berat dengan kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimulus visual taktil dan
auditorius)
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,
kesuliatan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang
menyebabkan pasien menghadapi masalah frustasi dalam programrehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi, masalah psikologik lain juga
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
22/4512
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
23/45
umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosional yang labil,
bermusuhan, frustasi, dendam dan kurang kerja sama.
e. Disfungsi kandung kemih.
Kemungkinan pasien mengalami inkontinensia urinarius sementara karena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan kontrol mekanik
dan postural.
2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi stroke secara umum adalah gangguan pasokan
aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk
sirkulus wilisi: arteria karotis interna dan vertebrobasilar atau semua cabang-
cabangnya. Secara umum apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Oklusi di arteri tidak
selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. ini
terjadi karena terdapat sirkulasi kolateral yang memadai menuju daerah tersebut.
proses patologi yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak (Price & Wilson, 2012)
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Computed Tomography (CT) Scan : menunjukkan adanya stroke hemoragis
dengan segera tetapi bisa jadi tidak menunjukkan adanya infark trombotik
selama 48 72 jam.
2. Magnetic Resonance Imagingbisa membantu mengidentifikasi area yang
mengalami iskemia atau infark dan pembengkakan serebral
3. Tomografi Emisi Positron bisa mengukur aliran darah. Tomografi emisi
foton-tunggal, perfusi CT, dan tekhnik perfusi resonansi magnetik
melaporkan aliran darah relatif dan merupakan alat penelitian.
4. Oftalmoskopi: bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan
aterosklerotik dalam arteri retina.
5. Angiografi: menggambarkan pembuluh darah dan menunjukkan plakaterosklerotik, oklusi pembuluh atau tempat ruptur.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
24/45
13
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
25/45
6. EEG membantu menunjukkan lokasi area yang rusak
7. Studi laboratorius lainnya meliputi urinalisis, studi koagulasi, jumlah sel
darah lengkap, osmolaritas serum dan kadar elektrolit, glukosa, trigliserida,
kreatinin, dan nitrogen urea darah.
2.2.7 Penatalaksanaan
a) Prinsip penatalaksanaan stroke iskemik fase akut ( non hemoragik )
1. Membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung
( 3-6 jam pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant
tissue-plasminogen activator). Pengobatan ini hanya boleh diberikan pada
stroke iskemik dengan waktu onset kurang dari 3jam dan hasil CT scannormal. Obat ini sangat mahal dan hanya bisa dilakukan dirumahsakit
yang fasilitasnya lengkap.
2. Mencegah perburukan neurologist yang berhubungan dengan stroke
yang masih berkembang ( jendela terapi sampai dengan 72 jam).
3. Mencegah stroke berulang dini ( dalam 30 hari sejak onset gejala
stroke)
Sekitar 5% pasien yang dirawat dengan stroke iskemik mengalamiserangan stroke kedua dalam 30 hari pertama. Resiko ini paling tinggi (lebih
besar dari 10%) pada pasien dengan stenosis karotis yang berat dan
kardioemboli serta paling rendah (1%) pada pasien dengan infark lakuner.
Terapi dini dengan heparin dapat mengurangi resiko stroke berulang dini pada
pasien dengan kardioemboli.
4. Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada pasien dengan
tanda klinis atau radiologist adanya infark hemisfarik atau serebelum yangmassif, kesadaran menurun, gangguan pernafasan, atau stroke dalam
evolusi.
5. Pertimbangkan konsul bedah saraf untuk dekompresi pada pasien
dengan infark serebelum yang luas.
6. Pertimbangkan sken resonansi magnetic pada pasien dengan stroke
vertebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infark yang tidak nyata pada
CT scan.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
26/45
14
7 Pertimbangkan pemberian heparin intravena dimulai dosis 800
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
27/45
7. Pertimbangkan pemberian heparin intravena dimulai dosis 800
unit/jam, 20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan
20ml/jam, sampai masa tomboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol pada
kondisi berikut ini :
- Kemungkinan besar stroke kardioemboli
- Iskemia otak sepintas (TIA) atau infark karena stenosis artewri
karotis
- Stroke dalam evolusi
- Diseksi arteri
- Trombosis sinus dura
Heparin merupakan kontra indikasi relative pada pasien dengan infark luas
yang berhubungan dengan efek massa atau konfersi/transformasi hemoragik.
Pasien stroke dengan infark miokard baru, fibrilasi atrium penyakit katup
jantung atau thrombus intrakardiak harus diberikan antikoagulan oral
(warfarin) sampai minimal 1 tahun dengan mempertahankan masa protrombin
1,5-2,5 kali control atau INR 2-3.
b) Prinsip penatalaksanaan sroke hemoragik fase akut
1. Singkirkan kemungkinan koagulopati : pastikan hasil masa protrombin dan
masa tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin
memanjang berikan plasma beku segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4
jam dan vitamin K 15mg intravena bolus, kemudian 3 kali sehari 15 mg
subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin
dengan protamin sulfat 10-50mg lambat bolus(1 mg mengoreksi 100 unit
heparin.
2. Kendalikan hipertensi: Berlawanan dengan infark serebri akut pendekatan
pengendalian tekanan darah yang lebih agrsif dilakukan pada pasien
dengan perdarahan intraserebral akut, karena tekanan yang tinggi daoat
menyebabkan perburukan edema perihematoma serta meningkatkan
kemungkinan perdarahan ulang. Tekanan darah sistolik> 180mmHg harus
diturunkan sampai 150-180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena
dalam 2 menit ; ulangi 40-80 mg intravena dalam interval 10 menit sampai
tekanan yang diinginkan kemudian infuse 2mg/ menit (120ml/jam0 dan
dititrasi atau penghambat ACE (misalnya kaptopril 12,5-25 mg, 2-3 kalisehari) atau antagonis kalsium (misalnya nifedipine oral 4 kali 10 mg).
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
28/45
15
3. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila ; perdarahan serebelum
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
29/45
g ; p
diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml untuk dekompresi
atau pemasangan pintasan ventrikulo peritoneal bila ada hidrosefalus
obstruktif akut atau liping aneurisma.
4. Berikan manitol 20% (1kg/kgBB, intravena dalam 20-30 menit) untuk
pasien dengan koma dalam atau tanda tanda tekanan intracranial yang
meninggi atau ancaman herniasi. Steroid tidak terbukti efektif pada
perdaraghan intraserebral.Steroid hanya dipakai pada kondisi ancaman
herniasi transtentorial.Hiperventilasi dapa dilakukan untuk membantu
menurunkan tekanan intracranial.
5. Pertimbangkan fenitoin (10-20mg/kgBB intravena, kecepatan maksimal
50mg/menit; atau peroral) pada pasien dengan perdarahan luas dan derajat
kesadaran menurun. Umumnya antikonvulsan hanya diberikan bila ada
aktivitas kejang. Namun terapi profilaksis beralasan jika kondisi pasien
cukup kritis dan membutuhkan intubasi , terapi tekanan intracranial
meningkat atau pembedahan .
6. Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipine untuk mencegah
vasospasme bila secara jklinis fungsi lumbal atau CT scan menunjukan
perdarahan subaraknoid akut primer.
7. Perdarahan intraserebral
- Obati penyebabnya
- Turunkan tekanan intracranial yang meninggi
- Berikan neuroprotektor
- Tindakan bedah dengan pertimbangan usia dan skala koma
Glasgow >4 hanya dilakukan pada pasien dengan :
1. Perdarahan serebelum dengan diameter lebih dari 3 (kraniotomi
dekompresi)
2. Hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum
(VP shunting)
3. Perdarahan Lobar diatas 60cc dengan tanda tanda peningggian
tekanan intracranial akut dan ancaman herniasi
8. Tekanan intracranial yang meninggi pada pasien stroke dapat diturunkan
dengan salah satu cara atau gabungan berikut ini :
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
30/45
16
- Manitol bolus, 1 gram/kgBB dalam 20-30 menit kemudian
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
31/45
dilanjutkan dengan dosis 0,25-0,5g/kgBB setiap 6jam sampai maksimal
48 jam. Target osmolaritas =300-320 mosmol/liter
- Gliserol 50% oral , 0,25-1g/kg setiap 4-6jam atau gliserol 10%
intravena, 10ml/kgBB dalam 3-4jam (untuk edema sesrebri ringan atau
sedang)
- Furosemid 1mg/kgBB intravena
9. Perdarahan subaraknoid
1. Nimodipine dapat diberikan untuk mencegah vasospasme pada
perdarahan subaraknoid primer akut
2. Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid
stadium 1 dan 2 akibat pecahnya aneurisma sakula Berry(klipping) dan
adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
32/45
17
BAB 3
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
33/45
TINJAUAN KASUS
KasusNama pasien : Tn H.
Usia : 23 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Status Pernikahan : Single
Alamat : Jl. Sunan Gunung Jati No.10 RT 019/- JambiNo Registrasi : 373-45-28
Tanggal Masuk RS : 12 November 2012
Diagnosa Medis : Infark Cerebri
Pasien datang ke RS rujukan dari Jambi dengan diagnosa polisitemia,
infark cerebri thalamus kanan dengan keluhan sakit kepala, lemas sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami pingsan di rumah sebelum masuk
rumah sakit di Jambi. Pasien datang ke RSCM dengan keluhan sakit kepala dan
lemas. Klien mempunyai riwayat hipertensi. Pasien dari RS Jambi didiagnosa
SNH dan polisitemia vera. Riwayat jatuh dari mobil tahun 2010 dengan patah
tulang kaki. Riwayat kejang dengan panas tinggi 40o diusia 6 bulan. Riwayat
minum alkohol 5 bulan yang lalu. Pasien merokok perhari 6 batang.
Nutrisi : klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan yang dihabiskan
hanya porsi. Jenis bubur sayur dan lauk. Klien minum air putih 5 6 gelas
sehari. Eliminasi : klien BAB secara teratur sehari sekali, warna kuning dan bau
khas. Tidak ada kesulitan dalam BAB. Klien BAK 2 1 kali sehari, warna kuning
jernih, baunya khas. Tidak ada kesulian saat BAK. Personal Hygiene : klien tidak
mampu melakukan personal hygiene dan beberapa aktifitas lainnyasecara sendiri
dan masih memerlukan bantuan perawat dan keluarga.
Pemeriksaan fisik: Keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos
mentis, GCS : 15, TD 140/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt, RR: 18x/mnt, suhu 36 oC.
Pernafasan spontan. Tidak ada penyumbatan jalan nafas, tidak ada penggunaan
otot bantu napas, pola nafas dan irama regular, sputum (-), batuk (-), sianosis (-),
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
34/45
18
suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, ronchi (-), wheezing (-),
bunyi jantung S1 dan S2 irama jantung teratur CRT < 2 detik Pencernaan
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
35/45
bunyi jantung S1 dan S2, irama jantung teratur, CRT < 2 detik. Pencernaan
normal, klien mengatakan nafsu makannya berkurang, mual (+), makan 3x sehari
dengan porsi sedikit (1/2 porsi), jenis : diit RG, tidak ada makanan khusus
kesukaan, klien tidak ada alergi terhadap jenis makanan tertentu, reflek menelan
berkurang (lambat), reflek mengunyah juga lambat. kebersihan mulut kurang,
lidah kotor, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik (elastis), kulit lembab dan
teraba hangat. TB: 176 cm BB sebelumnya 65 kg. Kulit ada keloid di telapak kaki
dan tangan kanan.
Penilaian status fungsionals saat di RS: kemampuan mengendalikan
rangsangan defekasi (BAB) kadang tidak terkendali. Kemampuan mengendalikanrangsangan berkemih (BAK) secara mandiri. Kemampuan membersihkan diri
(cuci muka, sisir rambut dan sikat gigi) membutuhkan pertolongan orang lain.
Kemampuan menggunakan jamban masuk dan keluar (melepaskan, memakai
celana, membersihkan dan menyiram) masih perlu pertolongan pada beberapa
kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri kegiatan yang lain. Kemampuan makan
perlu dibantu oleh orang lain dalam memotong makanan. Kemampuan dari
berbaring ke duduk dilakukan secara mandiri oleh pasien selama di RS. Berpindahdan berjalan membutuhkan bantuan orang lain. Pasien mampu memakai baju
secara mandiri. Kemampuan naik turun tangga membutuhkan pertolongan. Mandi
juga membutuhkan pertolongan.
Risiko jatuh pada pasien mendapatkan nilai total 25 dari poin risiko dari
riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan terakhir, diagnosis medis sekunder >
1, penggunaan alat bantu jalan, kemampuan cara berjalan dan berpindah, dan
status mental mendapatkan nilai 0 dengan interpretasi bahwa pasien melakukan
perawatan dengan baik. Sedangkan poin risiko jatuh menggunakan infus
mendapatkan nilai 25 yang artinya perawat cukup melakukan intervensi jatuh
standar.
Data penunjang : pemeriksaan di laboratorium pada tanggal 12 november
2012 di dapatkan Hb = 17,2 g/dl, Hct = 50,9, eritrosit 6,14 x 106/L, MCV = 82,9
fL, MCHC =33,8 g/dl, trombosit (L) =115 x 10 3/ L, leukosit = 7,38 x 103/L,
ureum = 16 mg/dl, kreatinin darah = 0,90, asam urat = 4,5 mg/dl, glukosa sewaktu
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
36/45
19
= 84 mg/dl, Na = 142 mEq/L, K (L) = 3,17 mEq/L, Cl = 106, 4 mEq/L. Dan pada
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 november 2012 di dapatkan Na = 146
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
37/45
mEq/L, K = 3,68 mEq/L, Cl = 110,4 mEq/L. Pemeriksaan analisa gas darah pada
tanggal 12 november 2012 menghasilkan PH = 7,429, pCO2 = 33,5 mmHg, pO2 =
86,4 mmHg, SO2 % = 96,7. Pemeriksaan MRI pada tanggal 13 november 2012
didapatkan kesimpulan bahwa perdarahan (baru) di lobus temporo-parietal kanan.
Perdarahan lama di lobus parietal kiri dengan perifokal oedem, dan tak tampak
massa/SOL. Pada pemeriksaan CT scan tanggal 6 november 2012 didapatkan
infark cerebri di thalamus kanan.
Terapi yang diberikan tanggal 12 november 2012 adalah panadol tab
500mg (3x1), pantozol IV 40mg (1x1), cithicolin IV 500mg (2x1). Pada tanggal13 november 2012 terapi yang diberikan ceftriaxone IV 2gr (1x1), Neulin tab (2x
1), Imbost E tab (1x1), Dialon tab k/p, Pantozol IV 40mg (2x1), panadol tab
500mg k/p max 3 tab, KSR tab (2x1)
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
38/45
20
BAB IV
PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN MODEL KEPERAWATAN
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
39/45
PEMENUHAN 14 KEBUTUHAN DASAR
4. 1 Pengkajian
Pengkajian tgl :13 November 2012Tanggal MRS :12 November 2012Ruang/Kelas : Kencana/VIP
Jam Masuk : 11.00NO. RM : 373-45-28Dx. Masuk : Infark Cerebri
Identitas
Nama : Tn H. Jenis Kelamin : L/PUmur : 23 tahun Berat Badan : 65 kg kgAgama : Islam Tinggi Badan : 176 cmPendidikan : SMA Status Perkawinan :singlePekerjaan : - Penanggung Biaya : sendiriSuku/Bangsa :
Alamat : : Jl. Sunan Gunung Jati No.10 RT 019/- Jambi
RiwayatSakitdanKesehatan
Keluhan utama : sakit kepala dan lemasRiwayat penyakit saat ini : Pasien datang ke RS rujukan dari Jambidengan diagnosa polisitemia, infark cerebri thalamus kanan dengankeluhan sakit kepala, lemas sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.Pasien mengalami pingsan di rumah sebelum masuk rumah sakit diJambi. Pasien datang ke RSCM dengan keluhan sakit kepala dan lemas.Riwayat penyakit dahulu :Riwayat jatuh dari mobil tahun 2010 dengan patah tulang kaki.Riwayat kejang dengan panas tinggi 40o diusia 6 bulan.
Riwayat penyakit keluarga: ada tidakPenyakit:
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan: Riwayat minum alkohol 5bulan yang lalu. Pasien merokok perhari 6 batang.
Observasi Keadaan Umum: baik sedang lemah
Kesadaran: compos mentisTanda vital TD : 120/80mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu Badan : 36 0C RR: 18 x/mntBerat Badan : 65 kg Tinggi badan: 176 cm
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
40/45
21
mal
Keluhan : sesak nyeri waktu nafas tidak sesakBatuk : Produktif Tidak produktif tidak batukSekret : - konsistensi : -W b
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
41/45
BernafassecaraNorm
Warna : - bau : -Pola nafas irama: Teratur Tidak teraturJenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes
Lain-lain:Suara nafas: Vesikuler Stridor Wheezing Ronchi
Lain-lain:Alat bant nafas: Ya TidakJenis: flow :Lain-lain :
Masalah: Tidak ditemukan adanya masalah
Makandanminumyangadekua
tNafsu makan: BaikMenurun
Frekuensi makan: 3 x/hariKeterangan : makanan padat/cairPorsi makan: Habis Tidak ( porsi)Mulut dan TenggorokanMulut: Bersih Kotor BerbauMukosa Lembab Kering StomatitisTenggorokan Sakit menelan/nyeri tekan Kesulitanmenelan
Pembesaran tonsil Lain-lain:Intake cairan : 5-6 gelas/hari
Masalah: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Eliminasi
Buang air besar: 1 x/hari ( cc/hari)Konsistensi:Lunak Bau: khas Warna: kuningBuang air kecil: 1-2 x/hari (200-400 cc/hari)Warna: kuning jernihAlat bantu eleminasi: tidak ada
Masalah: tidak ditemukan adanya masalah
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
42/45
22
n
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas TerbatasKekuatan otot: 5 4
5 4Kelainan ekstremitas Ya Tidak
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
43/45
Bergerakdanmempertahan
kan
posturtubuh
Kelainan ekstremitas Ya TidakKelainan tulang belakang Ya TidakFraktur Ya TidakTraksi/spalk/gips Ya TidakKompartemen syndrome Ya Tidak
Nyeri saat bergerak Ya (Level: 4 Lokasi: di kepala ) TidakOdema: Ada Tidak ada Lokasi:Perawatan dan Pergerakan 0 1 2 3 4
Makan / minum Toileting Berpakaian
Mobillitas ditempat tidur Berpindah Ambulasi/ROM
Keterangan nilai : 0 = mandiri, 1 = dibantu dengan alat, 2. dibantu denganorang lain 3 = dibatu dengan alat dan orang lain, 4 = tergantung total.
Masalah: - Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral- Resiko gangguan mobiltas fisik
Istirahat
dantidur
Istirahat / tidur: 5 jam/hariGangguan tidur:Penggunaan obat tidur : Ya Tidak
Lain-lain: - Masalah: Tidak ditemukan masalah
KebersihanDiri
Mandi : 1 x/hari Sikat gigi/oral hygiene: 1 x/hariKeramas : 1 x/minggu Memotong kuku: -Ganti pakaian: 1 x/hariMerokok : Ada TidakKulit : Adanya keloid d telapak kaki dan tangan Lesi:
Warna kulit:
Ikterus
Sianotik
Kemerahan
PucatHiperpigmentasiTurgor: Baik Sedang Jelek
Masalah: Tidak ditemukan masalah
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
44/45
23
Persepsi klien terhadap penyakitnyaCobaan Tuhan hukuman lainnyaEkspresi klien terhadap penyakitnyaBiasa saja gelisah tegang marah/menangis
-
7/16/2019 Askep Menggunakan Henderson
45/45
Psiko-spiritu
al Kegiatan ibadah:
Membutuhkan rohaniawan: ya tidakKebutuhan hiburan:
Kebutuhan belajar/pemahaman terhadap penyakitnya:
Harapan terhadap pekerjaan:
Masalah: Tidak terkaji
PolaPerand
an
Hubunan
Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
Pola Komunikasi dengan keluarga, teman, petugas kesehatan:pasien kurang dekat dengan keluarga, lebih banyak diam
Lain-lain
Data penunjang (Lab, Foto, USG, dll)Data penunjang : pemeriksaan di laboratorium pada tanggal 12november 2012 di dapatkan Hb = 17,2 g/dl, Hct = 50,9, eritrosit 6,14 x106/L, MCV = 82,9 fL, MCHC =33,8 g/dl, trombosit (L) =115 x 10 3/L, leukosit = 7,38 x 103/L, ureum = 16 mg/dl, kreatinin darah = 0,90,
asam urat = 4,5 mg/dl, glukosa sewaktu = 84 mg/dl, Na = 142 mEq/L, K(L) = 3,17 mEq/L, Cl = 106, 4 mEq/L. Dan pada pemeriksaanlaboratorium pada tanggal 13 november 2012 di dapatkan Na = 146mEq/L, K = 3,68 mEq/L, Cl = 110,4 mEq/L. Pemeriksaan analisa gasdarah pada tanggal 12 november 2012 menghasilkan PH = 7,429, pCO2= 33,5 mmHg, pO2 = 86,4 mmHg, SO2 % = 96,7. Pemeriksaan MRI
pada tanggal 13 november 2012 didapatkan kesimpulan bahwaperdarahan (baru) di lobus temporo-parietal kanan. Perdarahan lama dilobus parietal kiri dengan perifokal oedem, dan tak tampak massa/SOL.Pada pemeriksaan CT scan tanggal 6 november 2012 didapatkan infarkcerebri di thalamus kanan.
Masalah: tidak ditemukan adanya masalah