Askep Hisprung

41
Askep Hisprung ( Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung ) okey sobat silahkan copy artikelnya di bawah ini semuanya sudah lengkap, okey saya rasa to the point saja deh: Pengertian Hisprung Penyakit Hisprung (Hirschprung) adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu. Hisprung Etiologi Penyakit Hisprung Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.

Transcript of Askep Hisprung

Page 1: Askep Hisprung

Askep Hisprung ( Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung ) okey sobat silahkan copy artikelnya di bawah ini semuanya sudah lengkap, okey saya rasa to the point saja deh:

Pengertian Hisprung

Penyakit Hisprung (Hirschprung)  adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.

HisprungEtiologi Penyakit Hisprung

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.Gejala Penyakit HisprungAkibat dari  kelumpuhan  usus besar dalam menjalankan fungsinya, maka tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan.Patofisiologi Penyakit Hisprung

Page 2: Askep Hisprung

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).Pemeriksaan Tambahan pada Penyakit HisprungPemeriksaan colok dubur  untuk menilai adanya pengenduran otot dubur.Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah roentgen perut, barium enema, dan biopsi rektum. Roentgen perut bertujuan untuk melihat apakah ada pembesaran/pelebaran usus yang terisi oleh tinja atau gas. Barium enema, yaitu dengan memasukkan suatu cairan zat radioaktif melalui anus, sehingga nantinya dapat terlihat jelas di roentgen sampai sejauh manakah usus besar yang terkena penyakit ini. Biopsi (pengambilan contoh jaringan usus besar dengan jarum) melalui anus dapat menunjukkan secara pasti tidak adanya persarafan pada usus besar. Biopsi ini biasanya dilakukan jika usus besar yang terkena penyakit ini cukup panjang atau pemeriksaan barium enema kurang dapat menggambarkan sejauh mana usus besar yang terkena.Komplikasi Penyakit Hisprung

Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan septikemia.Penatalaksanaan klien dengan Hisprung

1.      Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.2.      Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, enterokolitis berat dan keadaan umum buruk.3.      Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hisprung

A.    Pengkajian.1. Identitas.Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).2. Riwayat Keperawatan.

Page 3: Askep Hisprung

a.       Keluhan utama.Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.b.      Riwayat penyakit sekarang.Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.c.       Riwayat penyakit dahulu.Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.d.      Riwayat kesehatan keluarga.Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.e.       Riwayat kesehatan lingkungan.Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.f.       Imunisasi.Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.h.      Nutrisi.3. Pemeriksaan fisik.a.       Sistem kardiovaskuler.Tidak ada kelainan.b.      Sistem pernapasan.Sesak napas, distres pernapasan.c.       Sistem pencernaan.Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.d.      Sistem genitourinarius.e.       Sistem saraf.Tidak ada kelainan.f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.Gangguan rasa nyaman.g.      Sistem endokrin.Tidak ada kelainan.h.      Sistem integumen.Akral hangat.i.        Sistem pendengaran.Tidak ada kelainan.4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.a.       Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.b.      Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.

Page 4: Askep Hisprung

c.       Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa.d.      Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.e.       Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolin eseterase.B.     Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).

Pohon Masalah Askep HisprungC. Diagnosa Keperawatan pada Askep Hisprung

1.      Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.3.      Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.4.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.5.      Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak.D.    Perencanaan Keperawatan pada Askep Hisprung

1.      Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen.Intervensi :

Page 5: Askep Hisprung

Monitor cairan yang keluar dari kolostomi. Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnyaPantau jumlah cairan kolostomi. Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairanPantau pengaruh diet terhadap pola defekasi. Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral.Intervensi :Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan. Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairanPantau pemasukan makanan selama perawatan. Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kaloriPantau atau timbang berat badan. Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan3.     Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal.Intervensi :Monitor tanda-tanda dehidrasi. Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnyaMonitor cairan yang masuk dan keluar. Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuhBerikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan. Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi4.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.Intervensi :Kaji terhadap tanda nyeri. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnyaBerikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan. Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeriBerikan obat analgesik sesuai program. Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusatDaftar PustakaKuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta.Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Page 6: Askep Hisprung

Asuhan Keperawatan Hisprung

Page 7: Askep Hisprung

A. Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).

B. Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.

Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

D. Manifestasi Klinis

Page 8: Askep Hisprung

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama

setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu

dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit

Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir

dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan

evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa

konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.

Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses

yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul

enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat

berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).

1. Anak – anak

a Konstipasi

b Tinja seperti pita dan berbau busuk

c Distenssi abdomen

d Adanya masa difecal dapat dipalpasi

e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).

2. Komplikasi

Page 9: Askep Hisprung

a Obstruksi usus

b Konstipasi

c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

d Entrokolitis

e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :

a Daerah transisi

b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit

c Entrokolitis padasegmen yang melebar

d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )

2. Biopsi isap

Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel

ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )

3. Biopsi otot rektum

Yaitu pengambilan lapisan otot rektum

Page 10: Askep Hisprung

4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas

terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )

5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus

( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )

6. Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang

menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk

dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

F. Penatalaksanaan

1. Medis

Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan

obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk

mengembalikan ukuran normalnya.

b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai

sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily &

Sowden 2002 : 98 )

Page 11: Askep Hisprung

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,

Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling

sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana

mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )

2. Perawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :

a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara

dini

b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI,

2000 : 1135 )

Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak

dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya

meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.

Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi

dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )

Konsep Tumbuh Kembang Anak

Page 12: Askep Hisprung

Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga

dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 )

berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang

dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu

masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata,

mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek

dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak

mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi

dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat

pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram,

pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik

( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai

hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).

Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun

dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu

lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla

spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala

meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar

pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).

Page 13: Askep Hisprung

1. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler

Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam

hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada

anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.

Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering

menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh

peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.

Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan

orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan

pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi

anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).

2. Fokus Intervensi

a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces

( Wong, Donna, 2004 : 508 )

Tujuan :

1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi

secara normal dan bisa dilakukan

Kriteria Hasil

1. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi

Page 14: Askep Hisprung

2. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik

Intervensi :

1. Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %

2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali

3. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah

4. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses

5. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan

b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan

mual dan muntah

Tujuan :

1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan

Kriteria Hasil

1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya

2. Turgor kulit pasien lembab

3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan

Intervensi

Page 15: Askep Hisprung

1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan

2. Ukur berat badan anak tiap hari

3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk

mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah

c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily &

Sowden 2002:197)

Tujuan :

1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil

1. Turgor kulit lembab.

2. Keseimbangan cairan.

Intervensi

1. Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien

2. Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output

3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan

segera

Page 16: Askep Hisprung

d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong,

2004 ).

Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat

Kriteria hasil :

1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan.

Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu

menceritakanya kembali

Intervensi

1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui

sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien

2. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon

3. Kaji latar belakang keluarga

4. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga

pasien

5. Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien

Menggunakan liflet aatau agmbar dalam menjelaskan ( Suriadi & Yuliani, 2001: 60 ).

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Askep Hisprung

A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC

Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan

Tambayong. Jakarta : EGC

Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester.

Jakarta : EGC

Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.

Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta :

Bina Rupa Aksara

Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika

Jakaarta.

Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembanagn Anak. Jakarta : EGC

Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto

Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC

Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) HISPRUNG

Page 18: Askep Hisprung

NUZULUL ZULKARNAIN HAQ

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden: 2000). Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. (Arief Mansjoeer, 2000).

Melakukan asuhan keperawatan (askep) pada pasien dengan gangguan hisprung merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam pelayanan pasien gangguan hisprung.Pemberian asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya.

 

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui definisi dari Hisprung

1.2.2 Untuk mengetahui etiologi dari Hisprung

1.2.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hisprung

1.2.4 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hisprung

1.2.5 Untuk mengetahui Web of Cause dari hirsprung

1.2.6 Untuk mengetahui Askep hirsprung pada pasien anak

Page 19: Askep Hisprung

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apa definisi dari Hisprung

1.3.2 Apa etiologi dari Hisprung

1.3.3 Apa manifestasi klinis dari Hisprung

1.3.4 Apa penatalaksanaan dari Hisprung

1.3.5 BagaimanaWeb of Cause dari hirsprung

1.3.6 Bagaimana Askep hirsprung pada pasien anak

 

1.4 Manfaat

1.4.1 Mengetahui definisi dari Hisprung

1.4.2 Mengetahui etiologi dari Hisprung

1.4.3 Mengetahui manifestasi klinis dari Hisprung

1.4.4 Mengetahui penatalaksanaan dari Hisprung

1.4.5 Mengetahui Web of Cause dari hirsprung

1.4.6 Mengetahui Askep hirsprung pada pasien anak

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 

 

2.1  Definisi

Penyakit hisprung atau megakolon aganglionik bawaan diebabkan leh kelainan inervasi usus, di mulai dari sfingter ani interna dan meluas ke proximal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. Hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering terjadi pada neonatus, dengan insiden 1:1500 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak daripada perempuan 4:1 dan ada insiden keluarga pada penyakit segmen panjang. Hisprung dengan bawaan lain

Page 20: Askep Hisprung

termasuk sindrom down, sindrom laurance moon-barderbield dan sindrom wardenburg serta kelainan kardivaskuler. (Behrman, 1996)

Penyakit hisprung disebabkan oleh tak adanya sel ganglion kongenital dalam pleksus intramural usus besar. Segmen yang terkena bisa sangat pendek. Tampil pada usia muda dengan konstipasi parah. Enema barium bisa menunjukkan penyempitan segmen dengan dilatasi colon di proksimal. Biopsi rectum bisa mengkonfirmasi diagnosis, jika jaringan submukosa di cakup. Terapi simtomatik bisa bermanfaat, tetapi kebanyakan pasien memerlukan pembedahan (G. Holdstock, 1991)

 

2.2        Etiologi

Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Budi, 2010).

 

2.3  Manifestasi Klinis

Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi akibat dari  kelumpuhan  usus besar dalam menjalankan fungsinya, sehingga tinja tidak dapat keluar. Biasanya bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam pertama. Namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung, tinja akan keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi juga akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan (Budi, 2010). 

Menurut Anonim (2010) gejala yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah:Dalam rentang waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan Meconium (kotoran pertama bayi yang berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman)

1. Malas makan2.  Muntah yang berwarna hijau3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)

Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun):

1.  Tidak dapat meningkatkan berat badan2. Konstipasi (sembelit)3. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)

Page 21: Askep Hisprung

4. Diare cair yang keluar seperti disemprot5. Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap sebagai

keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.

Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :

1. Konstipasi (sembelit)2. Kotoran berbentuk pita3. Berbau busuk4. Pembesaran perut5. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)6. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

 

2.4  Penatalaksanaan

Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan dan konservatif.

a)      Pembedahan

Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).

Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:

1. Prosedur duhamel

Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang telah ditarik

1. Prosedur swenson

Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior

1. Prosedur soave

Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa

Page 22: Askep Hisprung

b)      Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.

DOWNLOAD : WOC ASKEP HISPRUNG

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HISPRUNG

STUDY KASUS

Seorang anak M (pr) berusia 1 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit pada tanggal 2 Juni 2008 dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB.  Setelah mendapatkan pelayanan dari rumah sakit, ibumengatakan, anaknya baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur, anaknya sudah tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh pulang, ibu bingung karena dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan tapi dokter spesialis anak belum boleh karena sekalian mau di operasi.

3.1 Pengkajian

1. Biodata

      Data bayi

Nama               : By. M

Jenis kelamin   : perempuan

Tanggal Lahir : 8 Mei 2008

Tanggal MRS  : 2 juni 2008

BB/PB             : 2900 g/ 54cm

Dx medis                     : hirsprung

Pengkajian       : 9 Juni

 

Data Ibu

Nama               : Ny. K

Page 23: Askep Hisprung

Pekerjaan                     : Tidak kerja

Pendidikan      : SLTA

Alamat                        : Kedinding Tenagh SBY

Nama ayah      : Tn T

Pekerjaan                     : PT PAL

Pendidikan      : SLTA

1. Keluhan utama

tidak bisa BAB sehingga perut anak besar sehingga tidak mau makan dan minum

1. Riwayat penyakit sekarang

Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah berupa susu yang diminum, muntah sejak 3 hari yang lalu.

1. Riwayat penyakit sebelumnya

Lahir spontan ditolong dokter, langsung boleh pulang, tidak ada kelainan.

1. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada saudara yang sakit seperti ananknya

1. Pemeriksaan fisik

a)      Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 90/60mm/hg

Denyut nadi         : 114/menit

Suhu tubuh           : 36,5

RR                                    : 40/menit

b)       Pemeriksaan persistem

B1 reathing          : normal

B2 Blood             : normal

Page 24: Askep Hisprung

B3 Brain               : normal

B4 Bladder          : normal

B5 Bowel : kembung, bising usus 10x/ menit, muntah, peningkatan

    nyeri  abdomen

B6 Bone               : normal

7.  Data Tambahan :

a. Radiologi :

- Torax foto (2-6-08):

 Cor : besar & bentuk kesan normal

 Pulmo : tidak tampak infiltrat, sinus phrenicocostalis D.S tajam

 Thymus : positif

 Kesimpulan : foto torax tidak tampak kelainan

- Baby gram (2-6-08):

 Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar

- BOF (2-6-08)

Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar (menyokong gambaran Hirsprung Disease

- Colon in loop (5-6-08):

Tampak pelebaran rectosigmoid

Tampak area aganglionik di rectum dengan jarak ± 1,5 cm dari anal dengan daerah hipoganglionik diatasnya.

Tampak bagian sigmoid lebih besar dari rectum.

Kesimpulan : Sesuai gambaran Hirschprung Diseases

 

Page 25: Askep Hisprung

b. Laboratorium :

  Tanggal 2-6-08 :

  Glukosa       : 80 mg/dl                    ( 70 -110)   WBC 7 × 103 /uL             (4,7-11,3)

  SC               : 0.5 mg/dl                   ( 0.6-1,1 )   HGB 10,8 g/dl                             (11,4-15,1)

  BUN                       : 4 mg/dl                      ( 5 - 23 )    RBC 3,33 × 106 /uL                      (4 -5)

  Albumin      : 4,1 g/dl                      ( 3,8 -5,4)   HCT 33,7 %                                 (38 - 42)

  K                 : 3,87 mmol/L  ( 3,6 - 5,5)  PLT 327 × 103                              (142 - 424)

  Na               : 137,8 mmol/L            (13 -155 ) 

  Ca               : 10 mg/dl                    (8,1 - 10,4)

  Tanggal 9-6-2008:

  CRP: negative (<6 mg/dl)

Glukosa: 80 mg/dl

Analisis Data

 

No DATA ETIOLOGI MASALAH1 S: Ibu;

-Anaknya baru bisa BAB jika diberi obat lwat dubur.

-BAB 1-2×/hr, konsisitensi lembek, berwarna kuning.

O:

-  Tampak distensi abdomen.

-  Lingkar abdomen 39 cm.

Aganglionisis parasimpatikus

Mesenterikus

Daya dorong lemah

Feses tidak bisa keluar

Konstipasi

Page 26: Askep Hisprung

2

3

-  Bising usus 10×/mnt

S: Ibu;

- Jika tidak bisa BAB, perut anaknya membesar sehingga malas minum ASI/PASI.

O:

- Tidak ada ada (muntah, iritabel, peningkatan nyeri tekan abdomen)

- Tampak distensi abdomen.

- Lingkar abdomen 39 cm.

- Suhu aksila 36,5°C

- WBC 7×10 /uL

- CRP < 6

S:

- Ibu mengatakan, kondisi anaknya sudah tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh pulang.

- Ibu mengatakan, saya bingung karena dokter satu membolehkan pulang dan rawat jalan tapi dokter satunya belum boleh karena sekalian mau dioperasi.

Konstipasi

Konstipasi

Pertumbuhan bakteri dalam kolon meningkat

Enterokolitis

PK: Enterokolitis

Page 27: Askep Hisprung

O:

- Wajah tampak kusut

- Kurang perhatian (rambut dan baju acak-acakan)

- Interaksi dengan Ibu-Ibu lain kurang.

- Afek datar

- Emosi rendah

- Tidak ada diaforesis

- T = 130/80

- N = 80×/mnt

- RR = 20 ×/mnt

Kurang pengetahuan tentang penyakit dan terapu yang diprogramkan Cemas orang

tua

 (Ibu)

 

3.2 Diagnosa dan Intervensi

 

No

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Konstipasi berhubungan dengan aganglionisis parasimpatis area rektum

Tujuan: konstipasi dapat teratasi dala 4 × 24 jam

Kriteria hasil:

1.  BAB teratur 3-4 ×/hr

2.  Konsisitensi lembek

3.  Distensi abdomen berkurang

1. Berikan microlac rectal tiap hari

1. Berikan ASI

1. Untuk mangetahui kondisi usus melalui feses

Page 28: Askep Hisprung

4.  Lingkar abdomen berkurang

1. Observasi bising usus, distensi abdomen, lingkar abdomen

2. Observasi frekuensi dan karakteristik feses tiap BAB

3. Membantu memperlancar defekasi

4. Untuk melunakkan feses denagn menambah intake cairan

5. Mengetahui peristaltic usus

2 Enterokolitis berhubungan dengan stagnasi dan akumulasi feses dalam kolon.

Tujuan: tidak terjadi enterokolitis selama perawatan.

Kriteria Hasil:

1.  BAB teratur 3-4x/hari

2.  Distensi abdomen berkurang

3.  Lingkar abdomen berkurang

4.  Tidak diare

1. Berikan ASI

1. Observasi suhu axila, hindari mengukur suhu lewat rectal

2. Jelaskan gejala dan

1. Melunakkan feses

2. Menghindari terjadinya infeksi baru

1. Menambah pengetahuan keluarga

Page 29: Askep Hisprung

5.  Suhu axila 36,5-37,5o C

6.  WBC 5-10 x 10/uL

tanda enterokolitis

3. Berikan antibiotic sesuai stadium enterokolitis yang diberikan tidak lewat oral (Klaus: 1998)

4. Berikan NaHCO3 jika terjadi asidosis(Klaus: 1998)

5. Berikan nutrisi setelah pasien stabil, dengan memberikan makanan secara IV(Klaus: 1998)

6. Lakukan pembedahan jika ada indikasi (Klaus: 1998)

3 Ansietas (ibu) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan terapi

 Tujuan: Ansietas (ibu) berkurang dalam 24 jam

Kriteria Hasil:

1. Ibu mangungkapkan suatu pemahaman yang baik tentang proses penyakit anaknya

1. Mengetahui perkembangan anak

2. Mengurangi kecemasan

Page 30: Askep Hisprung

yang diprogramkan

2. Ibu memahami terapi yang diprogramkan tim dokter

1. Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang diderita anaknya.

2. Berikan ibu jadwal pemeriksaan diagnostic

3. Berikan informasi tentang rencana operasi

4. Berikan penjelasan pada ibu tentang perawatan setelah operasi

5. Meningkatkan pengetahuan ibu

1. Mengurangi resiko terjadinya infeksi

 

BAB IV

PENUTUP

 

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung (Aganglionic Megacolon). Disitasi dari http://www.indosiar.co.id/v2003/pk. pada tanggal 26 Oktober 2010.

Page 31: Askep Hisprung

Behrman, dkk.1996. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC.

Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung. Disitasi dari http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixtbn. pada tanggal 26 Oktober 2010.

Holdstok, G. 1991. Atlas Bantu Gastroenterologi dan Penyakit Hati. Jakarta: Hipokrates.

Klaus & Fanaroff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Wong, L. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: ECG.

Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Disitasi dari http://dokteryudabedah.com/wp-content/uploads2010/01/mega-colon pada tanggal 26 Oktober 2010.