ASKEP hipertnsi lansia.docx

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menjadi tua merupakan salah satu proses kehidupan seseorang yang ditandai dengan penurunan berbagai fungsi tubuh, seperti penurunan berbagai macam fungsi tubuh, seperti jantung, hati, dan alat pencernaan. Di samping penurunan kemampuan organ, hampir semua fungsi tubuh juga mengalami penurunan, seperti penurunan pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir, kecepatan bergerak, dan kecepatan refleks (Maryani dan Suharmiati, 2006). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg (Nguyen, 2010). Hipertensi menjadi penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Sampai saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara berkembang, di Indonesia terdaftar sekitar 17-21% masyarakat terdeteksi mempunyai riwayat hipertensi (Depkes RI, 2007). Hipertensi adalah faktor resiko utama yang menyebabkan penyakit cardiovaskuler, termasuk stroke, myocardial infarction, dan gagal jantung. Data dari Framingham menyatakan bahwa 90% pasien dengan tekanan darah normal pada usia 55-65 tahun akan menampilkan hipertensi pada usia 80 tahun, karena adanya hubungan dari perubahan struktur pembuluh darah besar. Hipertensi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian meningkatnya

Transcript of ASKEP hipertnsi lansia.docx

Page 1: ASKEP hipertnsi lansia.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menjadi tua merupakan salah satu proses kehidupan seseorang yang ditandai

dengan penurunan berbagai fungsi tubuh, seperti penurunan berbagai macam fungsi

tubuh, seperti jantung, hati, dan alat pencernaan. Di samping penurunan kemampuan

organ, hampir semua fungsi tubuh juga mengalami penurunan, seperti penurunan

pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir, kecepatan bergerak, dan kecepatan

refleks (Maryani dan Suharmiati, 2006). Hipertensi merupakan keadaan dimana

tekanan darah sistole di atas 140 mmHg dan diastole di atas 90 mmHg (Nguyen,

2010). Hipertensi menjadi penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung

dan ginjal. Sampai saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab

utama kematian di negara maju dan negara berkembang, di Indonesia terdaftar sekitar

17-21% masyarakat terdeteksi mempunyai riwayat hipertensi (Depkes RI, 2007).

Hipertensi adalah faktor resiko utama yang menyebabkan penyakit

cardiovaskuler, termasuk stroke, myocardial infarction, dan gagal jantung. Data dari

Framingham menyatakan bahwa 90% pasien dengan tekanan darah normal pada usia

55-65 tahun akan menampilkan hipertensi pada usia 80 tahun, karena adanya

hubungan dari perubahan struktur pembuluh darah besar. Hipertensi memiliki

hubungan yang signifikan dengan kejadian meningkatnya angka kesakitan dan angka

kematian dari penyakit serebrovaskul, infark miokard, gagal jantung kongestif, dan

gagal ginjal (Neutel; Dean; Kathy; Jen-Fue; Ali; William, 2011; Babatsikou;

Assimina, 2010).

Menurut Maryani dan Suharmiati (2006), dari banyak penelitian epidemiologic

dinyatakan bahwa dengan meningkatnya umur, tekanan darah meninggi. Hipertensi

menjadi problem pada usila karena sering ditemukan menjadi faktor risiko stroke dan

penyakit jantung koroner. Sebenarnya, hipertensi merupakan akibat dari kerja keras

jantung untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pada usila, saluran darah

dalam jaringan seluruh tubuh sudah mengalami penebalan dan pengurangan

elastisitas. Akibatnya, system dalam tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung

supaya distribusi darah dapat berjalan normal. Hal ini menimbulkan jantung mudah

lelah sehingga fungsinya sebagai alat pompa darah akan menurun.

Page 2: ASKEP hipertnsi lansia.docx

B. Tujuan

a. Mengetahui dan memahami mengenai definisi hipertensi pada lanjut usia.

b. Mengetahui dan memahami mengenai etiologi hipertensi pada lanjut usia.

c. Mengetahui dan memahami mengenai faktor predisposisi atau faktor pencetus

hipertensi pada lanjut usia.

d. Mengetahui dan memahami mengenai patofisiologi hipertensi pada lanjut usia.

e. Mengetahui dan memahami mengenai tanda dan gejala hipertensi pada lanjut usia.

f. Mengetahui dan memahami mengenai pemeriksaan penunjang pada lanjut usia.

g. Mengetahui dan memahami mengenai pathway hipertensi pada lanjut usia.

h. Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan hipertensi pada lanjut

usia.

Page 3: ASKEP hipertnsi lansia.docx

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole yang tingginya tergantung dari

umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,

tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami. Hipertensi dengan

peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan tekanan diastole lebih sering

terjadi pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan tekanan diastole tanpa

disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering terjadi pada usia dewasa muda

(Tambayong, 2000). Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah

tinggi jika memiliki nilai systole 140 mmHg dan Diastole 90 mmHg (Jain, 2011).

Wanita lansia dengan hipertensi sebagian besar tidak melakukan pengobatan

aktif, systolic blood prssure (SBP) dipengaruhi oleh masalah pekerjaan rumah tangga

dan pola tidur tidur, sementara diastole blood pressure (DBP) dipengaruhi oleh

tingkat depresi yang tinggi. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak bergejala

bahkan pada tahap awal, meskipun tidak ada agen antihipertensi, terapi

komplementer antihipertensi berdampak positif dalam pencapaian kualitas hidup

(Ferdinant, 2008).

Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dan JNC VI (Join

National Committee VI) dalam Budisetio (2000).

Kategori JNC Kategori WHO Sistolic

(mmHg)

Diastolic

(mmHg)

Optimal

Normal

High-normal

Hypertension stage 1

(mild)

Hypertension stage 2

(moderate)

Hypertension stage 3

(severe)

Optimal

Normal

High Normal

Grade 1 hypertension (mild)

Subgroup: Borderline

Grade 2 Hypertension

(moderate)

Grade 3 Hypertension (severe)

<120

<130

130-139

140-159

140-149

160-179

≥180

<80

<85

85-89

90-99

90-94

100-109

≥110

Page 4: ASKEP hipertnsi lansia.docx

Hypertension stage 4

(very severe)

Isolated systolic

Hypertensien Subgroup:

Borderline

≥210

≥140

140-149

≥120

<90

<90

B. Etiologi

1. Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer (idiopatik)

Jenis hipertensi ini masih belum diketahui penyebabnya, meskipun begitu

kasus hipertensi esensial ini memiliki beberapa faktor-faktor resiko tertentu, seperti

faktor keturunan, usia, ras, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya asupan

kalium, magnesium, dan kalsium, komsumsi alkohol yang berlebihan, dan kejadian

ini terjadi lebih banyak pada lelaki. Gaya hidup yang tidak sehat dengan banyak

mengkomsumsi garam juga menjadi salah satu pemicu timbulnya hipertensi (Jain,

2011).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder dikenal juga dengan hipertensi renal. Berikut ini adalah

beberapa faktor pemicu timbulnya hipertensi sekunder, antara lain:

1) Penggunaan estrogen.

2) Penyakit ginjal.

3) Tumor kelenjar hipofisis.

4) Produksi hormon yang berlebihan, seperti hormon adrenal dan tiroid.

5) Tumor otak atau gangguan yang melibatkan tekanan intra kranial meningkat

(Jain, 2011).

2. Faktor predisposisi/Faktor pencetus

Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif

(malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih dalam makanan; bisa

memicu terjadinya hipertensi. Faktor yang mempengaruhi timbulnya hipertensi :

a. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui aktivasi

saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktifitas). Peningkatan aktivitas saraf

simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak

Page 5: ASKEP hipertnsi lansia.docx

menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi.

b. Rokok

Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah masih

belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah yang tinggi

terhadap risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan secara nyata.

c. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan

darah, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma

d. Konsumsi garam dapur

Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih kontroversial,

tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan garam yang banyak

menyebabkan peningkatan tekanan darah secara nyata. Pasien hipertensi

hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram

natrium, 6 gram natrium klorida).

e. Aktivitas Olah raga

Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk

mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan

tekanan darah dengan sendirinya.

f. Obesitas

Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana berhubungan

dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah jantung. Pengurangan

berat badan sedikit saja sudah menurunkan tekanan darah.

C. Patofisiologi

Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah

perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah

disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat

gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan

peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan

tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

Page 6: ASKEP hipertnsi lansia.docx

Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut

(lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini

terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi

kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan

lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang

sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur

tekanan darah (Takasihaeng, 2002.).

Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik

terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi,

baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko

morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia (Kuswardhani, 2006).

D. Tanda dan gejala

Klasifikasi Gejala Tanda

Aktivitas / Istirahat Kelemahan, letih, nafas

pendek, gaya hidup

monoton.

Frekuensi jantung

meningkat, perubahan

irama jantung, takipnea.

Sirkulasi Riwayat hipertensi,

arteriosklerosis, penyakit

janutng koroner, dan

penyakit cerebravaskular.

Kenaikan TD, hipotensi

postural (mungkin

berhubungan dengan

regimen obat), Nadi

(denyutan jelas dari

karotis, jugularis,

radialis,perbedaan

denyut seperti denyut

femoral melambat

sebagai kompensasi

denyutan radialis atau

brakialis, denyut

popliteal, tibialis

posterior, pedalis tidak

teraba atau lemah),

Page 7: ASKEP hipertnsi lansia.docx

takikardi, Bunyi jantung

[ terdengar S2 pada

dasar S3 (CHF dini), s4

(pergeseran ventrikel

kiri atau hipertrofi

ventrikel kiri)], murmur

stenosis vulvular, kulit

pucat, sianosis, dan

diaphoresis, kemerahan,

kongesti.

Integritas ego Ansietas, depresi, euphoria,

atau marah kronik.

Gelisah, tangisan yang

meledak, gerak tangan

empati, otot muka

tegang, gerakan fisik

cepat, peningkatan pola

bicara.

Eliminasi Gangguan ginjal saat ini

atau yang lalu ( seperti

infeksi atau riwayat

penyakit ginjal masa lalu)

Neurosensori Keluhan pening atau

pusing, berdenyut, sakit

kepala suboksipital (terjadi

saat bangun dan

menghilang secara spontan

setelah beberapa jam),

gangguan penglihatan

(diplopia, penglihatan

kabur).

Status mental

(perubahan keterjagaan,

orientasi, pola bicara,

proses piker, atau

memori / ingatan),

respon motorik

(penurunan kekuatan

genggaman tangan dan

atau refleks tendon

dalam),

Nyeri / Ketidaknyamanan Angina (penyakit arteri

koroner/keterlibatan

jantung), nyeri hilang

Page 8: ASKEP hipertnsi lansia.docx

timbul pada tungkai /

kaludikasi (indikasi

arteriosklerosis pada arteri

ekstremitas bawah), sakit

kepala oksipitas berat

seperti yang pernah terjadi

sebelumnya, nyeri

abdomen/ massa.

Pernafasan Dispnea yang berkaitan

dengan aktivitas / kerja,

takipnea, ortopnea, dispnea

nocturnal paroksismal,

batuk dengan atau tanpa

pembentukan sputum,

riwayat merokok.

Distress respirasi /

penggunaan otot

aksesori pernafasan,

bunyi nafas tambahan

(mengi), sianosis.

(Doenges; Mary; Alice; 2000).

E. Pemeriksaan penunjang

Tamher dan Noorkasiani (2009). tindakan skrining sangat bermanfaat, baik

terhadap hipertensi sistolik maupun diastolic.. pada hipertensi, dilakukan pengkajian

secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining, atau tes saringan. Hal

yang penting dialkukan disini adalah pengukuran tekanan darah. Sebagai patokan

diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah tekanan sistolik 120 – 160

mmHg dan tekanan diastolic ≤ 90 mmHg. Pengukuran tekanan darah pada lansia

sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, dan berdiri dengan selang

beberapa waktu, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatik.

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari

penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan

EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin,

Page 9: ASKEP hipertnsi lansia.docx

protein, urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi (Mansjoer;

Kuspuji; Rakhmi; Wahyu; Wiwiek; 2001).

Page 10: ASKEP hipertnsi lansia.docx

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Aktivitas / istirahat

a. Gejala :

1) Kelemahan

2) Letih

3) Napas pendek

4) Gaya hidup monoton

b. Tanda :

1) Frekuensi jantung meningkat

2) Perubahan irama jantung

3) Takipnea

Sirkulasi

a. Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,

penyakit serebrovaskuler

b. Tanda :

Kenaikan TD

Nadi : denyutan jelas

Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

Bunyi jantung : murmur

Distensi vena jugularis

Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler

mungkin lambat

Integritas Ego

a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,

faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

b. Tanda :

Letupan suasana hati

Gelisah

Penyempitan kontinue perhatian

Page 11: ASKEP hipertnsi lansia.docx

Tangisan yang meledak

otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

Peningkatan pola bicara

Eliminasi

a. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat

penyakit ginjal )

Makanan / Cairan

Mual

Muntah

Riwayat penggunaan diuretic

b. Tanda :

BB normal atau obesitas

Edema

Kongesti vena

Peningkatan JVP

glikosuria

Neurosensori

Gejala :

Keluhan pusing / pening, sakit kepala

Episode kebas

Kelemahan pada satu sisi tubuh

Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

Makanan / Cairan

a. Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

lemak dan kolesterol

b. Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

Neurosensori

a. Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

b. Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan

retinal optik

Page 12: ASKEP hipertnsi lansia.docx

Nyeri/ketidaknyamanan

a. Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,

nyeri abdomen

Pernapasan

a. Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea

nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

b. Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas

tambahan, sianosis

Keamanan

a. Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Pembelajaran/Penyuluhan

a. Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,

DM , penyakit ginjal

Faktor resiko etnik

Page 13: ASKEP hipertnsi lansia.docx

B. Pathway HIPERTENSI

Penyempitan lumen (vasokontriks)

Asupan darah ke Ventrikel berkurang

Asupan darah ke ginjal berkurang

Jantung kurang O2

Sirkulasi O2 ke paru-paru terganggu

Infark Myocard Sesak Nafas

Penurunan Curah Jantung

Perfusi Jaringan

Tidak Efektif

Kerusakan pertukaran gas

Gelisah

Nyeri

Gangguan Pola Tidur

Intoleransi Aktifitas

GFR turun

Pelepasan Renin

Stimuli Angiotensin I dan II

Stimuli Aldosteron

Peningkatan Resistensi

Perifer

Reabsorpsi Na & Air, Peningkatan Volune

darah

Udema

Volume Cairan Lebih dari

kebutuhan tubuh

Page 14: ASKEP hipertnsi lansia.docx

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d Penyempitan lumen (vasokontriks)

2. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam jantung dan paru-paru

3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kurangnya asupan O2 ke dalam

paru-paru/sesak nafas.

4. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d udema.

5. Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam paru-paru.

6. Penurunan curah jantung b/d hiperaktivitas jantung karena penyempitan lumen

dan kurangnya asupan O2 ke dalam jantung.

7. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung dan hiperaktivitas

jantung.

D. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri b/d Penyempitan lumen (vasokontriks)

NIC :

a. Menggunakan pengukuran kontrol nyeri sebelum nyeri menjadi parah.

b. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi respon

ketidaknyamanan pasien.

c. Berikan informasi mengenai nyeri yang dialami, seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyerinya.

NOC :

a. Mengenali faktor kausal dan gejala nyeri

b. Mengenali onset nyeri

c. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan

2. Intoleransi aktivitas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam jantung dan

paru-paru

NIC :

a. Dukung periode istirahat dan aktivitas

b. Dukung ketenangan untuk relaksasi.

c. Monitor respon oksigen pasien (nadi, ritme cardiac, dan respiratory rate).

NOC :

Page 15: ASKEP hipertnsi lansia.docx

a. Keseimbangan aktivitas dan istirahat.

b. Mempertahankan keadekuatan nutrisi.

c. Ketahanan tingkat adekuat untuk melakukan aktivitas.

3. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kurangnya asupan O2 ke dalam paru-

paru/sesak nafas.

NIC :

a. Tentukan pola tidur dan aktivitas pasien.

b. Monitor siklus tidur dan bangun pasien.

c. Implementasikan pengukuran kenyamanan seperti pemijatan,

memposisikan, dan sentuhan afektif.

NOC :

a. Pola dan kualitas tidur.

b. Observasi waktu tidur.

c. Pola dan kualitas istirahat.

d. istirahat fisik dan mental.

4. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b/d udema.

NIC :

a. Kaji lokasi dan luas udema.

b. Monitor status hidrasi.

c. Monitor tanda-tanda vital

NOC :

a. Edema perifer tidak ada

b. Edema pulmoner tidak ada

c. Berat badan stabil.

5. Kerusakan pertukaran gas b/d kurangnya asupan O2 ke dalam paru-

paru.

NIC :

a. Pantau frekuensi nafas, kedalaman dan usaha nafas.

Page 16: ASKEP hipertnsi lansia.docx

b. Pantau status respiratori dan oksigenisasi

c. Intruksikan untuk batuk yang efektif.

d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi.

NOC :

a. Tidak ada dispneu

b. Tidak terdapat sianosis

c. Saturasi O2 dalam batas normal

d. Mudah untuk bernafas.

6. Penurunan curah jantung b/d hiperaktivitas jantung karena penyempitan

lumen dan kurangnya asupan O2 ke dalam jantung.

NIC :

a. Kenali adanya gangguan pada tekanan pembuluh darah.

b. Pantau tekanan arteri, dan vena central.

c. Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat vasodilator

dan pantau efek dari pengobatan.

NOC :

a. Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam rentang normal

b. Tekanan vena sentral dalam rentang normal.

c. tidak ada kelelahan ekstrim

7. Perfusi Jaringan tidak efektif b/d penurunan curah jantung dan

hiperaktivitas jantung.

NIC :

a. Menunjukkan penampilan yang komprehensif pada sirkulasi perifer.

b. Evaluasi edema perifer dan nadi.

c. Intruksi pasien untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi stasis pada

vena (dengan olahraga sesuai dengan kemampuan klien).

NOC :

a. Indeks cardiac pada angka yang diharapkan.

b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

c. EKG dalam rentang normal.

Page 17: ASKEP hipertnsi lansia.docx

DAFTAR PUSTAKA

Babatsikou, Fotoula., Assimina Zavatsinou.2010.Epidemiology of Hypertension

in The Elderly.Greece: Helath Science Journal Volume 4 Diakses pada tanggal 5 Mei

2012

Budisetio, Muljadi.2000. Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi pada Penderita

Usia Dewasa. Jakarta:Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Volume 20 No

2-6. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012

Bustan, M. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Kedua.

Jakarta: Rineka Cipta.

Doenges, Marlyn E., Mary Frances Moorhouse., Alice C. Geissler.2000.

Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.

Ferdinand, Keith.2008. Diagnosis and Management of Hypertension and

Cardiovascular Risk Factors in African-American Patients, 23, 1-8.

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13 Volume 3.

Jakarta: EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kuswardhani, R. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaanhipertensipadalanjutusia.pdf. Akses

tanggal 5 Mei 2012

Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid

Pertama.Depok: Media Aesculapius

Maryani, Herti., Suharmiati.2006. Tanaman Obat untuk mengatasi Penyakit

pada Lanjut Usia.Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Neutel, Joel dkk. 2011. Blood Pressure-Lowering Efficacy of an Olmesartan

Medoxomil/ Hydrochlorothiazide-Based Treatment Algorithm in Elderly Patients (Age

>65 Years) Stratified by Age, Sex and Race. Original Research Article Diakses pada

tanggal 5 Mei 2012

Page 18: ASKEP hipertnsi lansia.docx

Takasihaeng, J. 2002. Hidup Sehat di Usia Lanjut. Cetakan Ketiga. Buku

Kompas. Jakarta.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan . Jakarta. EGC

Tamher, S., Noorkasiani.2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.