ASKEP GERONTIK

49
ASKEP GERONTIK "RHEUMATOID ATRITIS" ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN MUSKULOSKELETAL "RHEUMATOID ATRITIS" OLEH NAMA : ABDUL SALAM NIM : P1106002 PRODI : ILMU KEPERAWATAN e-mail : [email protected]

Transcript of ASKEP GERONTIK

Page 1: ASKEP GERONTIK

ASKEP GERONTIK "RHEUMATOID ATRITIS"

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIKGANGGUAN MUSKULOSKELETAL "RHEUMATOID ATRITIS"

 OLEH

NAMA  : ABDUL SALAM

NIM : P1106002

PRODI : ILMU KEPERAWATAN

e-mail : [email protected]

  

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

GRAHA EDUKASI MAKASSAR

Page 2: ASKEP GERONTIK

2012

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa,karena atas

berkat dan rahmatnya sehigga penulis boleh menyelesaikan penulisan makalah ini.

Makalah ini merupakan perwujudan dari tugas kelompok yang diberikan oleh dosen

mata kuliah KEPERAWATAN GERONTIK.

             Makalah ini berisikan tentang materi yang berhubungan dengan mata kuliah

KEPERAWATAN GERONTIK  yaitu ASKEP GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA

LANSIA “ RHEUMATOID ARTRITIS “.

Apabila ada kekurangan dari penulisan makalah ini mohon  kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.semoga makalah ini dapat berguna

bagi kita semua.

              

                                                                                            Penulis      

DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................i

Daftar isi.............................................................................................................ii

Bab I  Pendahuluan :

Page 3: ASKEP GERONTIK

A.   Latar belakang...................................................................................................1

B.   Tujuan penulisan................................................................................................3

Bab II Tinjauan pustaka :

A.   Definisi................................................................................................................4

B.   Anatomi fisiologi.................................................................................................4

C.   Etiologi................................................................................................................7

D.   Patofisiologi........................................................................................................8

E.   Penyimpangan KDM.........................................................................................-

F.    Tanda dan gejala................................................................................................9

G.   Pemeriksaan dignostik....................................................................................10

H.   Penatalaksanaan umum...................................................................................12

I.      Penatalaksanaan medik....................................................................................13

J.    Komplikasi..........................................................................................................14

Bab III Asuhan Keperawatan :

A.   Kasus..................................................................................................................15

B.   Analisa Data.......................................................................................................16

C.   Diagnosa,Intervensi dan rasional.....................................................................19

D.   Evaluasi...............................................................................................................32

Bab IV  Penutup :

A.   Kesimpulan.........................................................................................................33

B.   Saran...................................................................................................................33

Daftar pustaka………………………………………………………………...34

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya

usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan

jaringan tubuh. 

Page 4: ASKEP GERONTIK

Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang

ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan

penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan

muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat

sejalan dengan meningkatnya usia manusia.

Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada

bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia

menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau

menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum

sepenuhnya dapat dimengerti. 

Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan.golongan

penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya

menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi,

reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga

keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,

serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.

(Soenarto, 1982)

 Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai

kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan meningkatnya

umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994).

Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua

14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun

(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa

ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia

(Boedhi Darmojo et. al, 1991).

Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya terdapat

Page 5: ASKEP GERONTIK

banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya sering

merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur dekade

keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat

insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui.

Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi terhadap penyakit.

Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid artritis

dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

B. Tujuan penulisan

1.    Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan

muskuloskeletal yaitu rheumatoid artritis.

2.    Tujuan khusus

Makasiswa dapat menjelaskan :

1.    definisi penyakit Rheumatoid Artritis.

2.    etiologi penyakit Rheumatoid Artritis.

3.    manifestasi klinik Rheumatoid Artritis.

4.    patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis.

5.    komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis.

6.    pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis.

7.    penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis.

8.    asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Rheumatoid Artritis

Page 6: ASKEP GERONTIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi

Rematoid atritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik yang manifestasi utamanya adalah

poliartritis yang progresif,akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.

(Hidayat,2006).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian( biasanya sendi tangan dan

kaki ) secara simetris mengalami peradangan ,sehingga terjadi pembengkakan ,nyeri dan sering

kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. (www.medicastore.com).

B.Anatomi dan fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang,otot,kartilago,ligament,tendon,fasia,bursae dan persendian.

a.Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler.Tulang berasal dari embryonic

hyaline cartilage yang mana melalui proses “ osteogenesis “ menjadi tulang.proses ini dilakukan

oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam

kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

         Mendukung jaringan dan bentuk tubuh.

         Melindungi organ tubuh (jantung,otak,paru-paru) dan jaringan lunak

         Memberi pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )

         Membuat sel-sel darah merah didalam sumsum tulang (hema topoiesis)

         Menyimpan garam-garam mineral.misalnya kalsium ,fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

         Tulang panjang (femur,humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.batang dibentuk oleh

jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongibone ( cacellous atau trabecular)

         Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan

luar dari tulang yang padat.

Page 7: ASKEP GERONTIK

         Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah

tulang cancellous.

         Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

         Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak disekitar tulang yang berdekatan dengan

persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial misalnya patella ( kap lutut )

b.Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan

pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh.

Kelompok otot terdiri dari :

         Otot rangka ( otot lurik ) didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk memberikan 

pengontrolan pergerakan ,mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.

         Otot viseral (otot polos ) didapatkan pada saluran pencernaan ,saluran perkemihan dan

pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak di bawah control

keinginan.

         Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

c.kartilago

kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.kartilago sangat kuat tapi

fleksibel dan tidak bervaskular.nutrisi mencapai ke sel-sel kartilago dengan proses difusi melalui

gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrosis yang menutupi kartilago) atau

sejumlah serat-serat kolagen didapat pada kartilago.

d. Ligament

ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan akhir dari suatu

otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan

berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,khususnya

pada pergelangan tangan dan tumit.Pembungkus ini dibatasi oleh membran synofial yang

memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

f.Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah

kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,jaringan penyambung yang

Page 8: ASKEP GERONTIK

membungkus fibrous yang membungkus otot,saraf dan pembuluh darah.bagian akhir diketahui

sebagai fasia dalam.

g.Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat dimana

digunakan diatas bagian yang bergerak misalnya terjadi pada kulit,tulang antara tendon dan

tulang antara otot. Bursae sebagai penampang antara bagian yang bergerak seperti pada

olecranon bursae,terletak antara presesus dan kulit.

h.Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan

dimungkinkan karena adanya persendian.tatu letah dimana tulang berada bersama-sama.Bentuk

dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlahdan tipe pergerakan yang dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :

         Sendi synarthroses ( sendi yang tidak bergerak )

         Sendi amphiartroses ( sendi yang sedikit bergerak )

         Sendi diarthoses ( sendi yang banyak bergerak )

Perubahan fisiologi pada proses menjadi tua

Ada jangka periode waktu tertentu dimana induvidu paling mudah mengalami perubahan

muskuloskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa anak-anak atau remaja karena pertumbuhan

atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur sistem

muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi antara induvidu selama prosesmenjadi tua.

Perubahan  yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan kelanjutan dari kemunduran yang

mulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan

janringan penyambung ,penurunan pada jumlah dan elastisitas dari jaringan subkutan dan

hilangnya serat otot dan kekuatan.

Perubahan fisiologis yang umum adalah :

         Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. Pada maturasi usia tua.

         Lebar bahu menurun.

         Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.

C.Etiologi

Page 9: ASKEP GERONTIK

Hingga kini penyebab remotoid artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa

menunjukkan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a.    mekanisme IMUN (antigen-antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid

b.    gangguan metabolisme

c.    genetik

d.    faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan ( pekerjaan dan psikososial).

D. Patofisiologi

Cidera mikrovaskuler dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling

dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum

diketahui.kemudian tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama

sel mononukleus privaskuler.seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan

menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolan vilosa.

Pada penyakit Reumatoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :

a.stadium sinovisis

pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,edema

karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,bengkak dan kekakuan.

b.stadium destruksi

pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan sekitarnya

yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c.stadium deformitas

pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas dan gangguan

fungsi secara menetap.

Page 10: ASKEP GERONTIK

F.Tanda dan gejala

a.    Pasien-pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti:

nyeri persendian.

b.    bengkak ( rheumatoid nodule).

c.    kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.

d.    terbatasnya pergerakan.

e.    sendi-sendi terasa panas.

f.     demam ( pireksia).

g.    Anemia.

h.    berat badan menurun.

i.      kekuatan berkurang.

j.      tampak warna kemerahan disekitar sendi.

k.    perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.

l.      pasien tampak anemik.

Pada tahap yang lanjut akan ditemikan tanda dan gejala seperti :

a)    pergerakan menjadi terbatas.

b)    adanya nyeri tekan.

c)    deformitas bertamabah pembeengkakan.

d)    Kelemahan.

e)    depresi

Gejala Extraartikular :

a.pada jantung :

         Rheumatoid heard diseasure

         Valvula lesion (gangguan katub)

         Pericarditis

Page 11: ASKEP GERONTIK

         Myocarditis

b.pada mata :

         Keratokonjungtivitas

         Scleritis

c.pada limpa : lhymphadenopathy

d.pada thyroid : lyphocytic thyroiditis

e.pada otot : mycsitis

G. pemeriksaan diagnostik

         Faktor reumatoid : positif 80-95 % kasus.

         Fiksasi lateks : positif pada 75 % dari kasus –kasus khas.

         Reaksi-reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50 % kasus khas.

         LED : umumnya menigkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala

meningkat.

         Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.

         SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.

         JDL : Umumnya menunjukkan anemia sedang.

         Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun sebagai penyebar AR.

         Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak ,erosi sendi,dan

osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista

tulang ,memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara

bersamaan.

         Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.

         Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang

pada sendi.

         Aspirasi cairan sinovial :mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari

normal :buram,berkabut,munculnya warna kuning,(respon inflamasi,produk-produk pembuangan

degeneratif):elefan SDP dan leukosit ,penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).

         Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

Page 12: ASKEP GERONTIK

Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli-artritis yang simetris yang mengenai

sendi-sendi proksimal jari tangan serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila

ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikular pada foto rontgen.

Kriteria artritis reumatoid menurut American Resume Association (ARA ) adalah :

1.    Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari.

2.    Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.

3.    Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi caiaran) pada salah satu sendi

secara terus menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

4.    Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.

5.    Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.

6.    Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang daerah ekstensor.

7.    Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis rheumatoid.

8.    Uji aglutinasi faktor rheumatoid.

9.    Pengendapan cairan musin yang jelek.

10. Perubahan karakter histologik lapisan sinovia.

11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka  disebut :

Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

kemungkinan rhematoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4

minggu.

H.Penatalaksanaan umum

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,

menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita

(Lemone & Burke, 2001).

 

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :

1. Pemberian terapi

Page 13: ASKEP GERONTIK

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan

proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk

memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi

gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan

sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus

diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot.

Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan

yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya

dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join

replacement untuk mengganti sendi.

Page 14: ASKEP GERONTIK

I.penatalaksanaan medik

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

a)    Pendidikan : meliputi tentang pengertian ,patofisiologi,penyebab dan prognosis penyakit ini.

b)    Istirahat :karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat.

c)    Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ,ini bertujuan untuk

mempertahankan funsi sendi pasien.

d)    Termoterapi.

e)    Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat.

f)     Pemberian obat-obatan :

         Anti inflamasi non steroid (NSAID ) contoh :aspiri yang diberikan pada dosis yang telah

ditentukan.

         Obat-obatan untuk rheumatoid artritis :

-       acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik,antipiretik,anti inflamasi).

-       Indomethacin / indocin ( analgetik dan anti inflamasi ).

-       Ibufropen / motrin ( analgetik dan anti inflamasi ).

-       Tolmetin sodium / tolectin ( analgesik dan anti inflamasi ).

-       Naproxsen / naprosin ( analgetik dan anti inflamasi ).

-       Sulindac / clinoril ( analgetik dan anti inflamasi ).

-       Piroxicam / feldene ( analgetik dan anti inflamasi ).

J.Komplikasi

a.    Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi dibawah kulit

yang disebut subkutan nodule.

b.    Pada otot dapat terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot.

c.    Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

d.    Terjadi splenomegali.

 BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Kasus

Page 15: ASKEP GERONTIK

Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien mengatakan nyeri pada

pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan kiri,Klien mengatakan

nyeri seperti ditusuk-tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat bangun

tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Klien mengatakan nyeri hilang

timbul,Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan

nyeri timbul karena kakinya bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz

indeks AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas pada

pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan

berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri, Klien mengatakan

selama sakit dan di wisma tidak pernah bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini sudah

tidak ada lagi sumber pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum mandi,Klien mengatakan

kesulitan saat mandi,klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien juga

bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.

Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah meringis,Ada oedema,

kemerahan, dan kulit teraba panas pada area dorsum pedis dextra,Nyeri tekan pada area dorsum

pedis,Klien mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien

mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan tongkat,Klien mengatakan bila

bergerak kakinya bertambah nyeri, Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang

lain,Klien tidak memiliki sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak

rapi,Tercium bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang

bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat

celcius,pernapasan :28 X/mnit,nadi :84X/menit.

B.Analisa Data

NO Data Fokus Masalah

1 DS:

      Klien mengatakan nyeri pada pergelangan kaki

kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan

Nyeri

Page 16: ASKEP GERONTIK

2.

kiri.

      Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk.

      Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi

hari saat bangun tidur.

      Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak.

      Klien mengatakan nyeri hilang timbul

      Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan

kiri terasa kaku.

      Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya

bengkak.

DO:

      Ekspresi wajah meringis.

      Skala nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.

      Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada

area dorsum pedis dextra.

      Ada nodul berisi pus pada pergelangan kaki kanan

dan lutut kiri. Nyeri tekan pada area dorsum pedis.

DS:

      Klien mengatakan terasa kaku pada sendi

pergelangan kaki kanan dan kiri.

      Klien mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus

dibantu dengan tongkat.

      Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah

nyeri

Kerusakan imobilitas fisik

Page 17: ASKEP GERONTIK

3.

4.

DO:

      Klien tampak berhati-hati bergerak.

      Status fungsional (katz indeks AKS) B: kemandirian

dalam semua hal kecuali mobilisasi.

      ROM terbatas pada pergelangan kaki kanan dan kaki

kiri karena nyeri.

      Klien menggunakan tongkat (kruk) saat berdiri dan

berjalan.

      Skala kekuatan otot

      Kaki klien gemetar saat berdiri.

DS

      Klien mengatakan selama sakit dan di wisma tidak

pernah bekerja/berkebun lagi.

      Klien mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi

sumber pendapatan.

DO:

      Klien jarang berinteraksi dengan penghuni panti

yang lain.

      Status fungsional (katz indeks AKS) B: kemandirian

dalam semua hal kecuali mobilisasi.

      Klien tidak memiliki sumber pendapatan.

DS:

      Klien mengatakan pagi ini belum mandi.

      Klien mengatakan kesulitan saat mandi.

DO:

      Rambut tampak acak-acakan.

      Penampilan tidak rapih.

      Tercium bau badan klien.

Perubahan peran

Defisit perawatan diri

Page 18: ASKEP GERONTIK

5.

6.

      Kuku panjang dan kotor.

Frekuensi mandi 2 kali/hari namun kurang bersih.

DS:

DO :

klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa

yang diderita.

klien juga bertanya tentang penyebab dari

penyakitnya.

DS:

Klien mengatakan terasa kaku pada sendi

pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien mengatakan

jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan

tongkat.

DO :

Klien menggunakan tongkat saat berdiri dan

berjalan.

Kaki klien gemetar saat berdiri.

Kurang pengetahuan

Resiko cedera

C.Diagnosa

1.Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses

inflamasi, destruksi sendi.

Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri,

Perilaku distraksi/ respons autonomic.

Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.

Page 19: ASKEP GERONTIK

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:

• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol

• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

NO INTERVENSI RASIONAL

1. a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.

 b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.

c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.

d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.

e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.

a.Membantu dalam menentukan

kebutuhan manajemen nyeri dan

keefektifan program.

b.Matras yang lembut/ empuk,

bantal yang besar akan mencegah

pemeliharaan kesejajaran tubuh

yang tepat, menempatkan stress

pada sendi yang sakit. Peninggian

linen tempat tidur menurunkan

tekanan pada sendi yang

terinflamasi/nyeri.

c.Mengistirahatkan sendi-sendi

yang sakit dan mempertahankan

posisi netral. Penggunaan brace

dapat menurunkan nyeri dan dapat

mengurangi kerusakan pada sendi.

d.Mencegah terjadinya kelelahan

umum dan kekakuan sendi.

Page 20: ASKEP GERONTIK

Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.

f. Berikan masase yang lembut

g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.

h.Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) .

k. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.

Menstabilkan sendi, mengurangi

gerakan/ rasa sakit pada sendi.

e.Panas meningkatkan relaksasi

otot, dan mobilitas, menurunkan

rasa sakit dan melepaskan

kekakuan di pagi hari. Sensitivitas

pada panas dapat dihilangkan dan

luka dermal dapat disembuhkan.

f. meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri.

g.Meningkatkan relaksasi,

memberikan rasa kontrol dan

mungkin meningkatkan

kemampuan koping.

h. Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

i. Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

j. sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

k.Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut.

Page 21: ASKEP GERONTIK

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan

sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.

Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan

massa ( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian

tubuh.

• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

NO INTERVENSI RASIONAL

a.Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.

Tingkat aktivitas/ latihan tergantung

dari perkembangan/ resolusi dari

Page 22: ASKEP GERONTIK

 b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.

c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan.

d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze

e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.

f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.

g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan. 

h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi rodai.

peoses inflamasi.

Istirahat sistemik dianjurkan selama

eksaserbasi akut dan seluruh fase

penyakit yang penting untuk

mencegah kelelahan

mempertahankan kekuatan.

Mempertahankan/ meningkatkan

fungsi sendi, kekuatan otot dan

stamina umum. Catatan : latihan

tidak adekuat menimbulkan

kekakuan sendi, karenanya aktivitas

yang berlebihan dapat merusak

sendi.

Menghilangkan tekanan pada

jaringan dan meningkatkan sirkulasi.

Mempermudah perawatan diri dan

kemandirian pasien. Tehnik

pemindahan yang tepat dapat

mencegah robekan abrasi kulit.

Meningkatkan stabilitas

( mengurangi resiko cidera ) dan

Page 23: ASKEP GERONTIK

Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).

memerptahankan posisi sendi yang

diperlukan dan kesejajaran tubuh,

mengurangi kontraktor.

Mencegah fleksi leher.

Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.

Menghindari cidera akibat

kecelakaan/ jatuh.

Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat.

Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut.

3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.

Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.Perasaan tidak berdaya, putus asa.Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,

Page 24: ASKEP GERONTIK

perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

NO INTERVENSI RASIONAL

a.Dorong pengungkapan mengenai

masalah tentang proses penyakit, harapan

masa depan.

b. Diskusikan arti dari kehilangan/

perubahan pada pasien/orang terdekat.

Memastikan bagaimana pandangaqn

pribadi pasien dalam memfungsikan gaya

hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek

seksual.

c.Diskusikan persepsi pasienmengenai

bagaimana orang terdekat menerima

keterbatasan.

d. Akui dan terima perasaan berduka,

bermusuhan, ketergantungan.

e. Perhatikan perilaku menarik diri,

penggunaan menyangkal atau terlalu

memperhatikan perubahan.

Berikan kesempatan untuk

mengidentifikasi rasa takut/

kesalahan konsep dan

menghadapinya secara langsung.

Mengidentifikasi bagaimana

penyakit mempengaruhi persepsi diri

dan interaksi dengan orang lain akan

menentukan kebutuhan terhadap

intervensi/ konseling lebih lanjut.

Isyarat verbal/non verbal orang

terdekat dapat mempunyai pengaruh

mayor pada bagaimana pasien

memandang dirinya sendiri.

Nyeri konstan akan melelahkan, dan

perasaan marah dan bermusuhan

umum terjadi.

Dapat menunjukkan emosional

ataupun metode koping maladaptive,

Page 25: ASKEP GERONTIK

f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi

perilaku positif yang dapat membantu

koping.

g. Ikut sertakan pasien dalam

merencanakan perawatan dan membuat

jadwal aktivitas.

h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang

diperlukan.

i. Berikan bantuan positif bila perlu.

j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling

psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,

psikolog.

k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai

petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-

obatan peningkat alam perasaan.

membutuhkan intervensi lebih lanjut.

Membantu pasien untuk

mempertahankan kontrol diri, yang

dapat meningkatkan perasaan harga

diri.

Meningkatkan perasaan harga diri,

mendorong kemandirian, dan

mendorong berpartisipasi dalam

terapi.

Mempertahankan penampilan yang

dapat meningkatkan citra diri.

Memungkinkan pasien untuk merasa

senang terhadap dirinya sendiri.

Menguatkan perilaku positif.

Meningkatkan rasa percaya diri.

Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan

Mungkin dibutuhkan pada saat

munculnya depresi hebat sampai

pasien mengembangkan kemapuan

koping yang lebih efektif.

Page 26: ASKEP GERONTIK

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.• Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.• Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

NO INTERVENSI RASIONAL

a.Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.

d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.

Mungkin dapat melanjutkan aktivitas

umum dengan melakukan adaptasi yang

diperlukan pada keterbatasan saat ini.

Mendukung kemandirian  fisik/emosional.

Menyiapkan untuk meningkatkan

kemandirian, yang akan meningkatkan

harga diri.

Berguna untuk menentukan alat bantu

untuk memenuhi kebutuhan individual.

Mis; memasang kancing, menggunakan

alat bantu memakai sepatu,

menggantungkan pegangan untuk mandi

pancuran.

Page 27: ASKEP GERONTIK

Mengidentifikasi masalah-masalah yang

mungkin dihadapi karena tingkat

kemampuan aktual.

Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah.

5.Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :• Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.• Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

NO INTERVENSI RASIONAL

a.Tinjau proses penyakit,

prognosis, dan harapan masa

depan.

b. Diskusikan kebiasaan pasien

dalam penatalaksanaan proses

sakit melalui diet,obat-obatan,

dan program diet seimbang,

latihan dan istirahat.

c.Bantu dalam merencanakan

jadwal aktivitas terintegrasi

Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi.

Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan

inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk

mempertahankan fungsi sendi dan mencegah

deformitas.

Page 28: ASKEP GERONTIK

yang realistis,istirahat,

perawatan pribadi, pemberian

obat-obatan, terapi fisik, dan

manajemen stres.

d. Tekankan pentingnya

melanjutkan manajemen

farmakoterapeutik.

e. Anjurkan mencerna obat-

obatan dengan makanan, susu,

atau antasida pada waktu tidur.

f. Identifikasi efek samping

obat-obatan yang merugikan,

mis: tinitus, perdarahan

gastrointestinal, dan ruam

purpuruik.

g. Tekankan pentingnya

membaca label produk dan

mengurangi penggunaan obat-

obat yang dijual bebas tanpa

persetujuan dokter.

h. Tinjau pentingnya diet yang

seimbang dengan makanan

Memberikan struktur dan mengurangi ansietas

pada waktu menangani proses penyakit kronis

kompleks.

Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung

pada ketepatan dosis.

Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri

pada HS akan meningkatkan tidur dan

m,engurangi kekakuan di pagi hari.

Memperpanjang dan memaksimalkan dosis

aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.

Tinitus umumnya mengindikasikan kadar

terapeutik darah yang tinggi.

Banyak produk mengandung salisilat

tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko

takar layak obat/ efek samping yang berbahaya.

Page 29: ASKEP GERONTIK

yang banyak mengandung

vitamin, protein dan zat besi.

i.Dorong pasien obesitas untuk

menurunkan berat badan dan

berikan informasi penurunan

berat badan sesuai kebutuhan.

j. Berikan informasi mengenai

alat bantu

k. Diskusikan tekinik

menghemat energi, mis: duduk

daripada berdiri untuk

mempersiapkan makanan dan

mandi.

l. Dorong mempertahankan

posisi tubuh yang benar baik

pada sat istirahat maupun pada

waktu melakukan aktivitas,

misalnya menjaga agar sendi

tetap meregang , tidak fleksi,

menggunakan bebat untuk

periode yang ditentukan,

Meningkatkan perasaan sehat umum dan

perbaikan jaringan.

Pengurangan berat badan akan mengurangi

tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,

pergelangan kaki, telapak kaki.

Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi

dan memungkinkan individu untuk ikut serta

secara lebih nyaman dalam aktivitas yang

dibutuhkan.

Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan

perawatan diri, dan kemandirian.

mekanika tubuh yang baik harus menjadi

bagian dari gaya hidup pasien untuk

mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

Page 30: ASKEP GERONTIK

menempatkan tangan dekat

pada pusat tubuh selama

menggunakan, dan bergeser

daripada mengangkat benda

jika memungkinkan.

m. Tinjau perlunya inspeksi

sering pada kulit dan

perawatan kulit lainnya

dibawah bebat, gips, alat

penyokong. Tunjukkan

pemberian bantalan yang tepat.

mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.

6.resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot

NO INTERVENSI RASIONAL

a.Berikan obat anti rematik.

b.Anjurkan klien berhati-hati saat berdiri

dan berjalan .

c.Anjurkan klien duduk apabilanyeri saat

berdiri atau berjalan.

a.meminimalkan rasa nyeri.

b.Sikap yang tidak berhati-hati

memicu tingkat cedera yang tinggi.

c.

d.meminimalakan tingkat cedera.

Page 31: ASKEP GERONTIK

d.Anjurkan klien menggunakan tongkat

atau alat bantu jalan.

e.Jelaskan kepada keluarga klien tentang

teknik menolong klien saat timbul nyeri

rematik.

e.meringankan tugas perawat

sekaligus pertolongan pertama pada

klien dalam keadaan mendadak.

D.Evaluasi

         Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.

         Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.

         Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.

         Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

         Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian

tubuh.

         Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

         Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,

perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan

         Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan

individual.

BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Page 32: ASKEP GERONTIK

Artritis Reumatoid merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahun yang proses patologi

utamanya terjadi di cairan sinovial.

Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yang nyata dan tanda-

tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam,

hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri, dan kaku sendi.

Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin

berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program terapi adalah

meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau

memeperbaiki deformaitas.

B.Saran

Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid atritis serta dapat 

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2011.Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika.

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org.

http://www.peutuah.com/artritis-reumatoid-rematik/

http://nurse87.wordpress.com/2009/12/12/asuhan-keperawatan-rheumatoid-artritis/

Page 33: ASKEP GERONTIK

http://ilmukeperawatan.wordpress.com

http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/08/askep-muskuloskeletal.html

http://www.peutuah.com/pengkajian-sistem-muskuloskeletal/

http://asuhankeperawatan-kumpulan-askep.blogspot.com/2009_07_01_archive.html