Askep Dermatitiswds
-
Upload
nhara-diahh -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Askep Dermatitiswds
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS KRONTAK
A. Definisi
Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit
terhadap unsur – unsur fisik, kimia, atau biologi. Dermatitis kontak bisa juga
dikatakan sebagai peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap
asing oleh tubuh. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat
ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif
atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat
tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang
tegas.
B. EPIDEMOLOGI
Di Amerika Serikat 90% klaim kesehatan akibat kelaianan kulit pada pekerja
diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokter kulit akibat dermatitis
kontak adalah sebesar 4-7%. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji tempel
sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak lebih tinggi dari pada di amerika.
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka.
Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak
sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 10-20%.
C. Etiologi
Tergantung dari penyebabnya, dermatitis kontak dibagi 2, yaitu :
1. Dermatitis kontak iritan (DKI)
Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau
iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan
iritan yang paling sering menyebabkan dki adalah popok bayi. Hal ini akan
menyebabkan keadaan yang dinamakan “diaper dermatitis”, reaksi kulit di daerah
yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia
alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula dki terjadi di sekitar mulut
1
karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang dewasa, dki
terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.
2. Dermatitis kontak alergi (DKA)
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada
seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada dka, peradangan
mungkin belum terjadi sampai 24 – 36 jam jam setelah kontak dengan bahan kimia
tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Alergen (bahan yang
menyebabkan alergi) yang biasa menjadi penyebab dka adalah bahan kimia yang
mengandung nikel yang banyak terdapat di jam tangan, perhiasan logam, resleting
dan objek logam lainnya; neomisin pada antibiotik salep kulit; potassium dikromat,
bahan kimia yang sering terdapat pada sepatu kulit dan baju; latex pada sarung
tangan dan pakaian karet.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Keadaan kulit yang kering
2. Keadaan suhu lingkungan dingin atau panas yang ekstrem
3. Penggunaan detergen
4. Adanya penyakit kulit sebelumnya
E. Patofisiologi
1. Dermatitis kontak iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. Paf akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan
2
perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis
protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya
mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak
alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
a) Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang.
b) Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan
dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
2. Dermatitis kontak alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a) Fase sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama
18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel
le (langerhans epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier
yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada
membran sel langerhans dan berhubungan dengan produk gen hla-dr (human
leukocyte antigen-dr). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
B). Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen
yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen des.
Sel langerhans akan mensekresi il-1 yang akan merangsang sel t untuk mensekresi il-
2. Selanjutnya il-2 akan merangsang inf (interferon) gamma. Il-1 dan inf gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi icam-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
3
langsung beraksi dengan limfosit t dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid
akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi
vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam
kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai
dermatitis.
4
F. Klasifikasi
klasifikasi dermatitis kontak menurut etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Dermatitis kontak iritan : efek sitotoksik local langsung dari bahan iritan pada sel-sel
epidermis, dengan respon peradangan epidermis.
b. Dermatitis kontak alergik : reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe iv) yang
diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit.
G. GEJALA KLINIS
Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :
a. Gatal – gatal
b. Rasa terbakar
c. Lesi kulit ( vesikel )
d. Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret
e. Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit.
Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan
pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami
ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali
jika erupsinya tersebar luas.
H. Pengobatan
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah
menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekani, fisik, maupun kimawi.
Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka
dermatitis kontak iritan akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topical,
mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.
Apabila diperluka, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid
topical, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan
kortikosteroid yang lebih kuat.pemakaian alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi
mereka yang bekerja dengan bahan iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan
tersebut.
5
I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan
integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil contoh jaringan dari
kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah
dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus.
Factor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi
respon alergi uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan
kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
J. Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan
yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:
1. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
2. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
3. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
6
K. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengistirahatkan kulit yang sakit dan
melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus
dianamnesia. Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan, iritasi
local harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi
kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis.
Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak –
bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang kecil. Kompres yang sejuk dan basah juga
dapat dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang
ditambahkan pada air kompres kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres
basah biasanya membantu membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret.
Kemudian preparat krim atau salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid
dioleskan tipis – tipis. Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan,
untuk dermatitis dengan daerah – daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang
menyebar luas, pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.
7
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas umum
2. Status kesehatan
a. Keluhan utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya
terasa gatal serta nyeri.gejala yang sering menyebabkan penderita
datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul.
b. Riwayat keluhan utama
Provoking inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan
utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul lesi kulit
(vesikel),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema
yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola pqrst pada
setiap keluhan klien
1) Provocative/palliative
Apa penyebab keluhan: apakah sebelumnya klien melakukan
kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan
kerusakan pada kulit
2) Quality/quantity
Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar : pada beberapa
kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal
dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat
menyebabkan keluhan
Sejauh mana sakit dirasakan : rasa sakit yang dirasakan mulai
dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak
zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit
3) Region/radiation
Dimana letak sakit: tergantung dari daerah yang kontak dengan
penyebab
Area penyebarannya : area penyebarannya misalnya kaki, luka
pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik perhiasan.
8
4) Severitty scale
apakah mempengaruhi aktifitas : terganggunya aktifitas
tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit
Seberapa jauh skala ringan/berat: tergantung dari tingkat
keparahan penyakitnya
5) Timing
Kapan mulai terjadi
Kapan sering terjadi
Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.
Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak
dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopic
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Biasanya pada pasien mempunyai alergi pada bahan pelarut, deterjen,
asam, alkali dll.
b. Pola nutrisi dan metabolisme.
Pola nutisi dan metabolisme dikaji apakah makan kesukaan pasien,
berapa kali makan satu hari komposisi makan, minum 1 hari berapa
gelas, apakah ada alergi pada suatu minuman dan makanan.
c. Pola eliminasi.
Px bak dan bab masih normal
d. Pola aktifitas dan latihan.
Pada pasien dermatitis terjadi gangguan pola aktivitas dan latihan
karena adanya rasa nyeri
e. Pola tidur dan istirahat.
9
Pada pasien dermatitis terjadi gangguan pola tidur dan istirahat karena
adanya rasa nyeri.
f. Pola persepsi dan konsep diri.
Pada pasien dermatitis mengalami gambaran diri dan isolasi diri karena
malu dengan keadaannya.
g. Pola sensori dan kognitif.
Pada pola sensori rasa nyeri, pada pola kognitif perlu di kaji apakah
pasien mengerti tentang penyakitnya.
h. Pola reproduksi sexual.
Tidak terjadi gangguan pada pola ini.
i. Pola hubungan peran.
Tidak terjadi gangguan pada pola ini.
j. Pola penanggulangan stress.
Bagaimana pasien mengalami masalah yang ada.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Tidak terjadi gangguan pada pola ini.
4. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum
1) Tingkat kesadaran
1) kompos mentis
2) apatis
3) samnolen, letergi/hypersomnia
4) delirium
5) stupor atau semi koma
6) koma
Tingkat kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup
dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan
rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
b. Tanda-tanda vital
1) tekanan darah
2) denyut nadi
10
3) suhu tubuh
4) pernafasan
c. Keadaan fisik di fokuskan sesuai dengan kasus atau sistem yang
mengalami gangguan
1) Kulit
a) Inspeksi
(1) Radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor).
(2) Kemerahan (rubor),
(3) Gangguan fungsi kulit (function laisa).
(4) Biasanya batas kelainan tidak tegasan terdapat lesi
polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau
beturut-turut.
(5) Terdapat vesikel-veikel fungtiformis yang
berkelompok yang kemudian membesar.
(6) Terdapat bula atau pustule
(7) Ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis
menjadi kering disebut ematiti sika.
(8) Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses
menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai
sekuele telihat
(9) Hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
b) Palpasi
(1) Nyeri tekan
(2) Edema atau pembengkakan
(3) Kulit bersisik
2) keadaan kepala
a) Inspeksi
Tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala
nampak kotor.
b) Palpasi
Eriksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan
atau adanya massa.
11
3) Keadaan mata
a) Inspeksi
(1) Palpebrae : tidak edema, tidak radang
(2) Sclera : tidak ictertus
(3) Conjuctiva : tidak terjadi peradangan
(4) Pupil : isokor
(5) Posisi mata
(6) Simetris/tidak : simertis
(7) Gerakan bola mata : normal
(8) Penutupan kelopak mata : tidak mengalami
gangguan
(9) Keadaan visus : normal
(10)Penglihatan : normal (tidak kabur )
2) palpasi
(1) Tidak ada nyeri tekan
(2) Tekanan intra okuler ( tio ) tidak ada
4) keadaan hidung
a) Inspeksi
(1) Simetris kiri dan kanan
(2) Tidak ada pembengkakan dan sekresi
(3) Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
b) Palpasi
(1) Tidak ada nyeri tekan
(2) Tidak ada benjolan/tumor
5) Keadaan telinga
a) Inspeksi
(1) Telinga bagian luar simetris
(2) Tidak ada serumen/cairan, nanah
6) Mulut
a) Inspeksi
(1) Bibir tampak pucat
(2) Kering pecah
(3) Mulut tidak berbau
12
7) leher
a) Inspeksi
(1) Kelenjar thyroid : tidak membesar
(2) Tidak ada pembengkakan atau benjolan
(3) Tidak ada distensi vena jugularis
b) Palpasi
(1) Kelenjar thyroid : tidak terabah
(2) Kelenjar limfe : tidak membesar
(3) Tidak ada benjolan atau massa
(4) Mobilisasi leher normal
8) Thorax dan pernafasan
a) Inspeksi
(1) Bentuk dada : pigion chest
(2) Pernafasan : inspirasi/ekspirasi, frekuensi
pernafasan, irama pernafasan
(3) Pengembangan diwaktu bernafas normal
(4) Dada simetris
(5) Tidak ada retraksi
b) Palpasi
(1) Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal
premitus
(2) Untuk mengetahui adanya massa
(3) inadekuat ekspansi dada
c) perkusi
(1) Sonor : suara perkusi jaringan paru yang normal
d) Askultasi
(1) Mendengarkan suara pada dinding thoraks
(2) . Suara tambahan : -
9) Jantung
a) inspeksi :
(1) Ictus cordis : denyutan dinding toraks oleh
karena kontraksi ventrikel kiri ditemukan pada
ics 5 linea medio clavicularis kiri.
13
b) Palpasi : normal
c) Perkusi: jantung dalam keadaan normal
d) Auskultasi: tidak ada murmur
10) Pengkajian payudara dan ketiak
a) Inspeksi :
(1) Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran
sedang
(2) Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau
lesi serta vaskularisasi normal
(3) Areola mamma agak kecoklatan
(4) Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya
skar atau lesi.
(5) Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau
pembengkakan. Posisi kedua puting susu
mempunyai arah yang sama.
(6) Ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau
tanda kemerah-merahan.
b) Palpasi : tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.
11) Abdomen
a) Inspeksi :
(1) Umbilikus tidak menonjol
(2) Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena
(3) Tidak ada benjolan
b) Auskultasi : peristaltik normal
c) Palpasi :
(1) Tidak ada rasa nyeri
(2) Tidak ada benjolan/ massa
(3) Tidak ada pembesaran pada organ hepar
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : peristaltik normal
12) Genetalia dan anus
Tidak ada gangguan/ normal
13) Ekstremitas
14
Lemah
14) Refleks
(1) Biceps kanan/kiri : normal
(2) Triceps kana/kiri : normal
15) Sensori
(1) Nyeri : +
(2) Rangsang suhu : +
(3) Rasa raba : +
B. Diagnosa
1. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis, respon
menggaruk.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder akibat penyakit.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
sumber informasi
C. Rencana tindakan keperawatan
1. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
Tujuan : pencapaian tidur yang nyenyak.
Kriteria hasil :
a. Mencapai tidur yang nyenyak
b. Melaporkan peredaan rasa gatal
c. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
d. Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada malam hari.
e. Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
f. Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.
15
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Bantu pasien melakukan gerak
badan secara teratur
2. Jaga kamar tidur agar tetap
memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Kolaborasi:
1. Cegah dan obati kulit yang kering
He:
1. Anjurkan kepada klien menjaga
kulit selalu lembab
2. Anjurkan klien menghindari
minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur di malam
hari.
3. Anjurkan klien mengerjakan hal –
hal yang ritual dan rutin
menjelang tidur.
Mandiri :
1. Gerak badan memberikan efek yang
menguntungkan untuk tidur jika
dilaksanakan pada sore hari.
2. Udara yang kering membuat kulit terasa
gatal. Lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
Kolaborasi :
1. Pruritus noeturnal mengganggu tidur
yang normal.
He :
1. Tindakan ini mencegah kehilangan air.
Kulit yang kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa
dikendalikan.
2. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam
sesudah dikonsumsi.
3. Tindakan ini memudahkan peralihan
dari keadaan terjaga menjadi keadaan
tertidur.
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit
Tujuan : Peredaan ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
a. pernyataan verbal klien bahwa nyeri berkurang atau terkontrol.
b. tanda vital dalam batas normal
c. Ekspresi tenang/nyaman
16
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,
lamanya, intensitas (skala 0-10).
2. Pertahankan suhu lingkungan nyaman,
berikan lampu penghangat, penutup
tubuh hangat..
3. Libatkan pasien dalam penentuan
jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian
obat.
4. Berikan tindakan kenyamanan dasar,
contohnya pijatan pada area yang tidak
sakit, perubahan posisi dengan sering.
5. Anjurkan penggunaan teknik
manajemen stress
Mandiri
1. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus
dibandingkan sebelumnya dimana dapat
membantu mendiagnosa etiologi dan
terjadinya komplikasi.
2. Sumber panas eksternal perlu untuk
mencegah menggigil.
3. Meningkatkan rasa kontrol pasien dan
kekuatan mekanisme koping.
4. Meningkatkan relaksasi; menurunkan
tegangan otot dan kelelahan umum
5. Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan
rasa kontrol, yang dapat menurunkan
ketergantungan farmakologis.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis, respon
menggaruk.
Tujuan : Pemeliharaan integritas kulit
Kriteria Hasil :
a. Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka yang terdapat lesi.
b. Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi
lausea.
c. Menunjukkan regenerasi jaringan kulit
17
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau keadaan kulit pasien
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko
terjadinya cedera termal akibat
penggunaan kompres hangat dengan
suhu yang terlalu tinggi dan akibat
cidera panas yang tidak terasa
( bantalan pemanasan, radiator )
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kosmetik dan preparat tabir surya.
Kolaborasi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan
salep kulit
Mandiri
1. Mengetahui kondisi kulit untuk
dilakukan pilihan intervensi yang
tepat
2. Penderita dermatosis dapat
mengalami penurunan sensitivitas
terhadap panas.
3. Banyak masalah kosmetika pada
hakekatnya semua kelainan
malignitas kulit dapat dikaitkan
dengan kerusakan kulit kronik.
Kolaborasi
4. Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta
mempercepat proses pemulihan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder
akibat penyakit
Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Kriteria Hasil :
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
d. menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
e. mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
f. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
g. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik
untuk meningkatkan penampilan
18
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. 1. Kaji adanya gangguan pada citra diri
pasien ( menghindari kontak mata, ucapan
yang merendahkan diri sendiri, ekpresi
keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).
2. 2. Identifikasi stadium psikososial tahap
perkembangan.
3.berikan kesempatan untuk
pengungkapan. Dengarkan ( dengan cara
yang terbuka, tidak menghakimi ) untuk
mengekspresikan berduka / ansietas
tentang perubahan citra tubuh.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan
pasien. Bantu pasien yang cemas dalam
mengembangkan kemampuan untuk
menilai diri dan mengenali serta
mengatasi masalah.
5. Dorong sosialisasi dengan orang lain
Mandiri:
1. Gangguan citra diri akan menyertai
setiap penyakit atau keadaan yang tampak
nyata bagi pasien. Kesan sesorang
terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh
pada konsep diri
2. Terhadap hubungan antara stadium
perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman pasien terhadap kondisi
kulitnya
3. Pasien membutuhkan pengalaman
yang harus didengarkan dan dipahami.
4. Tindakan ini memberikan kesempatan
pada petugas kesehatan untuk
menetralkan kecemasan yang tidak perlu
terjadi dan memulihkan realitas situasi.
Ketakutan merupakan unsure yang
merusak adaptasi pasien.
5. Meningkatkan penerimaan diri dan
sosialisasi.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
Tujuan : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Kriteria Hasil :
a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
19
b. mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
c. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
d. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi Rasional
1. Kaji apakah klien memahami dan
mengerti tentang penyakitnya.
2. Jaga agar klien mendapatkan informasi
yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
3. Peragakan penerapan terapi seperti,
mandi dan penggunaan obat-obatan
lainnya
4. Nasihati klien agar selalu menjaga
hygiene pribadi juga lingkungan..
1. Memberikan data dasar untuk
mengembangkan rencana penyuluhan
2. Klien harus memiliki perasaan bahwa
sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan
klien merasakan manfaat.
3. Memungkinkan klien memperoleh cara
yang tepat untuk melakukan terapi
4. Dengan terjaganya hygiene, dermatitis
alergi sukar untuk kambuh kembali.
D. Implementasi
(Dilakukan sesuai intervensi)
E. Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
20
Daftar Pustaka
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran., Ed 3, Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
Marilynn, Frances Mary, C Alice. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed 3.
Jakarta:EGC
Nanda. 2011. Diagnos Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
21