Askep Dermatitiswds

30
LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS KRONTAK A. Definisi Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur – unsur fisik, kimia, atau biologi. Dermatitis kontak bisa juga dikatakan sebagai peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. B. EPIDEMOLOGI Di Amerika Serikat 90% klaim kesehatan akibat kelaianan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokter kulit akibat dermatitis kontak adalah sebesar 4-7%. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji tempel sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak lebih tinggi dari pada di amerika. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka. Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 10-20%. 1

description

scds

Transcript of Askep Dermatitiswds

Page 1: Askep Dermatitiswds

LAPORAN PENDAHULUAN DERMATITIS KRONTAK

A. Definisi

Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit

terhadap unsur – unsur fisik, kimia, atau biologi. Dermatitis kontak bisa juga

dikatakan sebagai peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap

asing oleh tubuh. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat

ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif

atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat

tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang

tegas.

B. EPIDEMOLOGI

Di Amerika Serikat 90% klaim kesehatan akibat kelaianan kulit pada pekerja

diakibatkan oleh dermatitis kontak. Konsultasi dengan dokter kulit akibat dermatitis

kontak adalah sebesar 4-7%. Di Skandinavia yang telah lama memakai uji tempel

sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak lebih tinggi dari pada di amerika.

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak

alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka.

Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak

sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 10-20%.

C. Etiologi

Tergantung dari penyebabnya, dermatitis kontak dibagi 2, yaitu :

1. Dermatitis kontak iritan (DKI)

Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau

iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan

iritan yang paling sering menyebabkan dki adalah popok bayi. Hal ini akan

menyebabkan keadaan yang dinamakan “diaper dermatitis”, reaksi kulit di daerah

yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia

alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula dki terjadi di sekitar mulut

1

Page 2: Askep Dermatitiswds

karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang dewasa, dki

terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.

2. Dermatitis kontak alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada

seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada dka, peradangan

mungkin belum terjadi sampai 24 – 36 jam jam setelah kontak dengan bahan kimia

tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Alergen (bahan yang

menyebabkan alergi) yang biasa menjadi penyebab dka adalah bahan kimia yang

mengandung nikel yang banyak terdapat di jam tangan, perhiasan logam, resleting

dan objek logam lainnya; neomisin pada antibiotik salep kulit; potassium dikromat,

bahan kimia yang sering terdapat pada sepatu kulit dan baju; latex pada sarung

tangan dan pakaian karet.

D. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Keadaan kulit yang kering

2. Keadaan suhu lingkungan dingin atau panas yang ekstrem

3. Penggunaan detergen

4. Adanya penyakit kulit sebelumnya

E. Patofisiologi

1. Dermatitis kontak iritan

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang

disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan

merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan

tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan

komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka

fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan

prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan

transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik

neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,

prostaglandin dan leukotrin. Paf akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan

2

Page 3: Askep Dermatitiswds

perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis

protein.

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya

mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak

alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.

Ada dua jenis bahan iritan yaitu :

a) Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir

semua orang.

b) Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak

berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan

dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

2. Dermatitis kontak alergi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun yang

menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

a) Fase sensitisasi

Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi

sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang

disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama

18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel

le (langerhans epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier

yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada

membran sel langerhans dan berhubungan dengan produk gen hla-dr (human

leukocyte antigen-dr). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).

B). Fase elisitasi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen

yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen des.

Sel langerhans akan mensekresi il-1 yang akan merangsang sel t untuk mensekresi il-

2. Selanjutnya il-2 akan merangsang inf (interferon) gamma. Il-1 dan inf gamma akan

merangsang keratinosit memproduksi icam-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang

3

Page 4: Askep Dermatitiswds

langsung beraksi dengan limfosit t dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid

akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi

vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam

kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai

dermatitis.

4

Page 5: Askep Dermatitiswds

F. Klasifikasi

klasifikasi dermatitis kontak menurut etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Dermatitis kontak iritan : efek sitotoksik local langsung dari bahan iritan pada sel-sel

epidermis, dengan respon peradangan epidermis.

b. Dermatitis kontak alergik : reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe iv) yang

diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis kulit.

G. GEJALA KLINIS

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :

a. Gatal – gatal

b. Rasa terbakar

c. Lesi kulit ( vesikel )

d. Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret

e. Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit.

Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan

pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami

ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali

jika erupsinya tersebar luas.

H. Pengobatan

Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah

menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekani, fisik, maupun kimawi.

Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka

dermatitis kontak iritan akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topical,

mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.

Apabila diperluka, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid

topical, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan

kortikosteroid yang lebih kuat.pemakaian alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi

mereka yang bekerja dengan bahan iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan

tersebut.

5

Page 6: Askep Dermatitiswds

I. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan

integument yaitu :

a. Biopsi kulit

Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil contoh jaringan dari

kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada

keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

b. Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada

kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut

resisten pada obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah

dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.

c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus

Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus.

Factor pencahayaan memegang peranan penting.

d. Uji temple

Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.untuk mengetahui

apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi

respon alergi uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,

selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan

kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

J. Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan

yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:

1. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan

secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.

2. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk

menghindari kontak dengan bahan pembersih.

3. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk

menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

6

Page 7: Askep Dermatitiswds

K. Penatalaksanaan 

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengistirahatkan kulit yang sakit dan

melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus

dianamnesia. Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan, iritasi

local harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi

kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis.

Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak –

bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang kecil. Kompres yang sejuk dan basah juga

dapat dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang

ditambahkan pada air kompres kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres

basah biasanya membantu membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret.

Kemudian preparat krim atau salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid

dioleskan tipis – tipis. Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan,

untuk dermatitis dengan daerah – daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang

menyebar luas, pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.

7

Page 8: Askep Dermatitiswds

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas umum

2. Status kesehatan

a. Keluhan utama

Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya

terasa gatal serta nyeri.gejala yang sering menyebabkan penderita

datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang

timbul.

b. Riwayat keluhan utama

Provoking inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan

utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul lesi kulit

(vesikel),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema

yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola pqrst pada

setiap keluhan klien

1) Provocative/palliative

Apa penyebab keluhan: apakah sebelumnya klien melakukan

kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan

kerusakan pada kulit

2) Quality/quantity

Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar : pada beberapa

kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal

dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat

menyebabkan keluhan

Sejauh mana sakit dirasakan : rasa sakit yang dirasakan mulai

dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak

zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit

3) Region/radiation

Dimana letak sakit: tergantung dari daerah yang kontak dengan

penyebab

Area penyebarannya : area penyebarannya misalnya kaki, luka

pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik perhiasan.

8

Page 9: Askep Dermatitiswds

4) Severitty scale

apakah mempengaruhi aktifitas : terganggunya aktifitas

tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit

Seberapa jauh skala ringan/berat: tergantung dari tingkat

keparahan penyakitnya

5) Timing

Kapan mulai terjadi

Kapan sering terjadi

Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah

pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk

mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami

penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.

Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak

dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopic

3. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Biasanya pada pasien mempunyai alergi pada bahan pelarut, deterjen,

asam, alkali dll.

b. Pola nutrisi dan metabolisme.

Pola nutisi dan metabolisme dikaji apakah makan kesukaan pasien,

berapa kali makan satu hari komposisi makan, minum 1 hari berapa

gelas, apakah ada alergi pada suatu minuman dan makanan.

c. Pola eliminasi.

Px bak dan bab masih normal

d. Pola aktifitas dan latihan.

Pada pasien dermatitis terjadi gangguan pola aktivitas dan latihan

karena adanya rasa nyeri

e. Pola tidur dan istirahat.

9

Page 10: Askep Dermatitiswds

Pada pasien dermatitis terjadi gangguan pola tidur dan istirahat karena

adanya rasa nyeri.

f. Pola persepsi dan konsep diri.

Pada pasien dermatitis mengalami gambaran diri dan isolasi diri karena

malu dengan keadaannya.

g. Pola sensori dan kognitif.

Pada pola sensori rasa nyeri, pada pola kognitif perlu di kaji apakah

pasien mengerti tentang penyakitnya.

h. Pola reproduksi sexual.

Tidak terjadi gangguan pada pola ini.

i. Pola hubungan peran.

Tidak terjadi gangguan pada pola ini.

j. Pola penanggulangan stress.

Bagaimana pasien mengalami masalah yang ada.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Tidak terjadi gangguan pada pola ini.

4. Pemeriksaan fisik

a. keadaan umum

1) Tingkat kesadaran

1) kompos mentis

2) apatis

3) samnolen, letergi/hypersomnia

4) delirium

5) stupor atau semi koma

6) koma

Tingkat kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu dermatitis

kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup

dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan

rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.

b. Tanda-tanda vital

1) tekanan darah

2) denyut nadi

10

Page 11: Askep Dermatitiswds

3) suhu tubuh

4) pernafasan

c. Keadaan fisik di fokuskan sesuai dengan kasus atau sistem yang

mengalami gangguan

1) Kulit

a) Inspeksi

(1) Radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti

dolor).

(2) Kemerahan (rubor),

(3) Gangguan fungsi kulit (function laisa).

(4) Biasanya batas kelainan tidak tegasan terdapat lesi

polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau

beturut-turut.

(5) Terdapat vesikel-veikel fungtiformis yang

berkelompok yang kemudian membesar.

(6) Terdapat bula atau pustule

(7) Ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis

menjadi kering disebut ematiti sika.

(8) Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses

menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai

sekuele telihat

(9) Hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

b) Palpasi

(1) Nyeri tekan

(2) Edema atau pembengkakan

(3) Kulit bersisik

2) keadaan kepala

a) Inspeksi

Tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala

nampak kotor.

b) Palpasi

Eriksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan

atau adanya massa.

11

Page 12: Askep Dermatitiswds

3) Keadaan mata

a) Inspeksi

(1) Palpebrae : tidak edema, tidak radang

(2) Sclera : tidak ictertus

(3) Conjuctiva : tidak terjadi peradangan

(4) Pupil : isokor

(5) Posisi mata

(6) Simetris/tidak : simertis

(7) Gerakan bola mata : normal

(8) Penutupan kelopak mata : tidak mengalami

gangguan

(9) Keadaan visus : normal

(10)Penglihatan : normal (tidak kabur )

2) palpasi

(1) Tidak ada nyeri tekan

(2) Tekanan intra okuler ( tio ) tidak ada

4) keadaan hidung

a) Inspeksi

(1) Simetris kiri dan kanan

(2) Tidak ada pembengkakan dan sekresi

(3) Tidak ada kemerahan pada selaput lendir

b) Palpasi

(1) Tidak ada nyeri tekan

(2) Tidak ada benjolan/tumor

5) Keadaan telinga

a) Inspeksi

(1) Telinga bagian luar simetris

(2) Tidak ada serumen/cairan, nanah

6) Mulut

a) Inspeksi

(1) Bibir tampak pucat

(2) Kering pecah

(3) Mulut tidak berbau

12

Page 13: Askep Dermatitiswds

7) leher

a) Inspeksi

(1) Kelenjar thyroid : tidak membesar

(2) Tidak ada pembengkakan atau benjolan

(3) Tidak ada distensi vena jugularis

b) Palpasi

(1) Kelenjar thyroid : tidak terabah

(2) Kelenjar limfe : tidak membesar

(3) Tidak ada benjolan atau massa

(4) Mobilisasi leher normal

8) Thorax dan pernafasan

a) Inspeksi

(1) Bentuk dada : pigion chest

(2) Pernafasan : inspirasi/ekspirasi, frekuensi

pernafasan, irama pernafasan

(3) Pengembangan diwaktu bernafas normal

(4) Dada simetris

(5) Tidak ada retraksi

b) Palpasi

(1) Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal

premitus

(2) Untuk mengetahui adanya massa

(3) inadekuat ekspansi dada

c) perkusi

(1) Sonor : suara perkusi jaringan paru yang normal

d) Askultasi

(1) Mendengarkan suara pada dinding thoraks

(2) . Suara tambahan : -

9) Jantung

a) inspeksi :

(1) Ictus cordis : denyutan dinding toraks oleh

karena kontraksi ventrikel kiri ditemukan pada

ics 5 linea medio clavicularis kiri.

13

Page 14: Askep Dermatitiswds

b) Palpasi : normal

c) Perkusi: jantung dalam keadaan normal

d) Auskultasi: tidak ada murmur

10) Pengkajian payudara dan ketiak

a) Inspeksi :

(1) Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran

sedang

(2) Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau

lesi serta vaskularisasi normal

(3) Areola mamma agak kecoklatan

(4) Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya

skar atau lesi.

(5) Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau

pembengkakan. Posisi kedua puting susu

mempunyai arah yang sama.

(6) Ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau

tanda kemerah-merahan.

b) Palpasi : tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.

11) Abdomen

a) Inspeksi :

(1) Umbilikus tidak menonjol

(2) Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena

(3) Tidak ada benjolan

b) Auskultasi : peristaltik normal

c) Palpasi :

(1) Tidak ada rasa nyeri

(2) Tidak ada benjolan/ massa

(3) Tidak ada pembesaran pada organ hepar

c) Perkusi : tympani

d) Auskultasi : peristaltik normal

12) Genetalia dan anus

Tidak ada gangguan/ normal

13) Ekstremitas

14

Page 15: Askep Dermatitiswds

Lemah

14) Refleks

(1) Biceps kanan/kiri : normal

(2) Triceps kana/kiri : normal

15) Sensori

(1) Nyeri : +

(2) Rangsang suhu : +

(3) Rasa raba : +

B. Diagnosa

1. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis, respon

menggaruk.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan

sekunder akibat penyakit.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

sumber informasi

C. Rencana tindakan keperawatan

1. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus

Tujuan : pencapaian tidur yang nyenyak.

Kriteria hasil :

a. Mencapai tidur yang nyenyak

b. Melaporkan peredaan rasa gatal

c. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat

d. Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada malam hari.

e. Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.

f. Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

15

Page 16: Askep Dermatitiswds

Intervensi Rasional

Mandiri :

1. Bantu pasien melakukan gerak

badan secara teratur

2. Jaga kamar tidur agar tetap

memiliki ventilasi dan

kelembaban yang baik.

Kolaborasi:

1. Cegah dan obati kulit yang kering

He:

1. Anjurkan kepada klien menjaga

kulit selalu lembab

2. Anjurkan klien menghindari

minuman yang mengandung

kafein menjelang tidur di malam

hari.

3. Anjurkan klien mengerjakan hal –

hal yang ritual dan rutin

menjelang tidur.

Mandiri :

1. Gerak badan memberikan efek yang

menguntungkan untuk tidur jika

dilaksanakan pada sore hari.

2. Udara yang kering membuat kulit terasa

gatal. Lingkungan yang nyaman

meningkatkan relaksasi.

Kolaborasi :

1. Pruritus noeturnal mengganggu tidur

yang normal.

He :

1. Tindakan ini mencegah kehilangan air.

Kulit yang kering dan gatal biasanya

tidak dapat disembuhkan tetapi bisa

dikendalikan.

2. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam

sesudah dikonsumsi.

3. Tindakan ini memudahkan peralihan

dari keadaan terjaga menjadi keadaan

tertidur. 

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit

Tujuan : Peredaan ketidaknyamanan

Kriteria Hasil :

a.  pernyataan verbal klien bahwa nyeri berkurang atau terkontrol.

b.  tanda vital dalam batas normal

c. Ekspresi tenang/nyaman

16

Page 17: Askep Dermatitiswds

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,

lamanya, intensitas (skala 0-10).

2. Pertahankan suhu lingkungan nyaman,

berikan lampu penghangat, penutup

tubuh hangat..

3.  Libatkan pasien dalam penentuan

jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian

obat.

4. Berikan tindakan kenyamanan dasar,

contohnya pijatan pada area yang tidak

sakit, perubahan posisi dengan sering.

5. Anjurkan penggunaan teknik

manajemen stress

Mandiri

1. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus

dibandingkan sebelumnya dimana dapat

membantu mendiagnosa etiologi dan

terjadinya komplikasi.

2. Sumber panas eksternal perlu untuk

mencegah menggigil.

3. Meningkatkan rasa kontrol pasien dan

kekuatan mekanisme koping.

4. Meningkatkan relaksasi; menurunkan

tegangan otot dan kelelahan umum

5. Memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan

rasa kontrol, yang dapat menurunkan

ketergantungan farmakologis.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermatitis, respon

menggaruk.

Tujuan : Pemeliharaan integritas kulit

Kriteria Hasil :

a. Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka yang terdapat lesi.

b. Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi

lausea.

c. Menunjukkan regenerasi jaringan kulit

17

Page 18: Askep Dermatitiswds

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Pantau keadaan kulit pasien

2. Jaga dengan cermat terhadap resiko

terjadinya cedera termal akibat

penggunaan kompres hangat dengan

suhu yang terlalu tinggi dan akibat

cidera panas yang tidak terasa

( bantalan pemanasan, radiator )

3. Anjurkan pasien untuk menggunakan

kosmetik dan preparat tabir surya.

Kolaborasi

4. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat anti histamine dan

salep kulit

Mandiri

1. Mengetahui kondisi kulit untuk

dilakukan pilihan intervensi yang

tepat

2. Penderita dermatosis dapat

mengalami penurunan sensitivitas

terhadap panas.

3. Banyak masalah kosmetika pada

hakekatnya semua kelainan

malignitas kulit dapat dikaitkan

dengan kerusakan kulit kronik.

Kolaborasi

4. Penggunaan anti histamine dapat

mengurangi respon gatal serta

mempercepat proses pemulihan

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder

akibat penyakit

Tujuan : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.

Kriteria Hasil :

a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.

b. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

c. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.

d. menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.

e. mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.

f. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.

g. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik

untuk meningkatkan penampilan

18

Page 19: Askep Dermatitiswds

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.     1. Kaji adanya gangguan pada citra diri

pasien ( menghindari kontak mata, ucapan

yang merendahkan diri sendiri, ekpresi

keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).

2.      2. Identifikasi stadium psikososial tahap

perkembangan.

3.berikan kesempatan untuk

pengungkapan. Dengarkan ( dengan cara

yang terbuka, tidak menghakimi ) untuk

mengekspresikan berduka / ansietas

tentang perubahan citra tubuh.

4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan

pasien. Bantu pasien yang cemas dalam

mengembangkan kemampuan untuk

menilai diri dan mengenali serta

mengatasi masalah.

5.      Dorong sosialisasi dengan orang lain 

Mandiri:

1.      Gangguan citra diri akan menyertai

setiap penyakit atau keadaan yang tampak

nyata bagi pasien. Kesan sesorang

terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh

pada konsep diri

2.      Terhadap hubungan antara stadium

perkembangan, citra diri dan reaksi serta

pemahaman pasien terhadap kondisi

kulitnya

3.      Pasien membutuhkan pengalaman

yang harus didengarkan dan dipahami.

4.      Tindakan ini memberikan kesempatan

pada petugas kesehatan untuk

menetralkan kecemasan yang tidak perlu

terjadi dan memulihkan realitas situasi.

Ketakutan merupakan unsure yang

merusak adaptasi pasien.

5.      Meningkatkan penerimaan diri dan

sosialisasi. 

5. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber

informasi

Tujuan : Pemahaman terhadap perawatan kulit

Kriteria Hasil :

a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

19

Page 20: Askep Dermatitiswds

b. mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

c. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.

d. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Intervensi Rasional

1. Kaji apakah klien memahami dan

mengerti tentang penyakitnya.

2. Jaga agar klien mendapatkan informasi

yang benar, memperbaiki kesalahan

konsepsi/informasi.

3. Peragakan penerapan terapi seperti,

mandi dan penggunaan obat-obatan

lainnya

4. Nasihati klien agar selalu menjaga

hygiene pribadi juga lingkungan..

1. Memberikan data dasar untuk

mengembangkan rencana penyuluhan

2. Klien harus memiliki perasaan bahwa

sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan

klien merasakan manfaat.

3. Memungkinkan klien memperoleh cara

yang tepat untuk melakukan terapi

4. Dengan terjaganya hygiene, dermatitis

alergi sukar untuk kambuh kembali.

D. Implementasi

(Dilakukan sesuai intervensi)

E. Evaluasi

Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

3. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.

4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

20

Page 21: Askep Dermatitiswds

Daftar Pustaka

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran., Ed 3, Jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius

Marilynn, Frances Mary, C Alice. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed 3.

Jakarta:EGC

Nanda. 2011. Diagnos Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

21