Askep Defek Septum Atrial

23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah kesehatan dengan kelainan jantung masih menduduki peringkat yang tinggi penyebab faktor genetik dan faktor prenatal. Jantung adalah salah satu kelainan yang menggangu system dalam tubuh yang paling penting. Salah satu kelainan jantung tersebut ialah Artium Septum Defek (ASD) yang merupakan lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009). Penyebab dari jantung itu ada berbagai macam, terutama penyakit jantung yang kelaianan bawaan ini adalah ASD ini di sebabkan oleh Faktor Prenatal yaitu ibu dengan infeksi rubela, ibu alkoholisme, ibu yang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu, ibu dengan usia lebih dari 45 tahun dan pada faktor faktor genetik yaitu anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah atau ibu menderita PJB, kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan lahir dengan kelainan bawaan lain. Berdasarkan data penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8% penderita penyakit jantung kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom, Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak perempuan dibandingkan anak laki- 1

description

asd

Transcript of Askep Defek Septum Atrial

Page 1: Askep Defek Septum Atrial

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masalah kesehatan dengan kelainan jantung masih menduduki peringkat

yang tinggi penyebab faktor genetik dan faktor prenatal. Jantung adalah salah satu

kelainan yang menggangu system dalam tubuh yang paling penting. Salah satu

kelainan jantung tersebut ialah Artium Septum Defek (ASD) yang merupakan

lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan

kiri (Samik Wahab, 2009).

Penyebab dari jantung itu ada berbagai macam, terutama penyakit jantung

yang kelaianan bawaan ini adalah ASD ini di sebabkan oleh Faktor Prenatal yaitu

ibu dengan infeksi rubela,    ibu alkoholisme,  ibu yang mengkonsumsi obat-

obatan penenang atau jamu, ibu dengan usia lebih dari 45 tahun dan pada faktor

faktor genetik yaitu anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah atau ibu

menderita PJB, kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan lahir dengan

kelainan bawaan lain.

Berdasarkan data penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika

terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8% penderita

penyakit jantung kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom,

Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak perempuan dibandingkan anak

laki- laki (rasio perempuan : laki-laki = 1,5 sampai 2:1) (Kapita Selekta, 2008).

Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual

maupun potensial akibat adanya penyakit jantung ASD adalah penurunan curah

jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri, atrium

septum defek, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru,

intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, aktual atau resiko tinggi

gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

tidak adekuat akibat sekunder dari adanya sesak nafas, mual, anoreksia, daya

hisap bayi kurang, aktual/resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan

dengan kelainan vaskuler paru obstruktif akibat sekunder atau stenosis pulmoner,

1

Page 2: Askep Defek Septum Atrial

dan resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap

aturan terapiutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

1.2 Tujuan penulisan

Memperoleh pemahaman serta mampu melakukan asuhan keperawatan

secara komprehensif pada pasien jantung ASD.

1.3 Manfaat

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan kelainan

jantung khususnya ASD.

3. Bagi Perawat

Perawat atau tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih luas

tentang ASD sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara profesional.

2

Page 3: Askep Defek Septum Atrial

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

ASD adalah kelainan anatomik jantung akibat terjadinya kesalahan pada

jumlah absorbsi dan proliferasi jaringan pada tahap perkembangan pemisahan

rongga atrium menjadi atrium kanan dan kiri (Arif, 2007).

Atrial Septal Defect adalah Setiap lubang pada sekat atrium yang

menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009)

ASD merupakan hubungan atau lubang abnormal pada sekat yang

memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.

ASD adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri

melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.

2.2 Etiologi

Penyebab ASD belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa

faktor yang diduga berpengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD yaitu

antara lain:

1. Faktor Prenatal

a. ibu dengan infeksi rubela

b. ibu alkoholisme

c. ibu yang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu

d. ibu dengan usia lebih dari 45 tahun

2. Faktor Genetik

a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

b. Ayah atau ibu menderita PJB

c. Kelainan kromosom seperti Down Syndrome

d. Lahir dengan kelainan bawaan lain.

2.3 Klasifikasi

Berdasrkan variasi kelainan anatominya, defek sekat atrium dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

3

Page 4: Askep Defek Septum Atrial

1. Defek sekat atriumtipe primum (tipe I)

Kondisi ini disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum premium yang

gagal berkembang mencapai endocardium cushion (bantalan endokardium).

Kejadian defek sekat atrium tipe I ini adalah sekitar 30 % dari seluruh

defek sekat atrium. Beberapa variasi anatomis defek tipe ini adalah sebagai

berikut :

a. Atrium tunggal (atrium komunis)

b. Adanya defek sekat septum primum yang disertai dengan defek pada daun

katup mitral anterior dan trikuspidal (defek kanal atrivontrikuler inkomplet)

c. Adanya defek sekat primum sekat atrium, defek katup mitral dan trikuspidal,

dan ditambah dengan defek pada sekat ventrikel bagian atas (defek kanal

atriventrikuler komplet).

2. Defek sekat atrium tipe sekundum (tipe II)

Tipe yang paling sering terjadi sekitar 70% dari kasus defek sekat atrium.

Berdasarkan lokasi defek tipe ini terbagi menjadi:

a. Defek pada fossa ovalis

Defek ini paling sering terjadi, dapat tunngal maupun multipel. Dapat pula

terjadi sebagai foramen ovale paten.

b. Defek tipe sinus venosus vena cava soperior

Defek terjadi di superior sampai fossa ovalis. Tipe defek sinus venosus ini

berkisar 10% dari seluruh kelainan defek sekat atrium

c. Defek tipe sinus venosus vena cava inferior

Defek terjadi di posterior dan inferior sampai fossa ovalis. Jenis

2.4 Manifestasi Klinis

a. Adanya Dispnea

b. Kecenderungan infeksi pada jalan nafas

c. Palpitasi

d. Kardiomegali

e. atrium dan ventrikel kanan membesar

f. Diastolik meningkat

g. Sistolik Rendah

4

Page 5: Askep Defek Septum Atrial

h. Pada bayi jika piro besar berat badan anak sedikit berkurang

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektrokardiografi

Gambaran EKG penting dalam membantu diagnosis DSA sekundum. EKG

menunjukkan pola RBBB pada 95%, yang menunjukkan terdapatnya beban

volume ventrikel kanan. Deviasi sumbu QRS ke kanan (Rigth axis deviation) pada

DSA sekundum membedakannya dari defek primum yang memperlihatkan defiasi

sumbu ke kiri (left axis deviation). Blok AV derajat I (pemanjangan interval PR)

terdapat pada 10% kasus defect sekundum.

2. Ekokardiografi

Dengan alat diagnosis ini dapat dibuat diagnosis pasti. Defect ini paling

baik difisualisasikan dengan menggunakan pandangan subxifoid, karena tegak

lurus pada sekat atrium. Dengan menggunakan pemetaan aliran dopler bewarna

dapat dilihat aliran shunt yang melewati defect septum. Dengan ekokardiografi M-

mode, pada defect sekat atrium tipe sekundum sering tampak pembesaran

ventrikel kanan dan juga terlihat gerakan septum yang paradoks atau mendatar.

Sementara itu pada defect sekat atrium tipe primum kadang kita perlu

melihat gamabaran katub mitral. Gambaran ini dapat dilihat paling baik pada

pandangan sumbu pendek subsifoid dan parasternal.

3. Foto rontgen

Ukuran jantung membesar sebanding dengan besar shunt. Mungkin

terdapat pembesaran jantung kanan yang tampak sebagai penonjolan pada bagian

kanan atas jantung. Batang arteri pulmonalis juga dapat membesar dan tampak

sebagai tonjolan pulmonal yang prominen. Vaskularisasi corakan paru bertambah.

Gambaran ini (disertai dengan gejala klinik yang ada) sering didiagnosis sebagai

Klompleks Primer Tuberkulosis (KPTB).

4. Kateterisasi jantung

Kadang-kadang dilakukan untuk melihat tekanan pada masing-masing

ruangan jantung misalnya hipertensi pulmonal.

5

Page 6: Askep Defek Septum Atrial

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Alat ini dapat mendeteksi anomali muara vena. Dapat digunakan pula

untukmengukur besar defek dan memperkirakan besar aliran shunt.

2.6 Penatalaksanaan

Penderita ASD biasanya tidak menunjukkan keluhan. Pada bayi sebelum

usia 3 bulan, defek berukuran < 3mm akan menutup secara spontan. Namun

apabila lubang tersebut besar maka operasi untuk menutup lubang tersebut

dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal jantung atau keleinan pembuluh darah

pulmonal. Setelah keberhasiklan pembedahan atau penutupan dengan alat,

komplikasi jangka panjang jarang terjadi dan terutama ditentukan oleh ukuran

pirau kiri-ke kanan sebelum pembedahan serta lam intervensi. Semakin besar

pirau dan semakin lama saat penutupan defek, maka semakin besar kemungkinan

dilatasi jantung kanan bermakna dan hipertensi paru.

Masalah jangka panjang yang paling sering terjadi adalah timbulnya

aritmia atrium terutama fibrilasi atrium, yang mungkin membutuhkan pengobatan

anti aritmia dan atau antikoagulasi jangka panjang. Resiko endokarditis infektif

pada ASD yang tidak dikoreksi sangat rendah sehingga profiklasis tidak

diperlukan kecuali terdapat defek terkait lainnya. Untuk pengobatan pencegahan

dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita menjalani

pencabutan gigi untuk mengurangi resiko endokarditis infektif.

2.7 Komplikasi

a. Hipertensi pulmonal

b. Gagal jantung

c. Endokarditis

d. Aritmia

2.8 Prognosis

ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada anak. Kadang

pada ASD dengan shunt yang besar menimbulkan gejala-gejala gagal jantung dan

pada keadaan ini perlu dibantu dengan digitalis. Bila dengan digitalis tidak

6

Page 7: Askep Defek Septum Atrial

berhasil maka perlu dioperasi. ASD dengan shunt yang besar operasi segera

dipertimbangkan guna mencegah terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi

pulmonal pada ASD tergantung pada besarnya shunt. Bila shunt kecil dan tekanan

darah pada ventrikel kanan normal maka operasi tidak perlu dilakukan.

Pada defek sekat atrium primum sering terjadi gagal jantung daripada ASD

II. Gagal jantung biasanya terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Endokarditis

sub akut lebih sering terjadi pada ASD tipe I sedangkan hipertensi pulmonal pada

tipe II.

2.9 WOC

7

Volume atrium kanan meningkat

Volume ventrikel kiri

Faktor GenetikFaktor Prenatal

Trimester I

ASD

ASD Primum (Tipe I) ASD Sekundum (Tipe II)

Pirau

Terjadi aliran yang tinggi dari atrium kiri

ke atrium kanan

Tekanan atrium kiri > atrium kanan

Page 8: Askep Defek Septum Atrial

8

Daya hisap bayi

Ketidakadekuatan O2 & nutrisi ke jar.

MK : Penurunan CO Curah jantung menurun

Volume ventrikel kanan meningkat

Kelemahan

Hipoksia jaringan

Kompensatorik Na & air

MK : intoleransi aktivitas

anuri

Perfusi ginjal

Arteri lelah

MK : - Gangg. Pertumbuhan & Perkembangan

Vol. ventrikel kanan me

Tekanan arteri

pulmunal me

Jumlah darah

ke paru me

MK : gangg. Eliminasi urine

Hipertensi pulmonal

Ventrikel kanan > berat

Hipertensi ventrikel kanan

Kontraktilitas jantung

me Gagal jantung

Page 9: Askep Defek Septum Atrial

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas pasien

Nama, usia, jenis kelamin, bangsa, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya dirasakan pada kasus ASD adalah sesak, gelisah,

pada anak atau bayi tidak mau menetek, sulit tidur, pasien merasa letih

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada anak biasanya mengalami sesak napas, berkeringat banyak dan terdapat

penbengkakan pada tungkai tetepi biasanya tergantung pada derajat dan defek

yang terjadi.

4. Riwayat penyakit dahulu

a. Prenatal History

Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehemilan ibu (infeksi firus

rubela), mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta

penyakit DM pada ibu

b. Intra natal

Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi

c. Riwayat neonatus

Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnue

Anak rewel dan kesakitan

Tumbuh kembang anak terhambat

Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali

Sosial ekonomi keluarga yang rendah

5. Riwayat penyakit keluarga

a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan

defek jantung

9

Page 10: Askep Defek Septum Atrial

b. Penyakit keturunan

c. Penyakit konginetal atau bawaan

6. Psikososial

a. Penurunan pern dalam aktivitas sosial dan keluarga

b. Ansietas, kwatir, takut,stress yang berhubunagn dengan penyakit

3.2 Pemeriksaan Fisik

1. Breathing

Nafas pendek, retraksi pada vena jugulum, sela interkosta dan region

epigastrium. Diameter dada bertambah

2. Blood

Impuls jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul di ventrikel kiri.

Teraba getaran bising atau mur-mur pada dinding dada, pada ASD getaran

bising teraba di sela iga ke 2 atau 3 kiri. Pada defek yang sangat besar sering

tidak teraba getaran bising karena tekanan di ventrikel kiri sama denagn

ventrikel kanan.

3. Brain

Ujung-ujung jari hiperemik

4. Bleeder

Terjadi penurunan produksi urine

5. Bowel

Hepatomegali atau splenomegali mungkin terlihat

6. Bone

Tidak terdapat gangguan pada tulang

3.2 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium, foto thorak,ecg dan echo

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume

ventrikel kiri, atrium septum defek.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

10

Page 11: Askep Defek Septum Atrial

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dispnea

5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume

ventrikel kiri, atrium septum defek.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam, penurunan curah jantung dapat teratasi dan

menunjukkan tanda vital dalam batas normal

Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan episod dypsnea, tekanan darah

dalam batas normal, nadi 80 x/mnt, tidak terjadi aritmia, denyut dan irama

jantung teratur, CRT < 3 detik.

Intervensi :

a. Kaji nilai CO dengan monitor jantung dalam 1 menit

R/ : CO adalah jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap 1 menit

b. Palpasi nadi perifer

R/ : tanda penurunan curah jantung dapat diperlihatkan dengan ciri,

menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial, nadi

mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan gangguan

pulsasi (denyut kuat disertai dengan denyut lemah) mungkin ada.

c. Kaji perubahan pada sensorik, ex: letargi, cemas dan depresi

R/ : penurunan curah jantung dapat mengakibatkan tidak efektifnya perfusi

cerebra

a. Berikan istirahat semi recumben pada tempat tidur atau kursi, kaji denga

pemeriksaan fisik sesuai dengan indikasi

R : istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut

atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan

menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigaen miokardium dan kerja

berlebihan.

d. Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan tenang, menjelaskan

manajemen medis atau keperawatan, membantu klien menghindari stres,

mendengar atau merespon terhadap ekspresi perasaan takut.

11

Page 12: Askep Defek Septum Atrial

R/: Stres emosi menghasilkan respons vasokonstriksi, yang terkait

langsung dengan peningkatan tekanan darah, frekwensi dan kerja jantung.

e. Batasi aktivitas seperti BAB dan BAK di samping tempat tidur, hindari

manuver valsava : mengejan, defekasi, menahan nafas selama perubahan

posisi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru.

Tujuan : klien memperlihatkan peningkatan fungsi pernapasan

kriteria hasil : pernapasan tetap dalam batas normal 16 - 20 x / menit, warna

kulit baik dan klien tenang

Intervensi :

a. Kaji frekuensi pernapasan warna kulit serta saturasi oksigen

R/ mengetahui secara dini kebutuhan oksigen klien

b. Beikan posisi 30 – 45 derajat

R/untuk memudahkan respirasi baru

c. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan sesuai program

R/ meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium agar

tidak terjadi hipoksia

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan : klien menunjukkan perbaikan curah jantung yang terlihat dari

aktivitas klien.

Kriteria hasil :

klien menentukan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan

klien mendapatkan waktu istirahat atau tidur yang tepat

Intervensi :

a. Taksiran tingkat kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL

R/ untuk memberikan informasi tentang energi cadangan dan respon untuk

beraktivitas

b. Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup

R/ untuk meningkatkan istirahat dan menghemat energi

c. Hindari suhu lingkungan yang ekstrim

R/ hipertermia atau hipotermia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

12

Page 13: Askep Defek Septum Atrial

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dispnea

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil : - Bayi dapat menetek atau mengisap dot

- TTV dalam batas normal

- Intake dan output seimbang

Intervensi :

a. Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dalam melakukan

tindakan

R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan.

b. Pasang infus jika bayi sangat dispnea

R/ Infus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Kx dan untuk memasukkan

obat. Jika bayi sangat dispnea susah mengisap dot atau menetek.

c. Perhatikan tetasan infus

R/ Tetesan infus yang terlalucepat akan menambah beban kerja jantung.

d. Hitung intake dan output cairan Kx

R/ Untuk memantau keseimbangan cairan, bila kelebihan atau kekurangan

dapat cepat diatasi.

e. Berikan minum pada Kx atau biarkan menetek jika sesak berkurang

dengan sela istirahat

R/ Membantu veflek menetek.

f. Anjurkan ibu Kx untuk memangku Kx pada saat menetek

R/ Untuk menghindari tersedat dan memberikan kontak psikologis.

g. Catat intake dan output Kx

R/ Untuk mengetahui intake dan output.

13

Page 14: Askep Defek Septum Atrial

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Atrial Septal Defect (ASD) adalah setiap lubang pada sekat atrium

yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri. ASD biasanya

terjadi karena 2 faktor yaitu faktor prenatal dan faktor genetik. Gejala yang

sering tampak antara lain adanya dispnea, kecenderungan infeksi pada jalan

nafas, palpitasi, kardiomegali, atrium dan ventrikel kanan membesar, diastolik

meningkat, sistolik rendah, pada bayi jika piro besar berat badan anak sedikit

berkurang.

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu elektrokardiografi, ekokardiografi,

katerisasi jantung, MRI, dan foto rongen. Untuk penderita ASD pada bayi yang

berusia sebelum 3 bulan, defek berukuran < 3mm maka akan menutup secara

spontan. Namun apabila lubang tersebut besar maka operasi untuk menutup

lubang tersebut dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal jantung atau

keleinan pembuluh darah pulmonal. Diagnosa keperawatan yang muncul pada

ASD antara lain. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan

penurunan volume ventrikel kiri, atrium septum defek, gangguan pertukaran

gas berhubungan dengan odema paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan, aktual atau resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat akibat sekunder dari

adanya sesak nafas, mual, anoreksia, daya hisap bayi kurang.

4.2 Saran

1. Bagi pasien

14

Page 15: Askep Defek Septum Atrial

Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan

berobat jalan sesuai advis dokter. Pasien juga diharapkan mengerti dan

mengetahui gejala pada Atrium Septal Defect.

2. Bagi perawat

Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk

menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau

mengungkapkan masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan

keperawatan dengan baik.

15

Page 16: Askep Defek Septum Atrial

DAFTAR PUSTAKA

Masjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus

Muttaqin, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Marilynn.2007. Rencana Aauhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Oemar, Hamid.2003. Kardiologi. PT Gelora Aksara

Wahab, Samik.2010. Penyakit Jantung Kongenital yang tidak Sianosis. Jakarta:

EGC

http://dastodebelto.blogspot.com

16