Askep CA.kolon Fix

25
 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tumor usus halus sangat jarang terjadi sebaliknya tumor usus besar dan rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan adalah sekitar 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosa di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesusai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu yang mempunyai riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronik atau polip. Perubahan pada presentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insiden kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insiden pada kolon asenden dan desenden meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40%-50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam  jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal. Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluaraga; riwayat penyakit usus inflamasi kronik; dan diet tinggi lemak, protein, dan daging serta rendah serat.

Transcript of Askep CA.kolon Fix

Page 1: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 1/25

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Tumor usus halus sangat jarang terjadi sebaliknya tumor usus besar dan

rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum adalah tipe

paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit

budaya barat. Diperkirakan adalah sekitar 150.000 kasus baru kanker kolorektal

didiagnosa di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua

kali lebih besar dibandingkan kanker rektal.

Insidensnya meningkat sesusai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang

berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu yang mempunyai

riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronik atau

polip. Perubahan pada presentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir.

Insiden kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insiden

pada kolon asenden dan desenden meningkat.

Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari

dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat

pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka

kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40%-50%, terutama karena terlambat

dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam

  jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka

menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor

risiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip

dalam keluaraga; riwayat penyakit usus inflamasi kronik; dan diet tinggi lemak,

protein, dan daging serta rendah serat.

Page 2: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 2/25

 

2

Oleh karena hal inilah penulis merasa perlu untuk membahas tentang kanker

hepar.

B.  TUJUAN

1.  Untuk mengetahui landasan teori dari kanker hepar (carcinoma hepar).

2.  Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kanker

hepar.

Page 3: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 3/25

 

3

BAB II

PEMBAHASAN

A.  LANDASAN TEORI

1.  DEFINISI

a.  Kolon

Kolon adalah tempat di traktus digestivus yang paling sering terjadi

divertikel. Disebut true diverticle jika dindingnya berisi seluruh lapisan

usus dan ini jarang didapatkan. Yang paling sering terjadi adalah pseudo

diverticle atau herniasi mukosa dan submukosa melalui lapisan muskulus

kolon (Naitove,1999).

Bagi kolon, untuk membawa feses dalam jumlah kecil harus

berkontraksi dan meningkatkan tekanan pada dindingnya. Sedangkan diit

tinggi serat akan menghasilkan feses lebih banyak, ini akan meningkatkan

diameter kolon dan menurunkan tekanan pada dinding kolon.

Penebalan dinding kolon akan meningkat sesuai usia oleh karena

penumpukan kolagen dan elastin. Kemampuan dinding usus untuk 

menahan peningkatan tekanan intra luminal menurun.

Segmentasi kolon adalah suatu mekanisme dimana kolon

menggerakkan isinya atau menghentikan pergerakan material melalui

lumen. Gerakan ini dapat meningkatkan tekanan intra luminal

(Painter,1985).

b.  Carcinoma Colon/Kanker KolonNeoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa

yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa

memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.

Page 4: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 4/25

 

4

Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price,

2005).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang

paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens

bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal

biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di

dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar

berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma

yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat

cepat). (www.republika.co.id).

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang

dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding

abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

(Brunner and Suddarth, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon

adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon)atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian

sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya

adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197)

diantaranya:

1)  Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan

dinding usus besar (lapisan mukosa).

2)  Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di

bawah lapisan mukosa.

3)  Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar

limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.

Page 5: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 5/25

 

5

4)  Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh

kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T =

tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).

1)  T

2)  T0

3)  TI

4)  T2

5)  T3

6)  N

7)  N0

8)  N1

9)  N2

10) N3

11) M12)

 MO

13) MI

Tumor primer

Tidak ada tumor

Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

Invasi ke dinding otot

Tumor menembus dinding otot

Kelenjar limfa

tidak ada metastase

Metastasis ke kelenjar regional unilateral

Metastasis ke kelenjar regional bilateral

Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar

regional

Metastasis jauh

Tidak ada metastasis jauhAda metastasis jauh

2.  ANATOMI DAN FISIOLOGI

a.  ANATOMI

Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya,

adalah sambungan dari usus halus dan mulai dari katup ileokolik  atau

ileoseka, yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleks gastrokolik terjadi

ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam

usus besar. Reflek ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar.

Page 6: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 6/25

 

6

Kolon mulai sebagai kantong yang besar dan padanya terdapat

apendiks vemiformis atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas

keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan

submukosanya berisi sejumlah besar lapisan limfe, yang dianggap

mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak di bawah

sekum dan sebagian di belakang sekum atau disebut retrosekum.

Kolon terdiri atas keempat dinding yang sama seperti usus halus.

Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga dinding

berotot dalam dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan

berlubang-luban. Dinding mukosa lebih halus dari dingding yang ada pada

usus halus, dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa

kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitelium silinder yang

memuat sel cangkir.

b.  FISIOLOGI

Fungsi utama kolon adalah

a.  Absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang

padat danb.  Penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian

proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon

berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut

gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus

yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.

Beberapa proses yang melibatkan kolon di dalam proses pencernaan:

a.  Gerakan Mencampur “Haustrasi”. 

Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada

kolon, ± 2.5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan

lumen hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon

Page 7: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 7/25

 

7

(taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan

bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi).

Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik,

kemudian menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama

sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke

depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat

diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan

dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut

secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang

dikeluarkan tiap hari.

b.  Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”. 

Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi

haustra yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan

lumpur setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa

mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu

waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili.menghasilkan mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus

mengandung ion bikarbonat yang diatur oleh rangsangan taktil ,

langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel

mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan pelvikus dari medulla spinalis

yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga

bagian distal kolon.

Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap

ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling

melekatkan bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus

dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang

disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion

bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai

Page 8: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 8/25

 

8

ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100

ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada

pasien diare berat

c.  Absorpsi dalam Usus Besar

Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal,

sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam

kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar

absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang

bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya

dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan)

d.  Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air.

Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai

kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut

terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus

halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika

aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida

menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yangkemudian menyebabkan absorbsi air. Dalam waktu bersamaan usus

besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti penjelasan diatas)

membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam

usus besar

e.  Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar

Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit

tiap hari sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi

atau melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.

f.  Kerja Bakteri dalam kolon.

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara

normal pada kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa

Page 9: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 9/25

 

9

(berguna sebagai tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin,

dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya

CO₂, H₂, CH₄).

g.  Komposisi feses.

 Normalnya terdiri dari ³⁄ ₄ air dan ¹⁄ ₄ padatan (30% bakteri, 10-20%

lemak, 10-20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak 

tercerna dan unsur kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel

terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan

urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri.

Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih

(tinja akolik).

Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri

merupakan penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses

disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen

sulfide). Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam

makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal darimakanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan

 jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.

h.  Defekasi

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya

sfingter yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon

sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi

pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi

rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.

Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi

tonik dari sfingter ani interni dan sfingter ani eksternus 

Page 10: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 10/25

 

10

Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat

tekanan rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg,

maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan isi feses

terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic

(diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan

sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan

gelombang peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid, rectum,

mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati

anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus

mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi

secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu

rectum teregang.

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai,

defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan

sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan).

Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengansadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap

berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot

abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai

relfeks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi

parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam

rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis,

kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum,

dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis

ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter

ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi

proses defekasi yang kuat.

Page 11: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 11/25

 

11

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain,

seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot

dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan

saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar

cincin anus mengeluarkan feses.

3.  ETIOLOGI

Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara factor

genetik dan faktor lingkungan.kanker kolonrektal yang sporadic muncul setelah

melewati rentang yang lebih panjang sebagai akibat factor lingkungan yang

menimbulkan perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker.

a.  Pengaruh lingkungan

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada

kejadian kanker kolorektal. Resiko mendapatkan kanker kolorektal

meningkat pada masyarakat yang berimigrasi dari wilayah dengan insiden

kanker kolorektal yang rendah ke wilayah yang insidennya lebih tinggi. Hal

ini menambah bukti bahwa lingkungan sentrum perbedaan pola makan

berpengaruh kepada karsinogenesis.Factor lingkungan yang berperan pada karsinogenesis kanker kolorektal:

1)  Probably related

a)  Konsumsi diet lemak tinggi

b)  Konsumsi diet lemak rendah

2)  Possibly related

a)  Karsinogen dan mutagen,heterocyclic amines,hasil metabolism

bakteri.

b)  Bir dan konsumsi alcohol

c)  Diet rendah selenium

3)  Probably protectif 

a)  Konsumsi serat tinggi ( whean bran, cellulose, lignin )

b)  Diet kalsium.

Page 12: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 12/25

 

12

c)  Aspirin dan OAINS.

d)  Aktifitas fisik ( BMI rendah)

4)  Posiibly protectif 

a)  Sayuran hijau dan kuning

b)  Makanan dengan karoten tinggi

c)  Vitamin C dan E

d)  Selenium

e)  Asam folat

Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien berhubungan dengan

kanker kolorektal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa lemak 

hewani, terutama dari sumber daging merah, berpengaruh pada kejadian

kanker kolorektal. Penelitian pada binatang yang diberikan diet lemak tinggi

meningkatkan poliferasi kolonosit dan pembentukan tumor.

Transpormasi sel tampaknya melalui peningkatan konsentrasi empedu

dalam kolon dan ini telah diketahui sebagai promotor kanker lagipula pada

masyarakat dengan konsumsi serat rendah disertai dengan insiden kankerkolon yang tinggi. Keseringan minum alcohol meningkatkan 2 -3 kali

kejadian kanker kolon. Sebaliknya masyarakat yang mengkonsumsi ikan laut

memiliki insiden kanker kolorektal yang rendah. Diet folat tinggi

berhubungan dengan resiko mendapatkan kanker kolorektal yang lebih

rendah.

b.  Faktor Genetik 

Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kolorektal

diantaranya sindroma poliposis. Namun demikian sindrom poliposis hanya

terhitung < 1% dari semua kanker kolorektal. Selain itu terdapat hereditary

Non-poliposis colorectal cancer( HNPCC atau sindroma lynch) terhitung 2-

3% dari kanker kolorektal. Kanker kolorektal terjadi kerusakan genetik pada

Page 13: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 13/25

 

13

lukus yang mengontrol pertumbuhan sel. Perubahan dari kolonosit normal

menjadi jaringan adenomatosa dan akhirnya karsinoma kolon melibatkan

sejumlah mutasi yang mempercepat pertumbuhan sel.

4.  PATOFISIOLOGI

Kolon Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada

mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang

(transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian

kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut

dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan “kolon

kiri” (http://id.wikipedia.org).

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak 

ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel

yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan

mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkangejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada

kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua

bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).Kanker kolon dan rektum terutama

(95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai

polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan

normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari

tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).

Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : Secara infiltratif 

langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.

Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. Melalui

aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system

portal. Penyebaran secara transperitoneal Penyebaran ke luka jahitan, insisi

Page 14: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 14/25

 

14

abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder,

meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding

usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan

abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177)

5.  MANIFESTASI KLINIS

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi

segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan

kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua.

Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya,

anorexia, penurunan berat badan dan keletihan.

Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri

dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sring

dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan

obstruksi (nyeri abdomen dank ram, penipisan feses, konstipasi, dan distensi),

serta adanya darah merah segar dalam feses. Geejala yang duhubungkan dengan

lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasidan diare bergantian, serta feses berdarah.

6.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rectal, prosedur diagnostic

yang paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema

barium, progtosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus

kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsy

atau apusan sitologi. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik .(CEA) dapat juga

dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang

dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi

menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat

dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada ekssisi tumor komplet, kadar CEA

Page 15: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 15/25

 

15

yang meningkat harus kembali kenormal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada

tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.1

7.  PENATALAKSANAAN MEDIK

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan

pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna,

terapi komponen darah dapat diberikan.

Pengobatan bergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang

berhubungan. Endoskopi,ultrasonografi, dan laparoskpi telah terbukti berhasil

dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode pra operatif. Metode

pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:

a.  Kelas A-tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa

b.  Kelas B-penetrasi dinding usus

c.  Kelas C-invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional

d.  Kelas D-metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk 

pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain

pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi,tarapi radiasi, dan/atauimunoterapi.

Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon

kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rektal kelas B

dan C diberikan 5-FU dan CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.

Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode pra operatif, intraoperatif,

dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik 

dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor

yang tidak dioperasi atau tidak dapat direseksi, radiasi digunakan untuk 

menghilangkan gejala secarabermakna. Alat radiasi intraavitas yang dapat

diimplantasi dapat digunakan.

Page 16: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 16/25

 

16

Data paling baru menunjukan adanya pelambatan periode kekambuhan

tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapatkan

beberapa bentuk terapi ajufan.

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon

dan menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi, dan mengakibatkan

pembentukan abses. Peritonitis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah

sebagai berikut :

a.  Pembedahan (Operasi)

Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang

diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin

semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga

menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar

kanker.

Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan

rektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbataspada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik 

dengan polipektomi,suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk 

meminimalkan luasnya pembedahan. Laparoskop digunakan sebagai

pedoman dalam membuat keputusan dikolon; masa tumor kemudian dieksisi.

Laser Nd : YAG telah terbukti efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus

diindikasikan kebanyakan lesi kelas A dan kelas B serta kelas C.

Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D.

Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah

menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur

pembedahan adalah sebagai berikut(Daughty & jackson 1993).

Page 17: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 17/25

 

17

1)  Reseksi segmental dengan anastomosis(pengangkatan tumor dan porsi

usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limfatik).

2)  Reseksi abdominoperineal denag kolostomi sigmoid permanen(

pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter

anal).

3)  Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis

serta reanastomosis lanjut dari kolostomi(memungkinkan dekompresi

usus awal persiapan usus sebelum reseksi).

4)  Kolostomi permanen atau ileostomi( untuk menyembuhkan lesi

obstruksi yang tidak dapat direseksi).

b.  Penyinaran (Radioterapi)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi

misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang

ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi

radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel

kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.Kerusakan sel tubuh

menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.c.  Kemotherapy

Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke

dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah

menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi

atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena

digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.

(FKUI, 2001 : 211)

d.  Diversi Fekal.

Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi

dilakukan pada kurang lebih sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi

adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat

berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini memungkinkan

Page 18: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 18/25

 

18

drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase

dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditemukan oleh lokasi

tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1.  PENGKAJIAN

Pengkajian pasien Post Operatif Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi:

a.  Aktivitas/istirahat

Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada

abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan

pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.

b.  Sirkulasi

Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan:

perubahan pada tekanan darah.

c.  Integritas ego

Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan caramengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari

pengobatan, keyakinan religius/ spiritual). Masalah tentang perubahan

dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.

Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan. Tanda : Kontrol, depresi.

Menyangkal, menarik diri, marah.

d.  Eliminasi

Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada

defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana

kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara

pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan

yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di

Page 19: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 19/25

 

19

rumah. Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan

fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan

faeces. Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase,

asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra

klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan

colok dubur.

e.  Makanan/cairan

Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak 

dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu

makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah,

nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun. Tanda:

Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema

f.  Neurosensori

Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur

sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.

g.  Nyeri/kenyamanan

Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnyaketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses

penyakit)

h.  Pernapasan

Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang

perokok). Pemajanan asbes

i.  Keamanan

Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari

lama/berlehihan. Tanda: Demam, Ruam ku1it, ulserasi

 j.  Seksualitas

Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan

pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun.

Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.

Page 20: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 20/25

 

20

k.  Interaksi sosial

Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat

perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau

bantuan). Masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran

penyuluhan/pembelajaran. Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya

ibu atau bibi dengan kanker payudara.

Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat

alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari

metastatik.

Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan

pengobatan yang diberikan.

2.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut   Marilynn E.

 Doenges (1999),   Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito

(1997).

a. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)

b.  Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot

sekunder akibat kanker usus besar.

c.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipometabolik berkenaan dengan kanker.

d.  Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kurang masukan cairan

e.  Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-

obatan, kemoterapi.

f.  Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan insisis

bedah, pembentukan stoma dan kontaminasi.

g.  Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan karsinoma

kolon.

Page 21: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 21/25

 

21

3.  PERENCANAAN

a.  Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis

situasi (kanker)

(1)Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang

atau dapat dikontrol

(2)Kriteria Evaluasi :

(a) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa

takut,

(b) Dapat mengungkapkan rasa takutnya,

(c) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang,

(d) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif,

(e) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

(3)Intervensi :

(a) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

(b) Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.

(c) Pertahankan kontak sering dengan pasien.

(d) Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut

(e) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

b.  Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan kulit sekunder terhadap tindakan pembedahan.

(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien

dapat melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol denganpengaruh minimal

(2) Kriteria Evaluasi:

(a) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap,

(b)  Mengungkapkan rasa nyerinya,

Page 22: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 22/25

 

22

(c) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan,

(d) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi,

(e) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul

dan tekhnik pengalihan lainnya.

(3) Intervensi

(a) Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan

intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.

(b) Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.

(c) Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi

napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai

hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil

dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.

(d) Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.

c.  Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker .

(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasiendapat mendemonstrasikan berat badan stabil.

(2) Kriteria Evaluasi:

(a) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan

adekuat,

(b) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik,

(c) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap,

(d) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.

(3) Intervensi :

(a) Pantau masukan setiap hari.

(b) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

(c) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien

dengan masukan cairan adekuat.

Page 23: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 23/25

 

23

(d) Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering.

(e) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.

(f)  Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.

4.  EVALUASI

Evaluasi adalah proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana

keperawatan. Evaluasi juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh

tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang

telah ditetapkan. Selama evaluasi perawat kearah terbaik untuk memenuhi

kebutuhan pasien. Perawat harus menyadari bahwa evaluasi adalah dinamis dan

berubah terus, bergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi pasien.

Prinsip evaluasi diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang

sebenarnya, dimana keputusannya sama dengan keputusan orang banyak.

Realibilitas : ketepatan, hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain

hasil itu tetap sama. Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang

akan diukur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria

pengukur yang tepat.Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan : Ansietas/ketakutan

berhubungan dengan krisis situasi (kanker). Kriteria evaluasi : (1)

Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2)

Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan

ansietas berkurang, (4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping

efektif, (5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan nyeri (akut) berhubungan

dengan terputusnya kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan

pembedahan. Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau

berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti

aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan

Page 24: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 24/25

 

24

relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul

dan tekhnik pengalihan lainnya.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker. Kriteria evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh

individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik,

(3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak 

menunjukkan gejala mual dan muntah.

Page 25: Askep CA.kolon Fix

5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 25/25

 

25

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

Kolon adalah tempat di traktus digestivus yang paling sering terjadi divertikel.

Disebut true diverticle jika dindingnya berisi seluruh lapisan usus dan ini jarang

didapatkan. Yang paling sering terjadi adalah pseudo diverticle atau herniasi

mukosa dan submukosa melalui lapisan muskulus kolon (Naitove,1999).

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling

sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan

kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada.

(Susan Martin Tucker, 1998).

Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam

permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari

pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium

awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).

Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens,

dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat

kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.

Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara factor

genetik dan faktor lingkungan.kanker kolonrektal yang sporadic muncul setelah

melewati rentang yang lebih panjang sebagai akibat factor lingkungan yang

menimbulkan perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker.

B.  SARAN

Sebaiknya kita selalu menjaga sistem pencernaan kita dengan baik karena

segala sesuatu yang kita konsumsi walaupun enak belum tentu menyehatkan.