Askep Katarak Fix

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang cukup banyak di derita oleh masyarakat di indonesia. Penyakit ini banyak di derita oleh kaum lansia yang rata-rata tidak mengerti bahkan terkadang tidak tau tentang penyakit yang di deritanya. Walaupun penyakit ini lebih sering diidentikkan dengan orang tua atau kaum lansia, namun ternyata penyakit ini juga dapat menyerang kaum dewasa, remaja, anak-anak, bahkan balita. Maka dari itu, seorang perawat harus mengetahui cara penanganan dan konsep dasar dari penyakit katarak ini, agar perawat dapat memberikan pelayanan dan penanganan yang tepat pada pasien katarak. Mengingat pentingnya al tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dan mengupas topik pembahasan ini agar kita sebagai tenaga kesehatan dapat lebih mengerti dan memahami. 2.1 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah sebagai berikut. 1. Apakah pengertian katarak? 2. Apa saja etiologi dari katarak? 1

description

fasdd

Transcript of Askep Katarak Fix

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang cukup banyak di derita oleh masyarakat di indonesia. Penyakit ini banyak di derita oleh kaum lansia yang rata-rata tidak mengerti bahkan terkadang tidak tau tentang penyakit yang di deritanya. Walaupun penyakit ini lebih sering diidentikkan dengan orang tua atau kaum lansia, namun ternyata penyakit ini juga dapat menyerang kaum dewasa, remaja, anak-anak, bahkan balita.

Maka dari itu, seorang perawat harus mengetahui cara penanganan dan konsep dasar dari penyakit katarak ini, agar perawat dapat memberikan pelayanan dan penanganan yang tepat pada pasien katarak. Mengingat pentingnya al tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dan mengupas topik pembahasan ini agar kita sebagai tenaga kesehatan dapat lebih mengerti dan memahami.2.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.1. Apakah pengertian katarak?2. Apa saja etiologi dari katarak?3. Apa saja klasifikasi katarak?4. Bagaimana patofisiologi katarak?

5. Apa manifestasi klinis katarak?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien katarak?3.1 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu,1. Tujuan Umum

Penulisan ini ditujukan untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :Untuk mengetahui dan memahami :a. Pengertian katarakb. Etiologi dari katarakc. Klasifikasi katarakd. Patofisiologi katarake. Manifestasi klinis katarakf. Asuhan keperawatan pada pasien katarak4.1 Manfaat Penulisan

Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak di antaranya penting juga bagi seorang perawat agar mengerti akan konsep dasar mengenai katarak sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat bagi klien yang menderita katarak dan sangat penting untuk menunjang profesi sebagai seorang perawat yang profesional.

5.1 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah small group discussion dan studi pustaka. Pengkajian studi mengenai materi tersebut di-telaah melalui studi pustaka dengan menggunakan beberapa literatur dan pencarian data dari internet. Penulis mencari literatur-literatur baik dari buku literatur maupun dari internet yang berkaitan dengan topik dan sumbernya bisa dipercaya. Literatur tersebut kemudian dianalisis dengan cara berdiskusi dalam small group discussion dan diinterpretasikan dengan topik tentang katarak.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Katarak

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)

Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000)

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari keduaduanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2000: 62)

2.2 Etiologi KatarakAda beberapa etiologi katarak antara lain :1. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.

2. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)

3. Degeneratif ( ketuaan), biasanya dijumpai pada katarak senilis dikarenakan proses degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan besar menjadi menurun penglihatanya.

4. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma tembus pada mata yang disebabkan oleh benda tajam/ tumpul, radiasi( terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif).

5. Penyakit mata lain, seperti uveitis.

6. Penyakit sistemik(diabetes militus), contohnya terjadi pada katarak diabetika dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan dan kerusakan pada retina.

7. Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi virus prenatal)dan katarak developmental terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat dari defek kongenital. Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional, atau proses peradangan.2.3 Klasifikasi Katarak 1. Berdasarkangarisbesarkatarakdapatdiklasifikasikandalamgolonganberikut:a. Katarakperkembangan(developmental)dandegenerative.b. Katarak trauma: katarak yang terjadiakibat trauma pada lensa matac. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata2. Berdasarkanusiapasien,katarakdapatdibagidalam:a. Katarak kongenitial, katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)

b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah usia 40 tahun.

c. Katarak presenil, katarak sesudah usia 30-40 tahun

d. Katarak senilis, katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenus katarak ini merupakan proses degeneratif (kemunduran) dan yang paling sering ditemukan

Adapuntahapankataraksenilisadalah:1) Katarak insipient: pada stadium insipient (awal) kekeruhan lensa mata masih minimal bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya sehingga cenderung diabaikan.

2) Katarakimmataur:lensamasihmemilikibagianyangjernih3) Katarak matur: pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari

4) Katarak hipermatur: terdapat bagian permukaan lensa yang sudahmerembes melalui kapsul lensa dan bisamenyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya2.4 Patofisiologi

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.

Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.

Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.

2.5 Manifestasi KlinisGejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.

2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.

2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.

3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

2. Gangguan penglihatan, bisa berupa:

a. Peka terhadap sinar atau cahaya.

b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).

c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

3. Kesulitan melihat pada malam hari4. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata

5. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

Gejala lainya adalah :

1. Sering berganti kaca mata

2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

3. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIANMerupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data,pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan.

A. Pengumpulan data

1. Identitas klien

Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.a. Keluhan utama

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:

a. Penglihatan kabur

b. Persepsi warna turun

c. Diplopia dan visus menurun

d. Ada hailo

e. Penglihatan memburuk pada siang hari/silau

f. Mata basah

Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.a. Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang pada pasien katarak, misalnya Penglihatan kabur, Persepsi warna turun, Diplopia dan visus menurun, Ada hailo, Penglihatan memburuk pada siang hari. Merupakan penjelasan dari keluhan utama.b. Riwayat penyakit masa lalu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya , dan penyakit metabolic lainya yang memicu resiko katarak.c. Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan4. ADL ( Activity Daily Living)

a. Aktifitas/istirahatGejala

: perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengangangguanpenglihatan.b. Makanan/cairanGejala: muntah/mual (glaukoma akut ).c. NeurosensoriGejala

: gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terangmenyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak ). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.d. Nyeri/ketidaknyamananGejala: ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).e. Penyuluhan/ pembelajaranGejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ), ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.5. Pemeriksaan fisika. Ketajaman Penglihatan

Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah dengan meminta klien membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang adekuat. Jika klien memakai kacamata ,kacamata dipakai saat pemeriksaan.

Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan snellen chart. Klien diminta duduk atau berdiri 6,1 m dari snellen chart untuk membaca semua huruf dimulai dari garis mana saja,pertama dengan kedua mata terbuka kemudian denggan satu mata tertutup dan minta klien tidak menekan mata. Skor ketajaman penglihatan dicatat untuk setiap mata dan kedua mata. Mata normal dapat membaca bagan dengan perbandingan 20/20.b. Gerakan Ekstraokuler

Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta klien duduk dan perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm)lalu pasien mengikuti gerakan jari hanya dengan mata.c. Lapang Pandang

Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda dibagian tepi normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda (pandangan lurus).

d. Stuktur Mata Ekstre

1) Posisi dan kesejajaran mataa) Adakah tonjolan (eksoftalamus)b) Tumor atau inflamasi2) Alis

a) Simetris

b) Distribusi rambut

3) Kelopak mata

a) Posisi,warna,kondisi permukaan,kondisi dan arah bulu mata,kemampuan klien untuk membuka,menutup dan berkedip.

4) Aparatus Laktrimal

a) Inspeksi : adanya edema atau kemerahan

b) Palpasi : normalnya tidak teraba

5) konjungtiva dan sclera

a) konjungtiva : kemerahan

b) sclera : putih

6) Korneaa) Bagian mata yang transparan,tidak berwarna,menutupi pupil dan iris

7) Pupil dan iris

a) Pupil normal : hitam,bulat,regular,sama ukurannya

b) Iris :jernih

c) Perrla (pupil sama,bulat,reaktif thd cahaya dan akomodasi )

e. Struktur Interna Mata

Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat untuk menerangi struktur strukturnya yaitu oftalmoskop,digunakan untuk menginspeksi fundus yang mencakup retina,koroid,discus saraf optikus,macula,fovea sentralis,dan pembuluh retina.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.

b. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.

c. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi

d. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.

e. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

II. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury: fisik2. Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajananIII. Rencana KeperawatanNoDiagnosa keperawatanTujuan dan kriteria hasilintervensi

1Nyeri akut beruhubungan dengan agen injury

Definisi :

Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan

NOC :

1. Pain Level

2. Pain control

Kriteria Hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normalNIC :

Pain Management1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15. Tingkatkan istirahat

16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi3. Cek riwayat alergi

4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal

7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2Resiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme pathogen

NOC :1. Immune Status2. Knowledge : Infection control3. Risk controlKriteria Hasil :1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi3. Jumlah leukosit dalam batas normal4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat9. Ganti letak IV periferdan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing11. Tingktkan intake nutrisi12. Berikan terapi antibiotik bila perluInfection Protection (proteksi terhadap infeksi)1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal2. Monitor hitung granulosit, WBC3. Monitor kerentanan terhadap infeksi4. Batasi pengunjung5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko7. Pertahankan teknik isolasi k/p8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup12. Dorong masukan cairan13. Dorong istirahat14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi16. Ajarkan cara menghindari infeksi17. Laporkan kecurigaan infeksi18. Laporkan kultur positif

3Kecemasan berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatanDefinisi :Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya.

NOC :1. Anxiety control

2. Coping

Kriteria Hasil :1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)1. Gunakan pendekatan yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis6. Dorong keluarga untuk menemani anak7. Lakukan back / neck rub8. Dengarkan dengan penuh perhatian9. Identifikasi tingkat kecemasan10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi13. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

4Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajananNOC :1. Kowlwdge : disease process

2. Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

NIC :Teaching : disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat7. Hindari harapan yang kosong8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan keperawatan disini merupakan realisasi yang telah ditetapkan dalam perencanaan keperawatan.V. EVALUASI

1. Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

2. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, tubuh pasien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, pasien menunjukkan perilaku hidup sehat.3. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas4. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benarBAB IV

PENUTUP

3.1 SimpulanAdapun simpulan yang dapat diberikan sehubungan dengan paparan materi di atas adalah Katarak merupakan setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008). Katarak memiliki beberapa klasifikasi, diantaranya berdasarkan garis besar katarak dan usia pasien, katarak ini dapat di tangani dengan melakukan operasi.3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan paparan materi di atas adalah sebagai berikut. 1. Mahasiswa diharapkan untuk tidak melupakan paparan mengenai katarak mengingat materi ini sangat berperan nantinya bagi mahasiswa dalam menjalankan profesinya nanti. 2. Kepada pihak perawat diharapkan untuk mengetahui dan memahami tentang katarak sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pekerjaannya nanti.

Nyeri

Post op

Resiko tinggi terhadap infeksi

prosedur invasive pengangkatan katarak

CEMAS

Kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan

Tidak mengenal sumber informasi

Kurang pengetahuan

KATARAK

Degenerasi pd lensa

Penurunan enzim menurun

Usia meningkat

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa

mengabutkan pandangan

koagulasi

Perubahan kimia dlm protein lensa

Hilangnya tranparansi lensa

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier kesekitar daerah lensa)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Penyakit metabolik (misalnya DM)

cedera mata

Congenital atau bisa diturunkan.

Usia lanjut dan proses penuaan

21