Katarak FIX

download Katarak FIX

of 22

Transcript of Katarak FIX

I.

Deskripsi Kasus A.Anamnesis 1. Identitas Pasien Nama Umur Pekerjaan Alamat : Ny. S : 69 tahun : ibu rumah tangga : Ngaglik Sleman Yogyakarta

Jenis Kelamin : perempuan

2. Keluhan Utama Penglihatan kabur 3. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh penglihatan kedua matanya mulai kabur. Menurut pasien, pada mulanya seolah-olah seperti melihat kabut tipis namun lama kelamaan kabutnya menjadi lebih tebal dan penglihatan menjadi makin kabur. Pasien merasa bingung karena matanya tidak terlihat memerah namun penglihatannya menurun. Selain itu pasien sudah pernah mencoba menggunakan kacamata untuk orang tua tapi masih belum membaik. 4. Anamnesis Sistem Dalam batas normal 5. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keluhan yang sama sebelumnya ( - ) Riwayat penyakit kronis DM ( + ), HT ( - ) Riwayat asma ( - ) riwayat alergi ( - ) 6. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyaki yang sama. Riwayat penyakit kronis DM ( - ), HT ( + ) Riwayat alergi makanan ( - ) pada ibu. A.Pemeriksaan Fisik

1

1. Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Vital Sign : Baik. : Compos Mentis. : Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi Suhu Respirasi Kepala Status generalis : Mata status lokalis : dalam batas normal : 70x/menit : 37,50 C : 20x/menit.

STATUS LOKALIS A. Pemeriksaan Visus NO. 1. 2. 3. PEMERIKSAAN Visus Jauh Proyeksi Sinar Persepsi Warna OD 1/60 + + OS 1/300 + +

B. Pemeriksaan NO. 1. PEMERIKSAAN Sekitar Mata Supercilia dan Cilia Simetris Distribusi merata 2. Palpebra Gerakan Margo Sup dan Inf 3. Bola Mata Gerakan Segala (normal) 4. Konjungtiva K. Palpebra sup et inf Hiperemi ( - ) Hiperemi ( - ) arah Segala (normal) arah Normal Normal Normal Normal Simetris Distribusi merata OD OS

2

K. forniks K. Bulbi 5. Sklera Warna 6. Kornea Kejernihan Sikatrik Arcus Senilis Uji Floresin 7. 8. Iris Pupil Ukuran Kedudukan Warna pupil Reflek direk Reflek indirek 9. Tekanan Bola Mata

Hiperemi ( - ) Hiperemi ( - )

Hiperemi ( - ) Hiperemi ( - )

Putih

Putih

Jernih Tidak ada Ada tdl dbn

Jernih Tidak ada Ada tdl dbn

3 4 mm Sentral Normal (+) (+) 15 mmHg

3 4 mm Sentral Normal (+) (-) 17 mmHg

PEMERIKSAAN PENUNJANG/USULAN 1. Pemeriksaa darah Mengukur kadar gula darah pada pasien. Yaitu pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) atau kadar gula darah sewaktu (GDS). Kemungkinan yang akan didapat adalah kadar gula darah meningkat. 2. Funduskopi Digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding retinopatidiabetikum yang dapat dilihat melalui oftalmoskopi, yang nampak seperti perdarah-perdarahan kecil di retina.

3

A. Diagnosis Kerja/DD Dari hasil anamnesis yang dilakukan, didapatkan pasien dengan keluhan utama penglihatan kabur yang diawali dengan pandangan yang seolah-olah melihat kabut (6 bulan yang lalu), hingga keluhan memberat menjadi kabur pandangannya seperti saat ini, tanpa disertai mata merah. maka diagnosis banding yang mungkin terjadi pada pasien dengan penurunan penglihatan perlahan tanpa disertai mata merah antara lain adalah : 1. 2. 3. Katarak A. Terapi Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah. Terapi untuk diabetes dapat diberikan namun sebaiknya Glaukoma

Retinopati Diabetika

ditanyakan atau dipastikan dahulu apakah diabetes melitus yang pernah dialami pasien masih aktif dalam arti kadar gula darah pasien saat ini diatas normal atau tidak dan apakah sekarang masih menjalani terapi diabetes melitus atau tidak. Jika ternyata pasien tidak mengetahui kadar gula darahnya atau berhenti pengobatan DM tanpa indikasi dokter, pemberian medformin dapat diberikan sembari menunggu hasil pemeriksaan kadar gula darah pasien yang juga kita usulkan pada pasien, dan meminta datang kembali segera setelah pemeriksaan gula darah.

4

PENULISAN RESEP

dr. Mario SIP : 710200876 Alamatpraktek : Jl.Kaliurang km 13 Telp (0274) 76574 Yogyakarta, 01 Januari 2012

R/ Tab. Metformin mg 500. No : XXI s.3.d.d.tab 1. Pro : Ny. S Alamat : Ngaglik Sleman Yogyakarta

I.

Pembahasan

5

A. Anamnesis Umur Pasien ini berumur 69 tahun. Umur sangat berpengaruh pada penyakit yang diderita pasien tersebut. Semakin bertambahnya usia, akan bertambah cacat imunologik, dan proses penuaan yang juga terjadi pada lensa seiiring meningkatnya usia yaitu antara lain menebal dan kurang elastisnya kapsul lensa sehingga menimbulkan keadaan presbiopi, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat, perubahan protein nukleus lensa dan menjadi kecoklaten karena mengandung histidin dan triptofan.(Ilyas, 2010) Penglihatan kabur Terjadi akibat kekeruhan lensa yang disebabkan oleh hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat duaduanya. Selain itu pada pasien ini mempunyai riwayat Diabetes Melitus, dimana pada katarak diabetes melitus dapat terjadi dalam berbagai hal, misalnya pasien dengan dehidrasi berat, asidosis, dan hiperglikemia yang nyata (terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa), pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kerusakan lensa. Pada mata dengan kadar gula darah meningkat, air akan masuk kedalam lensa mata yang akan merubah kemampuan bias lensa. Riwayat Penyakit Kronis Diabetes Melitus Kemungkinan katarak yang diderita pasien ini disebabkan karena riwayat Diabetes melitus. Dimana mekanismenya sama seperti yang sudah dijelaskan diatas. B. Pemeriksaan Fisik Hipertensi Terjadi seiring dengan umur pasien yang sudah tua. Selain itu juga adanya riwayat Diabetes melitus.

6

Dari pemeriksaanfisikditemukanadanyaarkussenilis.Arcussenilisadalah suatu kondisidegeneratifpada kornea ditandai dengan infiltrasi lipid melingkar konsentris ke limbus. Lingkaran opasitas sekitar1-mm lebar dan dipisahkan dari limbus oleh zona yang jelas. Arcus senilis mengacu pada infiltrasi lemak yang melingkar dipinggir kornea. Ini adalah perubahan yang berkaitan dengan usia yang terjadi secara bilateral pada 60 persen pasien antara 40 dan 60 tahun dan dihampir semua pasien di atas usia 80. Pemeriksaan shadow test : Atau disebut tes bayangan (iris) ini bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa yang keruh. Hasil yang mungkin didapat : (Ilyas, 2003)

shadow test (+)bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil, berarti lensa belum keruh seluruhnya(belum sampai kedepan), terjadi pada katarak imatur.

shadow test (-)bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil, berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior), terdapat pada katarak matur pseudopositif kensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar , terjadi pada katarak stadium hipermatur.

A. DIAGNOSA / DD

7

Dari hasil anamnesis yang dilakukan, didapatkan pasien dengan keluhan utama penglihatan kabur yang diawali dengan pandangan yang seolah-olah melihat kabut (6 bulan yang lalu), hingga keluhan memberat menjadi kabur pandangannya seperti saat ini, tanpa disertai mata merah. maka diagnosis banding yang mungkin terjadi pada pasien dengan penurunan penglihatan perlahan tanpa disertai mata merah antara lain adalah : 1. 2. 3. Glaukoma Retinopati Diabetika Katarak Berkat tambahan data dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan seperti tekanan intraokular yang normal, tekanan darah yang terkontrol, memilih katarak sebagai diagnosa kerja kami. berikut alasannya : A. Glaukoma glaukoma adalah salah satu kelainan mata yang ditandai dengan : pencekungan (cupping) diskus pengecilan lapang pandang biasanya disertai dengan peningkatan tekanan intraocular (Riordan, 2010) Pada sebagian besar kasus glaukoma akan didapatkan peningkatan tekanan intraokular yang dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau oleh karena berkurangnya pengluaran cairan mata. Ada 2 kemungkinan hal yang terjadi pada gangguan aliran cairan mata (aqueous humour), yaitu : Kelainan drainase sudut bilik mata depan (glaukoma sudut terbuka). Gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). maka kami

penurunan penglihatan pada kasus glaukoma disebabkan oleh tingginya tekanan pada rongga depan mata yang mendesak masuk pada rongga dalam/belakang mata sehingga akan mendesak diskus optikus dan saraf-saraf

8

yang ada pada retina. terjadi apoptosis sel ganglion retina, penipisan lapisan seraf saraf dan penurunan akson di nervus optikus. sedang pada kasus dengan tekanan intraokular normal dapat disebabkan oleh kelainan sirkulasi darah baik hipotensi ataupun hipertensi yang kronik sehingga mengganggu aliran asupan darah untuk mata yang menyebabkan keadaan iskemik lalu disertai kerusakan serat-serat saraf mata. Namun karakteristik penurunan penglihatan pada glaukoma adalah penurunan penglihan yang bukan diawalai dengan seperti melihan kabut yang terus memberat, dan pada hasil anamnesis dan pemeriksaan juga tidak didapat peningkatan tekanan intraokular atau riwayat hipotensi/hipertensi yang lama. Tekanan intraokular pada pasien adalah 15mmhg dan 17mmhg untuk mata kanan dan mata kiri, sedang menurut Guyton (2007), TIO yang lebih dari 25 sampai 30 mmhg yang dipertahankan dalam jangka panjang yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan. Dengan demikian Insyaallah diagnosa glaukoma dapat disingkirkan. A. Retinopati Retinopati adalah suatu bentuk kelainan pada retina yang bukan disebabkan oleh radang (Ilyas, 2010). Retinopati dapat disebabkan oleh anemia, hipotensi, hipertensi, leukimia dan yang paling mendekati dengan kasus adalah disebabkan oleh diabetes melitus oleh karena pasien memiliki riwayat diabetes melitus. Retinopati diabetik adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes melitus berupa aneurisma, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak. Pada penderita akan muncul gejala retinopati diabetik yaitu : Pandangan kabur Floaters (benda yang melayang-layang pada penglihatan) akibat mikroaneurisma yang pecah dan adanya bercak perdarahan. (pandelaki, 2007) Dari penjelasan tersebut diagnosa retinopati diabetika dapat disingkirkan oleh karena manifestasi yang timbuh memiliki khas yang berbeda pada pasien. C. Katarak

9

Katarak adalah kekeruhan pada lensa akibat adanya hidrasi (penambahan cairan) lensa atau denaturasi protein lensa atau keduanya (Ilyas, 2010). Faktor resiko pada pasien yang mendukung diagnosa katarak antara lain ada terkait usia (penuaan) dan adanya riwayat penyakit sistemik seperti diabetes melitus. Sedang dari begitu banyak klasifikasi katarak, pasien paling mendekati masuk dalam klasifikasi senile katarak atau katarak metabolik yang termaksud dalam aquired cataract. Senile katarak merupakan keadaan kekeruhan lensa pada usia lanjut, yaitu lebih dari 50 tahun. (Ilyas, 2010). Hal ini dapat terjadi akibat proses penuaan yang juga terjadi pada lensa seiiring meningkatnya usia yaitu antara lain menebal dan kurang elastisnya kapsul lensa sehingga menimbulkan keadaan presbiopi, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat, perubahan protein nukleus lensa dan menjadi kecoklaten karena mengandung histidin dan triptofan.(Ilyas, 2010) Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second sight). Miopia artificial ini disebabkan oleh peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient.( Vaughan, 2010) Keadaan lensa yang mengeruh dan nukleus yang mengeras biasanya terjadi pada usia lebih dari 60tahun. (Ilyas, 2010). Secara klinik katarak senil terdapat beberapa stadium yaitu : > Katarak insipient : Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut: kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient.

10

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. Bila dilakuka tes bayangan ( shadow test ) akan negative. > Katarak Imatur : Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagianbagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi pencembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini adalah positif. > Katarak Matur: Bila proses degenerasiberjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat negative

> Katarak Hipermatur : Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik

11

Untuk mempermudah membedakan keempat stadium tersebut, tersaji pada tabel berikut : Insipien Kekeruhan Cairan Lensa Ringan Normal Imatur Sebagian Matur Seluruh Hipermatur Masif Berkurang (air+masa lensa keluar) Normal Normal Tremulans Dalam

Bertambah (air Normal masuk)

Iris Bilik Depan Sudut Bilik Mata Shadow Test Penyulit

Normal Mata Normal

Terdorong Dangkal

Normal Negatif -

Sempit Positif Glaukoma

Normal Negatif -

Terbuka Pseudopos Uveitis+glaukoma

Dalam perpindahan stadium dijelaskan pula beberapa hal yaitu : Katarak Intumesen : Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. Katarak Brunesen : Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya 12

ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.

Mekanisme berkurangnya transparansi lensa dapat dijelaskan melalui beberapa mekanisme, yaitu : (khurana, 2007) * Cortical Senile Cataract Dalam teoti ini dijelaskan adanya perubahan biokimia berupa penurunan protein total, asam amino dan potassium sedangkan kadar sodium meningkat. Seiring peningkatan usia terjadi penurunan fungsi transport aktif pompa pada lensa sehingga timbul kekacauan rasio antara potassium dan sodium yang berakibat terjadi hidrasi serat-serat lensa. Bersamaan dengan itu juga terjadi penurunan reaksi oksidasi sehingga menurunkan kadar asam amino dan sintesa protein di serat lensa. Kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya denaturasi protein lensa dan meningkatnya opasitas dari serat-serat lensa. * Nuklear Senile Catarac Terjadinya sklelosis nukleus beserta dehidrasi dan mengerasnya nukleus lensa menghasilkan hard cataract dengan peningkatan air dan protein yang tak larut air disertai deposisi pigmen urokrom dan atau melanin dari asam amino lensa.

Sedang kecurigaan katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus. Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satunya pada penyakit diabetes mellitus. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk: 1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bil a tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

13

2. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring subkapsular. 3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik. Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keaaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Berikut sekilas mengenai metabolisme lensa normal : Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain: 1. Pandangan kabur Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri dan tanpa mata merah. 2. Penglihatan silau 3. Sensitifitas terhadap kontras. 4. Miopisasi

14

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak. 5. Distorsi Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul atau bergelombang. 6. Halo Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma. 7. Diplopia monokuler Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole. 8. Perubahan persepsi warna Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan kecoklatan dibanding warna sebenarnya. Sedang pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan : - Penurunan ketajaman penglihatan Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan menyebabkan perubahan

persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau

15

jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. Peneglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300 - 1/~. - Miopisasi Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak. Dengan penjelasan tersebut kami mendiagnosa pasien Ny.S mengalami katarak pada kedua mata dengan mata kanan pada stadium imatur sedang mata kiri pada stadium matur.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah. Untuk sekedar mengetahui indikasi dilakukan operatif adalah sebagai berikut : 1. Indikasi Optik Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan seharihari, maka operasi katarak bisa dilakukan.

16

2. Indikasi Medis Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik: Katarak hipermatur Glaukoma sekunder Uveitis sekunder Dislokasi/Subluksasio lensa Benda asing intra-lentikuler Retinopati diabetika Ablasio retina Teknik-teknik pembedahan katarak Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan phacoemulsifikasi. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder (Riordan, 2008). Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-180 dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.

17

Operasi katarak ekstrakapsular Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder (Ilyas, 2010).

Fakoemulsifikasi Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Keuntungan dari metode ini antara lain: Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan. Cepat menyembuh. Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur mata.

Intraokular Lens (IOL)

18

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik. Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil. Terapi pembedahan dengan famakoemulsi dan intraokular lens (IOL) inilah yang kami rasa paling tepat untuk pasien. Begitu pula menurut Gogate (2005) menyatakan dalam penelitiannya bahwa fakoemulsifikasi memberikan hasil yang lebih baik pada penglihatan yang tidak jelas dalam 6 minggu dibanding terapi bedah dengan insisi lain walau sama-sama memberi efektisitas yang baik. Pada penelitian yang dilakukan Cabezas et.al. (2008) disampaikan bahwa fakoemulsifikasi dengan penanaman IOL adalah tindakan yang efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas hidup khususnya pada segmen fisik yang berkaitan dengan perbaikan penglihatan. Dan dari hasil yang tersaji nampak memang hasil untuk peningkatan ketajaman penglihatan meningkat dengan memuaskan, selain itu teknik fakoemulsifikasi adalah pembedahan dengan luka insisi yang lebih minimal dibanding EKIK ataupun EKEK.

Pemberian terapi untuk diabetes melitus kami rasa juga perlu diberikan, kecuali jika pasien masih dalam masa terapi diabetes melitus, untuk itu anamnesis perlu digali lebih dalam lagi apakah pasien masih dalam masa terapi dan menanyakan kapan dan berapa kadar gula darah pasien terakhir kali. Jika ternyata pasien tidak mengetahui berapa kadar gula darahnya, sembari kita mengusulkan untuk melakukan cek kadar gula darah, kita perlu memberi edukasi untuk datang kembali setelah melakukan cek kadar gula darah untuk memberikan terapi yang lebih tepat. Terapi untuk diabetes yang dapat diberikan antara lain medformin.

19

KESIMPULAN Ny. S (69 tahun)yang datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak 6 bulan yang lalu dengan progesifitas memberatnya keluhan yang diawali seperti melihat kabut tipis hingga menjadi kabur pada kedua mata. Didapatkan pula riwayat diabetes melitus yang saat ini belum diketahui berapa kadar gula darah pasien. Dari hasil anamnesis didapatkan diagnosa kerja pasien adalah katarak dengan mata kanan pada stadium imatur sedang mata kiri pada stadium matur. Senile katarak akibat proses penuaan lensa ataupun katarak diabetik dapat menjadi etiologi pada pasien tersebut. Memberi rujukan untuk segera dilakukan tindakan pembedahan adalah hal yang perlu dilakukan. Sedangkan tindakan pembedahan katarak yang kami rasa paling tepat saat ini adalah dengan famakoemulsifikasi serta substitusi dengan intraokular lens (IOL). Terapi untuk diabetes dapat diberikan namun sebaiknya ditanyakan atau dipastikan dahulu apakah diabetes melitus yang pernah dialami pasien masih aktif dalam arti kadar gula darah pasien saat ini diatas normal atau tidak dan

20

apakah sekarang masih menjalani terapi diabete melitus atau tidak. Jika tidak, pemberian medformin atau glibenklamid dapat diberikan sembari menunggu hasil pemeriksaan kadar gula darah pasien.

DAFTAR PUSTAKA Babezas L.M. Caballero G.J. (dkk.) IMPACT OF CATARACT SURGERY ON VISUAL ACUITY AND QUALITY OF LIFE. Virgen de la Salud Hospital, Toledo, Spain. ARCH SOC ESP OFTALMOL. 2008;83(8):237248 Capella M.J. Barraquer E. 2010. Comparative study of coaxial microincision cataract surgery and standard phacoemulsification. Spain . ARCH Centro SOC de ESP Oftalmologia Barraquer, Barcelona,

OFTALMOL. 2010;85(8):268273 Gogate PM, Kulkarni SR, (dkk.). 2005. Safety and efficacy of phacoemulsification compared with manual small-incision cataract surgery by a randomized controlled clinical trial: six-week results. H. V. Desai Eye Hospital, Pune, India. Ophtalmology 2005 112(5):869-74. Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta. Ilyas S. 2003. Dasar Teknik Pemeruksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

21

Khurana, A. K., 2007. Comprehensive Ophtalmology. Edition IV. New Age International. New delhi Pandelaki K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid III. Editor: Aru W. Sudoyo dkk. Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P., 2010. Vaughan & Asbury OFTALMOLOGI UMUM. Edisi 17. EGC : Jakarta.

22