KATARAK sekunder

8
KATARAK DEFINISI Katarak berasal dari bahasa Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, dan Latin “Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak merupakan setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat : 1. Hidrasi lensa, yaitu penimbunan air diantara serabut- serabut lensa atau absorbsi intraseluler yang biasanya ditemukan oleh tekanan osmotik. 2. Denaturasi protein lensa, yaitu perubahan kimiawi dari kandungan protein lensa, dimana protein yang semula larut dalam air menjadi tidak larut dalam air. 3. Terjadi akibat faktor diatas. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mangalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. 1 Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari suatu tindakan operasi katarak itu sendiri, yang disebut sebagai katarak sekunder. 2 KATARAK SEKUNDER

description

katarak

Transcript of KATARAK sekunder

Page 1: KATARAK sekunder

KATARAK

DEFINISI

Katarak berasal dari bahasa Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, dan Latin

“Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.

Katarak merupakan setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat :

1. Hidrasi lensa, yaitu penimbunan air diantara serabut-serabut lensa atau absorbsi

intraseluler yang biasanya ditemukan oleh tekanan osmotik.

2. Denaturasi protein lensa, yaitu perubahan kimiawi dari kandungan protein lensa,

dimana protein yang semula larut dalam air menjadi tidak larut dalam air.

3. Terjadi akibat faktor diatas.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak

mangalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia

lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun.1

Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari suatu tindakan operasi katarak itu

sendiri, yang disebut sebagai katarak sekunder.2

KATARAK SEKUNDER

DEFINISI

Katarak sekunder adalah katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada

sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah dua hari operasi EKEK

(Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler), dan penanaman lensa di segmen posterior. Atau, katarak

yang terjadi sesudah suatu trauma yang memecah lensa.1

PATOFISIOLOGI

Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO),3 atau

juga katarak ikutan (membran sekunder), yang menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat

katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya EKEK.4

Page 2: KATARAK sekunder

Dokter mata biasanya pada saat operasi katarak lebih senang untuk meletakkan lensa

tanam intraokuler pada tempat anatomi yang sama dengan tempat lensa asli, yakni di kapsul

posterior lensa.

Bagian kapsul anterior dibuka untuk mengeluarkan katarak, dan kapsul posterior

ditinggalkan untuk menahan lensa yang akan ditanam, dan juga untuk mencegah vitreous humor

masuk ke segmen anterior mata.

Setelah operasi, ± 20% pasien akan timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang dikenal

dengan Posterior Capsule Opacity (PCO), yang menimbulkan gejala penglihatan kabur.

Hal ini karena pertumbuhan epitelial sel dari kapsul. Bila proses ini berkembang secara

signifikan, penglihatan mungkin dapat menjadi lebih buruk daripada sebelum dilakukan operasi

katarak.3

ETIOLOGI

Epitel lensa subkapsuler yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat

lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar), sehingga memberikan gambaran “Busa

Sabun atau Telur Kodok” pada kapsul posterior, disebut juga dengan Mutiara Elsching atau

Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut, mungkin menghasilkan banyak

lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi

miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul

posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan.4

Cincin Soemmering juga dapat timbul sebagai akibat kapsul anterior yang pecah dan

traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsul posterior, meninggalkan daerah yang jernih

ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang

berproliferasi. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah

EKEK.1

GEJALA KLINIS 5

Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk daripada

sebelum di operasi.

Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.

Tajam penglihatan menurun

Page 3: KATARAK sekunder

PEMERIKSAAN KLINIS

Pada awal gejala akan tampak gelembung-gelembung kecil dan debris pada kapsul

posterior.2

Pada tahap selanjutnya akan ditemukan gambaran Mutiara Elsching pada kapsul posterior

lensa. Mutiara Elsching ini mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh kerena

dindingnya pecah.

Dapat juga ditemukan cincin Soemmering pada daerah tepi kapsul posterior lensa.1

Gambar Penampang IOL

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi EKEK ataupun setelah

suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan menjadi semakin kabur, juga rasa silau

bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan dengan

menggunakan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak gelembung-gelembung

Page 4: KATARAK sekunder

kecil pada daerah belakang lensa, ataupun dapat ditemukan gambaran mutiara Elsching maupun

cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada tes tajam penglihatan didapatkan visus

yang menurun.2

TERAPI

Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak

sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.1

Sebelum laser Neodymium yttrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati dengan

melakukan kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum nomor 27 gauge berkait, baik pada

saat operasi utamanya atau sebagai prosedur sekunder.

Namun pada tahun-tahun terakhir ini, laser Neodymium YAG telah populer sebagai

metoda non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Denyut-denyut energi laser

menyebabkan “ledakan-ledakan” kecil di jaringan target, sehingga menimbulkan lubang kecil di

kapsul posterior di sumbu pupil sebagai prosedur klinis rawat jalan.

Komplikasi teknik ini antara lain adalah :

1. Naiknya tekanan intraokuler sementara.

2. Kerusakan lensa intraokuler.

3. Ruptur muka hialoid anterior dengan penggeseran depan vitreous menuju kamera

anterior. Kenaikan tekanan intraokuler biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah

terapi dan menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun ke

normal selama beberapa minggu, lubang atau retakan kecil dapat terjadipada lensa

intraokuler, tetapi biasanya tidak mengganggu tajam penglihatan.

4. Pada mata afakia, ruptur muka vitreous dengan pergeseran vitreous ke anterior cenderung

menimbulkan abrasi retina regmatogen atau edema makula sistoid

Penelitian-penelitian baru menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan yang nyata pada endotel

kornea pada pemakaian laser Neodymium yttrium (ndYAG). Penelitian yang ditujukan pada

pengurangan komplikasi ini, menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untukmembuat

lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih lensa intraokuler dengan sebagian kecil cincin

kapsul anterior penting dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.3,4,5,6,7

Gambar :

Page 5: KATARAK sekunder

Kapsul posterior yg mengalami opasifikasi Hasil dari kapsulotomi laser

PROGNOSIS

Prognosis pasien dengan katarak sekunder biasanya baik dengan laser ndYAG.4

Page 6: KATARAK sekunder

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 2004. Hal : 200-10.

2. Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh tanggal 25

Februari 2008.

3. Posterior Capsular Opacity. http://www.jakarta-eye-centre.com. Diunduh tanggal 25

Februari 2008.

4. Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika. Jakarta.

2000. Hal : 175-81.

5. James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit Erlangga.

Jakarta. 2005. Hal : 82.

6. Katarak. http://www.mitrakeluarga.com/kemayoran/produk_unggulan.html. Diunduh

tanggal 25 Februari 2008.

7. Katarak. http://www.jakarta-eye-centre.com/default.asp?menu=beritakegiatan&

mode=detail&kategori=Kegiatan&id=289. Diunduh tanggal 25 Februari 2008.