Askep CA Mammae

52
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DEWASA II ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA PADA NY. P Di Ruang Cirugi Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang Tanggal 29 April – 1 Mei 2013 OLEH : Rezita Yuni Lubis (1110321004) Khairat Amini Zulka (1110321012) Zabbar Hamzah Dly. (1110321016) Afdhol Hidayat (1110322022) Ridha Oktrida (1110323010) Tara Amalia (1110323054) Zulhidayati Mulia 1

description

kesehatan

Transcript of Askep CA Mammae

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DEWASA II

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA PADA NY. PDi Ruang Cirugi Wanita RSUP Dr. M. Djamil PadangTanggal 29 April 1 Mei 2013

OLEH :

Rezita Yuni Lubis(1110321004)Khairat Amini Zulka(1110321012)Zabbar Hamzah Dly.(1110321016)Afdhol Hidayat(1110322022)Ridha Oktrida(1110323010)Tara Amalia(1110323054)Zulhidayati Mulia

FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS ANDALASPADANG2013KATA PENGANTARSyukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Kanker Payudara pada Klien Ny. P di Ruang Cirugi Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga bimbingan, bantuan dan petunjuk yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amiin ya rabbal alamin.Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengarahkan kepada perbaikan. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan.

Padang, 15 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiBAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan 1BAB II : TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teoritis Penyakit Carsinoma Mammae2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara 12.1.2 Defenisi Carsinoma Mammae 52.1.3 Etiologi 62.1.4 Manifestasi Klinis 72.1.5 Stadium, Sistem TNM, dan Jalur Penyebaran 92.1.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik 112.1.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 132.1.8 Komplikasi 172.1.9 WOC (Terlampir)2.2 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Carsinoma Mammae2.2.1 Pengkajian 182.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang 182.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu 182.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga 182.2.5 Pemeriksaan Fisik 182.2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon 192.2.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC dan NIC 20BAB III : KASUS3.1 Pengkajian Data Klinis 263.2 Riwayat Kesehatan 263.3 Pemeriksaan Fisik 273.4 Pemeriksaan Penunjang 293.5 Terapi Obat 293.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon 293.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC dan NIC 32BAB IV : ANALISA DATA 4.1 Analisa Data 37BAB V : PENUTUP5.1 Kesimpulan 385.2 Saran 38DAFTAR PUSTAKA 39LAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPada hakekatnya keperawatan memandang manusia sebagai makhluk yang unik secara biopsikososiospiritual dan kultural. Dan sebagai makhluk biologis, manusia yang tersusun dari berbagai sistem dan fungsi organ telah diciptakan begitu sempurna. Organ-organ yang ada dalam tubuh diharapkan dapat berfungsi dengan baik. Organ tersebut akan mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, termasuk jika salah satu organ kurang atau tidak dapat berfungsi seperti biasanya.Dan sejalan dengan hal tersebut, pelayanan kesehatan dan keperawatan di rumah sakit juga mengalami perkembangan akibat meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang prima, apalagi dengan adanya pergeseran-pergeseran nilai budaya yang menyebabkan perubahan pada pola hidup yang berdampak terhadap munculnya berbagai jenis penyakit, termasuk carcinoma mammae (kanker payudara).Kanker payudara merupakan salah satu kanker berbahaya yang sudah banyak menimbulkan korban. Di Indonesia kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang paling banyak menyerang wanita Indonesia. Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor dua untuk perempuan di Indonesia. Padahal,kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang dapat dideteksi dini. Namun, tingkat kesadaran masyarakat yang rendah menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara di Indonesia. Insiden kanker payudara pada dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan meningkat. Tingginya angka kejadian ini yang menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat perawat untuk memberikan asuhan perawatan yang prima untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih buruk terhadap klien.1.1 Tujuan1.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep umum dari kanker payudara1.2.2 Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker payudara1.2.3 Mahasiswa mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada pasien kanker payudara dengan teori yang telah didapat.

BAB IILANDASAN TEORITIS2.1 Landasan Teoritis Penyakit Carcinoma Mammae2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara2.1.1.1 Anatomi Payudara

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral ats kelenjr payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamnetum cooper yang memberi rangka untuk payudara.Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes anterior dan a. mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a. aksilaris, dan beberapa a. interkostalis.Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena brakialis.Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.2.1.1.2 Fisiologi PayudaraPayudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :a) Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usiab) Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haidc) Perubahan karena kehamilan dan laktasi.2.1.2 Defenisi Carsinoma MammaeCarcinoma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan sel normal (Wills, 1995).Ca mammae adalah sel mammaeyang mengalami proliferasi dan diferensiasi abnormal serta tumbuh secara otonom, menyebabkan infiltrasi ke jaringan sekitar sambil merusak dan menyebar ke bagian tubuh lain.Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)2.1.3 EtiologiSebagian besar kanker payudara terjadi tanpa penyebab yang jelas, walaupun diketahui terdapat beberapa factor predisposisi, yaitu :a. Paparan estrogen : terutama apabila tidak ditandingi oleh progesterone, menjelaskan hubungan kanker payudara dengan menstruasi yang mulai pada usia lebih muda, menopausue yang terlambat dan nuliparitas.b. Riwayat keluarga dan pribadi : 10% dari kanker payudara ditentukan secara genetis dalam kaitannya dengan gen BRCA-2, p53, dan A-T. adanya riwayat kanker payudara, endometrium, atau kanker ovarium mengindikasikan adanya peningkatan resiko yang ditentukan secara genetik. Adanya riwayat penyakit payudara jinak dan radiasi dada juga merupakan faktor risiko.c. Konsumsi lemak tinggi dan status sosio ekonomi.2.1.4 Manifestasi Klinis1. Tanda Dinia. Benjolan tunggal tanpa yang agak keras dengan batas kurang jelasb. Benjolan biasanya terjadi pada mammae sebelah kiri bagian kuadran lateral atasc. Kelainan mammografi tanpa kelainan pada palpasi2. Tanda Lamaa. Retraksi kulit / areolab. Retraksi atau inverse puttingc. Pengecilan mammae (pengerutan)d. Pembesaran mammaee. Kemerahanf. Edemag. Fiksasi pada kulit atau dinding thorak3. Tanda Aktifa. Tukakb. Kelenjar supraklavikula dapat dirabac. Metastasi tulang, paru, hati, otak, pleura atau tempat lain2.1.5 Stadium, TNM< dan Jalur Penyebarana.Stadium Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat enyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC(American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons. b. Klasifikasi Stadium TNM (PERABOI,2003) T = ukuran primer tumor. Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm. Tx: Tumor primer tidak dapat dnilai. To: Tidak terdapat tumor primer. Tis: Karsinoma in situ. Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ. Tis(LCIS): Lobular Carcinoma In Situ. Tis(Pagets): Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor. Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukurantumornya. T1: Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang. T1mic: Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang. T1a: Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm. T1b: Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm. T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm. T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm sampai 5 cm. T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm. T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit. T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis. T4b : Edema (termasuk peau dorange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara. T4c : Mencakup kedua hal di atas. T4d : Metastasis karsinomatosa. N = kelenjar getah bening regional. Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya). N0 : Tidak terdapat metastasis kgb. N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil. N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral (klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila. N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain. N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila. N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna. N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral. N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila. N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula. Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara imaging (di luar limfoscintigrafi). M = metastasis jauh. Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai. M0 : Tidak terdapat metastasis jauh. M1 : Terdapat metastasis jauh. c. Jalur Penyebaran Invasi lokal Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks. Metastasis kelenjar limfe regional Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar. Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna. Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular. Metastasis hematogenSel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah, juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura, dan adrenal. 2.1.6 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)Pemeriksaan ini harus dilakukan setiap bulan oleh semua wanita berusia mulai dari 20 tahun. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi dan palpasi payudara pada posisi berdiri dan berbaring. Pemeriksaan yang cermat akan memakan waktu 20 sampai 30 menit. Komponen pemeriksaan ini meliputi inspeksi payudara didepan cermin, palpasi seluruh area payudara menggunakan bantalan jari dengan tekanan berbeda-beda, dalam pola yang spesifik dan gerakkan yang sesuai denga pola tersebut.2. MammografiPemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker pada wanita yang tidak menunjukkan gejala.3. UltrasonografiBiasanya digunakanuntuk membedakan tumor sulit dengan kista4. CT-ScanDipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma payudara pada organ lain.5. Sistologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus6. Pemeriksaan HematologiDengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sedimental dan sentrifugis darah.2.1.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan1. Pengobatan Lokal Ca Mammae1) Bedah KuratifBedah kuratif didasarkan pada stadium kilinis ca mammae, karakteristik histologik tumor, pertimbangan lain seperti umur dan status kesehatan. Pada kuratif terdiri dari bedah radikal (halsted), bedah radikal yang diubah (patey), dan bedah konservatif meliputi eksisi luas, diseksi aksila dan penyinaran2) Bedah Paliatif3) RadioterapiRadioterapi pada kanker mammae basanya digunakan pada terapi kuratif dengan mempertahankan mammae dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.2. Pengobatan Sistemik Ca Mammae1) KemoterapiKemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran secara sistemik dan juga sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi diberikan pada klien yang ditemukan metastasis disebuah atau beberapa kelenjar pada pemeriksaan histologi pasca bedah mastektomi. Tujuananya adalah untuk menghancurkan mikrometastasi didalam tubuh.2) Terapi HormonalBiasanya diberikan sebelum kemoterapi, karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua kanker mammae peka terhadap terapi hormonal. Terapi estrogen bloker diresepkan apabila pada tubuh tersebut reseptor estrogennya positif, artinya pertumbuhan tumor distimulasi oleh estrogen. Contoh estrogen adalah Tamoxifen (Nolvadex), Ralaxifene (Evista).3) ImunoterapiTrstuzumab (herceptin), terapi antibody monoklonal pertama yang di rekomendasikan untuk karsinoma mammae. Beberapa tumor menghasilkan protein HER-2 secara berlebihan. Trstuzumab menghambat efek protein merangsang pertumbuhan sel kanker.2.1.8 Komplikasi1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler (penyebaran limfogen dan hematogen), penyebaran hematogen dan limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sumsum tulang, otak dan saraf.2. Gangguan neurovaskuler3. Fibrosis payudara2.1.9 WOC (Terlampir)

2.2 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Carsinoma Mammae2.2.1 Pengkajian Nama:Umur:Jenis Kelamin:Pekerjaan:Alamat:Suku/Bangsa:Agama:Tanggal Masuk:No. Rekam Medis:2.2.2 Riwayat Kesehatan SekarangBiasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.2.2.3Riwayat Kesehatan DahuluAdanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.2.2.4 Riwayat Kesehatan KeluargaAdanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.2.2.5 Pemeriksaan Fisik1. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.2. Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.3. Mata: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.4. Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.5. Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.6. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.7. Leher: biasanya terjadi pembesaran KGB.8. Dada: adanya kelainan kulit berupa peau dorange, dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.9. Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar.10. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.2.2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon1. Persepsi dan ManajemenBiasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa. 2. Nutrisi MetabolikKebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.3. EliminasiBiasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.4. Aktivitas dan LatihanAnoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.5. Kognitif dan PersepsiBiasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.6. Istirahat dan TidurBiasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.7. Persepsi dan Konsep DiriPayudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.8. Peran dan HubunganBiasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.9. Reproduksi dan SeksualBiasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.10. Koping dan Toleransi StressBiasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.11. Nilai dan KeyakinanDiperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada.2.2.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, dan NICNANDANOCNIC

1. Nyeri (kronik) b.d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), Defenisi : Pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan

Batasan karakteristik Anorexia Perubahan pola tidur Fatigue Gangguan interaksi social Ekspresi verbal tentang nyeri

1. Kontrol nyeriDefinisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri.indikator: -Mengenali faktor penyebab -Mengenali onset (lamanya sakit) -Menggunakan metode pencegahan -Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri -Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan -Mencari bantuan tenaga kesehatan -Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan -Menggunakan sumber-sumber yang tersedia -Mengenali gejala-gejala nyeri -Mencatat pengalaman nyeri sebelumnya -Melaporkan nyeri sudah terkontrol

2. Tingkat nyeri Defenisi : Seberapa besar seseorang melaporan dan mendemontrasian nyeriindikator: -melaporkan adanya nyeri -luas bagian tubuh yang terpengaruh -frekuensi nyeri -panjangnya episode nyeri -pernyataan nyeri -ekspresi nyeri pada wajah -posisi tubuh protektif

1. Manajemen nyeri Definisi : Penanggulangan nyeri atau penurunan nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

Aktivitas : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri2. Pemberian AnalgesicDefenisi: menggunakan agen farmakologi untuk mengurangi nyeriAktifitas: Tentukan lokasi, karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesic Cek riwayat alergi obat Tentukan analgesic yang cocok, rute pemberian dan dosis optimal. Utamakan pemberian secara IV dibanding IM sebagai lokasi penyuntikan, jika mungkin Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa. Cek pemberian analgesic selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkan Evaluasi efektivitas analgesic pada interval tertentu, terutama setelah dosis awal, pengamatan juga diakukan melihat adanya tanda dan gejala buruk atau tidak menguntungkan ( berhubungan dengan pernapasan, depresi, mual muntah, mulut kering dan konstipasi) Dokumentasikan respon pasien tentang analgesic, catat efek yang merugikan

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif, lamanya penyembuhan luka pada pasien DMDefinisi : peningkatan resiko masuknya orgaanisme patogen.

1. Pengetahuan :Kontrol infeksiDefinisi : meminimalisir/ mengurangi perpindahan agen-agen penyebab infeksi (bakteri, mikroba dan lain-lain)Indikator: Mendeskripsikan tanda-tanda dan gejala Mendeskripsikan tampilan prosedur-prosedur Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas meningkatkan daya tahan terhadap infeksi Mendeskripsikan cara pengobatan untuk diagnosa Mendeskripsikan tingkat keberhasilan diagnose infeksi2. Kontrol resikoIndikator: Mengetahui resiko Memperhatikan factor resiko lingkungan Perhatikan factor resiko perilaku individu Kembangkan strategi pengawasan factor resiko yang efektif Tentukan strategi kontrol resiko yang dibutuhkan Menjalankan strategi Mengikuti strategi yang dipilih Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko

0. Pengontrolan infeksiDefinisi: meminimalkan mendapatkan infeksi dan transmisi agen infeksi.

Aktivitas : Ciptakan lingkungan ( alat-alat, berbeden dan lainnya) yang nyaman dan bersih terutama setelah digunakan oleh pasien Gunakan alat-alat yang baru dan berbeda setiap akan melakukan tindakan keperawatan ke pasien Tempatkan pasien yang harus diisolasi yang sesuai dengan kondisi pasien0. Proteksi infeksiDefenisi : menghindari dan mendeteksi secara dini adanya resiko infeksi pada pasien. Aktivitas : Monitor tanda-tanda dan gejala sistemik dan local dari infeksi. Monitor daerah yang mudah terinfeksi. Monitor jumlah granulosit, WBC, dan perbedaan nilai. Ikuti kewaspadaan neutropenic. Batasi pengunjung. Pertahankan teknik asepsis untuk pasien yang berisiko. Inspeksi kulit dan membran mukosa yang memerah, panas, atau kering. Inspeksi kondisi dari luka operasi Tingkatkan intake nutrisi yang cukup. Anjurkan intake cairan. Anjurkan istirahat. Monitor perubahan tingkat energi / malaise. Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan. Beri agen imun. Instruksi pasien untuk mendapatkan antibiotik sesuai resep.

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif. Defenisi : Kehilangan atau defesiensi informasi kognitif b.d topic spesifik

Batasan Karakteristik : Prilaku yang berlebihan Petunjuk yang diikuti tidak akurat Pengungkapan masalah

1.Pengetahuan : Proses PenyakitDefenisi : Pemahaman yang mendalam tentang proses penyakit spesifikIndicator : Familiarnya tentang nama penyakit Deskripsi proses penyakit Deskripsi factor yang berhubungan dengan penyakit Deskripsi factor resiko Deskripsi effek dari penyakit Deskripsi tanda dan gejala Deskripsi komplikasi Deskripsi kewaspadaan untuk mencegah komplikasi2.Pengetahuan: Perawatan PenyakitIndikator: Diet Proses penyakit Mengontrol infeksi Prosedur pengobatan Cara pengobatan

1. Pendidikan : Proses PenyakitDefenisi : Membantu bantuan untuk memahami informasi yang berhubungan dengan proses penyakit yang spesifikAktivitas : Hargai tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaiman hubungan denagn anatomy dan fisiologi Deskripsikan tanda dan gejala penyakit Deskripsikan proses penyakit Identifikasi factor penyebab Sediakan informasi sesuai dengan kondisi pasien Diskusikan perubahan gaya hidup yang dibutuhkan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan atau konyrol dari proses penyakit Diskusikan pilihan terapi/pengobatan Deskripsikan komplikasi kronik yang mungkin terjadi

2. Pendidikan : Prosedur/ PengobatanDefenisi : mempersiapkan pemahaman dan mental pasien untuk prosedur pengobatanAktifitas: Tentukan harapan-harapan pasien dari pembedahan Perbaiki harapan yang tidak terwujudkan dari pembedahan, dengan tepat Sediakan waktu kepada pasien untuk bertanya dan mendiskusikan masalah Ikutsertakan keluarga/orang penting lainnya, dengan tepat Informasikan pada pasien bagaimana mereka dapat membantu pada proses penyembuhan.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN CARSINOMA MAMMAE PADA NY. P3.1Pengkajian Data KlinisNama: Ny. PNo. MR: 00-82-11-00Tanggal Masuk: 04 April 2013Ruang: IRNA Cirugi Wanita RS M. Djamil PadangUmur: 36 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Lubuk BuayaAgama: IslamPekerjaan: Wiraswasta (menjahit)Status: CeraiDiagnosa: Ca, Mamae duktal + susp mestatasis ke otak

3.2Riwayat Kesehatan3.2.1Alasan Masuk Rumah SakitPasien masuk RS karena mengalami penurunan kesadaran dan tekanan darah klien tinggi yaitu 160/70 mmHg, dan klien juga mengalami kejang.3.2.2 Keluhan UtamaPasien masuk RS karena mengalami penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS. Pasien sebelumnya (tanggal 25 Maret 2013) telah mengalami operasi payudara dan sudah dibiopsi dengan hasil Ca. Mamae dengan susp. Metastasi ke otak/ penyebaran sampai ke otak. Pada saat masuk RS (tanggal 04 April 2013), klien mengalami hipertensi/ tekanan darah tinggi 160/70 mmHg. Pasien juga mengalami kejang.3.2.3 Riwayat Penyakit SekarangNy. P mengalami penurunan kesadaran, yaitu pada saat masuk RS yaitu 04 April 2013 GCS klien 6 (E2M2V2), dan pada saat dilakukan pengkajian tanggal 26 April 2013 GCS klien 9 (E2M4V3). Pada tanggal 30 April 2013 GCS klien 12 dengan (E4M5V3). Penyebaran Ca. Mamae Ny. P T2N1M1 dan Ca. Mamae ini sudah stadium IV. Payudara bagian kanan Ny. P telah dimastektomi pada operasi pertama (tanggal 25 Maret 2013). Luka operasi Ny. P dibalut dengan perban, yaitu lukanya dari pangkal aksila kanan sampai dengan iga ke-5. Luka Ny. P masih terlihat basah, namun pushnya tinggal sedikit, pada saat dilakukan dedreshing pendarahan kecil masih ada. Pada tanggal 11, 12, 13 April 2013 pasien mengalami koma. Saat pasien masuk RS, pasien masih mengalami kejang.3.2.4 Riwayat Penyakit DahuluKlien sebelumnya pernah dirawat di RS dan payudara sebelah kanan telah dimastektomi. Klien juga tidak memiliki riwayat kanker lainnya, namun keluarga mengatakan waktu masih SMP klien hamper setiap hari makan mie pangsit.3.2.5 Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga klien tidak ada yang mengalami Ca. Mamae sebelumnya ataupun jenis Ca. Lainnya (ovarium, serviks dll).

3.3 Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum: Buruk2. Kesadaran: Apatis3. TTV: TD: 160/70 mmHg1. N: 90x/i2. P: 40x/i3. T: 39.50C4. GCS 12 (E4M5V3)5. Ca. Mamae sudah stadium 4 dengan T2N1M14. Rambut: Normachepal, warna hitam, rambut lurus, distribusi tidak merata, terutama pada bagian depan diakibatkan sering ditarik oleh pasien akibat gelisah, kebersihan kurang.5. Mata: bola mata berwarna hitam, mata merah diakibatkan klien sering menagis tanpa sadar, Pupil ishokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.6. Hidung: Simetris kiri-kanan, tidak ada benjolan/polip. Pasien terpasang nasal canul dengan O2 5L dan klien juga terpasang NGT (pada tanggal 29 April klien dipuasakn, karna perut klien kembung, kemudian dikeluarkan cairan isi lambungnya yang berwarna hijau)7. Telinga: Simetris Kiri dan kanan, serumen (+), kebersihan kurang, pendengaran tidak terganggu, namun akibat penurunan kesadaran klien kurang merespon.8. Mulut: simetris kiri-kanan, mukosa bibir kering, caries(-), kebersihan kurang.9. Leher: KGB tidak ada pembesaran10. Pemeriksaan ThoraxParu-paruInspeksi: Simetris kiri-kanan, retraksi dada cepat, pernapasan dibantu oleh nasal canulPalpasi: Fremitus kiri-kananPerkusi: SonorAuskultasi: tidak ada ronkhi, wheezing (-), pernapasan cuping hidung(-)JantungInspeksi: Iktus cordis terlihatPalpasi: Iktus cordis terabaAuskultasi: sonor11. Pemeriksaan MamaePayudara bagian kanan telah di mastektomi, luka operasi dari ujung klavikula sampai ke iga ke V. Lukanya basah dan masih ada perdarahan kecil. Sekitar luka klien kebersihannya kurang terdapat bercak-bercak hitam.12. Pemeriksaan Abdomena. Inspeksi: tidak membuncit, distensi(-), asites(-)b. Palpasi: kembung(+), nyeri tekan(-)c. Perkusi: Tympanid. Auskultasi: BU normal13. EkstremitasKlien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 12 pada pemeriksaan terkhir dengan (E4M5V3).

3.4 Pemeriksaan PenunjangNo.AngkaNormalKeterangan

1.Hemoglobin11 g/dl12-14 gr/dlRendah

2.Lukosit10.1 10^3/mm35.0-10.0 10^3/mm3Tinggi

3.Trombosit40.1 10^3/mm3

4.Cl darah90 mmol/l97-112 mmol/lRendah

5.Kalium darah3.0 mmol/l3.5-5.1 mmol/lRendah

6.Hematokrit32 %40-48 %Rendah

3.5 Terapi ObatNo.Nama ObatBanyak

1.Ranger Laktat (RL)28 tetes/i

2.Cefriaxon2 X 1 gr/hari

3.Ranitidin2 X 1 amp/hari

4.PCT3 X 1 / hari, jika diperlukan

5.Ibuprofen3 x 500

6.Ketorolac2 X 1 amp/hari

7.Luminal1 X 1 amp, jika pasien mengalami kejang

8.Aminofusin600 gr/dl

3.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon3.6.1 Pola Persepsi dan Manajemen KesehatanKlien sangat peduli terhadap kesehatannya.terlihat dari ketika klien mengetahui ada benjolan kecil di payudaranya bagian kanan, klien langsung memberitahu kepada ibunya (8 tahun yang lalu). Sang ibu menyarankan untuk memeriksakannya langsung ke pihak kesehatan/RS, dan klien pun menyetujinya. Setelah diperiksakan ke RS, pihak RS meminta agar benjolannya segera diangkat/dilakukan operasi, namun klien takut dan menolak tindakan operasi tersebut. Selama 8 tahun klien berusaha keras untuk melakukan pengobatan tradisional untuk menghilangkan benjolan tersebut tanpa dilakukan operasi, klien juga mengatur pola makannya, segala pantangan dari penyakitnya di tinggalkan oleh klien.Pada saat dilakukan pengkajian (29 April 1 Mei 2013) klien dalam keadaan penurunan kesadaran GCS 12 dengan E4M5V3. Klien sering mengalami kejang dan ketika kejang ditangani dengan pemberian luminal.3.6.2 Pola Nutrisi-MetabolikSebelum sakit, klien sangat teratur dalam pola makannya. Klien sangat jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG/penyedap. Setelah klien mengetahui penyakitnya, klien juga tidak mengkonsumsi pantangan makanan dari penyakitnya. Namun riwayat makanan klien pada saat duduk di bangku SMP sangat buruk, klien hampir tiap hari mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG yaitu berupa mie ayam. Setelah klien masuk RS untuk pertama kalinya (14 Maret 2013), klien mengkonsumsi bubur kacang padi dan bubur promina, namun saat masuk RS untu ke dua kalinya (04 April 2013), klien hanya mengkonsumsi MC berupa susu sebanyak 1800 cc (3x600 cc) melalui NGT. Klien tidak suka diberi bubur lagi. BB klien sebelumnya 52 kg, 6 bulan terakhir BB klien turun 10 kg menjadi 42 kg dan TB 155 cm (BMI kategori underweight, 17,48).3.6.3 Pola EliminasiUntuk BAB, klien mengalami mencret sejak 1 minggu yang lalu, indikasi dari ketidak cocokan MC yang klien konsumsi. Konsistensi fesesnya cair, warna keruh dan berbau. Untuk BAK klien, klien terpasang kateter.3.6.4 Pola Aktivitas dan LatihanAktivitas dan latihan klien terganggu, klien bedrest. Segala aktivitas dan kebutuhan klien dibantu oleh oranglain/keluarganya. Klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS terakhir 12(E4M5V3). Pada saat masuk RS, klien mengalami kejang, dan pada tanggal 1 Mei kembali mengalami kejang lagi dengan TD 190/90 mmHg. Kekuatan tonus otot klien 3, pekerjaan klien sebelumnya adalah penjahit.3.6.5 Pola Istirahat dan TidurSebelum masuk RS, pola istirahat/tidur klien berkisar 7 jam dan nyenyak. Namun beberapa hari terakhir setelah masuk RS, klien mengalami gangguan pada pola tidurnya. Tidur klien hanya 10 menit kemudian bangun lagi(tidak nyenyak). Pada tanggal 30 April malam, klien tidak tidur atau susah tidur, namun TTV nya normal. Klien tampak gelisah diakibatkan penurunan kesadaran yang dialaminya. Klien mengalami kejang.3.6.6 Pola Konsep diri dan PersepsiKlien belum bisa menerima penyakit yang diterimanya, apalgi setelah dilakukan matestomi pada payudara bagian kanan klien. Klien menangis jika mengingat penyakit yang dialaminya(saat klien masih sadar). Keluarga klien dari kelurga yang tidak mampu, klien menggunakan jamkesmas.3.6.7 Pola Persuasif dan sensoriIndera pendengaran klien tidak mengalami gangguan. Namun klien tidak merespon apa yang diberitahu atau dibicarakan oranglain kepadanya. Terkadang klien merespon namun dengan jawaban yang ngelantur/tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Penglihatan klien kosong, namun klien membuka mata dengan spontan. Untuk indera peraba/kulit, respon klien pada saat dilakukan tindakan/dedreshing adalah menangis.3.6.8 Pola Peran dan HubunganKlien adalah seorang ibu dengan 1 orang anak (LK) yang berumur 8 tahun. Klien telah bercerai dengan suaminya saat anak klien berusia 1 bulan. Sebelum klien masuk RS klien bekerja sebagai penjahit, hubungan dengan keluarganya baik, begitu juga dengan lingkungan rumahnya, terlihat dari tetangga yang menjenguk pasien.3.6.9 Pola Seksual dan ReproduksiPola seksual klien terganggu. Klien dalam penurunan kesadaran dan klien dalam keadaan bedrest. Klien seorang janda dengan suaminya. Klien terpasang kateter, klien manarche pada umur 12 tahun.3.6.10 Pola Koping dan Toleransi StressKlien belum bisa menerima keadaannya, ketika dilakukan matestokmi (tanggal 25 maret 2013), klien hanya menangis melihat kondisinya. Namun dukungan dari keluarga kepada klien sangat baik. Keluarga mendukung semua tindakan untuk kesembuhan klien.3.6.11 Pola Nilai dan KeyakinanKlien seorang muslimah, sebelum sakit klien sangat rajin beribadah, mulai dari yang wajib hingga yang sunnah (shalat dhuha dan tahajjud). Namun ketika sakit/setelah dirawat di RS, klien mengalami gangguan dalam menjalani ibadahnya. Klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 12 (E4M5V3).

3.7 Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, dan NICNo.NANDANOCNIC

1.Gangguan ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan kesadaran DS: Keluarga klien mengatakan klien gelisah Kelurga klien mengatakan klien mengalami kejang Keluarga klien mengatakan klien demam Keluarga klien mengatakan pandangan klien kosongDO: Klien tampak gelisah Klien mengalami kejang Ca. Mame klien sudah stadium IV dengan metastasi ke otak (T2N1M1) Klien mengalami penurunan kesadaran GCS klien 12 dengan (E4M5V3) TD : 160/70 mmHg N : 90x/menit P : 40x/menit

Status Neurologis Fungsi neurologis kontrol pusat motorik (N) Fungsi neurologis sensori otak/fungsi motorik(N) Tekanan intrakranial (N) Komunikasi baik Ukuran pupil (N) Pola pergerakan mata Pola nafas TTV dalam keadaan normal Aktivitas kejang tidak adaManajemen Asam-basa Jaga kepatenan akses IV Jaga kepatenan jalan nafas Pantau kehilangan asam (muntah, diare, diuresis melalui ngt) Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat seperti membuka jalan nafas dan menaikkan kepla tempat tidur Pantau pola nafas Sediakan terapi oksigen Pantau status neurologisManajemen cairan dan elektrolit Beri terapi NGT untuk menmggantikan input Promosikan intake oral Pasang infuse IV Monitor hasil lab yang relevan dengan retensi cairan Monitor tanda dan gejala retensi cairan Monitor TTV Beri cairanTerapi Oksigen Menyediakan peralatan pemberian O2 sistem kekebalan Memberikan O2 tambahan sesuai petunjuk dokter Mengontrol aliran O2 Memeriksa alat pernapasan O2

2.Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah jaringanDS : Keluarga klien mengatakan luka klien besar Keluarga klien mengatakan klien demam Keluarga klien mengatakan klien tidak bergerak/tidak beraktifitasDO : Klien bedrest Payudara sebelah kanan klien sudah di mastektomi Terdapat luka basah dari ujung klavikula sampai iga ke V Terdapat pus pada luka dan berbau Luka sebelah kanan pada bekas operasi dengan diameter 11 cm

Integritas Jaringan:kulit dan membran mukosa Suhu jaringan Sensasi Elastisitas Warna Tekstur Ketebalan Jaringan yang tak luka Pertumbuhan rambut di kulit Kelengkapan kulitPenyembuhan luka primer Pengeringan purulensi Pengurangan drainase dari luka Pengurangan area yang kemerahan Bau luka(-)Penyembuhan luka sekunder Granulasi Pengeringan purulensi Pengurangan drainase Nekrosis Penyembuhan lukaPerawatan Luka Bersihkan balurtan yang melekat dan debris Cukur rambut sekitar area yang rusak Berikan perawatan pada tempat IV Berikan perawatan ulkus pada kulitPerawatan kulit: perawatan topical Inspeksi kondisi daerah insisi bedah, jika diperlukan Pantau area kulit yang kemerahan/rusak Pantau kulit dari adanya infeksi, khususnya di daerah yang ada oedem Pantau warna kulit dan suhuPerawatan daerah Insisisi Inspeksi daerah insisi, adanya kemerahan dan bengkak Monitor proses penyembuhan pada daerah insisi Monitor insisi untuk tanda dan gejala infeksi Ganti balutan dengan teratur Seka dari daerah bersih kearah daerah kurang bersih Gunakan balutan yang tepat untuk menjaga daerah insisi

3.Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan BBDS : Keluarga klien mengatakan klien hanya mengkonsumsi makanan cair berupa susu 3x1 hari Keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun Keluarga klien mengatakan klien mengalami demamDO : Klien diet makanan cair 3x1 hari Intake 1800 cc Output 400cc/15 menit BB turun 10 kg dari 52 kg menjadi 42 kg Klien mengalami demam dengan T: 39,50 C Turgor kulit jelek Mukosa bibir kering Klien tampak lemah Klien mengalami diare dengan konsistensi cair, berwarna keruh dan berbau

Status Nutrisi: Asupan zat gizi Asupan makanan dan cairan Energi Indeks massa tubuh Berat badanPengontrolan Berat badan Mengontrol berat badan Mempertahankan intake kalori optimal harian Menyeimbangkan latihan dengan intake kalori optimal harian Menyeimbangkan latihan dengan intake kalori Menggunakan suplemen nutrisi, jika diperlukan Memelihara penyerapan makanan Mempertahankan keseimbangan cairan Mengenal tanda-tanda dan sympton ketidakseimbangan elektrolit

Monitoring Nutrisi Timbang BB klien Monitor kehilangan dan pertumbuhan BB Monitor respon emosi klien terhadap situasi dan tempat makan Monitor interaksi orangtua dan anak saat makan Monitor turgor kulit Monitor adanya mual dan muntahTerapi Nutrisi Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung intake kalori harian, jika diperlukan Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian Menentukan makanan pilihan dengan mempertimbangkan budaya dan agama Menentukan kebutuhan makanan saluran NGT Anjurkan intake makanan yang tinggi kalsium, jika diperlukan Anjurkan intake makanan dan cairan yang tinggi kalium, jika diperlukan Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan Mengajarkan dan merencanakan makan, jika diperlukanManajamen Nutrisi Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan menghitung inatake kalori harian, jika diperlukan Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien harian Menentukan kebutuhan saluran NGTManajemen Cairan Timbang BB Hitung haluan Pertahankan intake yang adekuat Pasang kateter urin Monitor TTV Anjurkan klien untuk intake oral Distribusikan cairan >24 jam

BAB IVANALISA DATA4.1Analisa DataNy. P (36 tahun) dirawat di ruang Cirugi Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosa Kanker Payudara pada bagian kanan. Klien sudah dilakukan mastektomi pada tanggal (25 Maret 2013). Dari hasil pengkajian didapatkan etiologi pada klien adalah faktor makanan, sewaktu SMP klien hamper tiap hari makan mie pangsit. Ny. P mengalami ca mammae stadium IV dengan penyebaran T2N1M1. Ukuran diameter terbesar tumor sudah mencapai 5 cm dan sudah bermetastasis ke otak. Komplikasi tumor yang sudah bermetastasis ke otak membuat klien mengalami penurunan kesadaran dan sering kejang. Awal masuk RS (4 April 2013) GCS klien 6 dengan E2V2M2 dan pada tanggal 30 April nilai GCS klien 12 dengan E4V3M5.Dari segi psikologis klien mengalami gangguan kepercayaan diri dan terlihat depresi dengan keadaan yang dialaminya, klien sering menangis sehingga matanya tampak merah. Klien mendapat dukunga penuh dari keluarga dan tetangganya.

BAB VPENUTUP5.1KesimpulanKanker payudara (Ca Mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyebab sfesifik kanker payudara masih belum diketahui,tetapi terdapat banyak factor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara seperti faktor reproduksi, penggunaan hormon estrogen, obesitas, radiasi, kebiasaan makan berlemak dan riwayat keluarga. Tanda dan gejalanya berupa benjolan pada payudara,erosi atau eksema puting susu,perdarahan pada puting susu, dan terasa sakit atau nyeri.Pada kasus Ny. P sudah terjadi metastasis ke otak yang menngakibatkan klien sering mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Ada tiga diagnosa utama yang diangkatkan sesuai dengan tingkat prioritas. Pertama, gangguan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan kesadaran; kedua, kerusakkan integritas kulit b.d pengangkatan bedah jaringan; dan ketiga, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan BB.5.2 Saran5.2.1Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososialkultural. 5.2.2Bagi mahasiswa keperawatan ydiharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi tentang asuhan keperawatan aada pasien dengan penyakit Carsinoma Mamae.5.2.3 Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah Pada pasien dengan penyakit Edema Paru.

DAFTAR PUSTAKABaradero, M. Dkk. (2008). Seri Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker. Jakarta: EGC.Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.Daniele Gale. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi (Onkologi Nursing Care Plans). Jakarta: EGC.Davey, Patrick. (2006). Kanker Payudara. Dalam: Davey, Patrick, ed. At a Glance. Medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga.ICN (2005). International Classification for Nursing Practice. Geneva.Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2008). Iowa Outcomes Project. Nursing Outcomes Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.NANDA (2009) Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2009-2011. PhiladelphiaSmeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & suddarth. Edisi *. Volume 1. Jakarta: EGC.WHO (World Health Organization), 2004. Breast Cancer : Prevention and Control. Available from : http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.htmlWilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey. Pearson Education

35